Hukum
Antar
Antar
Tata
Tata
Hukum
Hukum
Titik
Titik
-
-
titik
titik
Pertalian
Pertalian
Semester
Semester
Pendek
Pendek
2008
2008
Fakultas
Fakultas
Hukum
Hukum
Universitas
Universitas
Indonesia
Indonesia
Depok
Depok
, 16
, 16
Juni
Juni
2008
2008
Yu Un Oppusunggu 2
Bevolkingsgroupen
Bevolkingsgroupen
atau
atau
Golongan
Golongan
Rakyat
Rakyat
Berdasarkan
Berdasarkan
163 IS
163 IS
1. Europeanen/Orang Eropa
a) Nederlanders;
b) Keturunan Eropa;
c) Orang Jepang;
d) Orang-orang yang di negara asalnya tunduk
pada hukum keluarga yang pada intinya
memiliki persamaan dengan Hukum
Belanda, seperti: Orang Thailand dan Turki;
dan
e) Anak-anak yang diakui secara sah oleh
orang yang masuk dalam kelompok di atas
dan keturunannya.
2. Vreemde Oosterlingen/Timur Asing
a) Timur Asing Tionghoa
b) Timur Asing Bukan Tionghoa
3. Inlanders/Pribumi
Kecuali mereka yang sudah pindah ke golongan
rakyat lainnya berdasarkan gelijkstelling/
persamaan hak.
Europeanen
Vreemde Oosterlingen
{Timur Asing)
Inlanders
{PribumiJBumiputra)
Yu Un Oppusunggu 3
Pasal
Pasal
131:2 (a)
131:2 (a)
Indische
Indische
Staatsregeling
Staatsregeling
In de ordonnanties regelende het burgerlijk- en handelsrecht worden:
a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. van welke
wetten echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzondere
toestanden in Ned- Indi, als om hen met een of meer der overige
bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan dezelfde voorschriften te
kunnen onderwerpen;
Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini:
a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di
Negeri Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan
dengan mengingat baik yang khusus berlaku menurut keadaan di
Indonesia, maupun demi kepentingan mereka ditundukkan kepada
peraturan perundang-undangan menurut ketentuan yang sama bagi satu
atau beberapa golongan penduduk lainnya;
Yu Un Oppusunggu 4
Pasal
Pasal
131:2 (b)
131:2 (b)
Indische
Indische
Staatsregeling
Staatsregeling
de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnit deze
beide groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hen gebleken
maatschappelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen
geldende bepalingen, voor zooveel noodig gewijzigd, hetzij met de
Europeanen aan gemeenschappelijke voorschriften onderworpen, terwijl
overing.
untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian
dari golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari
pendudk, sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki, diberlakukan
baik ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa,
sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka
berlaku peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat-
kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari itu, apabila
ternyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat
menghendakinya.
Yu Un Oppusunggu 5
Hukum
Hukum
Positif
Positif
bagi
bagi
Golongan
Golongan
Rakyat
Rakyat
Berdasarkan 131 (2) Indische Staatsregeling:
1. Golongan Eropa
Hukum Belanda sebagaimana berlaku di Belanda berdasarkan
concordantiebeginsel;
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
2. Golongan Timur Asing
1. Timur Asing Tionghoa
BW, dengan perkecualian tentang Catatan Sipil dan KUHD
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
2. The Non-Chinese Foreign Orientals
Tunduk pada hukum kebiasaan/adat tidak tertulis atau hukum perorangan
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
3. The Natives (pribumi, bumiputera)
Tunduk pada Hukum Kebiasaan atau Hukum Adat;
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
Yu Un Oppusunggu 6
Titik
Titik
-
-
titik
titik
Pertalian
Pertalian
dalam
dalam
HATAH Intern
HATAH Intern
Yu Un Oppusunggu 7
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
:
:
Definisi/Pengertian
Definisi/Pengertian
Gautama:
Titik-titik pertalian adalah hal-hal dan keadaan-
keadaan yang menyebabkan berlakunya sesuatu
stelsel hukum.
Cheshire:
Connecting factor adalah some outstanding fact
which establishes a natural connection between the
factual situation before the court and a particular
system of law.
