Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Salah satu kitab nubuatan dalam Perjanjian Lama yang mungkin sukar untuk dipahami adalah kitab
Mikha, salah satunya strukturnya sulit dikenali. Tetapi disisi lain kitab ini terpaparkan dalam teks
Perjanjian Lama bahwa kitab yang terkenal.[1] Dan ada hal yang signifikan untuk dibahas yaitu tentang
janji Allah kepada bangsa Isreal mengenai pemulihan bangsanya, meskipun pada waktu itu kondisi Israel
sangat bobrok dalam hal moral, sosial, politik, dan agama. Secara khusus membahas perikop Mikha
7:14-20, karena diperikop itu akan memperlihatkan kepercayaan Mikha kepada Allah Israel, dan melalui
itu ada penghiburan buat bangsa Israel. Maka dalam karya tulis ini, penulis akan melakukan studi tafsir
kepada Mikha 7:14-20, di dalamnya akan menjelaskan secara rinci arti dan makna dari setiap ayat,
relevansi pada zaman Perjanjian Baru dan implikasinya bagi kehidupan orang percaya masa kini. Penulis
mengharapkan melalui karya tulis ini, para pembaca dan penulis sendiri dapat lebih lagi memahami
kitab Mikha khususnya berita di dalam pasal 7:14-20.

Latar belakang Kitab Mikha

Penulis

Dari superskripsi pada kitab Mikha (1:1) sudah cukup jelas menunjukkan siapa yang menulis kitab ini,
dari mana ia berasal, dan pada zaman apa dia melayani. Kitab ini ditulis oleh Mikha, namanya memiliki
arti who is like Jehovah. Nabi Mikha berasal dari suatu desa kecil di sebelah selatan Yehuda, Moreshet-
Gat (1:1-2, 14; 3:1; 6:1), sebuah daerah pertanian yang subur 40 km di sebelah barat daya Yerusalem.
Seperti juga Amos, Mikha berasal dari sebuah desa sederhana. Mikha hidup sejaman dengan Yesaya,
hanya lebih kontemporer.[2] Pada waktu itu Mikha melayani (adab 8 SM) di masa pemerintahan Yotam,
Ahas, dan Hizkia, raja-raja Yehuda. Visi yang ia lihat adalah mengenai Samaria dan Yerusalem. Jelas
nampak dalam superskripsi bahwa Mikha berbicara atas otoritas dari YHWH sendiri.[3]

Latar belakang sejarah dan sosial-ekonomi

Iklan

LAPORKAN IKLAN INI

Mikha bernubuat di zaman ‘Yotam, Ahas, dan Hizkia’. Dan dalam nubuatan itu ada peristiwa penyerbuan
Asyur, yang mengindikasikan kejatuhan Yerusalem ke tangan Aysur (Mi. 7:12). Tetapi ada pandangan
lain dari nubuatan nabi bahwa akan ada keselamatan Yerusalem, dibalik kejatuhan ini. Selanjutnya,
Yerusalem secara mutlak jatuh ke tangan Babel dan diselamatkan dari sana (Mi. 4:9-10). Nubuatan
disebutkan secara abstrak, tidak menyebutkan nama musuhnya, karena memang diterapkan pada
keselamatan umat Allah dari musuh manapun, karena keselamatan berdasarkan kesetiaan Allah pada
perjanjian Abraham (7:20). [4]
Mikha melayani selama masa krisis yang ditimbulkan kerajaan Asyur. Ia menyaksikan peristiwa-peristiwa
yang mendatangkan kehancuran dan pembuangan dari kerajaan utara Israel. Masa itu merupakan masa
yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran di antara bangsa-bangsa kecil di bagian barat.[5]

Mikha hidup pada masa revolusi ekonomi, di saat bangsa Israel makmur secara materi, kaya namun
berefek samping buruk. Munculnya egoisme materialisme, rasa puas diri dalam beragama, merasa puas
hanya melakukan kegiatan rohani secara badani, dan disintegrasi nilai-nilai pribadi dan sosial. Sehingga
karakter mereka hancur, dibawah ini ada kutipan yang menjelaskan betapa jahatnya bangsa Israel pada
waktu itu, dan Mikha mengecam apa yang dibuat mereka karena bertolak dari kebenaran hukum Taurat.

