Vanillin
Vanillin
Vanilin dengan rumus molekul C8H8O3 adalah senyawa aldehida aromatik. Jika vanilin
dikenai reaksi reduksi, akan diperoleh senyawa vanilin alkohol. vanilin merupakan
senyawa fenol tersubstitusi gugus metoksi (-OCH3) pada posisi orto dan gugus aldehida
(-COH) pada posisi para jika dilihat dari struktur kimianya, sehingga vanilin dapat
dikelompokkan sebagai senyawa antioksidan dan juga mempunyai aktivitas antibakteri
(Budimarwanti dan Theresih, 2015). Karena senyawa semi polarnya dapat mengikat senyawa
spesifik aromatik (termasuk vanilin dari komponen fenolik), Ekstraksi vanilin dengan pelarut
organik etil asetat dianggap sangat baik untuk mengekstrak senyawa vanilin (Popescu et
al.,2020). Pada vanillin terdapat gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik. Gugus hidrofobik
terletak pada cincin aromatis, sedangkan gugus-gugus hidrofilik terletak pada gugus hidroksil (-
OH), aldehid (-CHO), dan metoksi (-OCH3) (Kumar et.al.,2012).
Vanilin merupakan senyawa alami vanila yang selama berabad-abad digunakan dalam
makanan serta bahan kaya akan fitokimia atau senyawa perasa yang karena struktur
kimianya terutama polimer pektin, menjadikannya sulit untuk dipisahkan sehingga
menyebabkan esktraksi vanillin menjadi sulit (Zhang et al., 2014). Vanilin (4-hidroksi-3-
metoksibenzaldehida) berwujud kristal berwarna putih atau putih kekuningan. Vanilin bersifat
non higroskopis dengan berat molekul sebesar 152,14 g/mol, titik didihnya sebesar 28 oC dan titik
leleh sebesar 81-83oC serta kelarutannya dalam air sebesar 10 g/L dalan suhu ruang. Densitas
dari vanilin sebesar 1,056 g/cm3 dan memiliki ph asam jika dalam bentuk larutan. Selain itu,
senyawa ini sangat larut dalam kloroform, eter, dan air panas (O’Neil,2013).. Adapun struktur
dari vanillin sebagai berikut,
BROMINASI
Brominasi merupakan suatu reaksi kimia yang di dalamnya melibatkan penambahan bromin
pada senyawa yang mana merupakan Langkah penting dalam produksi senyawa organic
terhalogenasi (Nishina dkk., 2013). Br2 adalah elektrofil cukup kuat yang reaktivitasnya dapat
ditingkatkan dengan asam kuat(zat pengoksidasi). Oksidasi dapat berupa reaksi samping dengan
reaksi brominasi elektrofilik. Ikatan karbon bromin dapat dibuat melalui serangan elektrofil pada
ikatan tersubstitusi. Brom dapat diperkenalkan melalui proses tipe Sn-2 yang menggunakan
sumber anion bromida(Harch,1992). Metode borminasi berhubungan erat dengan klorinasi, yakni
ditambahkannya/dihasilkannya molekul bromin secara in situ dari reaksi N-Bromoamina dengan
asam. Dengan menggunakan asam lewis, peningkatan kekuatan elektrofil dapat diperoleh
(Usman,2021). Ion brominium (Br+) diperoleh dari reaksi bromin dengan perak sulfat di dalam
asam sulfat dan dapat pula dari pengasaman asam hipobromat. Metodelogi fotokatalitik dapat
digunakan untuk brominasi lebih lanjut dari zat kompleks untuk mendapatkan fungsi baru,
seperti produk alami, obat-obatan, dan intermediet sintetis utama dari bahan (Zhang dkk., 2022)
Bromin sendiri dapat mengkatalis molekul bromin dengan cara memanfaatkan kemampuannya
dalam membentuk ion tribromide,
Penggunaan bromin molekuler yang beracun dan sangat reaktif, membuat brominasi sangat
berbahaya. Solusinya adalah dengan tetap menggunakan Br2, tetapi untuk meminimalkan bahaya
dapat dengan mereaksikan bromida tereduksi (dalam bentuk asam hidrobromat atau garam
bromida) dengan zat pengoksidasi, misalnya hidrogen peroksida dan peroksida lainnya Oxon,
bromate, atau bahkan udara atau oksigen pada suhu tinggi atau dengan katalis. Pendekatan ini
memecahkan masalah penyimpanan dan transportasi, tetapi risiko reaksi pelarian masih ada.
