Anda di halaman 1dari 55

PENERAPAN METODE SOCRATES BERBANTUAN MEDIA

KARTU BICARA PADA PEMBELAJARAN TEKS DEBAT


UNTUK SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 7

Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi Program Studi Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia

Oleh:

Vinola Elpridayola
205030044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE SOCRATES BERBANTUAN MEDIA KARTU


BICARA PADAPEMBELAJARAN TEKS DEBAT SISWA KELAS X
SMA 7 PASUNDAN

Diajukan Oleh :

VinolaElpridayola
205030044

DISETUJI,

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Dr. Any Budiarti, M.Hum Aries Setia Nugraha, M.Pd.


NIP. 15110274 NIP. 15110779

Ketua Program Studi


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dheni Harmaen., B.A., Sn


NIP. 196302121994121001

iii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Swt, yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW
dan juga keluarganya. Berkat rahmat-Nya penyusunan laporan proposal skripsi,
dengan judul “PENERAPAN METODE SOCRATES BERBANTUAN
MEDIA KARTU BICARA PADA PEMBELAJARAN TEKS DEBAT
UNTUK SISWA KELAS X SMA 7 PASUNDAN” dapat berjalan dengan
baik. Laporan proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu Syarat Penulisan
Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas
Pasundan.

Segala daya dan upaya telah penyusun curahkan dalam penyusunan laporan
proposal skripsi ini agar, mendapatkan hasil yang terbaik. Namun sebagai
manusia yang penuh dengan segala kekurangan, penyusun masih jauh dari
sempurna, dan masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu, penyusun terbuka dalam hal kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk lebih menyempurnakan laporan proposal skripsi ini.

Seluruh proses penyusunan laporan proposal skripsi ini dapat selesai, tidak
lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan,dorongan serta kepercayaan yang
selama ini diberikan kepada penyusun. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga tulisan yang
telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya,
serta diri pribadi penyusun pada umumnya.

Bandung,

Vinola Elpradiyola

205030044

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................

A. JUDUL....................................................................................................................................

B. LATAR BELAKANG ...........................................................................................................

C. IDENTIFIKASI MASALAH.................................................................................................

D. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................

E. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................................

F. MANFAAT PENELITIAN ...................................................................................................

G. DEFINISI OPERASIONAL................................................................................................

H. KAJIAN TEORI ..................................................................................................................

I. KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................................

J. ASUMSI DAN HIPOTESI...................................................................................................


1. ASUMSI..................................................................................................................
2. HIPOTESIS.............................................................................................................
K. METODE PENELITIAN.....................................................................................................

L. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN................................................................................

M. TEKNIK PENGUMPULAN DATA....................................................................................

N. TEKNIK ANALISIS DATA................................................................................................

O. PROSEDUR PENELITIAN.................................................................................................

P. JADWAL PENELITIAN......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................

LAMPIRAN ...........................................................................................................................

v
A. JUDUL
“PENERAPAN METODE SOCRATES BERBANTUAN MEDIA KARTU
BICARA PADA PEMBELAJARAN TEKS DEBAT UNTUK SISWA KELAS
X SMA 7 PASUNDAN”

B. LATAR BELAKANG

Pembelajaran bahasa merupakan aspek penting dalam pengembangan


keterampilan komunikasi siswa. Salah satu fokus yang sering menjadi tantangan
dalam pembelajaran bahasa adalah sistem komunikasi kompleks yang melibatkan
penggunaan simbol, kata, atau lambang dengan aturan tertentu untuk
menyampaikan makna antara individu atau kelompok. Ini bukan hanya alat
komunikasi, tetapi juga mencerminkan identitas budaya, nilai-nilai, dan cara
berpikir masyarakat yang menggunakannya. "Bahasa adalah alat ajaib manusia
yang memungkinkan kita tidak hanya berbicara satu sama lain, tetapi juga
memahami dan meresapi kekayaan pikiran dan perasaan di dalam hati sesama."
(Smith, 2021). Definisi bahasa, seperti yang dinyatakan dalam kutipan ,
menggaris bawahi peran ajaib bahasa dalam memfasilitasi komunikasi dan
pemahaman emosional di antara individu. "Dalam keindahan bahasa, kita
menemukan tidak hanya suatu cara untuk menyampaikan pesan, tetapi juga
sebuah medium untuk menyelami keunikan budaya dan keberagaman
manusia."(Johnson, 2022). Dalam Kutipan selanjut nya mempertegas pandangan
ini dengan menyoroti keindahan bahasa sebagai medium untuk mengeksplorasi
dan menghargai keunikan budaya serta keberagaman manusia. Dengan kata lain,
bahasa bukan hanya instrumen fungsional, tetapi juga pencerminan kehidupan dan
ekspresi kemanusiaan yang beragam. Dua kutipan tersebut bersama-sama
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang makna bahasa. Bahasa tidak
hanya sebagai sarana komunikasi, melainkan juga sebagai alat yang indah dan
ajaib yang meresapi kehidupan dan kebudayaan manusia.

6
Dalam perjalanan pembelajaran, kemampuan berbicara memiliki peran
sentral dalam membentuk komunikasi yang efektif. Pembelajaran keterampilan
berbicara bukan hanya sekadar rangkaian kata, tetapi suatu proses terstruktur yang
bertujuan mengasah kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide secara jelas,
membangun argumen yang kuat, dan aktif berpartisipasi dalam interaksi verbal.
Dalam konteks ini, kalimat-kalimat berikut akan membahas secara lebih
mendalam tentang signifikansi dan strategi pembelajaran keterampilan berbicara.
Pembelajaran keterampilan berbicara adalah proses yang terstruktur untuk
mengembangkan kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide secara jelas,
merangkai argumen yang kuat, dan berpartisipasi aktif dalam interaksi verbal. Ini
melibatkan penguasaan teknik komunikasi, pemahaman konteks, dan peningkatan
keterampilan verbal. "Pembelajaran keterampilan berbicara bukan hanya tentang
menguasai kata-kata, melainkan juga mengasah kemampuan untuk beradaptasi
dengan situasi komunikasi yang beragam." (Brown, 2021). Definisi pembelajaran
keterampilan berbicara, seperti yang dinyatakan dalam kutipan, menekankan
pentingnya fleksibilitas dalam berkomunikasi dan adaptasi terhadap berbagai
situasi."Ketika seseorang belajar keterampilan berbicara, mereka sedang
mengembangkan kekuatan untuk membentuk dunia dengan kata-kata mereka
sendiri, menciptakan ruang bagi ide-ide untuk tumbuh dan berdampak." (Johnson,
2022). Kutipan selanjutnya mempertegas pandangan ini dengan merinci bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara memberikan individu kekuatan untuk
menciptakan pengaruh melalui kata-kata mereka, membentuk ruang bagi gagasan-
gagasan untuk berkembang dan mempengaruhi. Dua kutipan tersebut bersama-
sama merangkum esensi dari pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu lebih
dari sekadar penguasaan kata-kata, tetapi juga penguasaan kemampuan
beradaptasi dan menciptakan dampak melalui komunikasi. Dengan demikian,
pembelajaran keterampilan berbicara bukan hanya menjadi sarana untuk
menyampaikan pesan, tetapi juga kekuatan untuk membentuk dunia melalui
ekspresi verbal yang efektif.
Dalam perjalanan memahami dan menguasai keterampilan berbicara,
seringkali kita dihadapkan pada suatu kendala yang melibatkan fokus. Masalah ini

7
menciptakan hambatan dalam mengembangkan kemampuan menyampaikan ide
secara jelas dan efektif, membangun argumen yang kuat, serta aktif berpartisipasi
dalam interaksi verbal. Dengan memahami kompleksitas masalah fokus pada
keterampilan berbicara, kita dapat merinci tantangan ini lebih lanjut dan mencari
solusi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. Masalah fokus
pada keterampilan berbicara adalah kendala atau hambatan yang dihadapi dalam
pengembangan kemampuan menyampaikan ide secara jelas dan efektif,
membangun argumen yang kuat, dan berpartisipasi aktif dalam interaksi
verbal."Masalah fokus pada keterampilan berbicara sering kali terwujud dalam
ketidakmampuan untuk merumuskan argumen yang kuat, kurangnya keterampilan
berbicara yang efektif, dan kesulitan dalam mengorganisir pemikiran secara logis
dalam konteks perdebatan."(Smith, 2020). Definisi masalah fokus pada
keterampilan berbicara, seperti yang dinyatakan dalam kutipan, mengidentifikasi
beberapa aspek kritis dari kendala ini, termasuk kurangnya kemampuan
merumuskan argumen yang kuat dan kesulitan dalam mengorganisir pemikiran
"Ketidakmampuan mengatasi masalah fokus pada keterampilan berbicara dapat
menjadi penghalang bagi pengembangan individu dalam menyuarakan gagasan
dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi."(Johnson, 2021). Kutipan
selanjutnya mempertegas bahwa ketidak mampuan mengatasi masalah ini dapat
memiliki dampak signifikan pada kemampuan individu untuk menyuarakan
gagasan dan berpartisipasi dalam diskusi. Dua kutipan tersebut menggambarkan
secara konkret masalah fokus pada keterampilan berbicara, memfokuskan pada
elemen-elemen seperti pembentukan argumen dan organisasi pemikiran. Kendala
ini bukan hanya merupakan hambatan teknis, tetapi juga dapat memiliki dampak
mendalam pada kemampuan individu untuk berkontribusi dalam konteks
komunikasi verbal. Oleh karena itu, mengatasi masalah fokus pada keterampilan
berbicara menjadi langkah penting dalam pengembangan komunikasi yang efektif.
Berbicara teks debat merupakan suatu bentuk komunikasi verbal yang
melibatkan pertukaran pendapat atau argumen antara dua kelompok yang
berlawanan, dengan tujuan membujuk atau meyakinkan pendengar mengenai
suatu isu atau topik tertentu."Berbicara teks debat melibatkan seni menyusun

8
argumen yang persuasif, menguasai teknik berbicara dengan penuh keyakinan,
dan dapat merespon dengan cepat terhadap argumen lawan."(Smith, 2019).
Definisi berbicara teks debat, seperti yang diuraikan dalam kutipan pertama,
menyoroti keterampilan esensial seperti persuasi, penguasaan teknik berbicara,
dan respons cepat terhadap argumen lawan. "Dalam teks debat, berbicara bukan
hanya tentang menyuarakan pandangan pribadi, tetapi juga tentang kemampuan
untuk menghormati pendapat lawan dan menyajikan argumen dengan etika yang
tinggi."(Johnson, 2020). Kutipan selanjutnya mempertegas bahwa dalam konteks
teks debat, berbicara tidak hanya sekadar menyuarakan pandangan pribadi, tetapi
juga menuntut kemampuan untuk menghargai sudut pandang lawan dan
mengkomunikasikan argumen dengan etika yang tinggi. Dua kutipan tersebut
merinci kompleksitas dari berbicara teks debat, menekankan bahwa hal ini tidak
hanya melibatkan aspek teknis komunikasi, tetapi juga menuntut etika dan respek
terhadap pandangan lawan. Dengan demikian, berbicara dalam teks debat tidak
hanya menjadi kemampuan berbicara yang kreatif, tetapi juga menuntut
kecerdasan interpersonal dan keterampilan argumentasi yang matang.
Dalam dunia pendidikan, terdapat suatu pendekatan yang tidak hanya
mengajar, tetapi juga memandu peserta didik menuju pemahaman yang
mendalam. Metode Socrates, sebagai landasan pembelajaran, menawarkan suatu
perjalanan berpikir kritis dan refleksi mendalam melalui pertanyaan dan dialog
filosofis. Dengan membangkitkan pemikiran peserta didik, metode ini
menciptakan ruang untuk pemahaman yang bukan hanya terbatas pada jawaban,
melainkan pada proses penemuan pengetahuan yang lebih dalam. Metode
Socrates adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk mencapai pemahaman melalui pertanyaan dan dialog filosofis, merangsang
pemikiran kritis serta refleksi mendalam. "Metode Socrates adalah panggilan
untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui pertanyaan, mengajak peserta didik
untuk mempertanyakan, merenung, dan mencapai pemahaman melalui proses
dialog."(Smith, 2018). Penting untuk dipahami bahwa metode Socrates tidak
hanya mengajarkan informasi, tetapi melibatkan peserta didik secara aktif dalam
membangun pemahaman mereka sendiri. Pertanyaan dan dialog filosofis menjadi

9
sarana untuk mendorong pemikiran kritis, menggali ide, dan mencapai
pemahaman yang lebih mendalam. "Melalui metode Socrates, kita bukan hanya
mengajarkan jawaban, tetapi mengarahkan peserta didik untuk menemukan
jawaban mereka sendiri, merangsang pertumbuhan intelektual melalui refleksi
aktif."(Jones, 2020). Kutipan kedua menekankan bahwa metode Socrates
bukanlah tentang memberikan jawaban langsung, tetapi tentang memberdayakan
peserta didik untuk mengeksplorasi, merenung, dan menemukan jawaban mereka
sendiri. Ini adalah proses refleksi aktif yang memberikan kekuatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri secara mendalam.
Metode Socrates, seperti yang dijelaskan dalam kutipan pertama dan diperjelas
oleh kutipan kedua, bukan hanya suatu metode pengajaran, tetapi sebuah
pendekatan filosofis untuk pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai
subjek aktif dalam proses pemahaman dan penemuan pengetahuan. Pendekatan ini
mempromosikan pertumbuhan intelektual dan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis, merenung, dan mencapai pemahaman yang lebih dalam melalui
dialog dan pertanyaan.
Penerapan metode Socrates berbantuan media kartu bicara pada
pembelajaran teks debat untuk siswa kelas X SMA 7 Pasundan dianggap solusi
karena menggabungkan keunggulan dua pendekatan utama: metode Socrates dan
penggunaan media kartu bicara. Berikut adalah alasan mengapa ini dianggap
sebagai solusi, Mendorong Pemikiran Kritis,Struktur dan Visualisasi, Partisipasi
Aktif, Menyamakan Peluang, Peningkatan Keterampilan Berbicara. Dengan
kombinasi kelebihan dari metode Socrates dan media kartu bicara, solusi ini
memberikan pendekatan yang komprehensif dan praktis untuk meningkatkan
pembelajaran teks debat di SMA 7 Pasundan. Pendekatan ini bukan hanya
sekadar memberikan solusi teknis, tetapi juga menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mempromosikan pemikiran kritis, partisipasi aktif, dan
pengembangan keterampilan berbicara secara holistik.
Perbedaan antara penelitian metode Socrates sekarang dan dahulu
mencerminkan evolusi dalam pemahaman pendekatan pembelajaran ini serta
perkembangan dalam konteks pendidikan. Pada masa lalu, penelitian mungkin

10
lebih terfokus pada eksplorasi konsep filosofis Socrates dalam mengajarkan
keterampilan berpikir kritis dan refleksi mendalam. Pendekatan ini mungkin
kurang mendalam dalam penerapan media atau alat bantu khusus, dengan lebih
menekankan pada dialog dan pertanyaan filosofis. Sementara itu, penelitian
metode Socrates saat ini mungkin lebih cenderung mempertimbangkan
penggunaan teknologi, seperti media kartu bicara, untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi, penelitian sekarang dapat melibatkan
eksplorasi cara-cara inovatif untuk menggabungkan konsep Socrates dengan alat
bantu yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, penelitian saat ini
mungkin lebih berfokus pada aplikasi metode Socrates dalam konteks
keterampilan berbicara, termasuk teks debat, untuk memastikan relevansi dan
kontekstualitas dalam pengembangan kemampuan komunikasi siswa di era
kontemporer.

11
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Faktor Pendidik.
a. Pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan atau pemahaman yang
memadai dalam merancang dan mengimplementasikan strategi pembelajaran
yang efektif.
b. Pendidik mungkin tidak cukup terlibat dalam proses pengajaran, dapat
disebabkan oleh kurangnya motivasi atau kelelahan.
c. Pendidik mungkin tidak sepenuhnya memahami kebutuhan, minat, dan
tingkat pemahaman peserta didik.
d. Pendidik mungkin tidak memanfaatkan teknologi atau media
pembelajaran dengan optimal, sehingga menyebabkan kurangnya variasi
dalam metode pengajaran.
e. Pendidik mungkin menghadapi kesulitan dalam menilai kemajuan peserta
didik secara akurat dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
2. Faktor Peserta Didik
a. Peserta didik mungkin mengalami kurangnya motivasi dalam mengikuti
pembelajaran, yang dapat mempengaruhi kualitas partisipasi dan hasil belajar.
b. Beberapa peserta didik mungkin menghadapi kesulitan dalam
mengembangkan keterampilan akademis seperti membaca, menulis, atau
berpikir kritis.
c. Peserta didik mungkin mengalami masalah sosial atau emosional yang
dapat memengaruhi konsentrasi dan partisipasi mereka dalam pembelajaran.
d. Beberapa peserta didik mungkin kurang memiliki akses terhadap sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai.
e. Materi pembelajaran mungkin tidak disesuaikan dengan gaya belajar atau
tingkat pemahaman peserta didik, sehingga sulit bagi mereka untuk

12
mengikuti.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan peneliti dalam merencanakan, menerapkan dan
mengevaluasi pembelajaran berbicara teks debat dengan menggunakan kartu
bicara pada teks debat?
2. Bagaimanakah kemampuan peserta didik kelas kontrol dan eksperimen dalam
berbicara teks debat?
3. Bagaimanakah kemampuan peserta didik, kelas eksperimen dalam
pembelajaran berbicara teks debat menggunakan metode Socrates berbantuan
media kartu bicara?
4. Bagaimanakah kemampuan peserta didik kelas kontrol dalam pembelajaran
berbicara teks debat menggunakan metode…
5. Bagaimanakah efektivitas metode Socrates dalam penggunaan kartu media
biacara ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang akan dicapai
sebagai berikut :
1. Menganalisis Efektivitas Metode Socrates berbantuan Media Kartu Bicara
2. Menilai Tingkat Keterlibatan Siswa dalam Diskusi Debat
3. Mengevaluasi Pemanfaatan Media Kartu Bicara dalam Pembelajaran
4. Mengukur Kemampuan Siswa dalam Mengembangkan Argumen
5. Mengidentifikasi Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Metode

F. MANFAAT PENELITIAN

13
1. Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan tentang pembelajaran penguasaan teori
berbicara melalui penerapan metode socrates pada debat terhadap keterampilan
berbicara siswa didepan umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah pengalaman
sekaligus sebagai menambah pengetahuan tentang penerapan pembelajaran
penguasaan teori berbicara melalui metode debat terhadap kemapuan berbicara
siswa didepan umum.

b. Bagi Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah diharapkan dapat meningkatkan
mutu pembelajaran Bahasa Indonesia pada SMA Pasundan 7 Bandung terkait
dengan pengembangan keterampilan berbicara siswa dengan
pembelajaranpenguasaan teori berbicara melalui penerapan metode debat.

c. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah diharapkan dapat memberikan
masukan bahwa pembelajaran tentang penguasaan teori berbicara dan metode
socrates pada debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemapuan berbicara siswa didepan umum.

d. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah diharapkan dapat menambah

14
pengetahuan dan melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara
didepan umum melalui penguasaan teori berbicara dengan menggunakan
metode socrates

G. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam konteks penerapan metode Socrates berbantuan
media kartu bicara pada pembelajaran teks debat untuk siswa kelas X SMA 7
Pasundan dapat dirinci sebagai berikut:
1. Variabel:
- Variabel Utama: Kemampuan siswa dalam memahami, menganalisis, dan
menyampaikan argumen dalam teks debat.
- Variabel Pendukung: Efektivitas metode Socrates dan media kartu bicara
dalam meningkatkan partisipasi siswa dan penggunaan bahasa argumen.

2. Operasionalisasi:
- Kemampuan siswa dalam memahami teks debat diukur melalui tes tulis yang
mencakup pertanyaan-pertanyaan analitis tentang teks.
- Kemampuan siswa menyampaikan argumen diukur melalui observasi
partisipasi siswa dalam sesi debat.
- Efektivitas metode Socrates diukur melalui peningkatan aktifitas berpikir
kritis siswa dan partisipasi dalam diskusi kelas.
- Efektivitas media kartu bicara diukur melalui respons siswa terhadap
penggunaan kartu bicara dalam sesi debat.

3. Instrumen:
- Tes tulis yang dirancang khusus untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
teks debat.
- Daftar observasi untuk mencatat partisipasi siswa dalam sesi debat, termasuk
kemampuan menyampaikan argumen dengan jelas dan logis.
- Catatan aktivitas berpikir kritis siswa selama sesi metode Socrates.

15
- Kuesioner atau wawancara untuk mendapatkan respons siswa terhadap
penggunaan media kartu bicara.

4. Skala Pengukuran:
- Skala pengukuran untuk tes tulis dapat mencakup skor numerik atau rubrik
yang menggambarkan tingkat pemahaman siswa.
- Skala observasi untuk partisipasi siswa dalam sesi debat dapat mencakup
kategori seperti kejelasan argumen, persuasivitas, dan respons terhadap
argumen lawan.
- Skala pengukuran untuk aktivitas berpikir kritis dapat mencakup kategori-
kategori seperti analisis, evaluasi, dan sintesis.
- Skala respons siswa terhadap media kartu bicara dapat mencakup kategori
efektivitas, keterlibatan, dan kesiapan.

Dengan merinci variabel, operasionalisasi, instrumen, dan skala pengukuran,


definisi operasional ini membantu memberikan kerangka kerja yang jelas untuk
mengevaluasi keberhasilan penerapan metode Socrates berbantuan media kartu
bicara dalam pembelajaran teks debat.

16
H. KAJIAN TEORI

1. DEFINISI METODE SOCRATES

Metode Socrates (470 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan
merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates
lahir di Athena dan merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar
Aristoteles. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenal karena keahliannya dalam
berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal
dari pengetahuan diri, dan manusia pada dasarnya adalah jujur, serta kejahatan
merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi
seseorang (Suyitno, 2009). Metode Socrates (Socrates Method) merupakan suatu
metode pembelajaran yang dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan
dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-
pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat menemukan jawabannya, saling
membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
sulit (Hatta, 1964).

Metode Socrates, atau disebut juga sebagai metode socrates atau socratic
questioning, merujuk pada suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
mengutamakan penggunaan pertanyaan-pertanyaan sebagai sarana untuk
merangsang pemikiran kritis, refleksi, dan dialog. Metode ini dikenal dengan
nama Socrates karena dipercaya berasal dari praktik-praktik pengajaran filsuf
Yunani kuno bernama Socrates.

17
2. METODE SOCRATES DALAM PEMBELAJARAN

Metode Socrates dalam pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran


yang terinspirasi oleh praktik pengajaran filsuf Yunani kuno bernama Socrates.
Pendekatan ini menekankan pada penggunaan dialog dan pertanyaan sebagai alat
utama untuk merangsang pemikiran kritis dan memfasilitasi pemahaman konsep
oleh siswa. Berikut adalah beberapa prinsip dan langkah-langkah dalam
penerapan Metode Socrates dalam pembelajaran:

1.Pertanyaan Terbuka:
- Guru menggunakan pertanyaan terbuka yang merangsang pemikiran kritis dan
memerlukan siswa untuk merenung dan merespon secara mendalam.
- Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir sendiri,
mengemukakan pendapat, dan merinci ide-ide mereka.

2. Dialog dan Diskusi:


- Proses pembelajaran didasarkan pada dialog antara guru dan siswa atau antar
siswa sendiri.
- Diskusi digunakan untuk menggali konsep, memahami sudut pandang berbeda,
dan mencapai pemahaman bersama melalui interaksi.

3. Pendekatan Maieutik:
- Maieutik adalah teknik yang digunakan Socrates yang dapat diterjemahkan
sebagai "bidan rohaniah." Guru bertindak sebagai fasilitator untuk membantu
siswa "melahirkan" ide-ide mereka sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan.

4. Penolakan Terhadap Jawaban Sederhana:


- Socrates sering menolak jawaban-jawaban sederhana atau klise. Tujuannya
adalah mendorong siswa untuk lebih mendalam dalam pemikiran mereka dan
mencapai pemahaman yang lebih komprehensif.

18
5. Fokus pada Proses, Bukan Hasil:
- Metode ini lebih menekankan pada proses pemikiran dan pemahaman daripada
pada jawaban akhir atau hasil tertentu.
- Guru memandang proses berpikir siswa sebagai tujuan utama pembelajaran.

6. Pengembangan Kemampuan Berbicara dan Argumentasi:


- Metode Socrates membantu pengembangan keterampilan berbicara dan
argumentasi siswa.
- Melalui dialog dan pertanyaan, siswa diajak untuk menyampaikan ide-ide
mereka secara jelas dan terstruktur.

7. Penggunaan Kasus dan Contoh:


- Guru dapat menggunakan kasus atau contoh konkret sebagai dasar untuk
pertanyaan dan diskusi.
- Kasus membantu memberikan konteks dan memfasilitasi pemahaman konsep
secara praktis.

8. Evaluasi Berkelanjutan:
- Evaluasi dalam Metode Socrates bersifat berkelanjutan dan lebih fokus pada
perkembangan pemikiran siswa daripada pada penilaian akhir.
- Guru dapat terus mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik untuk
membimbing pemahaman siswa.

9. Penggunaan Pertanyaan Kritis:


- Guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan kritis untuk mendorong
siswa berpikir lebih kritis, meragamkan sudut pandang, dan menggali konsep
lebih mendalam.
Metode Socrates dapat diterapkan di berbagai mata pelajaran dan tingkatan
pendidikan. Penggunaan yang tepat akan merangsang keaktifan siswa,
meningkatkan pemahaman konsep, dan mengembangkan keterampilan berpikir
kritis mereka

19
3. PENGGUNAAN MEDIA KARTU BICARA DALAM PEMBELAJARAN

a. Definisi dan Karakteristik Kartu Bicara

Kartu bicara adalah media atau alat bantu yang digunakan dalam konteks
pembelajaran untuk membantu penyampaian informasi atau pemikiran secara
terstruktur. Kartu bicara dapat berupa kartu kecil yang berisi poin-poin penting,
ide-ide utama, atau pertanyaan yang dapat digunakan oleh pemateri atau peserta
pembelajaran.

Kartu ini bertujuan membantu pembicara atau peserta pembelajaran agar lebih
terorganisir dan fokus dalam menyampaikan materi atau argumentasi.

Karakteristik Kartu Bicara:


1. Ukuran yang Praktis:
- Kartu bicara umumnya memiliki ukuran yang praktis dan mudah dipegang.
- Ukurannya yang kecil memungkinkan kartu tersebut dapat dengan mudah
disimpan dan diakses oleh pemateri atau peserta pembelajaran.

2. Isi yang Terstruktur:


- Kartu bicara berisi informasi atau poin-poin penting yang disusun secara
terstruktur.
- Isinya dapat berupa kata kunci, pertanyaan, atau rangkuman singkat yang
membantu pembicara atau peserta pembelajaran untuk mengingat dan
menyampaikan materi dengan efektif.

3. Fleksibilitas Penggunaan:
- Kartu bicara dapat digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran, baik di
kelas, seminar, presentasi, atau diskusi kelompok.
- Fleksibilitas penggunaan kartu ini membuatnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan situasi pembelajaran tertentu.

20
4. Visualisasi:
- Kartu bicara dapat mencakup elemen visual seperti gambar, grafik, atau simbol
yang membantu memvisualisasikan informasi.
- Aspek visual ini dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman materi.

5. Organisasi Informasi:
- Kartu bicara membantu dalam organisasi informasi dengan merinci ide-ide
atau poin-poin penting secara jelas.
- Penggunaan kartu ini membantu pembicara atau peserta pembelajaran untuk
menyampaikan informasi secara terstruktur.

6. Memfasilitasi Pembicaraan atau Presentasi:


- Kartu bicara dapat digunakan oleh pemateri atau peserta pembelajaran untuk
membantu pembicaraan atau presentasi mereka.
- Dengan membaca kartu tersebut, pemateri dapat menjaga alur pembicaraan
tanpa kehilangan fokus.

7. Meminimalisir Ketergantungan pada Catatan Panjang:


- Kartu bicara dapat menjadi alternatif yang lebih ringkas daripada membawa
catatan panjang.
- Dengan menggunakan kartu ini, pembicara atau peserta pembelajaran dapat
merinci poin-poin kunci tanpa terjebak dalam membaca catatan yang panjang.

8. Dapat Dikostumisasi:
- Kartu bicara dapat disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan penggunanya.
- Pemateri atau peserta pembelajaran dapat menyesuaikan kartu bicara sesuai
dengan cara mereka mengingat dan menyampaikan informasi.

21
Penggunaan kartu bicara dapat memberikan bantuan yang signifikan dalam
memfasilitasi komunikasi siswa atau pembicara dan meningkatkan keterampilan
berbicara dalam konteks pembelajaran.

b. TUJUAN PENGGUNAAN KARTU BICARA

Dalam konteks pembelajaran, penggunaan kartu bicara dapat memiliki beberapa


tujuan spesifik yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan berbicara,
fasilitasi komunikasi siswa, dan pencapaian tujuan pembelajaran. Berikut adalah
beberapa tujuan yang mungkin terkait:

1. Meningkatkan Keterampilan Berbicara


2. Fasilitasi Interaksi Sosial
3. Mengatasi Ketakutan Berbicara di Depan Umum
4. Melibatkan Siswa dalam Proses Pembelajaran
5. Pengembangan Kosakata dan Kemampuan Berbicara
6. Evaluasi Kemajuan Berbicara
7. Promosi Keterlibatan dan Partisipasi
8. Pengembangan Kemampuan Mendengarkan

c. MENGEMBANGKAN KREATIVITAS DAN EKSPRESI

Penggunaan kartu bicara dapat merangsang kreativitas siswa dalam


menyampaikan ide-ide mereka dan meningkatkan ekspresi serta keragaman gaya
berbicara. Berikut adalah beberapa cara di mana kartu bicara dapat berperan
dalam pengembangan kreativitas dan ekspresi siswa:

1. Peran dalam Aktivitas Kreatif:


- Kartu bicara dapat digunakan dalam aktivitas kreatif, seperti brainstorming,

22
permainan kata, atau pemecahan masalah kelompok. Ini memberikan siswa
kesempatan untuk secara bebas menyampaikan ide dan berkontribusi pada proses
kreatif tanpa batasan struktural yang ketat.

2. Pemilihan Tema atau Kata Kunci:


- Kartu bicara dapat digunakan untuk memilih tema atau kata kunci yang akan
menjadi fokus percakapan atau presentasi siswa. Memilih kata kunci tertentu
dapat merangsang kreativitas siswa karena mereka harus berpikir secara kreatif
untuk mengaitkan ide-ide mereka dengan konsep tersebut.

3. Bermain Peran atau Simulasi:


- Penggunaan kartu bicara dalam bermain peran atau simulasi dapat memicu
ekspresi kreatif siswa. Mereka dapat menyampaikan ide dan berbicara dalam
konteks yang mungkin berbeda dari pengalaman sehari-hari mereka, merangsang
imajinasi dan kreativitas.

4. Pemberian Tugas Kreatif:


- Guru dapat memberikan tugas kreatif menggunakan kartu bicara, seperti
membuat presentasi visual, merancang skenario, atau menyusun cerita pendek. Ini
dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan diri secara kreatif
dan mengembangkan berbagai gaya berbicara.

5. Menyampaikan Pidato atau Presentasi Unik:


- Kartu bicara dapat digunakan untuk memberikan siswa topik atau tema
tertentu untuk dipresentasikan. Ini dapat mendorong siswa untuk menyampaikan
pemikiran mereka dengan cara yang unik, mendorong mereka untuk berpikir di
luar batas dan meningkatkan keterampilan ekspresi mereka.

6. Menstimulasi Diskusi Kreatif:


- Penggunaan kartu bicara dalam diskusi kelas atau kelompok dapat merangsang

23
diskusi kreatif. Dengan memberikan siswa pertanyaan atau pernyataan yang
menantang, mereka diharapkan untuk berpikir kreatif dan menyampaikan
pandangan mereka dengan cara yang inovatif.

7. Beragam Format Presentasi:


- Kartu bicara dapat digunakan untuk memberikan variasi dalam format
presentasi, seperti presentasi visual, ceramah, atau diskusi panel. Ini membantu
siswa mengembangkan berbagai gaya berbicara sesuai dengan konteks presentasi
yang berbeda.

8. Fasilitasi Penciptaan Kelompok:


- Melalui penggunaan kartu bicara, siswa dapat dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kreatif yang diberi tanggung jawab untuk merencanakan dan
menyampaikan proyek bersama. Ini dapat merangsang kerja tim dan kreativitas
kelompok.

d. EFEKTIVITAS SEBAGAI ALAT PENDUKUNG

Penggunaan kartu bicara dapat memfasilitasi komunikasi siswa dengan berbagai


cara. Berikut adalah beberapa aspek dan cara di mana kartu bicara dapat
membantu siswa menyampaikan ide-ide mereka secara lebih jelas dan terstruktur:

1. Struktur Percakapan:
- Kartu bicara dapat membantu siswa membangun struktur dalam percakapan.
Misalnya, setiap kartu bisa mewakili langkah-langkah atau elemen penting dari
percakapan atau presentasi, membantu siswa menjaga urutan logis dalam
menyampaikan ide.

24
2. Pemformatan Ide:
- Menggunakan kartu bicara memungkinkan siswa untuk memformat ide
mereka dengan lebih teratur. Setiap kartu dapat berisi satu ide atau poin penting,
memudahkan siswa untuk mengorganisir dan menyampaikan informasi dengan
jelas.

3. Pembingkaian Topik:
- Kartu bicara dapat digunakan untuk membimbing siswa dalam pembingkaian
topik atau pembahasan. Setiap kartu mungkin berisi pertanyaan, argumen, atau
subtopik tertentu, membantu siswa menyampaikan pemikiran mereka dengan jelas
dan sesuai konteks.

4. Pengurangan Kecemasan:
- Bagi siswa yang mungkin merasa cemas atau gugup saat berbicara di depan
umum, kartu bicara dapat memberikan dukungan. Mereka dapat merasa lebih
percaya diri karena memiliki panduan tertulis yang membantu mereka menjalani
proses berbicara.

5. Pengingat Poin Penting:


- Kartu bicara dapat digunakan sebagai alat pengingat untuk poin-poin penting.
Siswa dapat menulis poin-poin kunci pada kartu untuk memastikan bahwa mereka
tidak melewatkan informasi penting saat berbicara atau presentasi.

6. Memfasilitasi Diskusi Kelompok:


- Kartu bicara dapat digunakan dalam diskusi kelompok sebagai alat untuk
membagi tugas, memberikan peran, atau menyajikan ide. Hal ini membantu
menjaga kelancaran diskusi dan memastikan kontribusi dari setiap anggota
kelompok.

25
7. Peningkatan Keselarasan Argumentasi:
- Siswa dapat menggunakan kartu bicara untuk mengorganisir argumen mereka
dengan baik. Setiap kartu mungkin mencakup satu bagian dari argumen,
membantu siswa menyampaikan gagasan mereka dengan keselarasan dan struktur
yang baik.

8. Meningkatkan Fokus:
- Kartu bicara dapat membantu siswa tetap fokus pada pokok-pokok
pembicaraan. Dengan menulis poin-poin kunci pada kartu, siswa dapat
menghindari deviasi dari topik utama dan menjaga konsistensi dalam
penyampaian informasi.

9. Adaptasi Terhadap Audiens:


- Siswa dapat menyesuaikan kartu bicara mereka sesuai dengan audiens yang
mereka hadapi. Ini dapat mencakup penggunaan bahasa yang sesuai dan strategi
komunikasi yang lebih efektif.

10. Pembantu Visual:


- Kartu bicara dapat berfungsi sebagai pembantu visual selama presentasi atau
percakapan. Mereka dapat mencakup ilustrasi, diagram, atau poin-poin kunci,
membantu memperjelas dan memperkuat ide-ide yang disampaikan.

Penting untuk dicatat bahwa efektivitas penggunaan kartu bicara akan bergantung
pada bagaimana siswa menggunakannya, serta bagaimana kartu tersebut
diintegrasikan ke dalam strategi pembelajaran dan aktivitas berbicara. Praktek
yang konsisten dan umpan balik konstruktif dari guru dapat membantu siswa
mengoptimalkan manfaat dari penggunaan kartu bicara.

26
4. PEMBELAJARAN TEKS DEBAT

a. DEFINISI DAN TEORI DEBATING

Debating, atau sering disebut juga sebagai perdebatan, adalah proses


pertukaran argumen antara dua pihak atau lebih yang memiliki pandangan atau
pendapat yang berbeda mengenai suatu isu atau topik tertentu. Tujuan dari debat
adalah untuk membujuk atau meyakinkan audiens atau pihak yang mendengarkan
agar menerima pandangan atau argumen dari salah satu pihak yang berdebat.
Debating tidak hanya menguji kemampuan berbicara dan menyusun argumen,
tetapi juga melibatkan keterampilan mendengarkan, berpikir kritis, dan merespons
secara cepat terhadap argumen lawan.

Beberapa teori dasar debating yang sering menjadi dasar pembelajaran debat
melibatkan konsep-konsep berikut:

1. Topik atau Resolusi:

- Sebuah perdebatan dimulai dengan topik atau resolusi yang menjadi


pokok perdebatan. Resolusi ini harus dirumuskan secara jelas agar kedua
pihak dapat menyusun argumen dengan baik.

2. Argumen:

- Setiap pihak harus menyusun argumen yang kuat dan relevan untuk
mendukung posisi atau pandangan mereka terkait dengan resolusi.
Argumen-argumen ini harus didasarkan pada fakta, logika, dan analisis
yang mendalam.

3. Struktur Debat:

- Debat biasanya memiliki struktur yang terorganisir, termasuk


pendahuluan (introduction), tubuh debat (body), dan kesimpulan

27
(conclusion). Setiap bagian memiliki tujuan tertentu dalam membangun
argumen.

4. Rebuttal dan Refutation:

- Bagian dari debat melibatkan penolakan atau pembantahan terhadap


argumen lawan. Pihak yang berdebat harus mampu merespons dengan
cepat dan secara efektif terhadap argumen lawan.

5. Gaya dan Etika Berbicara:

- Gaya berbicara yang baik dan etika yang tepat adalah elemen penting
dalam debating. Pihak yang berdebat harus mampu menyampaikan
argumen mereka dengan jelas dan meyakinkan tanpa menggunakan
retorika yang merugikan.

6. Poin-Poin Penting:

- Debaters harus mampu mengidentifikasi dan menekankan poin-poin


penting dalam argumen mereka serta menjelaskan konsekuensi atau
implikasi dari posisi yang mereka ambil.

Pemahaman mendalam tentang teori dan konsep-konsep ini membantu


peserta debat untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analisis,
dan komunikasi yang efektif. Melibatkan debat dalam kurikulum dapat
memberikan manfaat besar dalam pengembangan kemampuan berbicara dan
berpikir siswa.

b. STRUKTUR DEBAT

Meskipun "Rules for Revolutionaries: How Big Organizing Can Change


Everything" oleh Becky Bond dan Zack Exley mungkin lebih fokus pada
strategi organisasi politik daripada struktur debat yang formal, namun
beberapa prinsip umum dalam membangun argumen dan melakukan debat
masih bisa diterapkan. Berikut adalah struktur dasar debat yang umumnya

28
digunakan:

1. Pendahuluan (Introduction):

- Identifikasi topik atau resolusi.

- Perkenalkan tim atau individu yang berbicara.

- Sajikan gambaran singkat mengenai argumen yang akan dibahas.

2. Pernyataan Awal (Opening Statements):

- Setiap pihak menyampaikan pernyataan awal yang berisi pokok-pokok


argumen mereka.

- Tinjau topik secara umum dan nyatakan posisi atau pandangan.

3. Pertanyaan dan Jawaban (Cross-Examination):

- Beberapa format debat melibatkan sesi tanya jawab di antara pihak-pihak yang
berdebat.

- Ini memberikan kesempatan bagi peserta debat untuk mengeksplorasi argumen


lawan dan memperkuat argumen mereka sendiri

4. Tubuh Debat (Main Arguments):

- Setiap pihak menyampaikan argumen-argumen utama mereka dalam urutan


yang terstruktur.

- Dukung argumen dengan bukti, fakta, dan logika.

- Identifikasi poin-poin kunci yang mendukung posisi.

5. Rebuttal dan Pembantahan (Rebuttal and Refutation):

- Pihak yang berdebat secara aktif menolak atau membantah argumen lawan.

- Rebuttal harus didasarkan pada analisis yang cepat dan kritis terhadap
argumen lawan.

6. Pertanyaan Publik atau Penonton (Audience Questions):

29
- Beberapa debat melibatkan pertanyaan dari penonton atau audiens.

- Ini dapat menambahkan dimensi interaktif dan memberikan kesempatan bagi


peserta debat untuk merespons secara langsung.

7. Kesimpulan (Conclusion):

- Ringkaslah kembali argumen-argumen utama.

- Sajikan kesimpulan yang kuat untuk memperkuat posisi.

8. Penutup (Closing Statements):

- Setiap pihak menyampaikan pernyataan penutup atau ringkasan akhir.

- Tegaskan kembali posisi masing-masing dan mengapa posisi tersebut lebih


kuat.

9. Penilaian atau Keputusan (Judgment or Decision):

- Beberapa debat melibatkan penilaian atau keputusan dari juri atau penonton.

- Pihak yang memiliki argumen yang lebih kuat atau meyakinkan dapat
dianggap sebagai pemenang.

c. TEKNIK TEKNIK DEBAT


Public Forum Debate merupakan format debat yang melibatkan dua tim yang
beranggotakan dua orang masing-masing, dan mereka berdebat mengenai isu-isu
kontemporer. Buku "Public Forum Debate Handbook" oleh National
Association for Urban Debate Leagues (NAUDL) dapat memberikan panduan
yang bermanfaat dalam memahami teknik-teknik debat khususnya dalam
konteks publik. Beberapa teknik debat yang dapat diajarkan kepada siswa
melibatkan:

1. Kerangka Debat (Framework):


- Membantu siswa untuk memahami cara membangun kerangka debat yang
jelas, termasuk definisi isu, nilai-nilai yang relevan, dan standar evaluasi.

30
2. Pengorganisasian Argumen (Argument Organization):
- Mengajarkan siswa untuk menyusun argumen-argumen mereka dengan jelas
dan terstruktur, termasuk pendahuluan, tubuh debat, dan kesimpulan.

3. Penggunaan Evidensi (Evidence):


- Menekankan pentingnya mendukung argumen dengan bukti yang kuat dan
relevan. Mengajarkan siswa untuk menilai kredibilitas sumber dan mengutip
evidensi secara benar.

4. Rebuttal dan Pembantahan (Rebuttal and Refutation):


- Melatih siswa dalam keterampilan merespons cepat terhadap argumen lawan,
menemukan kelemahan dalam argumen lawan, dan membantah dengan argumen
yang kuat.

5. Crossfire:
- Mempersiapkan siswa untuk sesi tanya jawab atau pertukaran pendapat
langsung dengan lawan-lawan mereka, yang disebut sebagai "crossfire." Ini
melibatkan kemampuan mendengarkan dan merespons dengan cepat.

6. Flowing:
- Mempelajari teknik "flowing" atau mencatat argumen dan tanggapan selama
debat. Siswa belajar membuat catatan yang terstruktur untuk membantu mereka
menjaga jejak argumen selama perdebatan.

7. Penyampaian yang Efektif (Delivery):


- Mengajarkan siswa untuk berbicara dengan jelas, berbicara dengan intonasi
yang tepat, dan menggunakan bahasa tubuh yang mendukung argumen mereka.

8. Penilaian dan Evaluasi (Judging Criteria):


- Mempahami kriteria penilaian yang digunakan oleh juri, termasuk

31
keterampilan analisis, keterampilan berbicara, dan kepatuhan terhadap aturan.

9. Etika Debat (Debate Ethics):


- Menekankan pentingnya berdebat dengan etika yang baik, termasuk
menghormati lawan dan tidak menggunakan retorika yang merugikan.

10. Kerjasama Tim (Teamwork):


- Jika siswa berpartisipasi dalam debat tim, mengajarkan keterampilan
kerjasama dan pembagian peran di antara anggota tim.

Pengajaran teknik-teknik ini dapat membantu siswa membangun keterampilan


berpikir kritis, berbicara di depan umum, dan merespons argumen dengan efektif.
Format debat publik seperti Public Forum Debate dapat memberikan pengalaman
yang berharga dalam pengembangan keterampilan ini.

d. KEUNTUNGAN PEMBELAJARAN DEBAT

Pembelajaran debat memberikan sejumlah keuntungan bagi peserta, baik secara


individu maupun kelompok. Buku seperti "Debating in the World's Schools: A
Guide to Policies, Strategies, and Style" oleh Richard Edwards dan "Learning to
Debate: A Proven Guide for Debaters, Coaches, and Judges" oleh Stephen Llano
dapat memberikan wawasan yang mendalam mengenai manfaat pembelajaran
debat. Berikut adalah beberapa keuntungan utama:

1. Keterampilan Berbicara:
- Debaters belajar untuk berbicara dengan jelas, efektif, dan meyakinkan. Ini
melibatkan pengembangan vokabulari, intonasi suara, serta penggunaan bahasa
tubuh yang mendukung.

2. Berpikir Kritis:

32
- Peserta debat diharapkan untuk merancang, mengevaluasi, dan
mempertahankan argumen dengan logika yang baik. Ini mengasah keterampilan
berpikir kritis dan analitis.

3. Penelitian:
- Siswa terlibat dalam mencari informasi dan fakta untuk mendukung argumen
mereka. Ini membantu pengembangan keterampilan penelitian yang efektif.

4. Keterampilan Analisis:
- Debaters harus mampu menganalisis argumen lawan dan menemukan
kelemahan dalam pendekatan lawan. Ini mengasah keterampilan analisis kritis.

5. Penguasaan Materi:
- Peserta debat harus memahami topik yang dibahas secara mendalam. Ini
mendorong pembelajaran mendalam tentang berbagai isu.

6. Keterampilan Mendengarkan:
- Debaters belajar untuk mendengarkan dengan cermat terhadap argumen lawan,
sehingga dapat merespons secara tepat dan efektif.

7. Pengembangan Kepercayaan Diri:


- Berbicara di depan umum, merancang argumen, dan merespons cepat
meningkatkan kepercayaan diri peserta debat.

8. Keterampilan Debat:
- Siswa mempelajari keterampilan debat yang melibatkan pendahuluan,
penyampaian argumen, pembantahan, dan kesimpulan.

9. Etika Berbicara:
- Pembelajaran debat mendorong etika berbicara yang baik, termasuk
penggunaan bahasa yang sopan dan hormat terhadap pendapat lawan.

33
10. Kemampuan Kerjasama:
- Jika siswa berpartisipasi dalam debat tim, mereka belajar bekerja sama dalam
merencanakan strategi, menyusun argumen, dan merespons lawan.

11. Persiapan untuk Karier:


- Keterampilan berbicara, berpikir kritis, dan analisis yang diperoleh dari debat
adalah keterampilan yang sangat berharga di dunia pekerjaan dan kehidupan
sehari-hari.

Pembelajaran debat, dengan demikian, bukan hanya memberikan keahlian khusus


dalam berbicara dan berdebat, tetapi juga mengembangkan sejumlah keterampilan
kritis dan penting yang dapat diterapkan di berbagai aspek kehidupan.

5. PENTINGNYA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

a. PARTISIPASI AKTIF
Partisipasi aktif siswa memang diakui sebagai salah satu kunci utama untuk
meningkatkan pembelajaran. Konsep ini didukung oleh banyak penelitian,
termasuk yang diungkapkan dalam "Interactive Learning Environments:
Strategies and Techniques to Enhance Student Learning." Berikut adalah beberapa
alasan mengapa partisipasi aktif dianggap penting dalam pembelajaran:
1. Meningkatkan Keterlibatan
2. Memperkuat Pemahaman Konsep
3. Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Komunikasi
4. Mendorong Berpikir Kritis
5. Mengurangi Kejenuhan
6. Pemberdayaan Siswa
7. Peningkatan Retensi Informasi
8. Pembentukan Keterampilan Kolaboratif
9. Membangun Keterampilan Sosial

34
10.Mengakomodasi Gaya Pembelajaran Beragam

Melibatkan siswa secara aktif melalui strategi-strategi seperti diskusi, proyek


kelompok, dan pertanyaan interaktif memberikan konteks pembelajaran yang
lebih bermakna dan memberikan dampak positif pada proses pemahaman dan
retensi informasi.

b. KOLABORASI DAN DISKUSI


Kolaborasi dan diskusi kelompok adalah strategi penting dalam menciptakan
pembelajaran interaktif. Menurut literatur seperti "Collaborative Learning
Techniques: A Handbook for College Faculty" oleh Elizabeth F. Barkley, kegiatan
kolaboratif tidak hanya meningkatkan keterampilan berbicara siswa, tetapi juga
memberikan sejumlah manfaat lainnya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
kolaborasi dan diskusi kelompok dianggap bermanfaat:

1. Meningkatkan Keterampilan Berbicara:


- Dalam kelompok, siswa dihadapkan pada kebutuhan untuk mengomunikasikan
ide dan pandangan mereka. Ini memperkuat keterampilan berbicara dan ekspresi
diri.

2. Mendorong Pemikiran Kritis:


- Diskusi kelompok memicu pertukaran ide dan sudut pandang yang beragam.
Siswa diharapkan untuk berpikir kritis terhadap argumen mereka dan
mendengarkan kritik konstruktif dari sesama anggota kelompok.

3. Pengembangan Keterampilan Kolaboratif:


- Melalui kolaborasi, siswa belajar bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Ini menciptakan kesempatan untuk pengembangan keterampilan
kolaboratif dan kepemimpinan.

4. Penanaman Empati:

35
- Diskusi kelompok membuka pintu untuk pemahaman lebih baik terhadap
sudut pandang orang lain, meningkatkan empati, dan memperluas wawasan siswa.

5. Diversifikasi Gaya Pembelajaran:


- Siswa memiliki berbagai gaya pembelajaran. Melibatkan mereka dalam diskusi
dan kolaborasi memungkinkan guru mengakomodasi gaya pembelajaran yang
berbeda.

6. Pemberdayaan Siswa:
- Kegiatan kolaboratif memberdayakan siswa untuk berkontribusi secara aktif
dalam proses pembelajaran. Mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap
kesuksesan kelompok.

Melibatkan siswa dalam kolaborasi dan diskusi kelompok adalah cara efektif
untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang interaktif, meningkatkan
keterampilan berbicara, dan mempromosikan pemikiran kritis dan sosial.

c. PENUGASAN BERBASIS PROYEK

Penugasan berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memungkinkan


siswa belajar melalui pengalaman nyata dalam menyelesaikan tugas atau proyek
tertentu. Menurut "Project-Based Learning: A Literature Review" oleh Larmer,
Mergendoller, dan Boss, penugasan berbasis proyek memiliki sejumlah manfaat
yang signifikan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penugasan berbasis
proyek dianggap bermanfaat:

1. Penerapan Keterampilan Berbicara:


- Proyek-proyek memerlukan presentasi, diskusi, dan berkomunikasi secara
efektif. Siswa harus dapat menjelaskan ide-ide mereka, memberikan pembenaran
untuk keputusan yang diambil, dan merancang solusi dalam konteks proyek.

36
2. Pembelajaran Kontekstual:
- Melalui penugasan berbasis proyek, siswa belajar dalam konteks nyata dan
terkait dengan dunia nyata. Ini memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan
relevan.

3. Meningkatkan Keterampilan Problem Solving:


- Siswa dihadapkan pada tantangan atau masalah yang harus mereka pecahkan
dalam proyek. Ini mengasah keterampilan problem solving dan pemikiran kreatif.

4. Pengembangan Keterampilan Riset:


- Siswa belajar untuk mencari informasi, mengumpulkan data, dan menganalisis
sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Ini meningkatkan
keterampilan riset mereka.

5. Peningkatan Keterampilan Kolaboratif:


- Banyak proyek melibatkan kerjasama dalam kelompok. Siswa belajar bekerja
sama, berbagi ide, dan mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan
bersama.

6. Peningkatan Keterampilan Teknologi:


- Banyak proyek memanfaatkan teknologi, memungkinkan siswa untuk
mengembangkan keterampilan teknologi dan aplikasi perangkat lunak yang
relevan.

7. Meningkatkan Motivasi Siswa:


- Siswa sering merasa lebih termotivasi ketika mereka memiliki tujuan konkret
dan dapat melihat hasil konkrit dari usaha mereka, yang seringkali tercapai
melalui penugasan berbasis proyek.

37
8. Pemahaman yang Lebih Mendalam:
- Melalui penerapan konsep dalam konteks proyek, siswa memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam dan mempertahankan informasi dengan lebih
baik.

9.Keterlibatan yang Aktif:


- Siswa terlibat secara aktif dalam seluruh proses proyek, dari perencanaan
hingga pelaksanaan. Ini menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih
dinamis dan pribadi.

10. Peningkatan Keterampilan Presentasi:


- Siswa sering diminta untuk menyajikan hasil proyek mereka. Ini
meningkatkan keterampilan presentasi, kemampuan berbicara di depan umum,
dan kepercayaan diri.

Penugasan berbasis proyek, dengan demikian, bukan hanya menyediakan cara


praktis bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berbicara, tetapi juga
membawa sejumlah manfaat tambahan yang mencakup pengembangan
keterampilan kolaboratif, keterampilan problem solving, dan motivasi siswa.

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERBICARA SISWA

Beberapa faktor yang memengaruhi keterampilan berbicara siswa telah menjadi


fokus penelitian terdahulu. Berikut adalah gambaran tentang beberapa faktor
kunci:

1. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri siswa adalah faktor kunci yang memengaruhi keterampilan
berbicara. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi lebih mungkin untuk berpartisipasi aktif dalam
diskusi kelas, menyampaikan presentasi, dan berbicara di depan umum. Faktor-

38
faktor seperti dukungan guru, umpan balik positif, dan kesempatan untuk berlatih
dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa.

2. Penggunaan Bahasa
Keterampilan berbicara siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan mereka
menggunakan bahasa dengan baik. Kemampuan berkomunikasi secara efektif,
penggunaan kosakata yang tepat, dan pemahaman tata bahasa yang baik semuanya
berperan dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Guru yang memberikan
panduan terstruktur dan umpan balik terkait penggunaan bahasa dapat
berkontribusi pada pengembangan keterampilan ini.

3. Kreativitas Guru
- Pendekatan kreatif guru dalam mengajar dan merancang aktivitas
pembelajaran dapat memengaruhi keterampilan berbicara siswa. Menurut
penelitian, penggunaan metode yang inovatif, permainan peran, dan proyek-
proyek kreatif dapat merangsang kreativitas siswa dalam berbicara. Guru yang
menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik dan mendukung juga dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk berbicara.

4. Pengalaman Berbicara
Pengalaman praktik dan berbicara secara teratur juga dapat memengaruhi
keterampilan berbicara siswa. Siswa yang memiliki lebih banyak kesempatan
untuk berbicara, baik dalam diskusi kelas, presentasi, atau kegiatan
ekstrakurikuler,

cenderung mengembangkan keterampilan berbicara yang lebih baik. Pentingnya


praktik yang berulang dalam membangun kecakapan komunikasi tidak bisa
diabaikan.

