Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Homiletika

Dosen Pengampu : Parsaulian Simorangkir, M. Th.


Materi : Kitab Mikha
Nama : Kelvin Voorider Panggabean

I. Hermeneutik
1.1 Pendahuluan
Nabi Mikha, yang hidup sezaman dengan Yesaya, berasal dari sebuah desa di Yehuda, di
kerajaan selatan. Ia sangat yakin bahwa Yehuda akan menghadapi bencana nasional seperti yang
diumumkan oleh Amos tentang kerajaan utara. Mikha mengemukakan bahwa Allah pasti menghukum
bangsa Yehuda juga karena mereka kejam dan tidak adil terhadap sesamanya. Tetapi melalui khotbah
Mikha terdapat tanda-tanda yang lebih jelas dan terang tentang harapan untuk masa depan. Bagian-
bagian yang perlu diperhatikan ialah gambaran tentang kedamaian di seluruh dunia di bawah pimpinan
Allah, lalu ramalan tentang raja besar yang akan muncul dari keturunan Daud dan yang membawa
kedamaian kepada bangsa Yehuda, dan ringkasan dari semua yang hendak dikatakan oleh nabi-nabi
Israel, yaitu: Yang dituntut TUHAN dari kita ialah supaya kita berlaku adil, selalu mengamalkan cinta
kasih, dan dengan rendah hati hidup bersatu dengan Allah kita.1

1.2 Penulis Kitab Mikha


Mikha bekerja pada pemerintahan raja Yotam (742-735 SM), Ahas (735-715 SM),
dan Hizkia (715-687 SM). Jika waktu itu dihitung dari awal pemerintahan Yotam sampai akhir
pemerintahan Hizkia, maka berarti masa pelayanan Mikha berlangsung sekitar 55 tahun. Namun
agaknya ia tidak sepenuhnya aktif sebagai nabi sepanjang periode ini. Ia aktif pada akhir abad ke-8 SM
dan merupakan salah satu nabi pertama di antara para nabi-nabi Kecil.2
Sebagai nabi, ia berbicara sebagai perwakilan dari kehendak Tuhan. Sebagai orang biasa, ia
memiliki pengetahuan dasar akan kesengsaraan kaum kecil di pedalaman dan dipersiapkan dengan
cermat untuk menyuarakan murka Allah. Pesannya dalam Mikha 1:2-9 disampaikan sebelum
kehancuran Samaria pada 721 SM.3
1.3 Waktu dan Tempat Penulisan
Pesan Mikha sangat menyentuh rakyat jelata diperkirakan disampaikan di sebuah kota kecil di
barat daya Yerusalem, Moresyet Gat. Kebanyakan dari pesan yang berisi pengharapan diduga berasal
dari Mikha, tetapi sering kali isinya yang bersifat umum mempersulit upaya untuk merekonstruksikan
lingkup historisnya yang lebih spesifik. Meskipun kita membaca buku kanonik ini melalui mata
komunitas iman setelah pembuangan, yang muncul dalam Mikha 7:8-20, makna penting bagian-bagian
ini terletak di dalam pesan rohani dari teks-teks kenabian ini. Karena alasan ini, para pakar memeriksa
pesan-pesan pengharapan ini dengan sangat hati-hati. Mereka beratnya, apakah pesan-pesan itu
memang berasal dari Mikha, ataukah dari nabi-nabi yang berasal dari masa yang belakangan.
Sementara itu, edisi akhir buku ini jelas memberikan kesan bahwa kitab ini berasal dari masa awal
pasca-pembuangan.

