Anda di halaman 1dari 8

A.

Konsep Analisis Situasi Organisasi


Analisis secara sistematik adalah mengumpulkan, mengevaluasi dan
mengorganisasi informasi tentang sesuatu pekerjaan-pekerjaan. Sedangkan
pengertian analisis adalah : ”Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab) dimana penguraian suatu
pokok atau berbagai bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti secara keseluruhan”. Analisis adalah rangkaian kegiatan pemikiran
yang logis, rasional, sistematis dan objektif dengan menerapkan metodologi atau
teknik ilmu pengetahuan, untuk melakukan pengkajian, penelaahan, penguraian,
perincian, pemecahan terhadap suatu objek atau sasaran sebagai salah satu kebulatan
komponen yang utuh kedalam sub komponen–sub komponen yang lebih kecil. Dari
pengertian di atas, maka analisis menyangkut beberapa unsur pokok antara lain
sebagai berikut :
1. Analisis merupakan suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang didasari
pikiran yang logis mengenai suatu hal yang ingin diketahui.
2. Mempelajari bagian pembagian secara rinci dan cermat sehingga apa yang ingin
diketahui menjadi gambaran yang utuh dan jelas.
3. Ada tujuan yang ingin dicapai yaitu pemahaman yang tepat terhadap sebuah
objek kajian.
Metode analisa SWOT dianggap sebagai metode analisa yang paling dasar,
berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 (empat) sisi yang
berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan atau rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada,sambil
mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.1 Jika digunakan dengan benar,
analisa SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak
terlihat selama ini. Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu:
S = Strengths, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi
atau program pada saat ini.

1
Son Wandrial, “Analisis Internal Perusahaan Strength & Weakness Menggunakankonsep ‘
Resource-Based View Of The Firm ’ Dengan Kerangka Vrio,” Binus Business Review 2, no. 2 (2011):
627–37.
W = Weaknesses, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
O = Opportunities, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan.
T = Threats, adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang dating
dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan.
SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan)
Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats
(hambatan untuk mencapai tujuan). Analisis SWOT adalah analisis yang terdiri dari
analisis lingkungan mikro yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan, dan analisis lingkungan makro yang bertujuan untuk mengetahui
peluang dan ancaman bagi perusahaan mengemukakan bahwa analisis SWOT
adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Analisis SWOT adalah menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan
kondisi perusahan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT
merupakan singkatan dari Strengths (kekuatan) dan Weakness (kelemahan) intgernal
dari suatu perusahaan serta Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman)
lingkungan ekstenal yang dihadapinya yang dapat di uraikan sebagai berikut.
Analisis SWOT adalah identifikasi faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Untuk mencapai misi, tujuan, sasaran serta kebijaksanaan
perusahaan yang telah ditetapkan, manajemen perlumemperhatikan dua faktor pokok
yaitu faktor eksternal yang tidak dapat di kontrol atau berada di luar bidang
manajemen, serta faktor internal yang sepenuhnya berada di dalam kendali
manajemen (perusahaan). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan
(strenghts) dan kelemahan (weaknesses). Matrik SWOT dapat menghasilkan empat
set kemungkinan alternatif strategis, dimana setiap hubungan tersebut diberikan
solusi strategis yang harus dilakukan. Terdapat 2 faktor pokok yang akan
memengaruhi keempat komponen dasar pada analisis SWOT yaitu:
a. Faktor Internal (Strength dan Weakness)
1) Untuk faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam terdiri dari dua poin
yaitu kekuatan dan kelemahan. Keduanya akan berdampak lebih baik dalam
sebuah penelitian ketika kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan.
Dengan demikian kekuatan internal yang maksimum jelas akan memberikan
hasil penelitian yang jauh lebih baik. Adapun bagian bagian dari faktor internal
itu sendiri ialah:
a) Sumber daya yang dimiliki
b) Keuangan atau finansial
c) Kelebihan atau kelemahan internal organisasi
d) Pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya ( baik berhasil maupun
gagal ). 2
b. Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)
Ini merupakan faktor dari luar entitas, di mana faktor ini tidak secara
langsung terlibat pada apa yang sedang diteliti dan terdiri dari 2 poin yaitu
ancaman dan peluang. Adanya peluang serta ancaman ini tentu saja akan
memberikan data yang harus dimasukkan dalam jurnal penelitian sehingga
menghasilkan strategi untuk menghadapinya. Beberapa poin yang termasuk pada
faktor eksternal adalah sebgai berikut :
1) Trend
2) Budaya, sosial politik, ideologi, perekonomian
3) Sumber-sumber permodalan
4) Peraturan pemerintah
5) Perkembangan teknologi
6) Peristiwa-peristiwa yang terjadi
7) Lingkungan
Sebagaimana sebuah metode pada umumnya, analisa SWOT ini hanya dapat
membantu menganalisa situasi yang sedang dihadapi oleh perusahaan atau sebuah
organisasi. Dan metode ini bukan sebuah jawaban pasti yang mampu memberikan
solusi pada tiap masalah yang sedang dihadapi, namun minimal akan memecah

2
Agus Sjafari, “Analisis Organisasi Melalui Pendekatan Perilaku Kasus Di Kantor Kecamatan
Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat,” Jurnal Adminsitrasi Publik 3, no. 1 (2012): 1–10.
persoalan yang ada dengan mengurainya menjadi bagian bagian kecil yang akan
lebih tampak sederhana.
B. Analisis Internal Organisasi (Sumber Daya Dan Kemampuan/Potensi)
Pada lingkungan internal, para manajer strategis harus dapat mengenali
variabel-variabel dalam perusahaan yang merupakan kekuatan atau kelemahan yang
penting. Analisa terhadap lingkungan internal dapat menjadi landasan bagi
perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap strategi yang dijalankan perusahaan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Pearce dan Robinson (1997) bahwa analisa internal adalah
pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan. Dalam
penyusunan analisa lingkungan internal yang menyangkut kekuatan dan kelemahan
organisasi, dapat ditempuh dengan mempergunakan matriks analisa lingkungan
internal IFAS (Internal Factors Analisys Summary) untuk mengidentifikasi faktor
strategi internal. Matriks IFAS digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan, data yang dapat digali dari
beberapa fungsional perusahaan misalnya aspek manajemen, keuangan, SDM,
pemasaran, sistem informasi, dan produksiAnalisis lingkungan internal menghasilkan
sejumlah informasi tentang kekuatan organisasional, yaitu apakah organisasi bekerja
dengan baik. Kekuatan dan kelemahan harus dianalisis untuk makna strategi. 3
C. Analisis Critical Event Model
The Critical Events model (CEM) merupakan model pelatihan terbuka
yangsetiap eventnya selalu dievaluasi. Pada model ini tidak semua variabel bisa
diidentifikasi atau ditetapkan pada saat dilakukan perancangan program
pelatihannya, namun pada setiap langkahnya selalu di evaluasi dan sebagai follow up.
Pada dasarnya CEM berguna untuk program pelatihan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dimiliki individu. Tujuan model ini adalah menggambarkan apa yang
mungkin terjadi, namun tidak dapat memprediksi produk akhir yang tepat. Nadler
juga mengungkapkan keberhasilan CEM yang dibuktikan oleh siswa dan kliennya

