Anda di halaman 1dari 56

Hukum

Hukum
Antar
Antar
Tata
Tata
Hukum
Hukum
Titik
Titik
-
-
titik
titik
Pertalian
Pertalian
Semester
Semester
Pendek
Pendek
2008
2008
Fakultas
Fakultas
Hukum
Hukum
Universitas
Universitas
Indonesia
Indonesia
Depok
Depok
, 16
, 16
Juni
Juni
2008
2008
Yu Un Oppusunggu 2
Bevolkingsgroupen
Bevolkingsgroupen
atau
atau
Golongan
Golongan
Rakyat
Rakyat
Berdasarkan
Berdasarkan
163 IS
163 IS
1. Europeanen/Orang Eropa
a) Nederlanders;
b) Keturunan Eropa;
c) Orang Jepang;
d) Orang-orang yang di negara asalnya tunduk
pada hukum keluarga yang pada intinya
memiliki persamaan dengan Hukum
Belanda, seperti: Orang Thailand dan Turki;
dan
e) Anak-anak yang diakui secara sah oleh
orang yang masuk dalam kelompok di atas
dan keturunannya.
2. Vreemde Oosterlingen/Timur Asing
a) Timur Asing Tionghoa
b) Timur Asing Bukan Tionghoa
3. Inlanders/Pribumi
Kecuali mereka yang sudah pindah ke golongan
rakyat lainnya berdasarkan gelijkstelling/
persamaan hak.
Europeanen
Vreemde Oosterlingen
{Timur Asing)
Inlanders
{PribumiJBumiputra)
Yu Un Oppusunggu 3
Pasal
Pasal
131:2 (a)
131:2 (a)
Indische
Indische
Staatsregeling
Staatsregeling
In de ordonnanties regelende het burgerlijk- en handelsrecht worden:
a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. van welke
wetten echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzondere
toestanden in Ned- Indi, als om hen met een of meer der overige
bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan dezelfde voorschriften te
kunnen onderwerpen;
Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini:
a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di
Negeri Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan
dengan mengingat baik yang khusus berlaku menurut keadaan di
Indonesia, maupun demi kepentingan mereka ditundukkan kepada
peraturan perundang-undangan menurut ketentuan yang sama bagi satu
atau beberapa golongan penduduk lainnya;
Yu Un Oppusunggu 4
Pasal
Pasal
131:2 (b)
131:2 (b)
Indische
Indische
Staatsregeling
Staatsregeling
de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnit deze
beide groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hen gebleken
maatschappelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen
geldende bepalingen, voor zooveel noodig gewijzigd, hetzij met de
Europeanen aan gemeenschappelijke voorschriften onderworpen, terwijl
overing.
untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian
dari golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari
pendudk, sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki, diberlakukan
baik ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa,
sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka
berlaku peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat-
kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari itu, apabila
ternyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat
menghendakinya.
Yu Un Oppusunggu 5
Hukum
Hukum
Positif
Positif
bagi
bagi
Golongan
Golongan
Rakyat
Rakyat
Berdasarkan 131 (2) Indische Staatsregeling:
1. Golongan Eropa
Hukum Belanda sebagaimana berlaku di Belanda berdasarkan
concordantiebeginsel;
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
2. Golongan Timur Asing
1. Timur Asing Tionghoa
BW, dengan perkecualian tentang Catatan Sipil dan KUHD
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
2. The Non-Chinese Foreign Orientals
Tunduk pada hukum kebiasaan/adat tidak tertulis atau hukum perorangan
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
3. The Natives (pribumi, bumiputera)
Tunduk pada Hukum Kebiasaan atau Hukum Adat;
Dalam kasus-kasus tertentu berlaku peraturan khusus, yang berlaku bagi
semua golongan.
Yu Un Oppusunggu 6
Titik
Titik
-
-
titik
titik
Pertalian
Pertalian
dalam
dalam
HATAH Intern
HATAH Intern
Yu Un Oppusunggu 7
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
:
:
Definisi/Pengertian
Definisi/Pengertian
Gautama:
Titik-titik pertalian adalah hal-hal dan keadaan-
keadaan yang menyebabkan berlakunya sesuatu
stelsel hukum.
Cheshire:
Connecting factor adalah some outstanding fact
which establishes a natural connection between the
factual situation before the court and a particular
system of law.
