Anda di halaman 1dari 9

FASE I

INTAKE

1. Identitas
Nama Lengkap : FH
Tempat, Tanggal Lahir :
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal pemeriksaan : 10 Februari 2021

2. Keluhan Awal
Ada cemas dan panik ketika di dalam kemacetan

3. Deskripsi Keluhan
FH menyampaikan bahwa keluhannya tersebut muncul kira-kira 1 bulan yang lalu, tepatnya
saat pulang dari Toko (tempatnya bekerja) sekitar pk. 16.30. Pada saat itu, situasi jalan begitu
padat hingga membuat mobilnya “terkunci” (tidak bisa bergerak sama sekali di tengah
kemacetan). Ia menyampaikan bahwa pada situasi tersebut dirinya merasa jantungnya berdebar
kencang, keluar keringat dingin, sesak nafas (nafasnya menjadi pendek-pendek), dan serasa
seperti mau pingsan. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa kondisi tersebut membuatnya
menjadi panik dan berpikir “Kenapa tiba-tiba seperti ini? Jangan-jangan saya mengalami
stroke? Nanti kalau terjadi sesuatu (pingsan atau tidak sadarkan diri) saya bagaimana? Siapa
yang bisa membantu saya dalam situasi seperti ini?”. Pada situasi itu, ia menghubungi istrinya
melalui telepon dan berbincang dengan istrinya. Ia menyatakan bahwa setelah beberapa saat
dirinya menjadi lebih tenang dan kebetulan kemacetan pun telah terurai. Ia menceritakan lebih
lanjut bahwa pada saat ini kecemasan dan rasa panik ini membuatnya tidak bisa fleksibel dalam
berbergian, khususnya ketika dia tahu bahwa saat keluar akan berhadapan dengan kemacetan
yang sampai membuatnya “terkunci” (misalnya, saat pulang bekerja pk. 16.30 atau pergi ke
suatu tempat yang mana dia tahu bahwa di jalan tertentu pada jam tertentu akan mengalami
kemacetan). Selain itu, ia juga menambahkan bahwa kecemasan yang dialaminya itu memuncak
ketika berada pada situasi macet yang membuatnya “terkunci”. Pada situasi macet yang masih
dapat berjalan (padat merambat) ia juga mengalami kecemasan, namun tidak sebesar ketika
dalam situasi “terkunci”. Ia menjelaskan bahwa pemikiran yang muncul pada situasi tersebut
adalah,”bagaimana nanti kalau pas ketemu macet yang parah (membuat “terkunci”)? Nanti tiba-
tiba paniknya muncul lagi? Trus saya harus gimana pada situasi begitu”. Menurutnya, pemikiran
tersebutnya yang membuatnya merasakan kecemasan pula ketika pada situasi padat merambat.

4. Harapan (Tujuan Konsultasi)


FH berharap cemas dan panik yang dialaminya tersebut dapat menghilang sehingga tidak
mengganggu aktivitasnya.

5. Informasi Lain yang Relevan


Terkait dengan riwayat keluhan, FH menjelaskan bahwa kurang lebih 1-2 tahun yang lalu
dia pernah mengalami kepanikan yang serupa, namun hal itu terjadi ketika dia berada di mall.
Pada saat itu, ia berada di mall dan kemudian secara tiba-tiba dia merasakan jantungnya
berbedar kencang, keluar keringat dingin, sesak nafas (nafasnya menjadi pendek-pendek), dan
serasa seperti mau pingsan. Selain itu, ia juga ketakutan karena berpikir,”jangan-jangan yang
dialaminya adalah stroke? Bagaimana kalau nanti pingsan di tengah keramaian, pasti akan
memalukan sekali.” Untungnya pada saat itu kepanikan itu tiba-tiba menghilang dan dia bisa
berjalan kembali. Setelah kejadian itu, setelah beberapa waktu ia tidak mau untuk pergi ke mall
karena takut akan kejadian hal yang serupa (FH tidak ingat secara tepat berapa lama). Namun,
setelah beberapa waktu berhalan tersebut ia merasa jenuh dengan ketakutannya itu dan
memutuskan untuk mau mencoba pergi ke mall. Akhirnya, untuk pertama kalinya setelah
beberapa saat dia pergi ke mall dengan ditemani oleh keluarganya. Ia menjelaskan bahwa pada
awalnya dirinya merasa cemas dan takut. Namun, setelah beberapa kali dilakukan akhirnya ia
dapat pergi ke mall sendirian tanpa merasa cemas.
Hal yang serupa juga pernah dialaminya ketika berada di bangku SMA. Pada saat itu, ia
mengalami kepanikan ketika tidur. Ia menyampaikan bahwa tiba-tiba perasaannya tidak enak
dan mulai merasakan gejala-gejala seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya (sesak nafas,
jantung berdebar dan lain-lain). Hal ini membuatnya tidak bisa tidur karena perasaan tidak
nyaman itu selalu muncul setiap kali dia memejamkan mata. Ia menjelaskan bahwa dirinya tidak
tau mengapa hal itu bisa tiba-tiba muncul. Hal yang dia lakukan untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan cara melawan ketakutannya tersebut. Ia menjelaskan bahwa pada saat itu ia
mengatakan kepada dirinya sendiri perkataan seperti,”kalau mau datang (paniknya) silahkan.
Pokoknya aku mau tidur”. Sembari mengatakan hal tersebut pada dirinya, dia juga mencoba
untuk menutup matanya. Ia menyatakan bahwa hal itu sulit sekali dilakukan pada awalnya. Oleh
karena itu, yang dilakukannya adalah berusaha untuk menahan agar matanya tetap terpejam
selama beberapa saat secara bertahap (misalnya, untuk pertama kali ditahan beberpa detik,
setelah itu ditahan selama kurang lebih 1 menit, dan seterusnya). Hal ini ia lakukan selama
beberapa hari (FH tidak ingat secara tepat berapa hari) hingga akhirnya kepanikan itu hilang
dengan sendirinya.
FASE II
MENENTUKAN DAN MENDEFISINIKAN TARGET PERILAKU

1. Uraian Bentuk Perilaku Berdasarkan Keluhan


Bentuk Perilaku (berdasarkan keluhan) Referensi (sebagai dasar perumusan target perilaku)
a. Jantung berdebar kencang Berdasarkan APA, panik merupakan perasaan takut
b. Keluar keringat dingin tidak terkontrol dan muncul secara tiba-tiba yang
c. Sesak nafas (nafas menjadi pendek-pendek) melibatkan perasaan terror, kebingungan, serta
d. Merasa seperti ingin pingsan perilaku irasional yang terjadi karena ancaran yang
e. Muncul ketakutan bahwa dirinya mengalami stroke diantisipasi. DSM juga menjelaskan panik dalam
atau penyakit lainnya konteks serangan panik sebagai lonjakan rasa takut
f. Muncul ketakutan bahwa dirinya akan pingsan dan dan tidak nyaman yang intens dan tiba-tiba yang
tidak ada yang bisa membantu ditandai dengan beberapa gejala berikut:
a. Jantung berdebar kencang
b. Berkeringat
c. Gemetar
d. Nafas yang pendek
e. Perasaan seperti tercekik
f. Sakit dada atau tidak nyaman di daerah dada
g. Mual
h. Perasaan pusing atau ingin pingsan
i. Perasaan panas dingin
j. Kesemutan
k. Derealization atau depersonalization
l. Ketakutan kehilangan kontrol
m. Takut akan kematian

2. Definisi Target Perilaku


Target perilaku:
Panik ketika berada dalam kemacetan

Definisi dan indikator perilaku:


Panik ketika berada dalam kemacetan merupakan perasaan takut tidak terkontrol dan muncul
secara tiba-tiba yang melibatkan perasaan terror, kebingungan, serta perilaku irasional yang
terjadi karena kemacetan yang diantisipasi. Hal ini ditandai dengan indikator perilaku, sebagai
berikut:
a. Jantung berdebar kencang
b. Berkeringat
c. Gemetar
d. Nafas yang pendek
e. Perasaan seperti tercekik
f. Sakit dada atau tidak nyaman di daerah dada
g. Mual
h. Perasaan pusing atau ingin pingsan
i. Perasaan panas dingin
j. Kesemutan
k. Derealization atau depersonalization
l. Ketakutan kehilangan kontrol
m. Takut akan kematian
FASE III
MENGIDENTIFIKASI BASELINE DAN SITUASI LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU

1. Rencana Pengukuran Baseline


a. Definisi Operaional
Panik ketika berada dalam kemacetan merupakan perasaan takut tidak terkontrol dan
muncul secara tiba-tiba yang melibatkan perasaan terror, kebingungan, serta perilaku
irasional yang terjadi karena kemacetan yang diantisipasi. Hal ini diukur menggunakan self-
observation dengan melihat tingkat panik yang dialami ketika berada dalam kemacetan.
Hasil observasi akan dicatat dalam bentuk angka yang menunjukkan tingkat kepanikan dari
individu. Semakin tinggi angka yang dituliskan berarti semakin besar tingkat panik yang
dirasakan dan semakin rendah angka yang dituliskan berarti semakin rendah tingkat panik
yang dirasakan.
b. Strategi Pengambilan Data dan Alat Ukur
Pengambilan data baseline akan dilakukan melalui self-observation yang dilaksanakan
selama 1 minggu. Dalam hal ini subjek akan menuliskan situasi kemacetan yang dialami,
tingkat panik yang dirasakan, bentuk kepanikan yang dialami, serta tindakan yang
dilakukannya pada kondisi tersebut. Melalui hal pencatatan tersebut akan didapatkan rata-
rata tingkat panik yang dialami selama 1 minggu sebagai baseline kondisi saat ini. Selain
itu, berdasarkan hasil observasi tersebut juga akan didapatkan kondisi lingkungan yang
mempengaruhi kepanikan yang muncul. Hal ini nantinya akan digunakan untuk
mengidentifikasi situasi yang mempengaruhi perilaku. Subjek akan mencatat hasil self-
observation tersebut di dalam lembar observasi, seperti yang tertera pada Lampiran 1.
Sebagai data pendukung, kelompok juga akan melakukan wawancara pada subjek untuk
mengetahui situasi-situasi yang memunculkan kepanikan, hal-hal yang sudah pernah
dilakukan untuk mengatasi kepanikan, serta riwayat kepanikan yang pernah dialami.
Informasi ini nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi
perilaku sebagai bahan untuk menentukan rancangan modifikasi perilaku. Wawancara akan
dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang tertera pada Lampiran 2.

2. Hasil Pengukuran Baseline


a. Pelaksanaan Pengukuran Baseline
b. Hasil Pengukuran Baseline
3. Identifikasi Situasi Lingkungan yang Mempengaruhi Perilaku
Lampiran 1. Lembar Self-Observation

Nama :
Tujuan : Mengetahui tingkat panik ketika berada dalam kemacetan
Definisi Perilaku : Panik ketika berada dalam kemacetan merupakan perasaan takut tidak terkontrol dan muncul
secara tiba-tiba yang melibatkan perasaan terror, kebingungan, serta perilaku irasional yang
terjadi karena kemacetan yang diantisipasi. Hal ini ditandai dengan indikator perilaku, sebagai
berikut: jantung berdebar kencang, berkeringat, gemetar, nafas yang pendek, perasaan seperti
tercekik, sakit dada atau tidak nyaman di daerah dada, mual, perasaan pusing atau ingin pingsan,
perasaan panas dingin, kesemutan, derealization atau depersonalization, ketakutan kehilangan
kontrol, takut akan kematian.

Tingkat
Hari/Tanggal Waktu Bentuk Panik** Keterangan***
Panik*

Keterangan:
* Pada kolom tingkat panik diisi angka antara 1 sampai 5 dengan makna masing-masing angkanya sebagai berikut:
(5) jika Anda merasa sangat panik hingga membuat Anda merasa hilang kontrol dan ingin pingsan, (4) jika Anda
merasa panik yang membuat seakan hilang kontrol, namun tidak sampai ingin pingsan, (3) jika Anda merasa cukup
panik, namun tetap bisa mengontrol situasi yang dihadapi, (2) jika Anda merasa sedikit panik dan gejala yang
muncul tidak mengganggu aktivitas, (1) jika Anda merasa tidak panik sama sekali.
** Pada kolom bentuk panik diisi dengan bentuk gejala kepanikan yang muncul pada saat berada dalam kemacetan
(untuk referensi gejala bisa dilihat dari definisi yang dicantumkan di atas)
*** Pada kolom keterangan diisikan situasi kemacetan yang terjadi dan apa yang Anda lakukan pada situasi
tersebut

Anda mungkin juga menyukai