Orang kaya menguasai tanah orang miskin secara permanen. Padahal menurut Perjanjian Sinai, tanah
tidak boleh dijual secara permanen kepada suku / kaum keluarga lain (Im. 25:23; Bil. 36; 1 Raja.21:3).
Orang kaya dengan pelbagai cara berusaha menguasai tanah orang miskin (2:1–2, 9; 3:1–3). Ketika orang
miskin mengadu kepada hakim, ternyata hakim dipengaruhi suap orang kaya (3:9–11; 7:2–3). Mikha juga
mengecam ketidakjujuran dalam perdaganan: timbangan yang curang. Tampaknya pedagang kaya
memanipulasi pembeli yang miskin (6:10–12). Ke-2 macam dosa ini berasal dari sikap tamak akan uang
dan tanah milik. Menurut Mikha, perlakuan tidak adil terhadap orang miskin, merupakan pelanggaran
hukum Tuhan. Tuhan sendiri akan menghukum mereka. Mikha menyadari dosa sosial ini dari Hukum
Taurat, dan dia juga berbicara langsung dengan Tuhan sang pemberi Hukum Taurat (1:1–2; 3:8).[6]

Perjanjian Ilahi tidak dihiraukan, dan kondisi sosial tidak diperhatikan oleh pemerintah. Memang pada
waktu itu nabi yang lain sangat bobrok juga akhlaknya, makanya Mika mengecam mereka (3:5-7, 11.).
Nabi-nabi tersebut terpengaruh oleh sikap tamak akan uang, sebab itulah nubuat yang disampaikan
baik, padahal kondisi Israel sangat jahat, karena tujuan para nabi yang dikecam oleh Mikha hanyalah
kekayaan dan kuasa. Mereka berkata, Tuhan berjanji kepada Daud untuk melindungi Yerusalem (II Sam.
7:16), tetapi mengabaikan syarat dari perjanjian ini.

Analisa literatur (genre & gaya bahasa)

Genre

Ada yang berkata Kitab Mikha hanyalah nubuat tanpa struktur, tetapi terlepas dari itu kitab Mikha ini
bukan hanya sebuah “kitab” tetapi merupakan sebuah kitab nubuatan. Kitab nubuatan adalah sebuah
kitab yang mengakui hubungan dengan figur nabi di masa lalu, dalam hal ini Mikha, dan yang
ditampilkan sebagai penyampai Firman YHWH untuk pembacanya. Sebagaimana beberapa kitab
mengakui untuk mengomunikasikan legitimasi dan pengetahuan otoritatif mengenai YHWH.[8] Mikha
7:8-20 bergenre liturgi nubuatan (prophetic liturgy), di mana secara khusus Mikha 7:14-17 berisi doa,
jawaban Tuhan dan respon dari umat-Nya. Sedangkan ayat 18-20 adalah sebuah himne pujian
pengagungan kepada Allah, di mana bagian ini merupakan klimaks dari liturgi.

Gaya bahasa

Mikha banyak memakai gaya bahasa di dalam perikop ini, yang semakin memperindah dan menekankan
makna dari doanya. (1) Inklusio. Yang ditemukan dalam perikop ini terlihat di awal ayat 14
(~l*’A[ ymeyKi) dan di akhir ayat 18 (~d,Q(< ymeymi) di mana nabi Mikha menujukan frasa “zaman
dahulu kala” kepada Allah, mengingat akan perbuatan Allah di masa lalu. ymeyK dan ymeym adalah kata
yang sinonim. (2) Metafora. Di ayat 14 ada metafora gembala-domba (metafora Allah-Israel), ular
(metafora musuh), laut (tempat penyingkiran dosa). (3) Simile, dipakai di ayat 17, di mana musuh
dibandingkan secara langsung dengan ular, yang menjalar di tanah. (4) Paralelisme Sinonim, ada tiga
sinonim yang terdapat dalam perikop ini: pertama, di ayat 17 ketakutan musuh-musuh Israel
digambarkan dengan tiga kata yaitu zGrI, dxp, dan arw; kedua, di ayat 18-19, dosa digambarkan dengan
tiga kata juga (!A[,, [v;P,, dan aOJx); ketiga, masih di ayat 18, tindakan mengampuni dosa juga
digambarkan dengan dua kata (afeÛnO dan rb[); keempat, di ayat 20 kata kesetiaan dan kasih setia
bersinonim (tm,a dan ds,x). (5) Personifikasi, di ayat 19 dengan tindakan menghapuskan kesalahan,
secara implisit membandingkan penaklukan Allah terhadap dosa-dosa Israel dengan Firaun dan
tentaranya di laut Merah.[9]

