Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

EKSPERIMENTAL
PERCOBAAN 2
EFEK LOKAL OBAT (PENGUJIAN EFEK ANASTETIKA LOKAL)
Disusun oleh:

Zhahra Fauzhia Yusup (10060322001)


Faisal Syahrul Abidin (10060322002)
Daffa Hanif Fadillah (10060322003)
Tiara Hasya Juhara (10060322004)
Roza Kholila Rosyada (10060322005)

Shift/Kelompok : A/1
Tanggal Praktikum : 20 Februari 2023
Tanggal Laporan : 27 Februari 2023
Nama Asisten : Nabila Fitri Handayani, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


UNIT D PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023 M/1443 H
PERCOBAAN 2
EFEK LOKAL OBAT (PENGUJIAN EFEK ANASTETIKA
LOKAL)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas suatu
obat yang bekerja lokal.
1.2 Memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas
anestetika lokal suatu obat.
1.3 Mengetahui gejala-gejala terjadinya anestesia lokal yang
ditimbulkan oleh anestetika lokal permukaan.

II. TEORI DASAR

2.1 Anestesi

Anestesi artinya pembiusan, berasal dari bahasa Yunani yang artinya


“tidak atau tanpa" dan aesthētos,"artinya persepsi atau kemampuan
untuk merasa". Secara umum berarti anestesi adalah suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat
anestesi adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
dalam bermacam-macam tindakan operasi (Kartika, 2013).

Anestesi adalah setiap zat yang digunakan untuk tujuan


menghilangkan sensasi nyeri baik diseluruh tubuh ketika tidak sadar
(anastesi umum) atau bebebrapa bagian dari tubuh (bius lokal). Anastesi
Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang
sempurna menghasilkan ketidak sadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien (Sasongko,
2005). Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai
hilang kesadaran.ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan
tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran
yang reversibel (Neal, 2006).

Obat yang digunakan untuk menimbulkan anestesia disebut


sebagai anestetik. Kelompok obat ini dibedakan dalam anastetik umum
dan anestetik lokal (Zunilda, 2007). Obat-obat anestesi dapat diberikan
melalui oral, transdermal, intravena, inhalasi, intramuskular, dan rektal
dengan tujuan untuk menghasilkan atau meningkatkan tahapan anestesi
(Morgan, 2013). Anestetik umum bekerja di sistem saraf pusat dengan
memberikan efek analgesia (hilangnya sensasi nyeri) atau efek
anesthesia (analgesia yang disertai hilangnya kesadaran), sedangkan
anestetik local bekerja di sistem saraf perifer dengan memberikan efek
analgesia saja (Zunilda, 2007).

a. Anestesi Umum

Anestesi umum merupakan suatu tindakan yang bertujuan


menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar dan menyebabkan amnesia
yang bersifat reversible dan dapat diprediksi, anestesi umum
menyebabkan hilangnya ingatan saat dilakukan pembiusan dan operasi
sehingga saat pasien sadar pasien tidak mengingat peristiwa
pembedahan yang dilakukan (Pramono, 2015).

b. Anastesi Local

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh


tertentu tanpa disertai kehilangan kesadaran atau kerusakan fungsi
kontrol saraf pusat dan bersifat reversibel. Obat anestesi lokal terutama
berfungsi untuk mencegah atau menghilangkan sensasi nyeri dengan
memutuskan konduksi impuls saraf yang bersifat sementara (Catterall
& Mackie, 2001).
Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi lokal
merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik di
tubuh (Hasanah, 2015). Secara kimiawi, obat anestesi lokal dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu golongan ester dan golongan amide.
Obat anestesi lokal yang umum digunakan di Indonesia untuk golongan
ester adalah prokain, sedangkan untuk golongan amide adalah lidokain
dan bupivakain (Samodro, Sutiyono, & Satoto, 2011).