Yu Un Oppusunggu 8
Ragam
Ragam
Titik
Titik
-
-
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
1. Titik Pertalian Primer (primaire aanknopingspunten)
2. Titik Pertalian Sekunder (secundaire aanknopingspunten)
3. Titik-titik Pertalian Lebih Lanjut
a. Titik Pertalian Kumulatif (Kumulative Anknpfung)
i. Kumulasi daripada hukum sendiri & hukum asing; dan
ii. Kulumulasi daripada 2 stelsel hukum yang willekeurig (kebetulan).
b. Titik Pertalian Alternatif (Wahlanknpfung)
c. Titik Pertalian Pengganti (Ersatzanknpfung, subsidaire
Anknpfung, titik taut surogaat)
d. Titik Pertalian Tambahan (Erganzungs Anknpfung)
e. Titik Pertalian Accesoir (Akzessorischer Anknpfung)
Yu Un Oppusunggu 9
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Primer (1)
Primer (1)
Primaire aanknopingspunten
Titik Pertalian Primer:
Alat-alat pertama untuk pelaksana hukum untuk
mengetahui apakah suatu perselisihan hukum
merupakan soal HATAH.
Melahirkan atau menciptakan hubungan HATAH.
Yu Un Oppusunggu 10
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Primer (2)
Primer (2)
1. Para Pihak atau subyek hukum
2. [Tanah]
Tanah memiliki statuut tersendiri
intergentiele grondenregel
Atas tanah Indonesia hanya dapat diletakkan hak-hak
Indonesia; dan atas tanah Eropa (menurut
Overschrijvingsordonnantie atau Ord. Balik Nama S.
1834/27), hanya hak-hak Barat.
Yu Un Oppusunggu 11
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Primer (3)
Primer (3)
3. Pilihan hukum (rechtskeuze) dalam hubungan intern.
1. Formele rechtskeuze
Regeling Nopens de Vrijwillige Onderwerping aan het Europeesch
Privaatrecht S. 1917/12.
2. Informele rechtskeuze
4. Hakim sebagai titik-pertalian mengenai hukum acara.
1. Hakim Eropa
Raden van Justitie, Reglement op de Rechtsvordering (Rv).
2. Hakim untuk golongan rakyat pribumi
Landraden, Herziene Indonesisch Reglement (HIR)
Pluralisme di lapangan hukum acara dihapuskan oleh UU Dar. No.
1/1951.
Yu Un Oppusunggu 12
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
Secundaire aanknopingspunten
Gautama: faktor-faktor yang menentukan
hukum manakah yang harus dipilih daripada
stelsel-stelsel hukum yang dipertautkan.
Yu Un Oppusunggu 13
Pilihan
Pilihan
Hukum
Hukum
Pilihan Hukum sebagai TPP
Pilihan Hukum dalam hubungan intern
2 atau lebih subyek hukum yang berasal dari golongan yang sama,
melakukan hubungan hukum yg terhadapnya berlaku hukum bagi
golongan rakyat lainnya.
Pilihan Hukum sebagai TPS
Pilihan Hukum antargolongan (intergentiele rechtskeuze)
2 atau lebih subyek hukum yang berasal dari golongan rakyat yang
berbeda, melakukan hubungan hukum yg terhadapnya berlaku hukum
dari salah satu golongan rakyat.
Yu Un Oppusunggu 14
Maksud
Maksud
dari
dari
para
para
Pihak
Pihak
-
-
vis
vis
Asas
Asas
Teritorialitas
Teritorialitas
Kelompok Anknpfungspunkte
aus der Personalhoheit
1. Kewarganegaraan
2. Bendera Kapal
3. Tempat Kedudukan Badan
Hukum
a. teori inkorporasi
b. teori statutair
Kelompok Anknpfungspunkte
aus der Gebeitshoheit
1. Domisili
2. Tempat Kediaman
3. Tempat Kedudukan Badan
Hukum
a. manajemen efektif
b. remote control theory
Yu Un Oppusunggu 37
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
:
:
Akibat
Akibat
Lanjutan
Lanjutan
TPP
TPP
TPP menunjukkan suatu hubungan hukum
sebagai hubungan hukum perdata
internasional.
Timbul pertanyaan, hukum apakah yang
berlaku terhadap hubungan hukum tersebut?
Pertanyaan ini dijawab dengan pertolongan
Titik Pertalian Sekunder (TPS).
