Anda di halaman 1dari 21

VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap fluida, baik gas maupun cairan, masing-masing memiliki
suatu sifat yang dikenal dengan viskositas. Viskositas adalah gesekan antara
lapisan zat cair atau gas yang mengalir. Viskositas sendiri banyak digunakan
dalam dunia industri untuk mengetahui koefisien kekentalan zat cair. Dari
perhitungan itu dapat dihitung berapa seharusnya kekentalan yang dapat
digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah larutan
(Daniels, 1961). Salah satu penerapannya yaitu pada industri oli. Oli memiliki
kekentalan yang lebih besar daripada zat cair lainnya. Dengan mengetahui
komposisi dari oli tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam
menjaga kekentalan oli agar tetap terjaga selama proses produksi (Febrianto et
al., 2013).
Viskositas dibagi menjadi viskositas dinamis dan viskositas kinematis.
Viskositas dinamis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair
yang saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan
dengan banyaknya 1 kg zat cair yang mengalir sejauh 1 m/s. Viskositas
kinematis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair yang
saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan
banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap detik (Perry, 2008). Salah
satu cara untuk menentukan nilai viskositas adalah metode Ostwald, dimana
prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan suhu, jenis larutan, dan waktu yang
dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir melalui pipa kapiler
dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri (Daniels, 1961).
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan viskositas dinamis
dengan menggunakan metode Ostwald dan metode Rotasi. Percobaan tentang
viskositas perlu dilakukan agar mahasiswa mampu memahami viskositas dan
pengaruhnya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan viskositas dinamis suatu zat.
2. Membandingkan nilai viskositas suatu zat dengan metode Ostwald dan
metode Rotasi.
3. Mempelajari pengaruh kecepatan rotasi spindle terhadap nilai viskositas
suatu zat pada metode Rotasi.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

1.3 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa mampu menentukan viskositas dinamis suatu zat.
2. Mahasiswa mampu membandingkan nilai viskositas suatu zat dengan
metode Ostwald dan metode Rotasi.
3. Mahasiswa mampu mempelajari pengaruh kecepatan rotasi spindle terhadap
nilai viskositas suatu zat pada metode Rotasi.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Viskositas adalah suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas yang
mengalir. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang.
Maka sebelum lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya
diperlukan suatu energi tertentu sehingga suatu lapisan zat cair dapat meluncur
diatas lapisan lainnya. Karena adanya gaya gesekan antara lapisan zat cair,
maka suatu zat akan bersifat menahan aliran. Besar kecilnya gaya gesekan
tersebut tergantung dari sifat zat cair yang dikenal dengan nama viskositas
(Daniels, 1961).
𝐹
Dirumuskan: 𝜂= 𝑑𝑣 (2.1)
𝐴
𝑑𝑦

Dengan: η = viskositas
F = gaya gesek
A = luas permukaan zat cair
dv = perbedaan kecepatan antara dua lapisan zat cair yang berjarak dy
Jadi, viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas (N/m2)
yang diperlukan untuk mendapatkan beda kecepatan sebesar 1 m/s antara dua
lapisan zat cair yang sejajar dan berjarak 1 m (Perry, 2008).
Dalam satuan SI, viskositas sebesar 1 N.s/m2 disebut 10 poise. Untuk
kekentalan yang kecil dapat digunakan centipoise (10-2 poise) (Perry, 2008).

2.2 Macam-Macam Viskositas


Ada dua macam viskositas, antara lain (Perry, 2008):
1. Viskositas Dinamis
Viskositas dinamis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua
lapisan zat cair yang saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat
cair dinyatakan dengan banyaknya 1 gram zat cair yang mengalir sejauh 1
cm s-1, satuannya dalam satuan SI adalah dyne.s/cm2 atau poise.
2. Viskositas Kinematis
Viskositas kinematis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua
lapisan zat cair saling bergesekan sehingga besarnya gaya gesekan zat cair
dinyatakan dengan banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap
detik, satuannya adalah cm2s-1 atau stokes.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Satu stokes didefinisikan sebagai gaya sebesar 1 dyne yang diperlukan


untuk mendapatkan sejumlah zat cair yang mengalir dalam penampang
seluas 1 cm2 dalam satu detik.
Hubungan antara viskositas dinamis (𝜂) dengan viskositas kinematis
(𝜐) adalah (Perry, 2008):