1
Drs.P.K.Pilon, Tafsiran Kitab Mikha,2007 (Jakarta: Pustaka Sabda Agung) 40
2
W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama, Jilid 1, 22
3
Hadiwiyata, A.S 2002. Tafsir Alkitab Kontrak Baru.Yogyakarta: Kanisius 20
1.4 Kepada Siapa Dituliskan
Kitab Mikha dituliskan melalui pesannya dalam Mikha 1:2–9 disampaikan sebelum kehancuran
Samaria pada 721 SM. Imbauan para pendukung Yeremia terhadap nubuat Mikha mengukuhkan
hubungannya dengan Hizkia: Memang beberapa orang dari para tua-tua negeri itu tampil juga ke depan
dan berkata kepada kumpulan rakyat itu, katanya: "Mikha, orang Moresyet itu, telah bernubuat pada
zaman Hizkia, raja Yehuda..." (Yeremia 26:17–18). Pesan Mikha sangat menyentuh rakyat jelata
diperkirakan disampaikan di sebuah kota kecil di barat daya Yerusalem, Moresyet Gat.

Meskipun kita membaca kitab kanonik ini melalui mata komunitas iman setelah pembuangan, yang
muncul dalam Mikha 7:8–20, makna penting bagian-bagian ini terletak di dalam pesan rohani dari teks-
teks kenabian ini. Karena alasan ini, para pakar memeriksa pesan-pesan pengharapan ini dengan sangat
hati-hati. Mereka beratnya, apakah pesan-pesan itu memang berasal dari Mikha, ataukah dari nabi-nabi
yang berasal dari masa yang belakangan. Sementara itu, edisi akhir kitab ini jelas memberikan kesan
bahwa kitab ini berasal dari masa awal pasca-pembuangan.

1.5 Tujuan Penulis


Tujuan penulisan kitab ini adalah mengungkapkan kebencian terhadap korupsi dan kepura-
puraan yang dilakukan oleh Yerusalem dan para pemimpinnya. Nabi Mikha melihat kesalahan-
kesalahan sosial yang terjadi dan merasa kasihan pada penderitaan orang-orang miskin. 4 Mikha
mengutuk praktik-praktik keagamaan yang tercerai dari perilaku etis (Mikha 3:9-10,6:3-5,6-8).
Mikha agaknya bukanlah seorang nabi yang profesional. Ia mengecam para nabi yang memberikan
orakel atau nubuat dengan bayaran (Mikha 3:11), atau yang menyesuaikan isi pesan kenabiannya
sesuai dengan kemurahan hati para kliennya (Mikha 3:5). Kredensinya adalah ilham ilahi, dan
Mikha tetap bergeming dalam membela kebenaran moral (Mikha 3:8).
Mikha tampak sadar benar akan panggilannya. Hal ini diperlihatkan oleh kegigihannya untuk
berbicara tentang masalah-masalah pada zamannya dalam kerangka kewajiban
ikatan perjanjian Israel. Di balik perjanjian itu, meskipun Israel gagal mempertahankan ikatan itu,
terdapat Allah perjanjian yang akan memimpin bangsa-Nya ke masa depan yang gemilang. 5

1.6 Struktur Kitab Mikha

Menurut W.S. Lasor dkk, didalam bukunya yang berjudul, “Pengantar Perjanjian Lama 2”, Ia
menulis dan membagi kitab Mikha menjadi dua bagian, tetapi ada pula yang membagi kitab Mikha
menjadi tiga bagian, berdasarkan pandangan Allen (1976) sebagai berikut ;

Dua Bagian
1. Bagian pertama
- Pemberitaan tentang hukuman (Mi 1-3)
- Pemberitaan tentang harapan (Mi 4-5)
2. Bagian kedua
- Pemberitaan tentang hukuman ( Mi 6:1-7:7)
- Pemberitaan tentang harapan (Mi 7:8-20)