5. Lingkungan Keluarga dan Masyarakat


Faktor-faktor luar kelas juga memainkan peran dalam membentuk keterampilan

39
berbicara siswa. Lingkungan keluarga yang mendukung, memberikan kesempatan
untuk berbicara, dan memotivasi anak untuk berpartisipasi dalam percakapan
dapat memengaruhi perkembangan keterampilan berbicara. Selain itu, interaksi
dengan masyarakat dan kesempatan untuk berbicara di luar kelas juga dapat
berkontribusi pada perkembangan keterampilan komunikasi.

6. Keragaman Keterampilan Berbicara


Penelitian juga menunjukkan bahwa faktor keragaman keterampilan berbicara
dapat memengaruhi siswa. Guru yang memahami dan menghargai berbagai gaya
komunikasi dan kecakapan berbicara siswa dapat menciptakan lingkungan
inklusif di mana setiap siswa merasa diakui dan didukung.

7. Motivasi Siswa
- Tingkat motivasi siswa juga dapat memengaruhi keterampilan berbicara
mereka. Siswa yang merasa termotivasi untuk berbicara, menyampaikan pendapat,
dan berpartisipasi dalam kegiatan berbicara lebih mungkin mengembangkan
keterampilan komunikasi yang kuat.

8. Penilaian dan Umpan Balik


Penelitian menyoroti pentingnya penilaian dan umpan balik konstruktif terhadap
keterampilan berbicara siswa. Proses evaluasi yang baik dapat memberikan arahan
yang berguna bagi siswa untuk terus meningkatkan keterampilan berbicara
mereka.

Menyelidiki penelitian dan literatur dalam area ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor ini saling berinteraksi dan
bagaimana mereka dapat diintervensi untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa.

7. PENGUKURAN KEBERHASILAN

40
Pengukuran keberhasilan pembelajaran, khususnya dalam konteks peningkatan
keterampilan berbicara siswa, melibatkan pemilihan indikator keberhasilan dan
alat evaluasi yang relevan. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dijelajahi
dalam tinjauan literatur:

1. Indikator Keberhasilan
- Mengeksplorasi literatur untuk mengidentifikasi indikator keberhasilan dalam
peningkatan keterampilan berbicara siswa. Ini dapat mencakup aspek-aspek
seperti peningkatan kepercayaan diri, kemampuan menyusun argumen yang kuat,
kelancaran berbicara, dan partisipasi aktif dalam diskusi. Studi empiris yang telah
mengidentifikasi indikator ini secara spesifik dapat memberikan landasan untuk
evaluasi.

2. Alat Evaluasi
- Memeriksa literatur untuk melihat berbagai alat evaluasi yang telah digunakan
dalam mengukur keterampilan berbicara siswa. Ini bisa termasuk rubrik penilaian,
skala penilaian, atau formulir evaluasi. Melihat keefektifan dan validitas alat-alat
evaluasi ini dalam konteks pembelajaran keterampilan berbicara adalah bagian
penting dari peninjauan literatur.

3. Penelitian Empiris
- Mencari penelitian empiris yang telah menyelidiki metode pengukuran
keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Penelitian tersebut dapat
memberikan wawasan tentang bagaimana indikator keberhasilan diidentifikasi dan
diukur, serta memberikan pemahaman tentang efektivitas alat evaluasi yang
digunakan.

4. Efektivitas Model Penilaian


- Menganalisis literatur yang mencakup efektivitas berbagai model penilaian
keterampilan berbicara siswa. Model ini dapat mencakup penilaian formatif,
sumatif, atau kombinasi keduanya. Meneliti pendekatan penilaian yang paling

41
efektif dalam memfasilitasi peningkatan keterampilan berbicara dapat
memberikan wawasan praktis bagi pendidik.

5. Pemantauan Kemajuan
- Mengeksplorasi literatur tentang metode pemantauan kemajuan dalam
pembelajaran keterampilan berbicara. Pemantauan ini dapat mencakup evaluasi
berkala, portofolio, atau catatan perkembangan siswa. Menilai efektivitas metode-
metode ini dan bagaimana mereka dapat digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan pembelajaran adalah fokus yang relevan.

6. Teknologi dalam Evaluasi


- Melihat bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan dalam evaluasi keterampilan
berbicara siswa. Ini termasuk penggunaan rekaman audio atau video, platform
daring untuk diskusi, atau perangkat lunak penilaian otomatis. Literatur ini dapat
memberikan pandangan tentang inovasi dalam pengukuran keterampilan
berbicara.

7. Integrasi Penilaian dalam Pembelajaran


- Meneliti literatur yang membahas integrasi penilaian keterampilan berbicara
dalam desain pembelajaran. Studi-studi ini mungkin membahas bagaimana
penilaian dapat diintegrasikan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran,
memberikan umpan balik yang kontekstual dan mendukung perkembangan siswa.

8. Umpan Balik Formatif


- Memeriksa literatur tentang penggunaan umpan balik formatif dalam penilaian
keterampilan berbicara. Bagaimana umpan balik formatif dapat disampaikan
secara efektif untuk membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka
dan memberikan arahan konstruktif untuk peningkatan.

42
I. KERANGKA PEMIKIRAN

43
J. HIPOTESIS DAN ASUMSI

44
1. ASUMSI
Asumsi dari latar belakang di atas dapat melibatkan beberapa anggapan atau
keyakinan dasar yang menjadi dasar dari pemikiran dan pernyataan dalam
penelitian. Berikut beberapa asumsi yang mungkin terkandung:

1. Asumsi tentang Pentingnya Keterampilan Berbicara. Asumsi bahwa


keterampilan berbicara merupakan hal yang krusial dalam proses
pembelajaran bahasa dan pengembangan siswa sebagai individu.

2. Asumsi tentang Kendala Keterampilan Berbicara Siswa. Asumsi


bahwa rendahnya kepercayaan diri, keterampilan berbicara siswa dari
segi kebahasaan dan nonkebahasaan yang masih rendah merupakan
kendala utama yang perlu diatasi.

3. Asumsi tentang Pilihan Model Pembelajaran Socrates. Asumsi bahwa


penerapan metode pembelajaran Socrates dapat menjadi solusi efektif
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, terutama dalam
konteks debat.

4. Asumsi tentang Manfaat Debat dalam Pembelajaran. Asumsi bahwa


debat sebagai metode pembelajaran dapat memberikan manfaat
signifikan, seperti melatih keberanian mengungkapkan pendapat,
meningkatkan wawasan, melatih berpikir kritis, logis, dan tangkas.

5. Asumsi tentang Pengaruh Kreativitas Guru. Asumsi bahwa kreativitas


guru dalam memilih dan mengimplementasikan metode pembelajaran
memiliki dampak signifikan terhadap kesuksesan pembelajaran siswa.

45
2. HIPOTESIS
a. Peneliti yang memiliki pengetahuan mendalam tentang teks debat dan
penggunaan kartu bicara dapat merencanakan, menerapkan, dan
mengevaluasi pembelajaran berbicara teks debat dengan lebih efektif
dibandingkan dengan peneliti yang kurang berpengalaman.
b. Peserta didik dalam kelas eksperimen, yang menerima pembelajaran
berbicara teks debat dengan menggunakan kartu bicara, diperkirakan akan
menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara dibandingkan dengan
peserta didik dalam kelas kontrol yang tidak menggunakan metode
tersebut.
c. Peserta didik dalam kelas eksperimen yang menggunakan metode Socrates
berbantuan media kartu bicara diperkirakan akan menunjukkan
peningkatan kemampuan berbicara teks debat yang lebih signifikan
daripada peserta didik dalam kelas kontrol yang tidak menerapkan metode
ini.
d. Peserta didik dalam kelas kontrol yang menerima pembelajaran berbicara
teks debat dengan metode Socrates diperkirakan akan menunjukkan
peningkatan kemampuan berbicara, tetapi peningkatan ini mungkin tidak
sebesar peserta didik dalam kelas eksperimen dengan metode Socrates dan
kartu bicara.
Hipotesis-hipotesis ini sebaiknya dirancang berdasarkan teori pendidikan, literatur
terkait, dan pemahaman mendalam tentang variabel-variabel yang terlibat dalam
pembelajaran berbicara teks debat dengan metode yang disebutkan. Selain itu,
hipotesis-hipotesis ini dapat diuji melalui penelitian empiris untuk
mengidentifikasi sejauh mana efektivitas metode pembelajaran yang
diimplementasikan.

K. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini saya menggunakan metode kuantitatif yang mana metode ini

46
adalah metode penelitian yang menggunakan pendekatan sistematis dan
mengumpulkan data berupa angka atau variabel numerik. Pendekatan ini
bertujuan untuk mengukur fenomena, menganalisis hubungan antarvariabel, dan
menguji hipotesis dengan menggunakan teknik statistik. Metode kuantitatif
umumnya terfokus pada objektivitas dan reproduktibilitas hasil
penelitian.Beberapa ciri utama dari metode kuantitatif melibatkan pengumpulan
data dalam bentuk numerik, analisis statistik, dan penggunaan teknik pengukuran
yang terstandar. Metode ini sering digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang berkaitan dengan seberapa besar, seberapa sering, atau sejauh
mana suatu fenomena terjadi.

L. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

a. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian dalam konteks ini adalah siswa kelas X di SMA 7 Pasundan
yang mengalami masalah dalam keterampilan berbicara, terutama dari segi
kepercayaan diri, kebahasaan, dan nonkebahasaan. Penelitian ini akan berfokus
pada upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan
metode pembelajaran Socrates, khususnya dalam konteks debat.

b. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian dalam konteks ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas X di
SMA 7 Pasundan. Penelitian akan mengeksplorasi masalah-masalah yang
dihadapi siswa dalam keterampilan berbicara, seperti rendahnya kepercayaan diri,
kendala kebahasaan, dan kekurangan dalam aspek nonkebahasaan. Selanjutnya,
penelitian akan mencoba mengatasi masalah-masalah tersebut dengan menerapkan
metode pembelajaran Socrates, khususnya dalam konteks debat.

Dengan fokus pada objek penelitian ini, diharapkan penelitian dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang kondisi keterampilan berbicara siswa dan
efektivitas metode pembelajaran Socrates dalam meningkatkan keterampilan

47
berbicara mereka.

M. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Studi lapangan dan dokumentasi adalah dua teknik pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi yang komprehensif dan
akurat. Berikut adalah narasi tentang teknik pengumpulan data menggunakan
studi lapangan dan dokumentasi:

Dalam rangka menjalankan penelitian ini, kami mengadopsi pendekatan yang


holistik dengan menggunakan dua teknik pengumpulan data utama, yaitu studi
lapangan dan dokumentasi. Kedua teknik ini dipilih untuk memastikan
keberagaman sumber data dan mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang
konteks yang diteliti.Studi lapangan menjadi instrumen utama untuk menggali
informasi secara langsung dari lapangan. Tim peneliti terlibat secara langsung
dalam observasi dan interaksi dengan responden, menciptakan kesempatan untuk
mendapatkan wawasan mendalam tentang situasi atau fenomena yang sedang
diteliti. Dalam studi lapangan, kami melakukan wawancara, pengamatan
partisipatif, dan survei langsung untuk merespons pertanyaan penelitian dan
menggali perspektif langsung dari mereka yang terlibat dalam konteks tersebut.

Sebagai pelengkap, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari


sumber tertulis, arsip, atau rekaman yang relevan dengan penelitian. Data ini
dapat berupa dokumen resmi, arsip elektronik, atau catatan-catatan historis yang
dapat memberikan konteks tambahan dan mendukung temuan dari studi lapangan.
Dokumentasi menjadi penting dalam memverifikasi dan menyelaraskan data yang
ditemukan selama studi lapangan.

Melalui integrasi kedua teknik ini, kami dapat merangkul keragaman perspektif

48
dan memastikan keakuratan serta validitas temuan penelitian. Studi lapangan
memberikan dimensi manusiawi dan kontekstual, sementara dokumentasi
memberikan konfirmasi dan dukungan dari sumber-sumber tertulis yang relevan.
Kombinasi teknik ini memperkaya analisis data dan menghasilkan pemahaman
yang lebih komprehensif terhadap fenomena yang diteliti.

N. TEKNIK ANALISIS DATA


Proses Analisis Data
1) Reduksi Data:
a. Reduksi data melibatkan penyederhanaan, pengelompokan, dan pemilihan data
agar lebih dapat dikelola dan diinterpretasikan.
b. Langkah-langkah:
- Pemilihan dan pengelompokan data yang relevan.
- Penghapusan data yang tidak diperlukan.
- Agregasi atau konversi data menjadi bentuk yang lebih sederhana.
c. Tujuan: Memfokuskan perhatian pada informasi kunci dan mengurangi
kompleksitas.

Penyajian Data:
a. Penyajian data melibatkan cara data disajikan agar mudah dipahami dan
diinterpretasikan oleh pembaca atau pemirsa.
b. Langkah-langkah:
- Pembuatan tabel, grafik, atau diagram yang sesuai.
- Penggunaan metode penyajian yang relevan dengan jenis data (misalnya,
histogram untuk data numerik).
c. Tujuan: Menyajikan informasi dengan cara yang jelas dan mudah dipahami.

Uji Keabsahan Data


1) Kredibilitas dan Triangulasi:
a. Mengevaluasi keakuratan dan keandalan data dengan memeriksa sumber,
metode, dan konsistensi hasil.

49
b. Langkah-langkah
- Verifikasi keaslian sumber data.
- Memastikan konsistensi temuan dengan data dari sumber atau metode lain
(triangulasi).
c. Tujuan: Menjamin bahwa data dapat dipercaya dan hasil penelitian dapat
diandalkan.

Kebergantungan:
a. Mengidentifikasi dan mengukur sejauh mana data dipengaruhi oleh variabel
atau faktor lain.
b. Langkah-langkah
- Analisis korelasi atau regresi untuk mengukur hubungan antar variabel.
- Mengidentifikasi variabel pihak ketiga yang dapat memengaruhi hasil.
c. Tujuan: Mengetahui sejauh mana variabel-variabel tertentu mempengaruhi
hasil atau temuan.

Kepastian:
a. Mengukur seberapa pasti atau tidak pastinya suatu temuan atau hasil
penelitian.
b. Langkah-langkah:
- Penggunaan interval kepercayaan untuk mengukur rentang pasti suatu
estimasi.
- Mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor ketidakpastian.
c. Tujuan: Memberikan informasi tentang tingkat kepastian atau ketidakpastian
dalam temuan penelitian.

Kombinasi metode ini dapat membantu memastikan bahwa data dianalisis secara
cermat dan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

50
O. PROSEDUR PENELITIAN
Adapun prosedur pelaksanaan dari penelitian ini secara keseluruhan dapat
digambarkan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan memberikan latar belakang penelitian ini dengan terlebih dahulu
mengungkapkan beberapa data, kemudian menjelaskan tujuan dan maksud dari
ditemukannya rumusan masalah yang dicari.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Tinjauan pustaka menguraikan tentang definisi socrates dalam pembelajaran,
pengunaan media kartu bicara dalam pembelajaran, pembelajaran teks debat,
pentingnya pembelajaran interaktif, factor yang mempengaruhi berbicara siswa,
pengukuran keberhasilan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Penerapan metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. untuk
menyelesaikan proposal “Penerapan metode socrates berbantuan media kartu
bicara pada pembelajaran teks debat untuk siswa kelas x SMA PASUNDAN 7
BANDUNG”.

BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan penelitian yaitu membahas suatu masalah yang di ambil dan
mengaanalisiskan bangunan tersebut untuk menjadikan suatu kesimpulan yang
jelas dan baik

51
BAB V : KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan akhir dari penelitian yang dilakukan dan menghasilkan
informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan

P. JADWAL PENELITIAN

Pelaksanaan
Desember Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan
2023 2024 2024 2024 2024 2024
Pengajuan judul
Menyusun proposal
Seminar proposal
Revisi proposal
Menyusun
instrumen
penelitian
Mengurus surat

izin
Pelaksanaan

penelitian
Pengolahan data
Menyusunan laporan

hasil penelitian

52
DAFTARPUSTAKA

Hatta, M. (1964). Metode Pengajaran dalam Perspektif Filsafat Pendidikan.

Jakarta: Bulan Bintang.

Suyitno. (2009). Filsafat Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Awal. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Huda, M., & Riyanto, Y. (2019). Pendidikan Karakter Berbasis Metode Socratic

Questioning. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), 3(1), 13-21.

Paul, R., & Elder, L. (2006). Critical Thinking: The Nature of Critical and

Creative Thought. Journal of Developmental Education, 30(2), 2-7.

Hytten, K., & Bettez, S. C. (2011). Introduction: Asking Socratic Questions

about Social Justice Education. Journal of Educational Controversy, 6(1), 1-6.

Brooke, N. (2009). Socratic Seminars in Science Class. The Clearing House: A

Journal of Educational Strategies, Issues, and Ideas, 82(4), 159-162.

De Bono, E. (2000). Six Thinking Hats. Back Bay Books.

Fisher, A., & Scriven, M. (1997). Critical Thinking: Its Definition and

Assessment. Point Reyes, CA: EdgePress.

Paul, R., & Elder, L. (2008). Critical Thinking: The Nature of Critical and

Creative Thought. Journal of Developmental Education, 30(2), 2-7.

Brookfield, S. D. (2012). Teaching for Critical Thinking: Tools and Techniques to

Help Students Question Their Assumptions. John Wiley & Sons.

Edwards, R. (Ed.). (2005). Debating in the World's Schools: A Guide to Policies,

Strategies, and Style.

53
Llano, S. (2004). Learning to Debate: A Proven Guide for Debaters, Coaches,

and Judges.

Bond, B., & Exley, Z. (2016). Rules for Revolutionaries: How Big Organizing

Can Change Everything.

National Association for Urban Debate Leagues (NAUDL). (2018). Public Forum

Debate Handbook.

Barkley, E. F. (2014). Collaborative Learning Techniques: A Handbook for

College Faculty.

Larmer, J., Mergendoller, J. R., & Boss, S. (2015). Project-Based Learning: A

Literature Review.

Edwards, R., & Lambert, B. (2012). Debating in English: Challenges to Civic

Participation.

NAUDL (National Association for Urban Debate Leagues). (2016). Public Forum

Debate Curriculum Guide.

National Speech & Debate Association. (2019). Introduction to Public Forum

Debate.

Wood, N. (2007). Debating: A Handbook for Practitioners.

NAUDL. (2016). The NAUDL Guide to Urban Debate.

New York City Urban Debate League. (2014). NYCUDL Urban Debate Manual.

Powers, T. (2006). Introduction to Debate: A Manual for New Debate Coaches.

Welty, W. M., & Kock, C. A. (1994). Argumentation and Debate: Critical

Thinking for Reasoned Decision Making.

54
LAMPIRAN

55

Anda mungkin juga menyukai