2.2 Mekanisme kerja anestesi

Mekanisme terjadinya anestesia disebabkan adanya pengaruh


perubahan neurotransmisi di berbagai lokasi di dalam sel, tetapi focus
utama mempengaruhi sinaps. Suatu efek prasinaps dapat merubah
pelepasan dari neurotransmiter, sedangkan efek pascasinaps dapat
mengubah frekuensi atau amplitudo impuls keluar sinaps. Di tingkat
organ, efek obat anestetik mungkin terjadi karena penguatan inhibisi
atau berkurangnya eksitasi di dalam SSP (Sistem Saraf Pusat). Studi-
studi pada isolat jaringan korda spinalis memperlihatkan bahwa obat
anestetik lebih menimbulkan gangguan pada transmisi eksitatorik
daripada menguatkan efek inhibitorik. Saluran klorida (reseptor asam γ-
baminobutirat-A (GABAA) dan glisin) dan saluran kalium merupakan
saluran ion inhibitorik utama yang dianggap sebagai kandidat efek
anestetik. Saluran ion eksitatorik yang merupakan sasaran mencakup
saluran yang diaktifkan oleh asetilkolin (reseptor nikotinik dan
muskarinik), oleh asam amino eksitatorik (reseptor asam amino-3-
hidroksi-5-metil-4-isoksazol-propionat (AMPA), kainat, dan N-metil-
D- aspartat (NMDA), atau oleh serotonin (reseptor 5-HT2 dan 5-HT3).
Efek dari anestesi sendiri dapat mengakibatkan memperkuat
penghambatan atau mengurangi eksitasi dalam SSP (Katzung, 2014)

2.3 Golongan Obat Anestesi Lokal


Anestika lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air
dan alkaloid larut dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin
aromatic tak jenuh bersifat lipofilik, bagian badan sebagai penghubung
terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari asam
amino tersier bersifat hidrofilik. Anestetik lokal menurut Ratno
Samodro dibagi menjadi dua golongan:
2.3.1 Golongan Ester (-COOC-)

Obat-obat ini termetabolisme melalui hidrolisis. Yang termasuk


ke dalam golongan ester menurut Samodro (2011), yakni:

• Lidokain

• Benzokain

• Ametocaine

• Prokain

• Piperoain

• Tetrakain

• Kloroprokain

2.3.2 Golongan Amida (-NHCO-)

Obat-obat ini termetabolisme melalui oksidasi dealkilasi di


dalam hati. Yang termasuk golongan amida menurut Samodro (2011),
yakni:

• Mepivakain

• Prilokain

• Bupivacaine

• Etidokain

• Dibukain

• Ropivakain

• Levobupivacaine
2.4 Cara Pemberian Anestesi

Anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat


dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:

a. Topikal
Melalui cara ini obat dioleskan atau disemprotkan pada
mukosa daerah tindakan, misalnya pada mata, rongga hidung,
faring, laring, traktus respiratorius bagian bawah, telinga, uretra
dan jalan lahir. Agen anestesi lokal yang digunakan yang mudah
diserap permukaan mukosa, seperti lignokain 4%, kokain 5%,
tetrakain, dan lidokain.

b. Infiltrasi
Obat disuntikkan langsung ke dalam jaringan yang akan
dimanipulasi, tanpa mempertimbangkan persarafannya. Anestesi
berdifusi dan khasiatnya dicapai melalui penghambatan ujung
saraf perasa di jaringan subkutan. Cara pemberian ini dipakai
pada pembedahan kecil, penjahitan luka, pengambilan kulit untuk
transplantasi, pencabutan gigi. Keuntungan teknik ini adalah
sederhana, mudah dan dapat diandalkan. sedangkan kerugiannya
ialah struktur jaringan di lapangan bedah disamarkan.

c. Field block
Obat disuntikkan mengelilingi daerah tindakan, misalnya
pada pengangkatan kista di kulit, tumor - tumor kulit.

d. Blok saraf
Melalui cara ini yang dituju langsung saraf bagian
proksimal. dengan cara ini daerah yang dipersarafi akan teranestesi,
misalnya pada tindakan operasi di lengan bawah dengan memblok
saraf brakialis.
e. Intravascular
Obat dimasukkan langsung ke dalam vena atau arteri besar pada
ekstremitas yang bersangkutan, sedangkan aliran darah dibendung
dengan manset tensimeter, sehingga obat tidak langsung masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Cara ini dipakai pada reposisi patah tulang,
amputasi, dan debridement.

f. Spinal
Zat anastesi lokal disuntikkan ke dalam rongga subaraknoid atau
ke ruang epidural di dalam kanalis vertebralis pada ketinggian tertentu,
sehingga daerah setinggi persarafan yang bersangkutan dan di
bawahnya teranestesi sesuai dengan teori dermatom kulit.

III. Alat dan Bahan

3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan praktikum efek lokal
obat ( pengujian efek anaestetika lokal ) yaitu Air panas, air dingin dan
salep lidocain
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan praktikum efek lokal obat
( pengujian efek anastetika lokal ) yaitu bulu sikat, jarum, paku, penjepit
kayu dan tissu

IV. Prosedur
Lengan kiri dan kanan bagian ventral di gambar kotak-kotak
sebanyak 4x4, kemudian luas area disesuaikan dengan luas lengan.
Setelah itu lengan kanan dioleskan dengan obat, sengan kiri dioleskan
dengan air. Setiap kotak yang digambarkan pada lengan kiri dan kanan
diberikan stimulus.
Stimulus yang diberikan berupa sensasi sentu menggunakan bulu
sikat, sensasi panas diberikan dengan bagian tumpul peniti yang telah
direndam di dalam air panas, sensasi dingin diberikan dengan bagian
tumpul peniti yang telah direndam di dalam air dingin, dan sensasi nyeri
dengan bagian tajam peniti.
Sensasi yang dirasakan dari stimulus yang diberikan setiap kotak
dicatat dan dijumlahka. S untuk setuh, P untuk panas, D untuk dingin,
dan N untuk nyeri. Berdasarkan jumlah sensasi dari setiap stimulus,
dibandingkan pada lengan kiri dan lengan kanan.

V. Data Pengamatan

Dilakukan pengamatan aktivitas salep lidokain sebagai obat anestetika


lokal dengan cara anestetika permukaan. Objek percobaan pada aktivitas kali
ini adalah lengan kanan dan lengan kiri laki-laki dan perempuan. Hasil dari
pengamatan didapati pada table sebagai berikut:

Lengan kanan perempuan (diolesi salep lidokain)

S S P D Jumlah sensasi rasa:


N
Sentuh : 5
N D S
Nyeri : 3
S
Panas : 1
S
Dingin : 2
Lengan kiri perempuan (diolesi air dingin)

S S S S Jumlah sensasi rasa:


P PD PD PD
Sentuh : 16
D N N N
N Panas : 16
S S S S Dingin : 16
PD PD PD PD
N N N N Nyeri : 16

S S S S
PD PD PD PD
N N N N
Lengan kanan laki-laki (diolesi
S S S S
salep lidokain)
P D PD PD PD
N N N N Jumlah sensasi rasa :

Sentuh : 3
S N
Panas : 1
S
Dingin : 1
N P
Nyeri : 2
D S
Lengan kanan laki-laki
(diolesi air dingin)

S S S S Jumlah sensasi rasa :


PD PD PD PD
Sentuh : 16
N N N N
Panas : 16
S S S S
PD PD PD PD Dingin : 16
N N N N
Nyeri : 16
S S S S
PD PD PD PD
N N N N

S S S S
PD PD PD PD
N N N N

VI. PEMBAHASAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak,


tanpa" dan aesthētos,"persepsi, kemampuan untuk merasa"). Secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan
pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Anestesi
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anestesi umum dan anestesi lokal.

Anestetika lokal merupakan obat yang menghambat hantaran


saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar
cukup. Anestetika lokal atau biasa disebut juga dengan zat penghilang
rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi
secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas
atau dingin (Tjay & Rahardja, 2007).

Anestetika lokal bekerja mengganggu penghantaran implus


saraf jika obat tersebut dipergunakan secara lokal dan berhubungan
langsung dengan jaringan saraf. Obat yang digunakan dapat
mengakibatkan hilangnya sensasi panas, dingin, sentuhan,serta nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Sukhminder, 2016).

Rute pemberian anestetika lokal berhubungan dengan efek


anestesi lokal yang dihasilkan. Sebagai contoh suatu anestetika lokal
diberikan pada permukaan tubuh (topikal) dapat mencapai ujung saraf
sensoris dan bekerja menghambat pengantar implus nyeri pada
serabut saraf tersebut, sehingga terjadilah anestesi permukaan.
Anestetika lokal juga dapat diberikan secara injeksi kedalam jaringan
sehingga menyebabkan hilangnya sensasi pada struktur disekitarnya.
Efek yang dihasilkan dikenal dengan anestesia infiltrasi.

Anestetika lokal bekerja hanya pada bagian tubuh tertentu, dan


bentuk sediaan yang paling memungkinkan untuk tercapainya efek
pada permukaan tangan adalan salep. Bahan aktif yang terdispersi
dalam basis salep akan meresap masuk menuju nosiseptor untuk
menghasilkan efek farmakologis (Portenoy, 1994).

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menguji efek


anestetika lokal,digunakan lengan bagian ventral kiri dan kanan karena
pada bagian ini lapisan kulitnya lebih tipis dibandingkan dengan
bagian lengan yang lain dan digunakan juga dua subjek yaitu laki-laki
dan wanita.

Pertama-tama pada lengan bagian vertikal kiri dan kanan kedua


subjek dibuat gambar kotak seperti contoh dibawah ini:
Ukuran kotak disesuaikan dengan luas lengan subjek, dibuat
gambar pada lengankarena agar pada proses pengujian dapat berfokus
pada satu bagian tubuh. Lalu lengankiri kedua subjek diolesi dengan
air, air berfungsi sebagai pembanding dengan lengan kanan yang
diberi salep lidokain. Lalu pada lengan vertikal kanan kedua subjek
diolesi dengan salep lidokain. Pada setiap lengan diberikan
rangsangan berupa sensasi sentuh (menggunakan bulu sikat), sensasi
panas (bagian tumpul peniti yang telah direndam diair panas), sensasi
dingin (bagian tumpul peniti yang telah direndam di air dingin) dan
sensasi nyeri (bagian tajam dari peniti).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan


bahwa lengan kanan yang diolesi dengan salep lidokain memiliki
jumlah respon sensasi lebih kecil dari setiap stimulus yang diberikan
dibandingkan dengan lengan kiri yang hanya diolesi dengan air. Hal
ini dapat menunjukkan bahwa lidokain memiliki aktivitas anestetika
lokal, sedangkan air tidak. Anastetika lokal mengurangi atau
menghilangkan sensasi dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan
jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi
impuls melalui saraf dan ujungnya. Pusat mekanisme kerjanya
terletak di membran sel. Anastetika lokal menghambat penerusan
impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf
untuk ion Natrium. Target anestetika lokal adalah saluran Na+ yang
ada pada semua neuron. Saluran Na+ bertanggung jawab
menimbulkan potensial aksi sepanjang akson dan membawa pesandari
badan sel ke terminal saraf. Anestetika lokal berikatan secara selektif
pada saluran Na+, sehingga mencegah terbukanya saluran. Terjadi
persaingan antara ion natrium danion kalsium yang berada berdekatan
dengan saluran-saluran natrium di membran neuron. Pada waktu
bersamaan, akibatnya turun laju depolarisasi, ambang kepekaan
terhadap rangsangan listrik lambat-laun meningkat, sehingga
akhirnya terjadikehilangan rasa setempat secara reversible.

Diperkirakan bahwa pada proses stabilisasi membran tersebut,


ion-kalsium memegang peranan penting, yakni molekul lipofil besar
dari anastetika lokal mungkin mendesak sebagian ion-kalsium di
dalam membran sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan
demikian membran sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat
lebih baik melawan segala sesuatu perubahan mengenai
permeabilitasnya. Oleh karenaitu, pada lengan kiri terjadi anestetika
permukaan yang mengurangi atau menghilangkan sensasi yang
diberikan, baik itu sensasi sentuh, panas, dingin, maupun sensasi nyeri.
Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penuruan menjalarnya
potensial aksi dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan saraf.

Digunakan dua lengan karena akan diolesi bahan uji yang


berbeda untuk membedakan efek lengan yang diberi obat anestetik
dengan lengan yang hanya diberi air saja. Dan digunakan dua subjek
yang berbeda bertujuan agar dapat membandingkan kepekaan pada
subjek pria dan wanita.

Pemilihan lidokain sebagai anastetika lokal pada percobaan kali


ini adalah karena lidokain dengan nama dagang Xylocain yang
merupakan derivate asetanilida ini termasuk golongan amida dan
merupakan obat pilihan utama untuk anastesia infiltrasi maupun
permukaan. Zat ini digunakan pada selaput lendir dan kulit untuk
nyeri, perasaan terbakar dan gatal. Berhubung tidak mengakibatkan
hipersensitasi , lidokain banyak digunakan dalam banyak sediaan
topikal. Sifat kerja lidokain lebih cepat, lebihkuat, lebih lama dan lebih
ekstensif. Anestesi topikal ini akan diserap ke dalam sirkulasi darah
sehingga dapat menimbulkan efek samping yang toksik. Oleh karena
itu, sangat penting untuk memperhatikan jumlah maksimum yang
boleh digunakan pada suatu area yang akan di anestesi. Formula
topikal ini tidak boleh digunakan untuk daerah mukosa dan luka
terbuka, karena akan terjadi penyerapan yang cepat oleh tubuh dan
dapat menyebabkan keracunan sistemik.

Efek samping Lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya


terhadap SSP misalnya kantuk, pusing, paraestesia, gangguan mental,
koma, dan seizure; semua efek SSP yang terutama timbul pada
overdose. Obat ini termasuk golongan amino asilamid yang jarang
menimbulkan alergi. Lidokain memiliki onset dan durasi yang
pendek. Onset yaitu waktu dari saat pemberian obat sampai dengan
muncul efek. Sedangkan, durasi yaitu waktu dari saat muncul efek
sampai dengan efek hilang.

Selain itu pada hasil pengujian didapatkan bahwa lengan ventral


kanan yang diolesi lidokain subjek wanita lebih banyak merasakan
stimulus dari pada subjek pria hasil ini bisa dikatakan sesuai dengan
teori karena kulit wanita lebih tipis dari pada pria. Secara garis besar,
kulit pria memiliki ketebalan 20% lebih tinggi dibandingkan kulit
wanita. Hal ini dikarenakan kadar kolagen pada pria yang lebih tinggi
dibandingkan wanita.
VI. KESIMPULAN
1. Melakukan pengujian aktivitas suatu obat yang bekerja secara lokal
dengan sampel salep lidokain yang memiliki efek anastetika lokal.
2. Didapatkan reaksi sensasi subjek laki-laki pada lengan kiri (diolesi
air) lebih peka dibandingkan pada lengan kanan (diolesi salep
lidokain). Pada lengan kiri laki-laki sensasi sentuh, nyeri, panas, dan
dingin yaitu dirasakan di seluruh bagian tabel yang digambarkan
total masing-masing sensasi yang dirasakan yakni 16. Sedangkan
pada lengan kanan laki-laki sensasi sentuh terasa 3 kali, nyeri 2 kali,
panas sekali, dan dingin sekali dimana hanya di beberapa bagian saja
karena ada efek anestesi lokal lidokain. Didapatkan reaksi sensasi
subjek perempuan pada lengan kiri (diolesi air) lebih peka
dibandingkan pada lengan kanan (diolesi salep lidokain). Pada
lengan kiri perempuan sensasi sentuh, nyeri, panas, dan dingin yaitu
dirasakan di seluruh bagian tabel yang digambarkan total masing-
masing sensasi yang dirasakan yakni 16. Sedangkan pada lengan
kanan perempuan sensasi sentuh terasa 5 kali, nyeri 3 kali, panas
sekali, dan dingin sekali dimana hanya di beberapa bagian saja
karena ada efek anestesi lokal lidokain.
3. Mekanisme kerja anestetik lokal lidokain mencegah pembentukan
dari konduksi impuls saraf. Potensial aksi saraf terjadi karena
adanya peningkatan sesaat permeabilitas membran terhadap ion Na+
akibat depolarisasi ringan pada membran.
DAFTAR PUSTAKA
Antimikroba. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Catterall, W., & Mackie, K. (2001). Local anesthetics (The pharmacological basis
of therapeutics 9th Edition). Milan: Mc Graw-Hill.
Hasanah, A. H. (2015). Pertimbangan Pemilihan Anestesi Lokal pada Pasien
dengan Penyakit Sistemik [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Kalangi. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3.
Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Kartika, S. W. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: TIM.


Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik: Prinsip Kerja Obat.

Katzung, Bertram G., Susan, B.Masters., and Anthony, J.Trevor., 2014.


Farmakologi Dasar & Klinik. Diterjemahkan oleh Ricky Soeharsono, Edisi
12 Vol. 1, Jakarta.
Mangku, G dan Senapathi, T. G. A. (2010). Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:
PT. Indeks.
Mangku, G dan Senapathi, T. G. A. (2010). Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:
PT. Indeks.

Morgan GE., Mikhail MS., 2013. Intravenous Anesthetics. In: Clinical


Anesthesiology.5 ed Appleton & Lange, Stamford. p. 175-188.
Neal, M. J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
S, Zunilda D., dan Elysabeth., 2007. Anestetik Umum. Farmakologi dan Terapi,
Edisi 5.Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran UI.
Samodro, R., Sutiyono, D., & Satoto, H. (2011). Mekanisme kerja obat anestesi
lokal. Jurnal Anestesiologi Indonesia, 3.
Sasongko, H. (2005). Perbandingan Efektifitas Antara Tramadol dan Meperidin
Untuk Pencegahan Menggigil Pasca Anestesi Umum. Jurnal Anestesiologi
Indonesia Jilid7.

Anda mungkin juga menyukai