4
Frank M. Boyd. 2006, Kitab Nabi-nabi Kecil. Jawa Timur: Gandum Mas.
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Mikha#:~:text=Mikha%20yang%20historis.-,Waktu%20penulisan,
(715%2D687%20SM).
Bedasarkan pandangan Allen (1976) sebagai berikut ;
Tiga Bagian
1. Bagian pertama
- Hukuman yang panjang (Mi 1:2-2:11)
- Hukuman yang pendek (Mi 2:12-13)
2. Bagian kedua
- Hukuman yang panjang ( Mi 3)
- Hukuman yang pendek (Mi 4:1-5)
- Harapan bagi orang-orang yang susah (Mi 4:6-8)
- Kesusahan yang panjang; harapan yang pendek (Mi 4:9-10)
- Kesusahan yang pendek; harapan yang panjang (Mi 4:11-13)
- Kesusahan yang pendek; harapan yang lebih panjang (Mi 4:14-5:5
- Harapan bagi sisa Israel yang susah (Mi 5:6-8)
- Hukuman yang panjang (Mi 5:9-13)
- Hukuman yang pendek (Mi 5:14)
3. Bagian ketiga
- Hukum yang panjang (Mi 6:1-7:7)
- Hukum yang pendek (Mi 7:8-20)6
1.7 Situasi Politik
Situasi politik di Timur-Tengah pada zaman Mikha merupakan awal konflik terhadap Yerusalem
dan Samaria. Dimana timbulnya kekuasaan Asyur pada waktu pemerintahan raja Tiglath Pileser (745
sM). Dan pada tahun 732 sM Aram (Syria) jatuh ketangan Asyur, itulah sebabnya sekarang Israel-
Utara (Samaria) dan Israel Selatan (Yehuda) berada dibawah pengaruh kekuasaan Asyur. Pada tahun
722 sM (raja Ahas memerintah di Yehuda) kota Samaria (Israel-Utara) jatuh ketangan Asyur dibawah
raja Sargon. Peristiwa ini mengakibatkan posisi Yehuda makin hari makin sulit, dan makin memperluas
daerah kekuasaan Asyur, serta banyak pemberontakan lainya (Askelon 705 sM) yang terjadi dan
semakin memperburuk suasana yang mengakibatkan tentara Asyur menghukum Yehuda dengan
mengepung kota Yerusalem pada tahun 701 sM dibawah raja Sanherib.

II. Tafsiran Kitab (Mikha 6:1-8)


Di ayat ini Allah mengingatkan umat Israel akan perbuatan-Nya untuk melindungi dari kutuk orang
(dalam hal ini dari Bileam bin Beor atas suruhan raja Balak bin Zipor dari Moab, seperti yang dicatat
dalam Kitab Bilangan pasal 22-24) serta keajaiban yang dialami dalam perjalanan memasuki tanah
Kanaan (seperti yang dicatat dalam Kitab Yosua pasal 3-4)
Mikha memberikan definisi lipat tiga mengenai standar kebaikan menurut Allah dan apa yang
diperlukan dalam pengabdian umat kepada-Nya:
(1) umat harus bertindak dengan adil, yaitu tidak memihak dan jujur dalam memperlakukan sesama
(bandingkan Matius 7:12);
(2) umat harus mengasihi kemurahan hati, yaitu, menunjukkan belas kasihan sejati dan kebaikan
kepada mereka yang memerlukan bantuan;

6
Op Cit, W.S.Lasor,dkk(Pengantar Perjanjian lama 2, 2013) hlm 246-247
(3) umat harus hidup dengan rendah hati di hadapan Allah, yaitu setiap hari merendahkan diri di
hadapan-Nya dalam ketakutan dan kehormatan kepada kehendak-Nya (bandingkan Yakobus 4:6–10; 1
Petrus 5:5–6).
Mikha 6:1-8 banyak ditafsirkan oleh para penafsir sebagai suatu pernyataan Komprehensif dari
tuntutan-tuntutan Allah terhadap manusia. Namun berbeda dengan para ahli menafsirkan ayat ini
berbeda, yaitu bagaimana cara manusia untuk meredakan murka Allah. Oleh karna itu Mikha 6:1-8
merupakan pernyataan mengenai tanggung jawab manusia dihadapan Allah, dan nabi Mikha
menjelaskan bahwa ketaatan manusia terhadap Allah tidak hanya melalui korban bakaran saja,
melainkan dengan sunguh-sunggu taat kepadanya. Ibadah umum hanya merupakan bagian kecil dari
seluruh pengabdian umat kepada Allah dalam Yesus Kristus. Kasih yang sungguh-sungguh kepada
Tuhan harus terungkap dalam kepedulian tak berkeputusan kepada mereka yang kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai