Anda di halaman 1dari 2

1 D-Alpha Tocopherol, D-alpha Tocopherol (Vitamin E) Untuk Membantu Memelihara Kesehatan Kulit

2 Nisma Auliya (2206020011)


3
4 Paragraf 1: Identifikasi penyakit. (bahas data fakta penyakit, menarik ttg kondisi patologis. minimal menggunakan
5 3-5 references, disitasi mendeley)
6 Paragraf 2: Identifikasi komponen, senyawa, dan sumber bahan baku.
7 Paragraf 3: Bukti Khasiat (potential benefit), mekanisme nutrasetika dalam mengatasi penyakit.
8 Paragraf 4: Bukti Keamanan, potensi efek samping, potensi interaksi nutrient.
9 Paragraf 5: Contoh produk dan aplikasi dosis.
10 Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit kulit di Indonesia
11 meningkat dari 8,46% pada tahun 2012 menjadi 9% pada tahun 2013, dengan skabies menempati urutan ketiga dari
12 12 penyakit kulit yang sering terjadi, sementara 14 provinsi memiliki prevalensi penyakit kulit di atas tingkat
13 nasional, termasuk provinsi Sumatera Barat (Husna et al., 2021). Data penelitian ini berasal dari dataset penyakit
14 kulit yang diambil dari repositori basis data University of California at Irvine (UCI), terdiri dari 366 data diagnosis
15 penyakit kulit yang diklasifikasikan ke dalam 6 jenis penyakit, dengan 34 atribut input yang mencakup gejala dan 1
16 atribut target berupa hasil diagnosis, di mana dari 366 dataset tersebut, 112 data didiagnosis psoriasis, 60 data
17 didiagnosis seboreic dermatitis, 72 data didiagnosis lichen planus, 49 data didiagnosis chronic dermatitis, 52 data
18 didiagnosis pityriasis rosea, dan 20 data didiagnosis pityriasis rubra pilaris (Azhar et al., 2022). Kulit merupakan
19 bagian terluar tubuh manusia, kulit akan selalu terpapar dengan lingkungan sekitar, mulai dari paparan sinar
20 matahari, suhu, kelembaban udara. Hal ini tentunya mengganggu keseimbangan kulit terutama kadar air sehingga
21 kelembaban kulit menurun dan menjadi kering. Gejala pertama terjadinya kekeringan pada kulit ditandai dengan
22 munculnya warna suram hitam putih dan perubahan topografi kulit. Kulit normal mengandung kadar histamin dan
23 sitokin yang lebih rendah dibandingkan dengan kulit kering. Pelindung yang berada di sekitar korneosit turut terlibat
24 dalam patologi kulit kering. Selain itu, kulit kering telah mengandung kadar kreatinin 5 dan 14 yang lebih tinggi.
25 Kulit kering dapat dialami oleh siapa saja. Kulit kering masih menjadi permasalahan bagi sebagian besar individu.
26 Ciri-ciri kulit kering, diantaranya terlihat kering, terlihat kusam, kulit lebih sensitif, bersisik, lekas berkerut, dan
27 pori-pori terlihat halus. Faktor yang mempengaruhi kulit kering yaitu faktor genetik, faktor lingkungan, kondisi
28 struktur kulit, penyakit kulit, pola makan, dan pengaruh obat-obatan (Anggiarti et al., 2022).
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86 DAFTAR PUSTAKA
87 Anggiarti, P. I., Hikmah, I., & Purnama, S. I. (2022). Analisis Kelembaban Ruangan ber-AC terhadap kelembaban
88 Kulit Berbasis Mikrokontroler. Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering
89 (JTECE), 4(2), 80–92. https://doi.org/10.20895/jtece.v4i2.497
90 Azhar, Y., Firdausy, A. K., & Amelia, P. J. (2022). Perbandingan Algoritma Klasifikasi Data Mining Untuk Prediksi
91 Penyakit Stroke. SINTECH (Science and Information Technology) Journal, 5(2), 191–197.
92 https://doi.org/10.31598/sintechjournal.v5i2.1222
93 Husna, R., Joko, T., & Selatan, A. (2021). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies Di Indonesia :
94 Literatur Review Factors Related To The Incidence Of Scabies In Indonesia : Literature Review Health
95 penyakit yang berhubungan dengan air ( 2011 ) menyatakan bahwa terdapat. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
96 11(1), 29–39. https://doi.org/10.47718/jkl.v10i2.1169
97

Anda mungkin juga menyukai