Yu Un Oppusunggu 38
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
:
:
Pengertian
Pengertian
Gautama:
Titik-titik pertalian sekunder merupakan faktor-
faktor yang menentukan hukum manakah yang
harus dipilih daripada stelsel-stelsel hukum yang
dipertautkan.
Bila TPP karena sifatnya disebut juga sebagai
Titik Taut Pembeda, maka TPS karena
sifatnya disebut juga Titik Taut Penentu.
Yu Un Oppusunggu 39
Aneka
Aneka
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
1. Kewarganegaraan
2. Bendera Kapal
3. Tanda Kebangsaan Pesawat Udara
4. Domisili
5. Tempat Kediaman
6. Tempat Kedudukan
7. Tempat Letaknya Benda
8. Tempat Dilangsungkannya Perbuatan Hukum
9. Tempat Dilaksanakannya Perjanjian
10. Tempat Terjadinya Perbuatan Melanggar Hukum
11. Maksud Para Pihak
12. Tempat Diajukannya Proses Perkara
ps. a non-exhaustive list
Yu Un Oppusunggu 40
Perbandingan
Perbandingan
Faktor
Faktor
-
-
Faktor
Faktor
dan
dan
Jenis
Jenis
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
* - Maksud Para Pihak 11
* - Tempat Diajukannya Proses Perkara 12
* - Tempat PMH Terjadi 10
* - Locus Solutionis 9
* - Locus Contractus 8
* - Situs 7
* * Tempat Kedudukan 6
* * Tempat Kediaman 5
* * Domisili 4
* * Tanda Kebangsaan Pesawat Udara 3
* * Bendera Kapal 2
* * Kewarganegaraan 1
TPS TPP Particular No
Yu Un Oppusunggu 41
TPS:
TPS:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(1)
(1)
Selain dapat menjadi suatu TPP, Kewarganegaraan
juga dapat menjadi TPS.
e.g. bila dua orang WN Perancis hendak menikah di
Indonesia, maka syarat-syarat materiil tunduk pada
hukum Perancis.
Ingat, pasal 16AB status dan kewenangan (den staat
en de bevoegdheid).
Sedangkan syarat-syarat formil adalah sesuai dengan
ketentuan hukum Indonesia.
Yu Un Oppusunggu 42
TPS:
TPS:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(2)
(2)
Diagnosis:
1. TPP: kewarganegaraan Perancis dari pria dan
wanita bersangkutan.
2. TPS: berlaku hukum Perancis, sepanjang untuk
syarat-syarat materil dari pernikahan tersebut, a.l.
batas usia minimum untuk menikah
(Kewarganegaraan), dan untuk syarat-syarat
formil, a.l. berlaku hukum Indonesia (locus
celebrationis).
Yu Un Oppusunggu 43
TPS:
TPS:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(3)
(3)
1. Ada tidaknya harta bersama dalam suatu
perkawinan suami-istri WN Jerman bukan
ditentukan oleh BW, melainkan oleh BGB
Jerman.
2. Sejak Konvensi 1905 & The Hague
Convention tentang hukm harta benda
diterima prinsip-prinsip nasionalitas.
Yu Un Oppusunggu 44
TPS:
TPS:
Locus
Locus
Contractus
Contractus
Dasar Pemikiran:
1. Lex loci contractus dianggap sebagai lex origin karena
tempat ditutupnya kontrak ini dapat dipandang sebagai
tempat kelahirannya suatu perjanjian.
2. Lex loci contractus berlaku karena para pihak dipandang
secara diam-diam telah menghendaki untuk
menundukkan diri kepada hukum yang berlaku di tempat
dilangsungkannya kontrak.
Di bidang perkawinan, lex loci contractus dikenal
dengan istilah lex loci celebrationis.
Yu Un Oppusunggu 45
TPS:
TPS:
Locus
Locus
Solutionis/Executionis
Solutionis/Executionis
Pemakaian lex loci solutionis sebagai TPS
adalah sejalan dengan usaha untuk mencari
Sitz dari setiap hubungan hukum.
Berdasarkan yurisprudensi Indonesia, dapat
dikatakan bahwa atas perjanjian yang akan
dilaksanakan di Indonesia berlaku hukum
Indonesia.