Struktur kitab dan konteks Mikha 7:14-20

Garis besar dari Kitab Mikha ini terbagai dalam beberapa bagian, dibawah ini garis besarnya diuraikan
dengan jelas oleh Mamieq S. Upoyo, sebagai berikut:

Judul[10] (1:1)

Celaan TUHAN atas dosa-dosa Israel dan Yehuda (1:2-3:12).

Samarian dikutuk karena penyembahan berhala (1:2-8).

Yerusalem dikutuk karena penyembahan berhala dan kejahatan mereka (1:9-2:13).

Raja-raja dan para nabi dikutuk karena ketidak-adilan dan kecurangan mereka (3:1-12).

Pengharapan dan penghiburan bagi sisa-sisa Israel (4:1-5:14).

Penyelamatan orang kafir di masa depan (4:1-5).

Penyelamatan keturanan Yakub di masa depan (4:6-14).

Prediksi spesifik lokasi kelahiran Mesias (5:1-4a).

Kelepasan bagi sisa-sisa Israel (5:4b-14).

Allah menggugat ketidak-adilan Israel (6:1-7:20).

Karena melanggar keadilan, Israel dihukum (6:1-16).

Permohonan ampun Israel ditolak karena itu ia dibuang (7:1-13).

Penghiburan atas Israel (7:14-20).

Struktur yang diurakikan ini sangat menunjukkan adanya pola yang teratur, karena setelah adanya
penghukuman dari TUHAN kepada Israel dan Yehuda, selanjutnya ada sebuah restorasi atau pemulihan
bagi bangsa tersebut. Dan ketika mencermati perikop Mikha 7:14-20, ternyata keberadaannya terletak
di momentum penghiburan atau janji keselamatan bagi Israel. Ada beberpa hal yang terkandung di
dalam perikop ini mulai dari permohonan ampun pada Allah melalui doa (ayat 14-17) dan selanjutnya
menaikkan pujian pada Allah Israel (ayat 18-20), semua ada maksudnya yaitu memohon keselamatan,
pemulihan untuk bangsa Israel. Konteks dekat dari perikop ini: Mikha 7:11-13 berfokus pada restorasi
orang Israel (ay. 11) dan diakhiri dengan penghancuran musuh-musuhnya (ay. 13). Sedangkan konteks
jauhnya, Mikha 7:14-20 ini juga diterapkan sebagai nubuatan untuk masa eskatologis, di mana kerajaan
Mesianis ditegakkan yaitu saat Kristus memerintah bukan hanya sebagai Raja Israel namun juga bangsa-
bangsa lain.

Tafsir Teks Mikha 7:14-20

Dibawah ini akan diuraikan studi tafsir terhadap teks untuk memperlihatkan dan memberikan
penjelasan lebih serta hal-hal yang terkait di dalamnya, adapun akan mencermati setiap unsur dan
makna yang terkandung dalam Mikha 7:14-20. Penulis akan membaginya dalam 3 tema besar yaitu ayat
7:14 jadi satu bagian, ayat 7:15-17 disatukan, dan bagian terakhir adalah ayat 7:18-20.

Allah Israel adalah Gembala yang penuh kasih (7:14)

Perikop terakhir dari kitab ini mau memperlihatkan kepercayaan nabi Mikha kepada YHWH, maka
kepercayaan itu sendiri dilukiskan melalui beberapa ekspresi karakter Allah. Dan diantaranya adalah
Allah itu adalah Gembala yang penuh kasih. Pada ayat 14 ini mau memberitahukan sebuah
pengangungan kepada Allah dalam bentuk doa. Mau menyatakan bahwa Dialah Allah yang
menggembalakan umatNya Isreal, ayat ini merupakan petisi yang merujuk langsung pada Allah sebagai
gembala. Dalam bahasa asli memakai kata h[r (imperatif), tepat diterjemahkan dengan
“gembalakanlah.” Kata ini biasanya digunakan sebagai sebuah metafora, dalam konteks ayat ini
menggambarkan Tuhan sebagai gembala dan Israel (umat-Mu) domba-domba-Nya.[11] Dan lambang
dari Allah yang penuh kasih adalah ‘tongkat-Nya’. Tongkat itu sebuah perlindungan, pembelaan dan
berkat, yang memberi makan kambing dombaNya dengan makanan yang melimpah (7:14, 18; 6:9; bnd
Ul. 4:20; Yoh. 10:10), doa mereka adalah Allah sebagai Gembala itu tidak akan pernah dan selalu setia
memberikan makan. Selain itu ayat 14 bisa memberikan tanda bahwa, ini juga seruan dari komunita
pasca pembuangan Israel yang berdoa kepada Allah, yaitu mereka yang menyebut diri sebagai “umat–
Mu” yang bisa berarti tunggal (warga negara) dan juga kolektif (umat).[12]