Yu Un Oppusunggu 8
Ragam
Ragam
Titik
Titik
-
-
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
1. Titik Pertalian Primer (primaire aanknopingspunten)
2. Titik Pertalian Sekunder (secundaire aanknopingspunten)
3. Titik-titik Pertalian Lebih Lanjut
a. Titik Pertalian Kumulatif (Kumulative Anknpfung)
i. Kumulasi daripada hukum sendiri & hukum asing; dan
ii. Kulumulasi daripada 2 stelsel hukum yang willekeurig (kebetulan).
b. Titik Pertalian Alternatif (Wahlanknpfung)
c. Titik Pertalian Pengganti (Ersatzanknpfung, subsidaire
Anknpfung, titik taut surogaat)
d. Titik Pertalian Tambahan (Erganzungs Anknpfung)
e. Titik Pertalian Accesoir (Akzessorischer Anknpfung)
Yu Un Oppusunggu 9
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Primer (1)
Primer (1)
Primaire aanknopingspunten
Titik Pertalian Primer:
Alat-alat pertama untuk pelaksana hukum untuk
mengetahui apakah suatu perselisihan hukum
merupakan soal HATAH.
Melahirkan atau menciptakan hubungan HATAH.
Yu Un Oppusunggu 10
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Primer (2)
Primer (2)
1. Para Pihak atau subyek hukum
2. [Tanah]
Tanah memiliki statuut tersendiri
intergentiele grondenregel
Atas tanah Indonesia hanya dapat diletakkan hak-hak
Indonesia; dan atas tanah Eropa (menurut
Overschrijvingsordonnantie atau Ord. Balik Nama S.
1834/27), hanya hak-hak Barat.
Yu Un Oppusunggu 11
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Primer (3)
Primer (3)
3. Pilihan hukum (rechtskeuze) dalam hubungan intern.
1. Formele rechtskeuze
Regeling Nopens de Vrijwillige Onderwerping aan het Europeesch
Privaatrecht S. 1917/12.
2. Informele rechtskeuze
4. Hakim sebagai titik-pertalian mengenai hukum acara.
1. Hakim Eropa
Raden van Justitie, Reglement op de Rechtsvordering (Rv).
2. Hakim untuk golongan rakyat pribumi
Landraden, Herziene Indonesisch Reglement (HIR)
Pluralisme di lapangan hukum acara dihapuskan oleh UU Dar. No.
1/1951.
Yu Un Oppusunggu 12
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
Secundaire aanknopingspunten
Gautama: faktor-faktor yang menentukan
hukum manakah yang harus dipilih daripada
stelsel-stelsel hukum yang dipertautkan.
Yu Un Oppusunggu 13
Pilihan
Pilihan
Hukum
Hukum
Pilihan Hukum sebagai TPP
Pilihan Hukum dalam hubungan intern
2 atau lebih subyek hukum yang berasal dari golongan yang sama,
melakukan hubungan hukum yg terhadapnya berlaku hukum bagi
golongan rakyat lainnya.
Pilihan Hukum sebagai TPS
Pilihan Hukum antargolongan (intergentiele rechtskeuze)
2 atau lebih subyek hukum yang berasal dari golongan rakyat yang
berbeda, melakukan hubungan hukum yg terhadapnya berlaku hukum
dari salah satu golongan rakyat.
Yu Un Oppusunggu 14

Maksud
Maksud
dari
dari
para
para
Pihak
Pihak

Bedoeling van partijen


1. Secara tegas
2. Dengan sekian banyak perkataan (uitdrukkelijk)
3. Secara diam-diam (stilzwijgend)
Menarik kesimpulan dari kenyataan-kenyataan
(omstandigheden)
Yu Un Oppusunggu 15
Milieu
Milieu
Fr: surroundings atau environment.
Suatu faktor yang dapat menentukan keberlakuan suatu
hukum.
Landraad Makassar 1925:
Oleh karena seorang bumiputera bertempat tinggal di dalam milieu
Eropa, di tengah-tengah orang Eropa dan Timur Asing, menyewa
rumah dari seorang Eorpa, membuat kontrak dengan orang Eropa dan
Tionghoa, maka peraturan yang berlaku baginya berkenaan dengan
eksekusi dan hubungan sewa-menyewa adalah Hukum Eropa.