Yu Un Oppusunggu 46
TPS:
TPS:
Maksud
Maksud
Para
Para
Pihak
Pihak
TPS Maksud Para Pihak adalah termasuk dalam
autonomen Anknpfungen.
Pilihan Hukum atau rechtskeuze untuk bidang
hukum harta-benda, khususnya hukum perikatan.
Maksud Para Pihak dapat dinyatakan:
1. secara tegas;
2. dengan sedemikian banyak perkataan (uitdrukkelijk); atau
3. secara diam-diam (stilzwijgend).
Yu Un Oppusunggu 47
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Kumulatif
Kumulatif
(1)
(1)
Pada titik-titik pertalian kumulatif secara
bersamaan sekaligus berlaku berbagai
stelsel hukum.
Yu Un Oppusunggu 48
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Kumulatif
Kumulatif
(2)
(2)
1. Kumulasi daripada hukum sendiri dan hukum asing.
e.g. dalam HPI Inggris, suatu tuntutan karena PMH hanya
dapat diajukan di Inggris apabila perbuatan juga dapat
menciptakan suatu tuntutan sedemikian menurut hukum
Inggris.
2. Kumulasi daripada dua stelsel hukum yang
kebetulan.
e.g. dalam yurisprudensi Anglo-Saxon, penyelesaian dari
perjanjian-perjanjian dipertautkan baik kepada proper law
of contract maupun dengan lex solutionis.
Yu Un Oppusunggu 49
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Alternatif
Alternatif
(1)
(1)
Terdapat lebih dari satu titik pertalian yang
dapat menentukan hukum yang berlaku.
Salah satu dari faktor-faktor yang ada dapat
merupakan faktor yang berlaku.
Karena dapat dipilih antara berbagai titik
pertalian, titik pertalian alternatif ini disebut
juga Wahlanknpfung
Yu Un Oppusunggu 50
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Alternatif
Alternatif
(2): Ratio
(2): Ratio
Bukan hanya para pihak, melainkan juga demi
kepentingan dari keseluruhannya telah
diberikan kemungkinan titik-titik pertalian
alternatif ini.
Yu Un Oppusunggu 51
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Pengganti
Pengganti
(1):
(1):
Peristilahan
Peristilahan
&
&
Pengertian
Pengertian
Titik Pertalian Pengganti juga dikenal dengan
istilah
1. Ersatzsanknpfung;
2. Subsidiaire Anknpfung;dan
3. Titik Taut Surogaat.
Titik-titik Pertalian Pengganti adalah titik-
titik pertalian yang diperlakukan apabila titik
taut yang seharusnya dipergunakan tidak
terdapat.
Yu Un Oppusunggu 52
Titik
Titik
Taut
Taut
Alternatif
Alternatif
vis
vis
-
-
-
-
vis
vis
Titik
Titik
Taut
Taut
Pengganti/Subsidair
Pengganti/Subsidair
Residence
1. Nationality
1. Nationality 1. Nationality
2. Domicile
2. Domicile 2. Domicile
3. Residence
Nationality
Domicile
Residence
Either/or
Yu Un Oppusunggu 53
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Tambahan
Tambahan
(1):
(1):
Peristilahan
Peristilahan
&
&
Pengertian
Pengertian
Titik Pertalian Tambahan atau Erganzungs
Anknpfung.
Titik Pertalian Tambahan dibutuhkan
bilamana titik taut penentu yang harus berlaku
adanya tidak mencukupi.
Yu Un Oppusunggu 54
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Tambahan
Tambahan
(2):
(2):
Visualisasi
Visualisasi
e.g. terdapat kasus
bipatride: X adalah
1. WN Indonesia; dan
2. WN Amerika Serikat.
Domisili digunakan
sebagai titik pertalian
tambahan untuk
menentukan hukum yang
berlaku terhadap X.
Yu Un Oppusunggu 55
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Accessoir
Accessoir
Akzessorischer Anknpfung
Penempatan suatu hubungan hukum di bawah
satu stelsel hukum yang sudah berlaku untuk
lain hubungan hukum yang lebih utama.
e.g. suatu perjanjian reasuransi ditentukan
pula oleh hukum yang mengatur asuransi
pokok.
Yu Un Oppusunggu 56
SELAMAT SIANG!