Kenapa Mikha memakai konsep Allah-Gembala, karena itu adalah sebuah konsep mengenai pribadi
Allah yang dikenal luas oleh dunia Timur Dekat kuno. Makanya jika memakai hal itu akan lebih masuk ke
dalam konteks bangsa Israel pada waktu itu, dan tentunya akan lebih menyentuh sisi/aspek hidup
mereka yang rata-rata seorang penggembala. Dan juga ada penggambaran kata ‘rimba’ dan kebun buah-
buahan, ini mau memberikan indikasi bahwa berlimpahnya makanan yang disedikan oleh Allah, sebuah
doa yang diangkat untukNya, memberikan sebuah kebesaran bahwa Dia Allah pemelihara yang
berkatnya tidak terbatas (makanan). Dan ditunjukkan dengan dua penggembalaan di Basan dan Gilead.
Kedua daerah itu adalah lambang kemakmuran dari daerah utara Israel, wilayah di lereng dunung
Libanon, yang sepanjang sejarah Israel dikenal tidak pernah kering atau tandus.

Akhirnya, menurut tanggapan penulis bisa dicermati bahwa doa yang ditujukan oleh Mikha yang
mewakili bangsa Israel merupakan suatu ungkapan yang sah-sah saja, atau orang yang berdoa pada
umumnya yaitu meminta Allah jadi Gembala yang menyelamatkan umatNya. Dengan metafora
Gembala-domba menunjukkan relasi yang dekat antara Allah dengan bangsa Israel, yang telah dipilih
menjadi milik dan pewaris-Nya. Menilik dari latar belakang mereka yaitu pada masa pasca-pembuangan,
Mikha mempunyai satu rintihan hati agar bangsa Israel yang berada dipembuangan dan pada saat itu
ditindas oleh keotoritasan yang kejam, bisa berubah menjadi keadaan yang baik, karena punya Allah
yang hebat, mereka mulai sadar dan mau kembali dipimpin oleh Allah sendiri yang pasti akan
memerintah dengan adil dan memakmurkan umatNya. Di akhir ayat 14 mau memberi arti bahwa Gilead
maupun Basan menggambarkan janji-janji Allah mengenai berkat-berkat-Nya dan juga merupakan
sarana yang tepat untuk permohonan Mikha bagi kemurahan Allah terhadap umat-Nya. Di sini komunita
bernostalgia melihat kembali ke belakang, di zaman-zaman awal yaitu masa keemasan Daud dan Salomo
ketika daerah Trans-Yordania berada di bawah kekuasaan Israel. Doa umat adalah agar Allah
memberikan kepada bangsa mereka kemashyuran leluhur mereka yang telah dikerjakan dengan tujuan
Ilahi.[13]

Allah Israel berjanji akan membungkam dan menggetarkan musuhNya (7:15-17)

Bagian yang kedua mau memberikan bukti bahwa Allah yang mereka percayai dan sampaikan doa
adalah Allah yang luar biasa menunjukkan kuasaNya di zaman leluhar bangsa Israel, dan mau
memberikan bukti bahwa doa yang dipanjatkan pada Allah tidak akan pernah sia-sia. Ayat 15
menuturkan bahasannya bahwa ‘Tuhan Allah akan bertindak sama seperti Ia telah bertindak pada waktu
Israel keluar dari Mesir’. Dan sebenarnya ayat 15 ini adalah kelanjutan doa dari ayat 14.[14] Dan untuk
itulah hal besar yang pernah Allah lakukan bagi Israel menjadi linteratur, sejarah, dan bahkan bahan
yang tidak akan pernah habis dirasakan oleh bangsa Israel, maka daripada itu makna dari ayat 15 mau
memberikan pengharapan dari doanya Mikha bahwa Dia Allah Israel yang bertindak, baik yang sudah
dilakukanNya, maupun yang akan dilakukanNya, dan itu akan membuat musuh dan orang yang menjajah
Israel terasa takut akan kehebatan Allah Israel.

Penjelasan di ayat 16 ini mau menghantarkan masuk ke dalam sebuah hal nyata, bahwa ketika Allah
melakukan keajaiban pada orang Israel menyebabkan timbulnya respon dari bangsa lain. Dan respon itu
dijelaskan berupa bangsa lain akan merasa malu, di dalam konteks ayat ini kata ‘malu’ itu
mengekspresikan bahwa bangsa-bangsa yang melihat keajaiban yang dibuat Allah Israel akan jadi malu,
merasa segala kekuatan dan keperkasaan mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang
dilakukan oleh Allah Israel. Tindakan kedua adalah bangsa lain akan ‘menutup mulut dengan tangan’, ini
serua doa Mikha pada Allah, artinya apa kata ini menunjukkan perbuatan aktif subyek kepada dirinya
sendiri, yaitu menaruh tangan di mulutnya sendiri. Sebenarnya ketika seseorang menaruh salah satu
bagian tubuhnya ke bagian tubuh yang lain dari dirinya, seseorang sedang mengkomunikasikan pesan
non-verbal. Contohnya: menaruh tangan di kepala menunjukkan perkabungan (2Sam. 13:19), menaruh
tangan di kepala orang lain mengindikasikan pemberian berkat (Kej. 48:14). Demikian juga halnya
dengan menaruh tangan di mulutnya sendiri. Tindakan ini berkonotasi diam, persetujuan dengan diam-
diam, malu, atau keheranan (Hak. 18:19; Ayb. 21:5; Mi. 7:16). Untuk ayat ini mereka (bangsa-bangsa)
menutup mulut mereka bukan hanya karena malu, tetapi sekaligus juga begitu herannya karena
perbuatan-perbuatan ajaib yang YHWH lakukan di antara orang Israel.

Satu respon lagi adalah ‘telinganya menjadi tuli’ kata ini merujuk kepada sebuah subjek yang menjadi
diam, atau sebuah objek yang menjadi tuli. Biasanya merujuk Allah sebagai subyek. Namun kata yang
digunakan di ayat ini unik, tidak merujuk kepada Allah sebagai subyek, namun secara pasti diartikan
“menjadi tuli,” di mana nabi Mikha berbicara mengenai bangsa-bangsa yang menjadi tuli dan terdiam
karena rasa hormat kepada Israel di hari yang akan datang. Dan dilanjutkan kepada ayat 17, ini semakin
memberikan penggambaran, bahwa menjilat debu merujuk pada tradisi, ketika musuh-musuh yang
telah dikalahkan akan mencium kaki tuan barunya, yaitu mereka yang berhasil mengalahkannya. Mereka
bersujud di kaki “tuan besar” sebagai demonstrasi dari supremasi YHWH atas bangsa-bangsa. Seperti
ular yang merupakan metafora musuh, bangsa-bangsa akan sujud menyembah kepada YHWH. Bangsa-
bangsa akan menerima kekalahan tanpa syarat dan akan menjadi gemetar, genta, dan takut akan
perbuatan Allah Israel yang begitu dahsyat.[15] Maka inilah bukti-bukti bahwa Allah akan membungkam
dan menggentarkan musuh-musuhNya. Dan indah sekali perkataan Mikha yang akan penulis jelaskan
dibagian terkahir, penulis rangkumkan dalam ayat 18-20.

Allah Israel adalah Maha Pengampun dan Penyayang (7:18-20)

Pada bagian kali ini menunjukkan ciri Allah yang membedakan dengan yang lain, kitab ini bukan hanya
menggambarkan bahwa Allah itu menghukum dosa, marah dengan tindakan yang bejat dari anakNya,
dan sampai-sampai membiarkan bangsa Israel dibuang serta ditindas bangsa lain. Akan tetapi, sisi lain
dari Allah yang penuh kasih tidak boleh dibiarkan dan dilupakan. Karena Allah itu bukan hanya
menghukum, tetapi juga mengampuni orang yang ingin berbalik. Maka bagian ini dibuka dengan ayat 18
yang menegaskan bahwa ‘siapakah Allah seperti Engkau’, adalah arti Allah penuh belaskasihan dan
anugerah, menyebabkan Mikha dengan gaya retoris menyampaikan seruan kekaguman kepada Allah:
“Siapakah Allah seperti Engkau?” Di sini sepertinya Mikha juga membuat permainan kata dengan
namanya sendiri, karena Mikha sendiri berarti “who is like Jehovah.”

Ayat 18-20 ini merupakan suatu doksologi (nyanyian-pujian). Sekaligus doksologi ini mengandung
pengakuan dan doa minta belaskasihan. Tuhan Allah yang digambarkan dalam bagian terakhir ini adalah
Allah yang mengampuni dosa dan memaafkan. Sekalipun dosa umatNya itu sudah begitu besar,
pemakaian kata dosa dan pelanggaran yang dilakukan umatNya terlihat dalam bahasa asli/Ibrani yaitu
‘pesya’, kata itu berarti pelanggaran yang paling berat yang menyatakan dosa pemberontakan pada
Allah. Akan tetapi, Tuhan mau mengampuni.[16] Makanya Mikha menaikkan pujian syukur padaNya,
karena Dia Allah yang kasihNya mau menghapuskan segala dosa.
Menarik di ayat 18 umat Allah menamakan dirinya: ‘sisa milikNya sendiri’, untuk pengertian itu adalah
bagian yang dalam segala kesukaran dan kemorosotan senantiasa berpegang kepada TUHAN dan oleh
karena itu akan diselamatkan. Sisa ini menjadi harapan bagi masa depan. Dan di ayat 18 bagian terakhir
ditutup dengan ‘Tuhan tidak bertahan dalam murkaNya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada
kasih setia. Kasih setia disini dipakai berhubung dengan Tuhan Allah sendiri dalam arti kasih perjanjian
atau Allah tetap berreaksi negatif pada dosa, tetapi reaksiNya itu tidak meninggalkan karakterNya yang
penuh kasih (Mik. 7:18b, 20; bnd Maz. 103:9).[17] Dan pengampunan oleh Yahweh berarti dosa dan
kesalahan dihapuskan sama sekali, sehingga Ia tidak akan mengingatnya lagi.[18]

Pokok pengampunan dari ayat 18 akan dilanjutkan oleh Mikha di ayat 19. Maka daripada itu kalimat di
ayat 19 menyatakan ‘Tuhan Allah akan kembali menyayangi kita’. Gagasannya ini memberi makna
bahwa Allah, setelah menarik diri dari umatNya, datang kembali untuk mengasihi mereka. Kata Ibrani
yang diterjemahkan dengan ‘menghapuskan’ sebenarnya berarti ‘menginjak’. Seperi penakluk yang
menginjak musuh-musuhnya dengan mengalahkan dan membinasakan mereka, demikianlah Tuhan
Allah menaklukkan dosa mereka. Dan pengampunan Allah yang ditunjukkan oleh nabi Mikha adalah
pengampunan yang radikal atau besar sekali, karena dikatakan di ayat 19c ‘Engkau akan melemparkan
segala dosa kami ke dalam tubir-tubur laut’. Mikha menubuatkan adanya hari restorasi dan
pengampunan ketika Allah akan melemparkan dosa-dosa bangsanya ke dalamnya lautan, di mana dosa-
dosa tersebut tidak lagi menjadi batasan atau penghalang antara Allah dengan umat-Nya, dan mau
menyatakan dosa Israel dihilangkan sama sekali. Betapa Maha pengampun dan penyayangnya Allah.
Dan diayat 20 nabi Mikha mengakhirinya dengan Doa-pujian, sebuah pengakuan bahwa apa yang
TUHAN janjikan kepada Abraham dan Yakub, nenek moyang bangsa Israel, akan dikabulkan. Dalam hal
ini Abraham dan Yakub mewakili bansga Israel (bnd Yes. 41:8).[19] Kitab Mikha memperlihatkan bahwa
hal itu adalah sebuah kebenaran, janji Allah itu, yang telah diucapkanNya dengan sumpah kepada
Abraham. Karena itu Allah akan terus-menerus memberkati Abraham, keterunannya yaitu Yakub dan
Isreal secara seterusnya.