Faktor milieu dapat bergandengan dengan maksud para
pihak atau dengan konstruksi masuk dalam suasana hukum
pihak lain
Yu Un Oppusunggu 16
Masuk
Masuk
ke
ke
dalam
dalam
Suasana
Suasana
Hukum
Hukum
Pihak
Pihak
yang Lain
yang Lain
Zich begeven in de rechtssfeer van den ander
Orang yang berasal dari satu golongan rakyat lain
karena untuk melakukan suatu perbuatan hukum
masuk ke suasana hukum dari golongan rakyat lain.
Apakah telah terjadi pemasukan oleh satu pihak ke
suasana hukum pihak lain, disimpulkan dari
kenyataan-kenyataan yang harus ditetapkan hakim
dalam concreto.
Yu Un Oppusunggu 17
Titik
Titik
-
-
titik
titik
Pertalian
Pertalian
dalam
dalam
Hukum
Hukum
Perdata
Perdata
Internasional
Internasional
(HATAH
(HATAH
Ekstern
Ekstern
)
)
Yu Un Oppusunggu 18
Aneka Titik Pertalian Primer
1. Kewarganegaraan
2. Bendera Kapal
3. Tanda Kebangsaan Pesawat Udara
4. Domisili
5. Tempat Kediaman
6. Tempat Kedudukan
ps. a non-exhaustive list
Yu Un Oppusunggu 19
TPP:
TPP:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(1)
(1)
e.g.: (i) WNI menikah dengan WNA, (ii) WN
Australia melakukan jual-beli dengan WN
Singapura, atau (iii) WN Filipina
dipekerjakan sebagai Direktur Keuangan di
suatu PT.
Kewarganegaraan dapat dimasukkan dalam
titik-titik pertalian yang didasarkan pada
prinsip personil.
Yu Un Oppusunggu 20
TPP:
TPP:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(2)
(2)
Prinsip Utama dari kewarganegaraan adalah
siapa-siapa yang merupakan warga-warga dari
suatu negara ditentukan secara mutlak oleh
negara-negara bersangkutan sendiri.
Yu Un Oppusunggu 21
TPP:
TPP:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(3)
(3)
Pasal 16 AB (diaplikasikan secara analogis):
De wettelijke bepalingen betreffende den staat en den bevoegdheid
der personen blijven verbindend voor Nederlandse Onderdanen,
wanneer zijn zich buiten s lands bevinden. Evenwel zijn zij bij
vestiging in Nederland of in eene andere Nederlandsche kolonie,
zoolang zij aldaar hunne woonplaats hebben, ten aanzien van het
genoemde gedeelte van het burgerlijk recht onderworpen aan de ter
plaatse geldende wet.
Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai status dan
wewenang seseorang tetap berlaku bagi kawula negara Belanda,
apabila ia berada di luar negeri. Akan tetapi apabila ia menetap di
Negeri Belanda atau di salah satu daerah koloni Belanda, selama ia
mempunyai tempat tinggal di situ berlakulah mengenai bagian
tersebut dan hukum perdata yang berlaku di sana.
Lex Originis atau Statuta Personal.
Yu Un Oppusunggu 22
TPP:
TPP:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(4)
(4)
Untuk negara yang menganut Prinsip Nasionalitas,
kewarganegaraan pribadi-individu menentukan
Status Personal orang tersebut.
Sedangkan untuk negara yang menganut Prinsip
Teritorialitas, bukan kewarganegaraan yang
menentukan Status Personal seseorang, melainkan
domisili orang tersebut.
Sebelum berlakunya S. 1915-299, di Hindia Belanda
berlaku Prinsip Domisili.
Yu Un Oppusunggu 23
TPP:
TPP:
Bendera
Bendera
Kapal
Kapal
e.g. (i) Kapal berukuran Panamax berbendera Panama
melakukan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, (ii)
USS Mercy melakukan kegiatan kemanusiaan di NAD.
Bendera dari suatu kapal diibaratkan sebagai
kewarganegaraan.
Dalam dunia pelayaran, bendera kapal:
i. menunjukkan tanda kebangsaan kapal (pasal 50.1 jo. 52.1
& 46.2 UU 21/92 tentang Pelayaran );
ii. menentukan siapa saja yang bisa menjadi nahkoda,
pemimpin kapal dan anak buah kapal (pasal 56.1);
iii. menentukan keleluasaan berlayar kapal tersebut (asas
cabotage) (pasal 73.1).
Yu Un Oppusunggu 24
TPP:
TPP:
Tanda
Tanda
Kebangsaan
Kebangsaan
Pesawat
Pesawat
Udara
Udara
Tanda Kebangsaan Pesawat Udara menunjukkan hukum
yang berlaku bagi pesawat udara tersebut, baik di bidang
publik maupun perdata.
e.g. di bidang publik: menentukan protokoler terhadap
penerimaan pesawat udara di negara tujuan.
e.g. di bidang perdata: menentukan persoalan mengenai
pengangkutan niaga atau hukum yang berlaku terhadap
penumpang pesawat udara tersebut.
Pasal 10.1 UU No. 15/92 tentang Penerbangan:pesawat
terbang dan helikopter yang dioperasikan di Indonesia wajib
mempunyai tanda kebangsaan
Yu Un Oppusunggu 25
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(1)
(1)
e.g. Dua orang WN Inggris yg berdomisili di
Indonesia menikah.
Dalam pengertian sehari-hari, domisili kerap
dipadankan dengan tempat tinggal atau tempat
kediaman.
Dalam pengertian ilmu hukum (perdata
internasional), domisili baru lahir bilamana sudah
terpenuhi syarat-syarat tertentu!
Yu Un Oppusunggu 26
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(2)
(2)
Terdapat aneka ragam pengertian domisili dari pelbagai
sistem hukum yang ada.
Rabel, misalnya, mencatat paling tidak ada 50 definisi tentang
domisili.
e.g. padanan domile menurut hukum Perancis dalam hukum
Inggris bukanlah domicile, tetapi habitual residence.
e.g. dalam pasal 118 (1) HIR dinyatakan bahwa gugatan harus
diajukan pada domisili tergugat.
Meskipun demikian, diperoleh corak utama dari semua
stelsel hukum dalam mengkonsepkan domisili:
negara yang menurut hukum dianggap sebagai pusat dari
kehidupan seseorang (centre of his life).
Yu Un Oppusunggu 27
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(3)
(3)
Prinsipnya:
1. Setiap orang memiliki domisili;
2. Satu domisili untuk satu waktu tertentu; dan
3. Perihal penentuan domisili menurut HPI Inggris,
ditentukan oleh hukum Inggris.
Domisili dalam sistem hukum Inggris:
1. Domicile of Origin;
2. Domicile of Choice; and
3. Domicile by Operation of Law.
Yu Un Oppusunggu 28
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(4)
(4)
Domicile of Origin
Setiap orang memiliki domisili saat ia dilahirkan.
Domisili ayah saat sang anak dilahirkan otomatis menjadi
domisili sang anak.
Bilamana sang anak adalah anak luar kawin, maka
domisilinya mengikuti domisili sang ibu.
DO akan tetap efektif berlaku sampai dengan
terbentuknya DoC.
DO dipandang lebih kuat daripada DoC.
Yu Un Oppusunggu 29
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(5)
(5)
Domicile of Choice
Untuk terbentuknya DoC harus terpenuhi:
1. Kemampuan
Cakap, dewasa, tidak di bawah pengampuan.
Untuk wanita yang terikat dlm suatu perkawinan, tidak
dimungkinkan untuk mendapatkan domicile of choice tersendiri.
2. Residence
Kediaman sehari-hari (habitual physical presence) pada suatu
tempat tertentu.
3. Hasrat (intention) untuk permanent residence
Adanya animus semper manendi dari ybs untuk hidup di dalam
negara yg dipilihnya untuk waktu yg tidak tertentu dan tidak
terbatas. Hendaknya hasrat tersebut untuk hidup & mati (live and
die).
Yu Un Oppusunggu 30
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(6)
(6)
Domicile by Operation of Law
Dengan DOL kepada orang-orang yang karena
hukum bergantung kepada orang lain.
1. Anak-anak yg belum dewasa, mengikuti domisili
Bapak/Ibunya;
2. Wanita dalam perkawinan, mengikuti domisili
suaminya;
3. Orang-orang yang berada di bawah pengampuan,
mengikuti domisili pengampunya.
Yu Un Oppusunggu 31
TPP:
TPP:
Domisili
Domisili
(7)
(7)
Doctrine of Revival
Dengan DoR, domicile of origin kembali menjadi aktif
dan serta-merta menghapuskan DoC yang telah terbentuk.
bandingkan
Doctrine of Continuance of Domicile
Domisili yang ada tetap efektif berlaku s/d ybs
memperoleh domisili lain.
Yu Un Oppusunggu 32
TPP:
TPP:
Tempat
Tempat
Kediaman
Kediaman
Tempat Kediaman atau residence atau Aufenhalt atau tempat
berada atau place of sojourn.
Berbeda dengan domisili, Tempat Kediaman menunjukkan
tempat tinggal de fakto seseorang dalam kesehariannya.
e.g. seorang WN Inggris yang berdomisili di Inggris memiliki
Tempat Kediaman di Jakarta sehubungan dengan
pekerjaannya sebagai salah satu direktur di bank swasta
Indonesia.
Tempat Kediaman dapat digunakan sebagai alternatif
bilamana domisili dari seseorang tidak diketahui.
Yu Un Oppusunggu 33
TPP:
TPP:
Tempat
Tempat
Kedudukan
Kedudukan
(1)
(1)
Bilamana Tempat Kediaman berlaku untuk
individu, maka Tempat Kedudukan (seat) berlaku
untuk pribadi-hukum/badan hukum.
Dalam HPI terdapat teori-teori status personal untuk
badan hukum:
1. Teori Inkorporasi;
2. Teori Statutair;
3. Teori Manajemen Efektif; dan
4. Remote Control Theory.
Yu Un Oppusunggu 34
TPP:
TPP:
Tempat
Tempat
Kedudukan
Kedudukan
(2)
(2)
1. Teori Inkorporasi
Tempat Kedudukan Badan Hukum adalah di mana badan hukum tsb
didirikan.
e.g. badan hukum Indonesia memiliki tempat kedudukan di Indonesia.
2. Teori Statutair
idem
3. Teori Manajemen Efektif
Di negara tempat manajemen efektif badan hukum bersangkutan
dijalankan.
e.g. Suatu bank internasional didirikan di Negara Bagian Delaware,
tetapi karena manajemennya dijalankan dari Negara Bagian New York,
maka tempat kedudukannya adalah yg belakangan
4. Remote Control Theory
Menurut teori ini, meski suatu badan hukum didirikan dan/atau
dijalankan dari Negara X, tetapi bilamana kata final untuk
operasionalnya diputuskan dari Negara Y, maka hukum dan tempat
kedudukan dari badan hukum tersebut adalah Negara Y
Yu Un Oppusunggu 35
TPP:
TPP:
Pilihan
Pilihan
Hukum
Hukum
dalam
dalam
Hubungan
Hubungan
Intern
Intern
e.g. dua orang WNI melakukan jual-beli alat-alat
berat yang diimpor dari Inggris & memilih untuk
menggunakan hukum Inggris untuk perjanjian jual-
beli tsb.
Kewarganegaraan sama.
Domisili atau tempat kediaman tidak dapat menunjukkan
adanya unsur asing.
Hubungan hukum yg terjadi, jual-beli, diatur oleh hukum
Inggris unsur asing.
Pemilihan hukum Inggris menjadikan hubungan hukum
ini sebagai suatu hubungan hukum perdata internasional.
Yu Un Oppusunggu 36
Pengelompokkan
Pengelompokkan
Titik
Titik
-
-
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
dari
dari
Perspektif
Perspektif
Asas
Asas
Personalitas
Personalitas
vis
vis
-
-

-
-
vis
vis
Asas
Asas
Teritorialitas
Teritorialitas
Kelompok Anknpfungspunkte
aus der Personalhoheit
1. Kewarganegaraan
2. Bendera Kapal
3. Tempat Kedudukan Badan
Hukum
a. teori inkorporasi
b. teori statutair
Kelompok Anknpfungspunkte
aus der Gebeitshoheit
1. Domisili
2. Tempat Kediaman
3. Tempat Kedudukan Badan
Hukum
a. manajemen efektif
b. remote control theory
Yu Un Oppusunggu 37
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
:
:
Akibat
Akibat
Lanjutan
Lanjutan
TPP
TPP
TPP menunjukkan suatu hubungan hukum
sebagai hubungan hukum perdata
internasional.
Timbul pertanyaan, hukum apakah yang
berlaku terhadap hubungan hukum tersebut?
Pertanyaan ini dijawab dengan pertolongan
Titik Pertalian Sekunder (TPS).
Yu Un Oppusunggu 38
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
:
:
Pengertian
Pengertian
Gautama:
Titik-titik pertalian sekunder merupakan faktor-
faktor yang menentukan hukum manakah yang
harus dipilih daripada stelsel-stelsel hukum yang
dipertautkan.
Bila TPP karena sifatnya disebut juga sebagai
Titik Taut Pembeda, maka TPS karena
sifatnya disebut juga Titik Taut Penentu.
Yu Un Oppusunggu 39
Aneka
Aneka
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Sekunder
Sekunder
1. Kewarganegaraan
2. Bendera Kapal
3. Tanda Kebangsaan Pesawat Udara
4. Domisili
5. Tempat Kediaman
6. Tempat Kedudukan
7. Tempat Letaknya Benda
8. Tempat Dilangsungkannya Perbuatan Hukum
9. Tempat Dilaksanakannya Perjanjian
10. Tempat Terjadinya Perbuatan Melanggar Hukum
11. Maksud Para Pihak
12. Tempat Diajukannya Proses Perkara
ps. a non-exhaustive list
Yu Un Oppusunggu 40
Perbandingan
Perbandingan
Faktor
Faktor
-
-
Faktor
Faktor
dan
dan
Jenis
Jenis
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
* - Maksud Para Pihak 11
* - Tempat Diajukannya Proses Perkara 12
* - Tempat PMH Terjadi 10
* - Locus Solutionis 9
* - Locus Contractus 8
* - Situs 7
* * Tempat Kedudukan 6
* * Tempat Kediaman 5
* * Domisili 4
* * Tanda Kebangsaan Pesawat Udara 3
* * Bendera Kapal 2
* * Kewarganegaraan 1
TPS TPP Particular No
Yu Un Oppusunggu 41
TPS:
TPS:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(1)
(1)
Selain dapat menjadi suatu TPP, Kewarganegaraan
juga dapat menjadi TPS.
e.g. bila dua orang WN Perancis hendak menikah di
Indonesia, maka syarat-syarat materiil tunduk pada
hukum Perancis.
Ingat, pasal 16AB status dan kewenangan (den staat
en de bevoegdheid).
Sedangkan syarat-syarat formil adalah sesuai dengan
ketentuan hukum Indonesia.
Yu Un Oppusunggu 42
TPS:
TPS:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(2)
(2)
Diagnosis:
1. TPP: kewarganegaraan Perancis dari pria dan
wanita bersangkutan.
2. TPS: berlaku hukum Perancis, sepanjang untuk
syarat-syarat materil dari pernikahan tersebut, a.l.
batas usia minimum untuk menikah
(Kewarganegaraan), dan untuk syarat-syarat
formil, a.l. berlaku hukum Indonesia (locus
celebrationis).
Yu Un Oppusunggu 43
TPS:
TPS:
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(3)
(3)
1. Ada tidaknya harta bersama dalam suatu
perkawinan suami-istri WN Jerman bukan
ditentukan oleh BW, melainkan oleh BGB
Jerman.
2. Sejak Konvensi 1905 & The Hague
Convention tentang hukm harta benda
diterima prinsip-prinsip nasionalitas.
Yu Un Oppusunggu 44
TPS:
TPS:
Locus
Locus
Contractus
Contractus
Dasar Pemikiran:
1. Lex loci contractus dianggap sebagai lex origin karena
tempat ditutupnya kontrak ini dapat dipandang sebagai
tempat kelahirannya suatu perjanjian.
2. Lex loci contractus berlaku karena para pihak dipandang
secara diam-diam telah menghendaki untuk
menundukkan diri kepada hukum yang berlaku di tempat
dilangsungkannya kontrak.
Di bidang perkawinan, lex loci contractus dikenal
dengan istilah lex loci celebrationis.
Yu Un Oppusunggu 45
TPS:
TPS:
Locus
Locus
Solutionis/Executionis
Solutionis/Executionis
Pemakaian lex loci solutionis sebagai TPS
adalah sejalan dengan usaha untuk mencari
Sitz dari setiap hubungan hukum.
Berdasarkan yurisprudensi Indonesia, dapat
dikatakan bahwa atas perjanjian yang akan
dilaksanakan di Indonesia berlaku hukum
Indonesia.
Yu Un Oppusunggu 46
TPS:
TPS:
Maksud
Maksud
Para
Para
Pihak
Pihak
TPS Maksud Para Pihak adalah termasuk dalam
autonomen Anknpfungen.
Pilihan Hukum atau rechtskeuze untuk bidang
hukum harta-benda, khususnya hukum perikatan.
Maksud Para Pihak dapat dinyatakan:
1. secara tegas;
2. dengan sedemikian banyak perkataan (uitdrukkelijk); atau
3. secara diam-diam (stilzwijgend).
Yu Un Oppusunggu 47
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Kumulatif
Kumulatif
(1)
(1)
Pada titik-titik pertalian kumulatif secara
bersamaan sekaligus berlaku berbagai
stelsel hukum.
Yu Un Oppusunggu 48
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Kumulatif
Kumulatif
(2)
(2)
1. Kumulasi daripada hukum sendiri dan hukum asing.
e.g. dalam HPI Inggris, suatu tuntutan karena PMH hanya
dapat diajukan di Inggris apabila perbuatan juga dapat
menciptakan suatu tuntutan sedemikian menurut hukum
Inggris.
2. Kumulasi daripada dua stelsel hukum yang
kebetulan.
e.g. dalam yurisprudensi Anglo-Saxon, penyelesaian dari
perjanjian-perjanjian dipertautkan baik kepada proper law
of contract maupun dengan lex solutionis.
Yu Un Oppusunggu 49
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Alternatif
Alternatif
(1)
(1)
Terdapat lebih dari satu titik pertalian yang
dapat menentukan hukum yang berlaku.
Salah satu dari faktor-faktor yang ada dapat
merupakan faktor yang berlaku.
Karena dapat dipilih antara berbagai titik
pertalian, titik pertalian alternatif ini disebut
juga Wahlanknpfung
Yu Un Oppusunggu 50
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Alternatif
Alternatif
(2): Ratio
(2): Ratio
Bukan hanya para pihak, melainkan juga demi
kepentingan dari keseluruhannya telah
diberikan kemungkinan titik-titik pertalian
alternatif ini.
Yu Un Oppusunggu 51
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Pengganti
Pengganti
(1):
(1):
Peristilahan
Peristilahan
&
&
Pengertian
Pengertian
Titik Pertalian Pengganti juga dikenal dengan
istilah
1. Ersatzsanknpfung;
2. Subsidiaire Anknpfung;dan
3. Titik Taut Surogaat.
Titik-titik Pertalian Pengganti adalah titik-
titik pertalian yang diperlakukan apabila titik
taut yang seharusnya dipergunakan tidak
terdapat.
Yu Un Oppusunggu 52
Titik
Titik
Taut
Taut
Alternatif
Alternatif
vis
vis
-
-

-
-
vis
vis
Titik
Titik
Taut
Taut
Pengganti/Subsidair
Pengganti/Subsidair
Residence
1. Nationality
1. Nationality 1. Nationality
2. Domicile
2. Domicile 2. Domicile
3. Residence
Nationality
Domicile
Residence
Either/or
Yu Un Oppusunggu 53
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Tambahan
Tambahan
(1):
(1):
Peristilahan
Peristilahan
&
&
Pengertian
Pengertian
Titik Pertalian Tambahan atau Erganzungs
Anknpfung.
Titik Pertalian Tambahan dibutuhkan
bilamana titik taut penentu yang harus berlaku
adanya tidak mencukupi.
Yu Un Oppusunggu 54
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Tambahan
Tambahan
(2):
(2):
Visualisasi
Visualisasi
e.g. terdapat kasus
bipatride: X adalah
1. WN Indonesia; dan
2. WN Amerika Serikat.
Domisili digunakan
sebagai titik pertalian
tambahan untuk
menentukan hukum yang
berlaku terhadap X.
Yu Un Oppusunggu 55
Titik
Titik
Pertalian
Pertalian
Accessoir
Accessoir
Akzessorischer Anknpfung
Penempatan suatu hubungan hukum di bawah
satu stelsel hukum yang sudah berlaku untuk
lain hubungan hukum yang lebih utama.
e.g. suatu perjanjian reasuransi ditentukan
pula oleh hukum yang mengatur asuransi
pokok.
Yu Un Oppusunggu 56
SELAMAT SIANG!

Anda mungkin juga menyukai