Selektivitas juga dapat menjadi masalah karena sifat reagen yang digunakan sangat reaktif
(Kerrebroeck dkk., 2019)
masalah ini dapat dihindari dengan pengembangan proses aliran yang berkelanjutan. Rasio
permukaan atas volume yang tinggi sangat mengurangi risiko reaksi pelarian dan memastikan
kontrol parameter yang baik, yang berarti selektivitas dan konversi yang optimal dapat dicapai
dengan reagen atau pelarut minimal. Selain itu, dengan menghasilkan bromin in situ, bahaya
yang terkait dengan pengangkutan dan penyimpanan dapat dielakkan, dan laju produksi dapat
disesuaikan dengan laju konsumsi. Pembuatan Br2 in situ dari HBr dan H2O2 menghasilkan
protokol brominasi yang aman dan efisien dan jika residu bromin dipadamkan sebelum
meninggalkan reaktor, risiko pelepasan bromin yang tidak disengaja turun menjadi hampir nol,
karena pada waktu tertentu Br2 yang ada dalam reaktor tidak cukup untuk membahayakan
lingkungan atau orang yang melakukan reaksi jika terjadi tumpahan yang tidak disengaja.
Reinout Van Kerrebroeck, Pieter Naert, Thomas S. A. Heugebaert, Matthias D’hooghe,
and Christian V. Stevens*.2019. Electrophilic Bromination in Flow: A Safe and Sustainable
Alternative to the Use of Molecular Bromine in Batch.Molecules.11(24).2116.
BROMOVANILIN
Senyawa 5-bromovanillin mempunyai rumus molekul C8H7BrO3 dengan berat molekul
sebesar 231,04 g/mol. Nama iupac dari 5-bromovanillin adalah 3-bromo-4-hydroxy-5-
methoxybenzaldehyde (Anonim, 2022). 5-bromovanillin adalah senyawa organic aldehida
karbolik. Ini adalah salah satu konstituen ekstrak kacang vanilla dan digunakan sebagai zat
penyedap dalam minuman, makanan, dan obat-obatan (Lotto,2017). Bromovanillin mempunyai
penampilan berbentuk serbuk kristal putih hingga hampir putih, dengan rentang titik lebur
sebesar 164-166oC(Anonim,2015).
PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan sintesis bromovanilin. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari
reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa aromatic dan mempraktikkan Teknik laboratorium
berupa filtrasi, kromatografi, dan penentuan titik lebur. pada percobaan ini reaktan utamanya
adalah vanillin dan produk hasil dari sintesis adalah 5-bromovanillin.
Langkah Kerja
Sebanyak 0,5 gram padatan vanillin dan KBrO3 sebanyak 0,18 gram ditimbang dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 50ml. selanjutnya, larutan asam asetat glasial sebanyak 5ml, dan 0,3 ml
larutan HBr dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml. Pencampuran larutan HBr dan lar asam
asetat glas dilakukan di lemari asam. Kemudian, magnetic stirrer juga dimasukkan dan
erlenmeyer tersebut kemudian ditutup dengan plastic wrap. Selanjutnya dilakukan proses
pengadukan dengan magnetic stirrer di atas hot plate yang sudah dinyalakan selama 45 menit.
Padatan yang terbentuk diteteskan dengan etanol hingga padatan larut sempurna lalu dimasukkan
ke dalam 0Eppendorf untuk dilakukan uji KLT.. Selanjutnya, sampel produk ditotolkan pada plat
klt dengan bantuan pipa kapiler. Plat klt lalu dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen,
dimana eluen yang digunakan adalah diklorometana. Chamber kemudian ditutup. Plat KLT
didiamkan hingga eluen bergerak naik sampai ke batas atas plat KLT. Kemudian, plat KLT
diambil dan diamati kemurniannya dibawah sinar UV.
Selanjutnya, larutan hasil pencampuran dipindahkan dalam gelas beker yang sebelumnya sudah
ditambahkan akuades, es batu, dan padatan Na2SO4 sebanyak 1 sendok spatula. Kemudian
diaduk dengan pengaduk kaca. Proses pencampuran dilakukan hingga padatan berwarna putih.
Setelah itu, campuran disaring dengan penyaring Buchner. Kertas saring dimasukkan ke bagian
atas corong bucher dan ditetesi akuades dengan bantuan pipet tetes dan pompa vakum
dinyalakan. Lalu, hasil sintesis dituangkan ke dalam corong Buchner dengan Teknik dekantasi.
Sisa-sisa produk di Erlenmeyer dicuci dengan akuades dingin kemudian dimasukkan ke corong
Buchner. Corong dilepaskan ketika sudah tidak ada cairan yang menetes dan pompa vakum
dimatikan.
Langkah berikutnya yaitu proses rekristalisasi padatan produk(bromovanilin kotor) dengan
pelarut yang sesuai. Sebelumnya, ditentukan pelarut yang sesuai. Pelarut tersebut ditentukan
dengan cara padatan bromovanilin kotor tersebut diambil sedikit dan dimasukkan ke tabung
reaksi A,B, dan C. kemudian, pada tabung reaksi A ditambahkan pelarut akuades, tabung reaksi
B ditambahkan pelarut etanol, dan tabung reaksi C ditambahkan campuran pelarut etanol dan
akuades 1:1. Lalu, kelarutan produk diamati pada suhu rendah, suhu kamar, dan suhu tinggi.
Setelah pelarut yang sesuai ditentukan, kemudian pelarut dipanaskan dengan hot plate sampai
mendidih. Corong kaca dan kertas saring juga ikut dipanaskan. Setelah itu, pelarut panas
campuran antara etanol dan akuades 1:1 dimasukkan ke dalam padatan produk dan diaduk
dengan magnetic stirrer di atas hot plate sampai larutan tercampur sempurna(homogen).
Kemudian, campuran tersebut disaring dengan corong kaca panas lalu filtratnya ditampung pada
Erlenmeyer yang dibawahnya sudah terdapat penangas es tanpa diberi air. Kemudian filtrat
diletakkan pada gelas arloji dengan alas kertas saring. Sebelumnya, kertas saring dan gelas arloji
telah ditimbang dengan neraca analitik. Setelah itu, hasil yang diperoleh berupa padatan
dikeringkan dengan oven selama semalam. Lalu produk murni ditimbang massanya dan titik
leburnya dengan elektrotermal.
INTISARI
Telah dilakukan percobaan sintesis bromovanilin. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari
reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa aromatic dan mempraktikkan Teknik laboratorium
berupa filtrasi, kromatografi lapis tipis, dan penentuan titik lebur. percobaan diawali dengan
pencampuran padatan vanillin, padatan KBrO, larutan HBr, dan larutan asam asetat.
Kemudian dilakukan pemanasan dan pengadukan dengan magnetic stirrer di atas hotplate
selama 45 menit. Selanjutnya, dilakukan uji KLT dengan eluen yang digunakan adalah
larutan diklorometana. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker
yang telah diisi dengan campuran akuades dingin dan natrium tiosulfat. Setelah itu,
campuran difiltrasi dengan corong Bucher. Selanjutnya, padatan yang dihasilkan
dimurnikan dengan metode rekristalisasi. Pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi
adalah etanol dan akuades 1:1. lalu padatan yang dihasilkan disaring lagi menggunakan
kertas saring. Padatan kemudian dikeringkan dengan oven selama semalaman.setelah itu,
padatan bromovanilin yang diperoleh massanya ditimbang dengan neraca analitik dan
diuji titik leburnya dengan alat elektrotermal.
Pada percobaan ini, diperoleh produk bromovanilin berwujud padatan kristal berwarna putih
kekuningan dengan massa sebesar 0,19 gram dan rendemen sebesar 27,61%. Titik lebur yang
diperoleh adalah 160,6oC-167,5oC dan nilai Rf yang diperoleh adalah 0,5714. Selain itu, dari
spectra massa diperoleh bahwa 5-bromovanilin menjadi produk utama dan bromovanilin yang
diperoleh memiliki kemurnian sebesar 98,24% berdasarkan kromatogram GC.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Melalui reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa aromatic vanillin, dihasilkan senyawa
berupa 5-bromovanillin.
2. Telah dilakukan Teknik laboratorium seperti, filtrasi, kromatografi lapis tipis, rekristalisasi,
dan penentuan titik lebur dengan alat elektrotermal. Diperoleh produk 5-bromovanilin berwujur
padatan kristal dengan massa sebesar 0,21 gram dengan rendemen 27,61% dan titik lebur
160,6oC-167oC. Selain itu, diperoleh nilai Rf 0,5714 dan bromovanilin yang diperoleh memiliki
kemurnian sebesar 98,24% berdasarkan kromatogram GC.
Zhang, -Y., Mo, -L., Chen,- F., Lu, -M., Dong, - W., Wang, -
Q., Xu, -F., Gu, -F., 2014. Optimized production of vanillin
from green vanilla pods by enzyme-assisted extraction
combined with pre-freezing and thawing. Molecules. 2(19),
2181–2198.
Zhang,y.,wang,h.,liu,y. and li,c.,2022,aromatic bromination
with hydrogen production on organic-inorganic hybrid
perovskite-based photocatalysts under visible light
irradiation, Chinese J. Catal., 43,1805-1811.