𝜂
𝜐= (2.2)
𝜌
Dengan,
υ = viskositas kinematis (m2/s)
η = viskositas dinamis (N.s/m2)
ρ = densitas (kg/m3)

2.3 Viskositas Suatu Larutan


Dalam suatu larutan, η0 merupakan viskositas dari pelarut murni dan η
merupakan viskositas dari larutan yang menggunakan pelarut tersebut. Ada
beberapa cara untuk menghitung pengaruh penambahan zat terlarut terhadap
viskositas larutan. Perhitungan viskositas suatu larutan sering dihubungkan
dengan penentuan berat molekul suatu polimer yang terdapat dalam suatu
pelarut. Beberapa perhitungan viskositas suatu larutan yang paling umum yaitu
(Stuart, 2002):
1. Viskositas Relatif
Viskositas relatif adalah rasio antara viskositas larutan dengan
viskositas dari pelarut yang digunakan. Viskositas relatif dinyatakan dengan
persamaan:
𝜂
𝜂𝑟 = (2.3)
𝜂0
2. Viskositas Spesifik
Viskositas spesifik adalah rasio antara perubahan viskositas yang
terjadi setelah penambahan zat terlarut dengan viskositas pelarut murni.
Viskositas spesifik dinyatakan dengan rumus:
𝜂 − 𝜂0
𝜂𝑠𝑝 = = 𝜂𝑟 − 1 (2.4)
𝜂0
3. Viskositas Inheren
Viskositas inheren adalah rasio antara logaritma natural dari viskositas
relatif dengan konsentrasi dari zat terlarut (biasanya berupa polimer).
Viskositas inheren dinyatakan dengan rumus:
ln 𝜂𝑟
𝜂𝑖 = (2.5)
𝑐
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

4. Viskositas Intrinsik
Viskositas intrinsik adalah rasio antara viskositas spesifik dengan
konsentrasi zat terlarut yang diekstrapolasi sampai konsentrasi mendekati
nol (saat pengenceran tak terhingga). Viskositas intrinsik menunjukkan
kemampuan suatu polimer dalam larutan untuk menambah viskositas larutan
tersebut. Nilai viskositas dari suatu senyawa makromolekul di dalam larutan
adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam karakterisasi
senyawa tersebut. Secara umum, viskositas intrinsik dari makromolekul
linear berkaitan dengan berat molekul atau derajat polimerisasinya.
Viskositas intrinsik dinyatakan dengan rumus:
𝜂𝑠𝑝
[𝜂] = lim (2.6)
𝑐→0 𝑐

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas


Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas
gas tidak dipengaruhi oleh tekanan (Perry, 2008).
2. Suhu
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas
naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga
gaya antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan kenaikan temperatur (Perry, 2008).
3. Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi
serta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi (Perry, 2008).
4. Gaya Gesek
Semakin besar gaya gesek antar lapisan maka viskositasnya semakin
besar (Perry, 2008).
5. Densitas
Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat dilihat dari rumus
(Daniels, 1961):
𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ (2.7)
𝜌ₐ𝑡ₐ
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

2.5 Metode Penentuan Viskositas


2.5.1 Metode Ostwald

Gambar 2.1 Viskometer ostwald


Dasarnya adalah hukum Poiseuille II yang menyatakan bahwa
viskositas cairan yang mengalir dengan volume v dalam waktu t keluar
dari pipa dengan radius r, panjang L dan beda tekanan p dirumuskan
sebagai:
𝜋𝑟⁴𝑝
𝜂= 𝑡 (2.8)
8𝑣𝐿
(Daniels, 1961)
Viskometer Ostwald terdiri dari dua labu pengukur dengan tanda s1
dan s2, pipa kapiler dan labu contoh. Dengan alat ini viskositas tidak
diukur secara langsung tapi menggunakan cairan pembanding misalnya
aquadest atau cairan lain yang telah diketahui viskositas dan densitasnya.
Cairan dihisap melalui labu pengukur dari viskometer sampai permukaan
cairan lebih tinggi daripada batas s1. Cairan kemudian dibiarkan turun.
Ketika permukaan cairan turun melewati batas s1, stopwatch dinyalakan
dan ketika cairan melewati batas s2, stopwatch dimatikan. Jadi waktu
yang diperlukan untuk melewati jarak antara s1 dan s2 dapat ditentukan
(Daniels, 1961). Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap zat x yang
akan dicari harga viskositasnya.
2.5.2 Metode Rotasi
Viskometer rotasi beroperasi dengan prinsip mengukur laju rotasi
benda padat dalam media kental dengan menerapkan gaya atau torsi yang
diperlukan untuk memutar benda padat pada kecepatan sudut tertentu.
Meskipun pengoperasian viskometer rotasi lebih rumit daripada
viskometer kapiler dan seringkali kurang akurat untuk cairan Newtonian,
viskometer rotasi memiliki beberapa keunggulan terutama untuk
mempelajari sifat aliran bahan non-Newtonian. Beberapa keuntungannya
adalah: pengukuran dalam kondisi tunak, sampel yang sama dapat
digunakan untuk berbagai pengukuran pada laju geser yang berbeda,
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

