Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Kas dan Piutang

A. Sentralisasi dan Desentralisasi

Perusahaan multinasional bisa memilih pengelolaan kas yang tersentralisasi atau


dessentralisasi. Pemilihan tersebut bisa dipengaruhi, meskipun tidak harus, oleh pilihan struktur
organisasi fungsi keuangan atau organisasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, fungsi keuangan
bisa distruktur sebagai bagian dari organisasi fungsional. Organisasi dalam hal ini akan terdiri dari
beberapa fungsi perusahaan : Pemasaran, keuangan, administrasi & personalia, dan operasi. Jika
semakin besar, organisasi bisa mengikuti struktur produk atau pasar, di mana setiap bagian akan
mebawahi produk atau wilayah geografis tertentu. Dalam situasi semacam itu fungsi kas akan
menjadi bagian dari fungsi keuangan. Pengelolaan fungsi kas relatif terdesentralisasi, masing-
masing bagian mempunyai otonomi yang besar dalam pengelolaan kas tersebut.

Di lain pihak, perusahaan multinasional bisa memilih pengeloaan kas yang tersentralisasi.
Dalam struktur ini pengelolaan dilakukan sepenuhnya oleh kantor pusat atau cabang tertentu
yang ditunjuk atau bank tertentu yang menawarkan jasa pengelolaan kas dengan biaya tertentu .
Bank besar biasanya bisa mengelola kas dengan efisien. Struktur semacaam ini biasanya dipilih
oleh perusahaan multinasional karena beberapa keuntungan seperti :

1. Tenaga Ahli. Tenaga ahli dalam pengelolaan kas bisa disediakan oleh kantor pusat atau
oleh bank yang dirujuk (jika menggunakan bank). Tenaga ahli tersebut bertanggung
jawab terhadap pengelolaan kas yang terdesentralisir (dikelola oleh tenaga lokal) tidak
cukup layak dilakukan. Dengan tenaga ahli yang lebih baik, pengelolaan akan lebih
efektif.
2. Saldo kas yang lebih kecil. Dengan pengelolaan yang terpusat kelebihan kas secara
total bisa dkurangi. Hal semacam ini sangat mungkin bisa dilakukan dibandingkan jika
setiap cabang mengelola sendiri kasnya. Jika setiap cabang mengelola sendiri kasnya,
maka setiap cabang akan menentukan saldo kas minimal tententu. Jika saldo kas
tersebut dijumlah total, maka saldo kas total tersebut akan lebih besar dibandingkan
saldo kas yang muncul melalui pengelolaan yang terpusat. Contoh :

Saldo Kas yang Standar


Cabang Saldo kas minimal
digharapkan deviasi
1. Pengelolaan secara Terpisah
Cabang A 10,000 100 10,300
Cabang B 12,500 500 14,000
Cabang C 25,000 750 27,250
Total 47,500 51,550
2. Pengelolaan secara terpusat
Pusat 47,500 906.92 50,221
Catatan : Saldo kas minimal = saldo kas yang diharapkan + (3 x standar deviasi)
Standar deviasi unuk putat dihitung sebagai berikut :
2 2 2 1/ 2
(100 +500 +750 ) = 906,92
Saldo kas dengan pengelolaan terpusat = 47,500 + ( 3 x 906.92) = 50,221

Misalkan perusahaan multinasional mempunyai tiga cabang yaitu A, B dan C.


Masing-masing cabang mempunyai saldo yang diharapkan. Kemudian untuk berjaga-jaga,
setiap cabang mempunyai kebijakan memegang saldo kas sebesar sebesar saldo kas yang
diharapkan plus tiga kali standar deviasi. Standar deviasi diumpamakan sudah dihitung
dengan menggunakan data historis, jika pengelolaan kas dilakukan secara terpisah, saldo kas
total yaang akan dipegang oleh perusahaan multinasional adalah 51,550. Jika perusahaan
melakukan pengelolaan yang terpusat, saldo kas turun menjadi 50,221. Varians dihitung
dengan mengasumsikan aliran kas yang independen antar cabang. Rumus perhitungan
varians semacam ini digunakan :

Var=¿
Jika aliran kas antar cabgan tidak independen, kita perlu memasukkan kovarians aliran kas
antar cabang sebagai berikut :

Var=¿
Bobot tidak dimasukkan dalam perhitungan varian/kovarian karena informasi mengenai
proporsi investasi tidak diketahui. Jika kovarians antar aliran kas negatif, kas bisa turun lebih
banyak lagi.

Cabang hanya memegang kas yang diperlukan untuk operasi. Kelebihan kas dikirimkan ke
pusat. Kas untuk tujuan investasi/spekulasi atau untuk tujuan berjaga-jaga dipegang oleh
pusat, bukan oleh cabang. Dengan menurunkan besarnya kas yang dipegang, tingkat
keuntungan bisa dinaikkan. Sementara risiko bisa dikendalikan lebih baik melalui pengelolaan
semacam itu.
3. Informasi yang lebih baik. Dengan melakukan pengelolaan terpusat, perusahaan
multinasional bisa memanfaat kan perbedaan tingkat bunga antar negara baik untuk
tujuan investasi maupun untuk tujuan pinjaman. Jika perusahaan memerlkan dana
tambahan, staf kantor pusat bisa mengetahui negara mana yang mempunyai tingkat
bunga pinjaman yang rendah dan meminjam dari negara tersebut. Sebaliknya, jika
perusahaan mempunyai kelebihan kas, perusahaan bisa mengetahui negara dengan
tingkat bunga yang tinggi. Dan menginvestasikan dananya di negara tersebut.
Di samping itu, melalui pengelolaan terpusat, masalah atau kesempatan secara
umum akan bisa dilihat lebih jelas oleh kantor pusat dibandingkan oleh staf lokal.
Kepentingan organisasi secara keseluruhan akan didahulukan, sementara kepentingan
lokal akan disubordinasikan terhadap kepentingan organisasi tersebut. Kantor pusat,
cabang, atau bank yang melakukan pengendalian terpusat biasanya berlokasi di pusat
pasar keuangan dunia, sehingga informasi keuangan bisa diperoleh dengan cepat dan
mudah.
4. Volume transaksi yang besar. Dengan memusatkan transaksi pada cabang/pusat,
volume transaksi bisa diperbesar, yang kemudian bisa mengurangi biaya transaksi per
unit. Hubungan dengan bank juga menjadi semakin baik karena rekening perusahaan
yang cukup besar setelah manajemen kas dipusatkan.
5. Eksposur yang lebih kecil. Karena kas di setiap cabng menjadi lebih kecil, perusahaan
bisa mengurangi eksposur aset untuk setiap cabangnya terhadap risiko politik.
Misalkan di suatu negara terjadi pengelolaan politik, kemungkinan pembatasan aliran
dana atau pengambil alihan aset sangat mungkin terjadi. Pengelolaan secara terpusat
juga memungkinkan manajer bisa melakukan tindakan yang cepat dalam situasi
semacam itu. Di samping eksposur politik, eksposur kurs juga bisa dikurangi, karena
dana dipindahkan ke pusat pengelola dengan frekuensi yang cukup sering.
Evaluasi dan Pengendalian. Masalah yang mungkin timbul dalam sentralisasi manajemen kas
adalah adanya disinsentif untuk manajer lokal. Menyerahkan sepenuhnya kas ke pusat
pengeloloa kas membuat manajer lokal tidak responsif terhadap kesemptan yang ada di
pasar keuangan lokal. Di samping itu manajer lokal juga akan keberatan menyerahkan dana
karena dia akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, desain evaluasi bisa dimodifikasi. Sebagai contoh, manajer bisa dibebaskan dari
kewahiban memperoleh keuntungan dari kelebihan kas. Insentif atau prestasi manajer tidak
tergantung dari kelebihan kas. Cara lain adalah dengan menetapkan tingkat bunga internal.
Tingkat bunga tersebut ditetapkan untuk pinjaman atau investasi yang dilakukan oleh
manajer lokal. Jika manajer lokal melihat tingkat bunga internal lebih tinggi (rendah)
dibandingkan dengan tingkat bunga di pasar lokal, manajer lokal bisa menginvestasikan
(meminjam) ke (dari) pusat pengelola kas. Tetapi manajer lokal harus diberi akses yang
penuh terhadap pusat, bisa menaruh atau menarik dana pada saat diperlukan. Cara
semacam itu bisa mendorong insentif manajer lokal.

Penentuan Lokasi. Kantor pusat tidak harus menjadi tempat di mana pengelolaan kas
terpusat dilakukan. Lokasi yang dipilih biasanya merupakan pusat keuangan dunia.
Perusahaan multinasional besar bisa memilih lokasi seperti London, New York, Tokyo,
Hongkong, Singapura sebagai lokasi pengelolaan kas terpusat. Lokasi tersebut mempunyai
prasaran komunikasi yang baik, prosedur hukum yang jelas, mata uang yang bisa ditukar
engan mudah tanpa banyak pembatasan, stabilitas politik yang baik. Bank multinasional
biasanya mempunyai daya saing yang lebih baik dibandingkan dengan bank domestik, karena
wilayah operasi mencakup beberapa negara dan juga pengalaman yang lebih baik. Bank
multinasional akan lebih dipilih, jika bank yang melakukan pengelolaan kas. Bank domestik
bisa dilibatkan jika tujuan pengelolaan kas terpusat bisa dicapai dengan cara semcam itu.

B. Perencanaan, Penganggaran, dan Peramalan aliran kas


Perencanaan dan penganggaran kas merupakan salah satu kunci dalam manjemen
kas yang baik. Karena perusahaan multinasional mencakup beberapa wilayah negara,
pengelolaan menjadi semakin kompleks. Manajemen kas harus mempnyai informasi
kebutuhan dan posisi kas setiap cabang. Informasi tersebut kemudian dipakai sebagai dasar
netting, mobilisasi dan (memenuhi kebutuhan kas cabang melalui cabang lainnya sehingga
bisa menghemat tingkat bunga), tindakan investasi atau pinjaman jika surplus kas total atau
defisit kas total terjadi. Dengan perencanaan semacam itu manajemen kas menjadi semakin
efektif.
Contoh berikut ini menggambarkan perencanaan kas perusahaan multinasional.
Misal perusahaan multinasional Indonesia mempunyai cabang di Singapura, Australia dan
Malaysia. Perusahaan menunjuk cabang Singapura sebagai pusat pengelola kas karena
Singapura merupakan pusat pasar keuangan yang penting di kawasan Asia. Tanggal
pelaporan kas adalah 22/12/97, yang kemudian diikuti dengan peramalan kebutuhan posisi
kas pada tanggal 22/12/97 tersebut. Sebagai contoh cabang Indonesia melaporkan posisi
bersih negatif Rp. 100,00. Mata uang pelaporan menggunakan Rupiah, sehingga
memungkinkan keseragaman analisis. Kurs yang dipakai ditentukan oleh manajer keuangan
perusahaan multinasional.
Posisi Kas dan Peramalan Posisi Kas
Tanggal 22/12/98 Tanggal 22/12/98
Cabang Singapura Cabang Indonesia
Posisi bersih : 500 Posisi Bersih : -100
Hari masuk Keluar Bersih Hari Masuk Keluar Bersih
1 100 200 -100 1 200 300 -100
2 200 50 150 2 250 300 -50
3 100 250 -150 3 150 100 50
4 300 300 0 4 300 200 100
5 400 250 150 5 500 400 100

Tanggal 22/12/98 Tanggal 22/12/98


Cabang Malaysia Cabang Australia
Posisis Bersih : 500 Posisis Bersih : 500
Hari Masuk Keluar Bersih Hari Masuk Keluar Bersih
1 300 100 200 1 400 300 100
2 200 200 0 2 500 550 -50
3 250 150 100 3 600 650 -50
4 150 100 50 4 600 700 -100
5 300 350 -50 5 700 750 -50

Kebutuhan/Kelebihan Kas Cabang Multinasional


Cabang Posisi Minimum Kelebihan/Kebutuhan
Singapura 500 400 100
Indonesia -100 200 -300
Malaysia 500 300 200
Australia 500 300 200
Total 200

Sebagai Contoh, cabang Singapura mempunyai surplus kas bersih sebesar Rp. 500,00
dan mempunyai kebijakan saldo kas minimal sebesar Rp. 400,00. Karena itu, setelah
dipakai untuk menutup saldo kas minimal, cabang Singapura mempunyai kelebihan dana
Sebesar Rp. 100,00. Secara total perusahaan mempunyai kelebihan dana sebesar Rp.
200,00. Perusahaan bisa menginvestasikan kelebihan dana tersebut pada investasi jangka
pendek.

Tabel diatas juga memberikan informasi mengenai kelebihan/kebutuhan kas untuk


setiap cabangnya. Informasi tersebut bisa dipkai untuk menentukan rute penyerahan kas.
Bagan berikut menggambarkan salah satu kemungkinan rute semacam itu. Cabang
Australia menyerahkan dana sebesar Rp. 200,00 ke cabang Indonesia, cabang Malaysia
menyerahkan kas sebesar Rp. 200,00 ke pusat pengelola kas yaitu cabang Singapura
sementara cabang Singapura menyerahkan dana sebesar Rp. 100,00 ke cabang Indonesia.
Singapura Malaysia
200

100

200
Indonesia Australia

1. Berapa Kali anda berkunjung ke pantai dalam setahun?


2. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk berkunjung ke pantai?
3. Apakah anda berkunjung ke pantai sendiri, atau bersama keluarga atau teman
4. Apa Tujuan utama anda berkunjung ke pantai ?
5. Berapa biaya yang anda habiskan untuk berlibur ke pantai ?
6. Apa hal yang paling anda sukai dari berlibur ke pantai?
7. Apa hal yang paling anda tidak sukai dari berlibur ke pantai?
8. Pantai mana yang paling anda sukai?
9. Apa yang anda inginkan dari sebuah liburan ke pantai ?
10. Seberapa puas anda terhadap fasilitas dan keamanan yang ada di pantai?
(on scale 1 to 10)
1. Bilateral Netting (Netting 2 pihak). Untuk menggambarkan proses netting, misal ada 2
cabang perusahaan yang terlibat dalam transaksi. Cabang A membeli barang dari
cabang B sebesar Rp. 1 Juta, sedangkan cabang B menyewa tenaga ahli dari divisi A
senilai Rp. 500 ribu. Bagan berikut ini menggambarkan situasi tersebut

(Bagan)

Jika cabang A membayar cabang B dan sebaliknya, sedangkan biaya transaksi adalah
0,5%, maka biaya transaksi yang ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp. 7500 (1,5 juta
x 0,5%). Misalkan sekarang dilakukan netting, bagan berikut menggambarkan hasil
netting.

(Bagan)

Cabang A membayar Rp. 500 ribu ke cabang B, dan cabang B tidak perlu melakukan
pembayaran ke cabang A. Biaya transaksi sekarang menjadi Rp. 2.500,00. Jika transaksi
yang terjadi ratusan, dan kemudian bisa disederhanakan melalui proses netting.
Perusahaan bisa menghemat cukup signifikan. Banyak perusahaan multinasional yang
bisa menyederhanakan transaksi dengan 50-60% melalui proses netting. Penghematan
biaya transaksi mencapai sekitar 1,5% per-dolar transaksi (berdasarkan penelitian untuk
perusahaan di Amerika Serikat)

2. Multilateral Netting. Perusahaan multinasional bisa mempunyai puluhan cabang yang


tersebar di beberapa negara. Netting dalam hal ini tidak hanya melibatkan 2 cabang,
tetapi lebih dari 2 cabang sekaligus (multilateral netting). Contoh berikut ini
menggambarkan netting ganda. Misal ada 4 cabang yang terlibat dalam pembayaran
dengan rincian seperti bagan di bawah ini.

Aliran Kas Multilateral Netting


Pembayaran Ke Oleh
Prancis Jerman Belgia Inggris Kas Masuk
Prancis 0 400 300 200 900
Jerman 300 0 150 600 1050
Belgia 400 400 0 300 1100
Inggris 300 250 300 0 850
Kas Keluar 1000 1050 750 1100
Kas Bersih -100 0 350 -250

Jika tidak ada proses netting, Bagan 22.4 di bawah ini menggambarkan aliran kas
yang melibatkan 4 cabang tersebut. Perhatikan bahwa aliran kas
pembayaran/penerimaan cukup kompleks. Bagan berikutnya menyajikan aliran kas
pembayaran/peneriman jika perusahaan melakukan proses netting. Aliran kas
sejumlah 950 diperoleh setelah melalui proses netting, jika tidak ada netting nilai total
aliran kas pembayaran/penerimaan adalah 3.900. Perusahaan bisa menghemat biya
transaksi cukup signifikan.
3. Pusat Krilling. Kunci dalam proses netting adalah manajer netting atau pusat netting.
Pusat netting tersebut mengumpulkan informasi yang kemudian dipakai dalam proses
netting. Aliran kas harus melalui pusat netting tersebut, kecuali jika pusat tersebut
menginstruksikan yang lain. Idealnya pusat tersebut terletak di pusat pasar keuangan,
dengan pembatasan aliran modal yang minimal, prosedur hukum yang jelas. Pusat kliring
bisa merupakan bagian yang dibuat khusus untuk menangani urusan tersebut, bisa
merupakan bagian keuangan cabang tertentu, atau bank tertentu yang menyediakan jasa
semacam itu dengan bayaran tertentu. Pusat tersebut juga menangani perencanaan dan
penganggaran keuangan seperti yang dibicarakan pada bagian awal.
Melalui pusat kliring, aliran kas bisa disederhanakan lebih lanjut. Sebagai contoh, jika
perusahaan mempunyai 8 cabang yang saling melakukan transaksi. Jika mereka saling
berhubungan, maka akan terjadi 28 saluran pembyaran. Berikut disebelah kiri
menggambarkan aliran pembayaran yang terjadi antar ke 28 cabang tersebut. Jika
perusahaan mempunyai pusat kliring, dan aliran pembayaran harus melalui pusat kliring,
maka cabang hanya akan berhubungan dengan pusat kliring, bukan dengan cabang
lainnya. Dengan cara semacam itu akan terjadi 8 saluran pembayaran dan menghemat
biaya transaksi.
Kembali ke contoh multilateral netting di muka. Bagan multilateral netting di muka
belum memasukkan pusat kliring. Setelah memasukkan pusat kliring aliran kas akan
menjafi lebih sederhana. Pusat netting menghitung kas masuk bersih yang akan diterima
oleh setiap cabang. Perhitungan tabel berikut ini menggambarkan aliran kas bersih untuk
setiap cabang.
Terlihat bahwa cabang Prancis mempunyai aliran kas negatif 100, cabang Jerman
mempunyai aliran kas bersih nol, sedangkan cabang Belgia dan Inggris mempunyai
aliran kas bersih positif 350 dan negatif 250 masing-masing. Setelah aliran kas bersih
untuk setiap cabang ditentukan, cabang akan membayar sejumlah aliran kas bersih
yang terjadi. Cabang Prancis sebagai contoh, harus membayar sejumlah 100 ke pusat
kliring, sedangkan cabang Belgia akan menerima sejumlah 350 dari pusat kliring.
Cabang Jerman tidak melakukan apa-apa karena saldo aliran kas bersih adalah nol.
Bagan berikut ini menggambarkan aliran kas setelah ada pusat kliring.
4. Mempercepat Pengumpulan Kas dan Memperlambat Pengeluaran Kas
Salah satu tujuan manajemen kas adalah meningkatkan ketersediaan kas sehingga
perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memanfaatkan kas
tersebut, tanpa mengurangi reputasi perusahaan. Kas maasuk diusahan=kan dipercepat,
sedangkan kas keluar diusahakan diperlambat. Kombinasi mempercepat kaas masuk
dengan memperlambat kas keluar akan meningkatkan ketersediaan kaas. Kemudian
setelah ketersediaan kas meningkat, langkah berikutnya adalah memanfaatkan kas
tersebut dengan efektif.

Cara Mempercepat dan Memperlambat Aliran Kas


Mempercepat Mempercepat Konversi Memperlambat Kas
Penerimaan ke Kas keluar
Menetapkan rekening di Menegosiasikan utang
Transfer Elektronik
bank pembeli dagang
Negosiasi agar dana di
Pusat mobilisasi Cek dengan Value-
kredit pada hari yang
Lock-boxes dating
sama

Dua jenis float karena proses kliring yang berberda : (1) Internal, dan (2) Eksternal. Kliring
internal bisa dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan kliring eksternal berada di luar
kendali perusahaan. Kliring eksternal ditentukan oleh efisiensi pasar keuangan di negara
bersangkutan. Beberapa negara memakan waktu yang cukup lama untuk memproses
cek, sedangkan negara lain bisa memproses dengan lebih cepat. Perusahaan sedapat
mungkin memaksimumkan efisiensi float internal melalui berbagai cara.
Untuk mempercepat penerimaan, perusahaan bisa meminta pembeli menggunakan
transfer elektronik sehingga bisa menghemat waktu pengiriman pos. Pusat mobilisasi
dilakukan dengan menetapkan pusat penerimaan tertentu. Pembeli diminta
mengirimkan pembayaran ke pusat tersebut. Pusat mobilisasi mempunyai staf yang
ahli dalam manajemen kas. Lock Box meruapakan kotak pos yang dipakai untuk
menampung pembayaran. Jika bank yang mengelola pembayaran mempunyai cabang
yang cukup ekstensif, pembeli diminta langsung memasukkan ke kotak tersebut jika
mereka membayar.

MAnajemen Piutang

Mempunyai Trade-off risiko dengan return. Jika Investasi piutang tinggi, perusahaan
mempunyai kesempatan memperoleh penjualan yang lebih tinggi. Tekanan dari
persaingan seringkali membuat kebijakan piutang menjadi lebih longgar, yang
mendorong investasi lebih lanjut.
Piutang yang tinggi bukannya tanpa biaya. Biaya piutang muncul karena beberapa hal :
1. Investasi piutang yang naik akan meningkatkan biaya kesempatan (opportunity
cost) . Perusahaan bisa kehilangan kesempatan menggunakan dana yang tertanam di
piutanv untuk investasi lainnya
2. Semakin besar piutang, akan semakin besar risiko piutang tidak tertagih. piutang
tidak tertagih bisa menaikkan biaya dan menurunkan keuntungan.
Manajer dengan demikian harus mempertimbangkan untung-rugi investasi piutang
agar keuntungan maksimum bisa diperoleh. Seringkali kebijakan piutang di negara lokal,
tempat cabang perusahaan multinasional beroperasi, lebih longgar dibandingkan
kebijakan piutang di kantor pusat, baik karena tekanan persaingan atau standar yang
lebih longgar pada umumnya. Sistem Insentif manajer seringkali juga bias terhadap
kenaikan aset atau kenaikan penjalan. Bonus manajer penjualan atau salesman
ditentukan berdasarkan penjualan. Bias semacam itu mendorong Investasi piutang lebih
besar meskipun investasi piutang tersebut sebenarnya tidak menguntungkan dari sudut
pandang perusahaan. Untuk mengurangi bias semacam itu, perusahaan bisa
menetapkan bonus tidak hanya berdasarkan kenaikan penjualan, tetapi juga terhadap
piutang yang kembali. Piutang tidak tertagih akan menurunkan bonus manajer. Beberapa
perusahaan sudah mulai melakukan hal semacam itu. Cara lain juga bisa ditempuh yaitu
dengan menyadarkan pentingnya kualitas piutang untuk meningkatkan keuntungan
melalui pelatihan. Pelatihan manajemen piutang atau manajemen keuangan untuk
manajer pemasaran atau penjualan bisa dilakukan untuk tujuan tersebut. Manajer
pemasaran dengan manajer keuangan mempunyai kecenderungan yang berbeda.
Manajer pemasaran cenderung melonggarkan kebijakan piutang karena bisa membuat
perusahaan menjadi lebih kompetitif. Di pihak lain, manajer keuangan cenderung
konservatif dan menahan pertumbuhan iutang. Interaksi antara kedua bidang tersebut
diharapkan bisa bermanfaat untuk kepentingan perusahaan secara keseluruhan.

Misalkan perusahaan Indonesia menjual ke Australia, kurs saat ini Rp. 2.500/A$. diperkirakan akan
depresiasi sebesar Rp. 2.250/A$ dalam tiga bulan dan menjadi Rp. 2.200/A$ pada bulan keempat.
Biaya pendanaan sebesar 2% per bulan. Saat ini penjualan mencapai A$1.000 dengan rata-rata
pengumpulan piutang sebesar 3 bulan. Jika pelonggaran dilakukan menjadi 4 bulan, penjualan bisa
naik dengan 5%, atau A$50.000. biaya variabel 35%. Perhitungan berikut ini bisa dilakukan dengan
analisis

Transaksi Bilateral

Rp. 500 ribu


Cabang A Cabang B
Rp. 1 Juta

Aliran Pembayaran Kas Melalui Pusat Kliring

Perancis Jerman

100 0
Pusat Kliring
350 250

Belgia Belgia
Netting Bilateral

Rp. 500 ribu


Cabang A Cabang B

Aliran Kas Tanpa Multilateral Netting


400
Perancis Jerman
300

600
300 200 250
300
400

300
Belgia Inggris
300

Aliran Kas Bersih untuk Setiap Cabang


Kas Masuk Kas Keluar Kas Bersih

Prancis 900 1000 -100

Jerman 1050 1050 0

Belgia 1100 750 350

Inggris 850 1100 -250


Aliran Kas Setelah Multilateral Netting

400
Perancis Jerman

350
100 100

0 Inggris
Belgia

Anda mungkin juga menyukai