Kesimpulan

Mikha 7:14-20 merupakan perikop penutup yang memberikan kabar dan makna yang sangat baik, disini
dengan jelas nabi Mikha mengungkap dan mengutaran doanya kepada Allah Israel, karena kondisi yang
dialami bangsa Israel, kondisi mereka sangat menderita, penderitaan yang dialami bangsa ini tidak lain,
karena dosa mereka sendiri yang melawan dan tidak taat kepada perintah Allah, dengan melakukan
tindakan atau sikap hidup yang buruk, tetapi masih tetap melakukan kegiatan rohani (munafik).
Makanya Allah membuang mereka di Babel. Tetapi nabi yang Allah hadirkan yaitu Mikha dengan penuh
tanggung jawab dan bijaksana, dia bertugas bukan hanya menyampaikan kabar akan penderitaan atau
penghukuman yang Allah lakukan bagi bangsa Israel, tetapi juga mengabarkan akan pemulihan yang
Allah lakukan, dan dengan dia bertugas untuk memohon belas kasihan dari Allah melalui doa dan pujian
di perikop penutup ini.
Gaya bahasa di perikop penutup ini ditulis dengan sangat indah, dan semakin memperlihatkan doa yang
Mikha sampaikan begitu luar biasa dan dalam maknanya. Mikha menyampaikan doa kepada Allah
karena Dia berkuasa atas umatNya, dan menjadi Gembala bagi umat Israel, Mikha menyampaikan dan
menunjukkan dalam doanya bahwa Allah adalah Gembala yang penuh kasih, ini merupakan natur Allah
disamping diriNya yang juga adil. Dan karena Mikha tahu Allah yang mempunyai segalanya dan memiliki
banyak berkat. Mikha mengutarakan doanya bahwa Engkau Allah yang tidak akan meninggalkan
umatNya, Allah yang akan menggembalakan umatNya, karena perjanjian yang Dia buat dengan Abraham
sampai penerusnya, menunjukkan bahwa Dia Allah yang setia dan penuh kasih sekalipun bangsa Isreal
itu tidak setia.

Kitab Mikha bagian akhir ini menunjukkan karakter atau sifat daripada Allah, bagaimana Allah tetap
mengampuni atau Maha Pengampun dan Penyayang, sekalipun dosa Isreal yang sungguh besar, dan Dia
memberi penghukuman yang luar biasa, tetapi setelah itu Mikah tahu bahwa Allah itu kasih. Di perikop
ini juga Allah menunjukkan kasihNya, melalui permohonan doa Mikha, bahwa Dia Allah yang setia
kepada sisa-sisa umatNya. Dan melalui peristiwa ini Mikha dalam doa mengatakan akan kebesaranNya,
karena kuasaNya itu dapat membuat musuh-musuh Israel atau bangsa-bangsa takjub, malu, dan terdiam
melihat perbuatanNya bagi Israel dari dulu hingga waktu itu. Dan tidak lupa juga perikop ini ketika
dihubungkan dengan Perjanjian Baru, yang mana menceritakan tentang pribadi yang luar biasa yaitu
Yesus Kristus, memiliki kaitan atau makna yang erat bahwa Kristus juga Tuhan yang penuh kasih dan
pengampun mau datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka sendiri, ketika
mereka manusia yang berdosa datang padaNya Dia Yesus yang setia akan mengampuni dosa dan
memberikan hidup yang kekal.

Banyak hal yang penulis pejari dari perikop ini, biarlah perikop ini sebagai pengingat, teguran, dan
sekaligus dorongan bagi penulis dan orang-orang percaya masa kini bahwa harus berhati-berhati dengan
dosa, dan ingat ketika dalam penderitaan dan mengalami hukuman dari Tuhan, ingat bahwa punya
Tuhan Yesus, berdoa dan datang padaNya mohon ampun, dan cepat berbalik padaNya. Dan rasakan
pengampunan dan kasih dariNya yang luar biasa besar, dan akan membuat semua orang mengerti akan
kebaikan dan kesetiaanNya dari dulu sampai sekarang yang tidak pernah berubah (perikop yang
mengingatkan akan kasih setiaNya), bagi manusia yang terkadang tidak setia.

Anda mungkin juga menyukai