3
I Gde Yudiaris, “Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal Dalam Menghadapi Persaingan
Bisnis Pada Cv. Puri Lautan Mutiara,” Universitas Pendidikan Ganesha 5, no. 1 (2015): 1–10.
dengan menyelaraskan sebagai sebuah model. It is one with which I have had success
that my student have found useful and that my client have been able to relate to so
offer it as one model. Model yang dikembangkan Nedler ini dimulai dari:
1. Menentukan kebutuhan organisasi,
2. Menspesifikasikan kinerja peserta pelatihan,
3. Mengidentifikasi kebutuhan peserta pelatihan,
4. Merumuskan tujuan pelatihan,
5. Memilih kurikulum pelatihan,
6. Memilih strategi pelatihan,
7. Mendapatkan sumber belajar, dan
8. Melaksanakan pelatihan, dan selanjutnya kembali lagi ke menentukan kebutuhan.
Perputaran ini bertujuan untuk melihat keunggulan dan kelemahan dari pelatihan
yang telah dilaksanakan, apakah masih perlu diadakan perbaikan atau memang sudah
sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh organisasi. Siklus pelatihan pada CEM
dapatPertama, Identify the needs of the organization yaitu menentukan
masalah/kebutuhan mendasar. Tahap ini merupakan pijakan awal dari langkah
selanjutnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menjembatani
kesenjangan antara kenyataan dan harapan adalah front-end analysis. Menurut
Firdousisebelum melakukan pelatihan, diwajibkan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan dalam organisasi agar tercapai tujuan yang diinginkan. Identifikasi
kebutuhan merupakan komponen kritis dan sangat penting dalam keseluruhan proses
pelatihan bahwa menganalisis kebutuhan pelatihan organisasi merupakan langkah
pertama yang harus dilakukan dalam mendesain program pelatihan.
Hasil penelitian Kanada, bahwa pelatihan In-House Training secara konsisten
dan berkesinambungan dapat terjamin secara kuantitas, tetapi disisi lain dibutuhkan
pelatihan yang terjamin secarakualitas. Untuk menjamin kualitas pelatihan,
dibutuhkan analisis kebutuhan pelatihan organisasi, jabatan, dan individu pegawai.
Kedua, Specify Job Performance, yaitu menspesifikasikan kinerja. Pada tahap ini
diperoleh data tentang spesifikasi kinerja para peserta pelatihan. Teknik
pengumpulan data dapat menggunakan kuesioner, wawancara, rapat, observasi, dan
lain sebagainya. Kinerja guru dispesifikasikan dalam bentuk Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pelatihan yang dikembangkan dari Permendiknas
nomor 16 tahun 2007. Pemetaan kompetensi ini senada dengan kompetensi
pedagogik merupakan suatu performansi (kemampuan) seseorang dalam bidang ilmu
pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman serta kemampuan dan keterampilan pada bidang profesi kependidikan.
Kompetensi pedagogik atau akademik ini merujuk kepada kemampuan guru untuk
mengelola proses belajar, mengajar, termasuk di dalamnya perencanaandan
pelaksanaan, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa sebagai individu-
individu.
Hakikat kompetensi dalam pelatihan berbasis kompetensi sebenarnya adalah
tujuan umum yang hendak dicapai oleh sebuah pelatihan. Ketiga, Identify Learner
Needs, yaitu mengidentifikasi kebutuhan peserta pelatihan. Tujuan utama dari event
ini adalah mengidentifikasi kebutuhan peserta pelatihan. Jika pada event sebelumnya
berfokus pada kinerja peserta pelatihan, maka pada event ini berfokus pada orang
yang melakukan kinerja tersebut. Teknik identifikasi kebutuhan guru menggunakan
front-end analysis. Menurut Nedler (1988: 19) untuk mengetahui kebutuhan yang
muncul dapat dilihat dari kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan
kondisi faktualnya. Sejalan dengan pandangan tersebut, menguraikan langkah-
langkah untuk mengidentifikasi defisit kompetensi pedagogik dan profesional
sebagai kebutuhan pelatihan dengan analisis awal-akhir (front-end analysis). Proses
front-end analysis terdiri dari: analisis kinerja (performance analysis), analisis
kebutuhan (need assessment), dan analisis pekerjaan (job analysis) untuk program
pelatihan tertentu. Pengumpulan data pada event ini dapat dilakukan dengan cara
rapat, wawancara, observasi, kuesioner, dan tes. Keempat, Determine Objectives,
yaitu merumuskan tujuan pelatihan. Pada tahap ini desainer mengidentifikasi
elemen-elemen yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan program
pelatihan dan pengalaman yang akan didapat oleh peserta pelatihan.
Indikator pelatihan sebenarnya merupakan tujuan pembelajaran/pelatihan
khusus yang dikembangkan dari tujuan umum pelatihan (SK dan KD). Tujuan
pelatihan khusus merupakan deskripsi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
akan dicapai oleh perserta pelatihan, sekaligus sebagai acuan dalam memilih materi,
strategi dan instrumen penilaian. Tujuan pelatihan khusus yang dinyatakan dengan
jelas akan menjadipedoman bagi peserta pelatihan untuk menguasai kompetensi
pelatihan. Senada dengan Soetarno Joyoatmojo, perumusan tujuan pelatihan yang
didasarkan pada indikator yang telah dikembangkan dari SK dan KD pelatihan ini,
menyatakan bahwa tujuan pelatihan mengacu pada penguasaan terhadap kemampuan
yang ditargetkan untuk dapat dikuasai pada akhir pelatihan.
Kelima, Build Curriculum, yaitu memilih kurikulum pelatihan. Event ini
merupakan point utama dalam CEM, karena pada event ini desainer menentukan apa
saja yang harus dipelajari serta urutan pembelajaran yang akan didapat oleh peserta
pelatihan. Pemilihan materi pelatihan dapat menggunakan materi yang telah ada
asalkan sesuai dengan tujuan pelatihan. Pemilihan materi ini harus disesuaikan
dengan tujuan pelatihan. Lebih lanjut, Mujiman menjelaskan bahwa dalam menyusun
materi pelatihan, perludidiskusikan dengan kolega untuk mendapatkan masukan.
Keenam, Select Instructional Strategies, yaitu memilih strategi pelatihan. Pada event
ini berisi pemilihan strategi yang berupa aktivitas instruktur dan peserta pelatihan
dalam melakukan pelatihan. Pemilihan strategi pembelajaran perlu disesuaikan
dengan materi pelatihan.
Ketujuh, Obtain Instructional Resources, yaitu mendapatkan sumber
pembelajaran. Sumber pembelajaran yang dimaksud dalam event ini meliputi sumber
belajar fisik (ruang pelatihan, soundsystem, ATK, dll), finansial, dan sumber daya
manusia (Supervisor, instruktur, pengelola, dan peserta). Kedelapan, Conduct
Training, yaitu melaksanakan pelatihan. Tujuan event ini adalah untuk melakukan
program pelatihan yang telah dirancang sebelumnya. Pada tahap ini, aktivitas
perancang semakin berkurang dan diambil alih oleh instruktur pelatihan. Aktivitas
perancang beralih menjadi pengawas proses pelatihan meskipun kompetensi
perancang tidak sama dengan kompetensi pengawas sesungguhnya. Hal ini tetap
dilakukan karena setidaknya perancang mengetahui keseluruhan desain pelatihan
yang dirancang. Evaluation and Feedback wajib dilakukan pada setiap event sebagai
output event yang sedang berlangsung dan input pada event berikutnya.4

4
Edah Jubaedah, “Analisis Konseptual Organisasi Pembelajaran ( Learning Organization )
Sebagai Teori Organisasi Kontemporer,” Jurnal Ilmu Administrasi 7, no. 4 (2010): 273–81.
DAFTAR PUSTAKA
Jubaedah, Edah. “Analisis Konseptual Organisasi Pembelajaran ( Learning Organization
) Sebagai Teori Organisasi Kontemporer.” Jurnal Ilmu Administrasi 7, no. 4
(2010): 273–81.
Sjafari, Agus. “Analisis Organisasi Melalui Pendekatan Perilaku Kasus Di Kantor
Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat.” Jurnal Adminsitrasi Publik 3,
no. 1 (2012): 1–10.
Wandrial, Son. “Analisis Internal Perusahaan Strength & Weakness
Menggunakankonsep ‘ Resource-Based View Of The Firm ’ Dengan Kerangka
Vrio.” Binus Business Review 2, no. 2 (2011): 627–37.
Yudiaris, I Gde. “Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal Dalam Menghadapi
Persaingan Bisnis Pada Cv. Puri Lautan Mutiara.” Universitas Pendidikan
Ganesha 5, no. 1 (2015): 1–10.

Anda mungkin juga menyukai