kontinu pengukuran pada bahan yang sifatnya merupakan fungsi dari


suhu, dan variasi laju geser sampel yang kecil atau tidak ada sama sekali
selama pengukuran (Viswanath, 2006). Viskometer ini dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umum berdasarkan konfigurasi
desainnya.
1. Viskometer Coaxial-Cylinder

Gambar 2.2 Viskometer coaxial-cylinder


Viskometer coaxial-cylinder dirancang untuk menggeser fluida
yang terletak di anulus antara dua silinder konsentris, salah satu
silinder diam sementara yang lain berputar. Sebuah silinder dalam
(bob) berjari-jari Ri tersuspensi dalam cairan sampel dalam wadah
silinder stasioner berjari-jari Ro. Cairan menutupi bob hingga
ketinggian h dari dasar gelas luar. Saat silinder bagian dalam berputar
dan fluida mengalami aliran laminer yang stabil, kecepatan sudut (ω)
dan torsi (T) diukur. Pada beberapa desain, silinder luar dibuat
berputar dan bob tetap diam. Dalam kasus tersebut, gerakannya relatif
terhadap kecepatan sudut ω (Doran, 2017).
1 1 1 𝑇
𝜂= ( 2 − 2) (2.9)
4𝜋𝐿 𝑅𝑖 𝑅𝑜 𝜔
Dengan:
η = Viskositas fluida (P)
L = Panjang spindle (cm)
Ri = Radius spindle (cm)
Ro = Radius wadah (cm)
T = Torsi (gr.cm2/s2)
ω = Kecepatan rotasi (s-1)
(Širok et al., 2008)
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

2. Viskometer Cone-Plate
Viskometer cone-plate merupakan viskometer rotasi yang paling
populer untuk mempelajari sifat reologi fluida non-Newtonian. Sampel
berada di ruang antara kerucut dengan sudut apikal yang besar dan
permukaan datar yang normal terhadap sumbunya. Jika sudut antara
kerucut dan pelat kecil, laju geser pada dasarnya seragam di seluruh
sampel. Hal yang sama juga berlaku untuk fluida non-Newtonian
sehingga viskometer cone-plate dapat digunakan untuk fluida
Newtonian dan non-Newtonian (Viswanath, 2006).
3. Viskometer Coni-Cylinder
Viskometer silinder kerucut adalah modifikasi dari silinder
koaksial viskometer untuk menghilangkan efek akhir sebanyak
mungkin. Keuntungan dari viskometer silinder kerucut adalah laju
geser rata-rata dalam silinder anulus dan di bagian kerucut hampir
sama. Geometri silinder berbentuk kerucut terbukti paling nyaman
untuk mengukur viskositas dan laju geser bubur (Viswanath, 2006).
2.5.3 Metode Hoppler
Dalam viskometer bola jatuh, benda padat dibiarkan jatuh di bawah
gravitasi melalui media kental. Setelah periode akselerasi awal, solid
tubuh mencapai kecepatan terminal yang seragam ketika gaya gravitasi
diimbangi dengan resistensi viskos cairan. Dengan mengukur terminal
kecepatan tubuh yang jatuh, viskositas dapat ditentukan. Besarnya
viskositas didasarkan pada Hukum Stokes (Viswanath, 2006):
4
6𝜋𝑟𝜂𝑣 = 𝜋𝑟³ (𝜎 − 𝜌)𝑔 (2.10)
3
Dengan:
η = Viskositas fluida
ρ = Densitas fluida
σ = Densitas bola
r = Jari-jari bola
g = Percepatan gravitasi
Persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi:
2 𝑟²𝑔
𝜂= (𝜎 − 𝜌) (2.11)
9 𝑣
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

2.6 Kegunaan Viskositas


Viskositas banyak digunakan pada berbagai industri. Pada umumnya
viskositas digunakan untuk menentukan jenis pompa (Perry, 2008). Selain itu,
pengukuran viskositas juga dilakukan untuk menentukan operasi yang tepat
pada industri makanan, contohya, karena viskositasnya yang tinggi, cokelat
diangkut dengan pipa yang disuplai dengan air panas sehingga kekentalannya
berkurang dan lebih mudah mengalir. Viskositas juga digunakan dalam industri
kimia seperti pelumas dan minyak untuk menjaga kekentalan produk selama
proses produksi (Niculuta & Ghiaus, 2021).
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.3.1 Bahan yang Digunakan
1. Minyak goreng
2. Aquadest
3.3.2 Alat yang Digunakan
1. Viskometer Ostwald
2. Viskometer IKA Rotavisc lo-vi
3. Beaker glass
4. Piknometer
5. Corong
6. Stopwatch
7. Neraca analitik
8. Gelas ukur
9. Erlenmeyer

3.2 Gambar Alat Utama

Gambar 3.1 Viskometer Ostwald

Gambar 3.2 Viskometer IKA-Rotavisc lo-vi


VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

3.3 Variabel praktikum


1. Variabel kontrol = Volume sampel, jenis spindle
2. Variabel bebas = Kecepatan rotasi spindle
3. Variabel terikat = Massa jenis, waktu alir, viskositas sampel

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Pengukuran Viskositas dengan Viskometer IKA-Rotavisc lo-vi
1. Nyalakan viskometer IKA Rotavisc lo-vi.
2. Atur stabilitas viskometer IKA Rotavisc lo-vi.
3. Pasang spindle jenis SP-1. Kemudian, celupkan spindle ke dalam
sampel hingga tanda batas.
4. Pastikan pengaturan jenis spindle telah sesuai, yaitu SP-1.
5. Atur kecepatan rotasi (RPM) yang diinginkan, kemudian tekan tombol
OK untuk memulai pengukuran viskositas.
6. Jika hasil torsi masih jauh dari 100%, ulangi pengukuran viskositas
dengan menambah nilai RPM. Catat nilai viskositasnya
7. Jika muncul tanda strip pada nilai viskositas dan torsi, gunakan nilai
RPM yang sebelumnya.
8. Lepas spindle dari viskometer IKA Rotavisc lo-vi. Kemudian
bersihkan spindle dari sisa-sisa sampel dengan tisu. Simpan kembali
spindle.
9. Matikan viskometer IKA Rotavisc lo-vi.
3.4.2 Pengukuran Viskositas dengan Viskometer Ostwald
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tentukan batas atas ”s1” dan batas bawah ”s2” pada viskometer
ostwald.
3. Isi viskometer ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan pembanding
(aquadest).
4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih tinggi
dari batas atas ”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan cairan
mengalir secara bebas.
5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas
”s1” dan matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas
bawah ”s2”.
6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas atas
”s1” ke batas bawah ”s2”.
7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sampel yang akan dicari viskositasnya.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

8. Tentukan harga viskositas dengan persamaan:


𝜌ₓ𝑡ₓ
𝜂ₓ = 𝜂ₐ (3.1)
𝜌ₐ𝑡ₐ
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR PUSTAKA

Daniels, F. (1961). Experimental physical Chemistry (6th ed.). Kogakusha, Tokyo:


McGraw Hill book.
Doran, P. M. (2017). Bioprocess Engineering Principles (2nd ed.). Oxford, United
Kingdom: Academic Press.
Febrianto, T., Edi, S. S., & Sunarno. (2013). Rancang bangun alat uji kelayakan
pelumas kendaraan bermotor berbasis mikrokontroler. Unnes Physics Journal
2(1). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Niculuta, M. C. & Ghiaus, A. G. (2021). A review of the usage of highly viscous
fluids in industrial applications. The 7th Conference of the Sustainable
Solutions for Energy and Environment, Bucharest, Romania, 21-24 October
2020.
Perry, R. H. (2008). Chemical Engineering Hand Book (8th ed.). Kogakusha, Tokyo:
McGraw Hill Book Co.
Širok, B., Blagojević, B., & Bullen, P. (2008). Physical characteristics of mineral
wool melts. Mineral Wool, 28–47.
Stuart, B. (2002). Polymer Analysis. University of Technology: Sydney, Australia:
John Wiley & Sons, Ltd. USA.
Viswanath, D. S. (2006). Viscosity of Liquids. Columbia, USA: University of
Missouri.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke dalam
cairan yang menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi. Tegangan
permukaan suatu zat cair terjadi karena adanya resultan gaya tarik-menarik
molekul yang berada di permukaan zat cair tersebut. Gaya tarik-menarik antar
molekul dalam cairan bernilai sama ke segala arah, akan tetapi molekul-
molekul pada permukaan cairan akan lebih tertarik ke dalam cairan. Hal inilah
yang menyebabkan cairan akan cenderung mempunyai luas yang sekecil-
kecilnya bila keadaan memungkinkan, sehingga tetesan zat cair akan cenderung
berbentuk bulat (Daniels, 1961).
Dalam menentukan nilai tegangan muka suatu zat dapat menggunakan
metode kenaikan pipa kapiler dan metode tetes. Penentuan tegangan muka
dengan menggunakan metode pipa kapiler yaitu berdasarkan pada tinggi
kenaikan cairan dalam pipa kapiler tersebut. Sedangkan penentuan tegangan
muka dengan menggunakan metode tetes yaitu berdasarkan pada jumlah tetesan
dan volume tetesan yang diperoleh (Daniels, 1961).
Fenomena tegangan muka dapat diaplikasikan dalam berbagai industri,
seperti dalam industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan hasil
cetakan dari cetakannya (Antonius, 2008:24-25 dalam Salam, 2017). Selain itu
masih banyak aplikasi mengenai fenomena tegangan muka baik dalam bidang
industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, tegangan muka
penting untuk dipelajari.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa kapiler
dan metode tetes.
2. Menentukan pengaruh (%v/v) terhadap tegangan muka.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode
kenaikan pipa kapiler dan metode tetes.
2. Mahasiswa mampu menentukan pengaruh (%v/v) terhadap tegangan muka.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Molekul-molekul yang terletak didalam cairan dikelilingi oleh molekul-
molekul lain sehingga mempunyai resultan gaya sama dengan nol. Sedangkan
untuk molekul yang berada di permukaan cairan, gaya tarik ke bawah tidak
diimbangi oleh gaya tarik ke atas. Akibat dari gaya tarik ke bawah ini, bila
keadaan memungkinkan, cairan akan cenderung mempunyai luas permukaan
yang sekecil-kecilnya. Misalnya tetesan cairan akan berbentuk bola, karena
untuk suatu volume tertentu bentuk bola akan mempunyai luas permukaan yang
sekecil-kecilnya, maka ada tegangan pada permukaan cairan yang disebut
tegangan permukaan (Daniels, 1961).
Sehingga tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai gaya yang
bekerja sepanjang permukaan cairan dengan sudut yang tegak lurus pada garis
yang panjangnya 1 cm yang mengarah ke dalam cairan. Satuan tegangan
permukaan dalam cgs yaitu dyne/cm sedangkan dalam SI yaitu N/m (Daniels,
1961).

2.2 Metode Penentuan Tegangan Muka


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan muka,
antara lain (Daniels, 1961):
1. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
1
Berdasarkan rumus: γ = 2 hρgr (2.1)
Dengan: γ = tegangan muka
h = tinggi kenaikan zat cair
ρ = densitas zat cair
g = tetapan gravirasi
r = jari-jari pipa kapiler
Karena kadang-kadang penentuan jari-jari pipa kapiler sulit maka digunakan
cairan pembanding (biasanya air) yang sudah diketahui nilai tegangan
mukanya.
2. Metode Tetes
Jika cairan tepat akan menetes maka gaya tegangnan permukaan sama
dengan gaya yang disebabkan oleh gaya berat itu sendiri, maka:
mg = 2πγr (2.2)
Dengan : m = massa zat cair
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Harus diusahakan agar jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh berat


tetesannya sendiri dan bukan oleh sebab yang lain. Selain itu juga digunakan
metode pembanding dengan jumlah tetesan untuk volume (V) tertentu.
Berat satu tetesan = v. ρ/n (2.3)
3. Metode Cincin
Dengan metode ini, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan
cepat dengan hanya menggunakan sedikit cairan. Alatnya dikenal dengan
nama tensiometer Duitog, yang berupa cincin kawat Pt yang dipasang pada
salah satu lengan timbangan. Cincin ini dimasukan ke dalam cairan yang
akan diselidiki tegangan mukanya dengan menggunakan kawat. Lengan lain
dari timbangan diberi gaya sehingga cincin terangkat di permukaan cairan.
4. Metode Tekanan Maksimum Gelembung
Dasarnya adalah bahwa tegangan muka sama dengan tegangan
maksimum dikurangi gaya yang menekan gas keluar.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Muka


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tegangan muka, antara lain (Perry,
2008):
1. Densitas
Tegangan muka naik dengan naiknya densitas. Semakin besar
densitas, semakin besar juga kerapatan partikel zat tersebut. Kerapatan
partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk
memecahkan permukaan cairan tersebut.
2. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi volume zat maka semakin tinggi nilai
tegangan mukanya dan semakin rendah konsentrasi volume zat maka
semakin rendah nilai tegangan mukanya.
3. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu karena
meningkatnya energi kinetik molekul.
4. Viskositas
Semakin tinggi viskositas suatu zat, maka tegangan mukanya akan
semakin tinggi dan sebaliknya.

2.4 Kegunaan Tegangan Muka


1. Mengetahui kelembaban tanah seperti yang ditunjukan tumbuhan dengan
proses kapilaritas (Giancoli, 2014 dalam Wahyuni, 2015).
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

2. Digunakan pada industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan


hasil cetakan dari cetakannya (Antonius, 2008:24-25 dalam Salam, 2017).
3. Mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan membuat kurva kalibrasi γ vs
konsentrasi (Salam, 2017).
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1 Bahan yang digunakan
1. Sampel
2. Aquadest
3.1.2 Alat yang digunakan
1. Pipa kapiler
2. Alat metode tetes
3. Picnometer
4. Corong
5. Beaker glass
6. Neraca analitik
7. Gelas ukur
8. Mistar
9. Erlenmeyer

3.2 Gambar Alat Utama

Gambar 3.1 Alat metode tetes

Gambar 3.2 Alat metode pipa kapiler

3.3 Variabel praktikum


1. Variabel kontrol = Volume sampel, volume tetesan (volume konstan),
jumlah tetesan (tetes konstan)
2. Variabel bebas = Konsentrasi sampel (%v/v)
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

3. Variabel terikat = Densitas, jumlah tetesan, tinggi cairan, volume


tetesan, tegangan muka

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Metode Kenaikan Pipa Kapiler
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (air) ke dalam beaker glass 100
ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat
agar aquadest naik ke pipa.
4. Setelah tinggi air konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler dengan
ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan mistar.
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya.
6. Hitung tegangan mukanya dengan persamaan:
𝜌ₓℎₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ (3.1)
𝜌ₐℎₐ
3.4.2 Metode Tetes
• Volume Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan air sebagai cairan
pembanding.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan air sebanyak X ml
sebagai cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,
biarkan air menetes sampai habis.
4. Hitung jumlah tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya.
6. Hitung tegangan mukanya dengan persamaan:
𝜌ₓ𝑛ₐ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ (3.2)
𝜌ₐ𝑛ₓ
• Tetes Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan air sebagai cairan
pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selam percobaan, biarkan
air menetes sejumlah tetesan yang telah ditentukan (Y tetesan).
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

4. Hitung volume tetesan.


5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya.
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus :
𝜌ₓ𝑣ₓ
𝛾ₓ = 𝛾ₐ (3.3)
𝜌ₐ𝑣ₐ
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

DAFTAR PUSTAKA

Daniels, F. (1961). Experimental physical Chemistry (6th ed.). Kogakusha, Tokyo:


McGraw Hill book.
Perry, R. H. (2008). Chemical Engineering Hand Book (8th ed.). Kogakusha, Tokyo:
McGraw Hill Book Co.
Salam, Rezky. (2017). Uji Kerapatan, Viskositas, dan Tegangan Permukaan pada
Tinta Print dengan Bahan Dasar Arang Sabut Kelapa. Makassar: Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Wahyuni, H. S. (2015). Pengukuran Tegangan Permukaan Larutan Detergen
Menggunakan Apitan Kaca dengan Bantuan Analisa Foto. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai