Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi Program Studi Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia
Oleh:
Vinola Elpridayola
205030044
Diajukan Oleh :
VinolaElpridayola
205030044
DISETUJI,
iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Swt, yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW
dan juga keluarganya. Berkat rahmat-Nya penyusunan laporan proposal skripsi,
dengan judul “PENERAPAN METODE SOCRATES BERBANTUAN
MEDIA KARTU BICARA PADA PEMBELAJARAN TEKS DEBAT
UNTUK SISWA KELAS X SMA 7 PASUNDAN” dapat berjalan dengan
baik. Laporan proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu Syarat Penulisan
Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas
Pasundan.
Segala daya dan upaya telah penyusun curahkan dalam penyusunan laporan
proposal skripsi ini agar, mendapatkan hasil yang terbaik. Namun sebagai
manusia yang penuh dengan segala kekurangan, penyusun masih jauh dari
sempurna, dan masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu, penyusun terbuka dalam hal kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk lebih menyempurnakan laporan proposal skripsi ini.
Seluruh proses penyusunan laporan proposal skripsi ini dapat selesai, tidak
lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan,dorongan serta kepercayaan yang
selama ini diberikan kepada penyusun. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga tulisan yang
telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya,
serta diri pribadi penyusun pada umumnya.
Bandung,
Vinola Elpradiyola
205030044
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................
A. JUDUL....................................................................................................................................
C. IDENTIFIKASI MASALAH.................................................................................................
E. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................................
G. DEFINISI OPERASIONAL................................................................................................
I. KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................................
O. PROSEDUR PENELITIAN.................................................................................................
P. JADWAL PENELITIAN......................................................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................................................
v
A. JUDUL
“PENERAPAN METODE SOCRATES BERBANTUAN MEDIA KARTU
BICARA PADA PEMBELAJARAN TEKS DEBAT UNTUK SISWA KELAS
X SMA 7 PASUNDAN”
B. LATAR BELAKANG
6
Dalam perjalanan pembelajaran, kemampuan berbicara memiliki peran
sentral dalam membentuk komunikasi yang efektif. Pembelajaran keterampilan
berbicara bukan hanya sekadar rangkaian kata, tetapi suatu proses terstruktur yang
bertujuan mengasah kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide secara jelas,
membangun argumen yang kuat, dan aktif berpartisipasi dalam interaksi verbal.
Dalam konteks ini, kalimat-kalimat berikut akan membahas secara lebih
mendalam tentang signifikansi dan strategi pembelajaran keterampilan berbicara.
Pembelajaran keterampilan berbicara adalah proses yang terstruktur untuk
mengembangkan kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide secara jelas,
merangkai argumen yang kuat, dan berpartisipasi aktif dalam interaksi verbal. Ini
melibatkan penguasaan teknik komunikasi, pemahaman konteks, dan peningkatan
keterampilan verbal. "Pembelajaran keterampilan berbicara bukan hanya tentang
menguasai kata-kata, melainkan juga mengasah kemampuan untuk beradaptasi
dengan situasi komunikasi yang beragam." (Brown, 2021). Definisi pembelajaran
keterampilan berbicara, seperti yang dinyatakan dalam kutipan, menekankan
pentingnya fleksibilitas dalam berkomunikasi dan adaptasi terhadap berbagai
situasi."Ketika seseorang belajar keterampilan berbicara, mereka sedang
mengembangkan kekuatan untuk membentuk dunia dengan kata-kata mereka
sendiri, menciptakan ruang bagi ide-ide untuk tumbuh dan berdampak." (Johnson,
2022). Kutipan selanjutnya mempertegas pandangan ini dengan merinci bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara memberikan individu kekuatan untuk
menciptakan pengaruh melalui kata-kata mereka, membentuk ruang bagi gagasan-
gagasan untuk berkembang dan mempengaruhi. Dua kutipan tersebut bersama-
sama merangkum esensi dari pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu lebih
dari sekadar penguasaan kata-kata, tetapi juga penguasaan kemampuan
beradaptasi dan menciptakan dampak melalui komunikasi. Dengan demikian,
pembelajaran keterampilan berbicara bukan hanya menjadi sarana untuk
menyampaikan pesan, tetapi juga kekuatan untuk membentuk dunia melalui
ekspresi verbal yang efektif.
Dalam perjalanan memahami dan menguasai keterampilan berbicara,
seringkali kita dihadapkan pada suatu kendala yang melibatkan fokus. Masalah ini
7
menciptakan hambatan dalam mengembangkan kemampuan menyampaikan ide
secara jelas dan efektif, membangun argumen yang kuat, serta aktif berpartisipasi
dalam interaksi verbal. Dengan memahami kompleksitas masalah fokus pada
keterampilan berbicara, kita dapat merinci tantangan ini lebih lanjut dan mencari
solusi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. Masalah fokus
pada keterampilan berbicara adalah kendala atau hambatan yang dihadapi dalam
pengembangan kemampuan menyampaikan ide secara jelas dan efektif,
membangun argumen yang kuat, dan berpartisipasi aktif dalam interaksi
verbal."Masalah fokus pada keterampilan berbicara sering kali terwujud dalam
ketidakmampuan untuk merumuskan argumen yang kuat, kurangnya keterampilan
berbicara yang efektif, dan kesulitan dalam mengorganisir pemikiran secara logis
dalam konteks perdebatan."(Smith, 2020). Definisi masalah fokus pada
keterampilan berbicara, seperti yang dinyatakan dalam kutipan, mengidentifikasi
beberapa aspek kritis dari kendala ini, termasuk kurangnya kemampuan
merumuskan argumen yang kuat dan kesulitan dalam mengorganisir pemikiran
"Ketidakmampuan mengatasi masalah fokus pada keterampilan berbicara dapat
menjadi penghalang bagi pengembangan individu dalam menyuarakan gagasan
dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi."(Johnson, 2021). Kutipan
selanjutnya mempertegas bahwa ketidak mampuan mengatasi masalah ini dapat
memiliki dampak signifikan pada kemampuan individu untuk menyuarakan
gagasan dan berpartisipasi dalam diskusi. Dua kutipan tersebut menggambarkan
secara konkret masalah fokus pada keterampilan berbicara, memfokuskan pada
elemen-elemen seperti pembentukan argumen dan organisasi pemikiran. Kendala
ini bukan hanya merupakan hambatan teknis, tetapi juga dapat memiliki dampak
mendalam pada kemampuan individu untuk berkontribusi dalam konteks
komunikasi verbal. Oleh karena itu, mengatasi masalah fokus pada keterampilan
berbicara menjadi langkah penting dalam pengembangan komunikasi yang efektif.
Berbicara teks debat merupakan suatu bentuk komunikasi verbal yang
melibatkan pertukaran pendapat atau argumen antara dua kelompok yang
berlawanan, dengan tujuan membujuk atau meyakinkan pendengar mengenai
suatu isu atau topik tertentu."Berbicara teks debat melibatkan seni menyusun
8
argumen yang persuasif, menguasai teknik berbicara dengan penuh keyakinan,
dan dapat merespon dengan cepat terhadap argumen lawan."(Smith, 2019).
Definisi berbicara teks debat, seperti yang diuraikan dalam kutipan pertama,
menyoroti keterampilan esensial seperti persuasi, penguasaan teknik berbicara,
dan respons cepat terhadap argumen lawan. "Dalam teks debat, berbicara bukan
hanya tentang menyuarakan pandangan pribadi, tetapi juga tentang kemampuan
untuk menghormati pendapat lawan dan menyajikan argumen dengan etika yang
tinggi."(Johnson, 2020). Kutipan selanjutnya mempertegas bahwa dalam konteks
teks debat, berbicara tidak hanya sekadar menyuarakan pandangan pribadi, tetapi
juga menuntut kemampuan untuk menghargai sudut pandang lawan dan
mengkomunikasikan argumen dengan etika yang tinggi. Dua kutipan tersebut
merinci kompleksitas dari berbicara teks debat, menekankan bahwa hal ini tidak
hanya melibatkan aspek teknis komunikasi, tetapi juga menuntut etika dan respek
terhadap pandangan lawan. Dengan demikian, berbicara dalam teks debat tidak
hanya menjadi kemampuan berbicara yang kreatif, tetapi juga menuntut
kecerdasan interpersonal dan keterampilan argumentasi yang matang.
Dalam dunia pendidikan, terdapat suatu pendekatan yang tidak hanya
mengajar, tetapi juga memandu peserta didik menuju pemahaman yang
mendalam. Metode Socrates, sebagai landasan pembelajaran, menawarkan suatu
perjalanan berpikir kritis dan refleksi mendalam melalui pertanyaan dan dialog
filosofis. Dengan membangkitkan pemikiran peserta didik, metode ini
menciptakan ruang untuk pemahaman yang bukan hanya terbatas pada jawaban,
melainkan pada proses penemuan pengetahuan yang lebih dalam. Metode
Socrates adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk mencapai pemahaman melalui pertanyaan dan dialog filosofis, merangsang
pemikiran kritis serta refleksi mendalam. "Metode Socrates adalah panggilan
untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui pertanyaan, mengajak peserta didik
untuk mempertanyakan, merenung, dan mencapai pemahaman melalui proses
dialog."(Smith, 2018). Penting untuk dipahami bahwa metode Socrates tidak
hanya mengajarkan informasi, tetapi melibatkan peserta didik secara aktif dalam
membangun pemahaman mereka sendiri. Pertanyaan dan dialog filosofis menjadi
9
sarana untuk mendorong pemikiran kritis, menggali ide, dan mencapai
pemahaman yang lebih mendalam. "Melalui metode Socrates, kita bukan hanya
mengajarkan jawaban, tetapi mengarahkan peserta didik untuk menemukan
jawaban mereka sendiri, merangsang pertumbuhan intelektual melalui refleksi
aktif."(Jones, 2020). Kutipan kedua menekankan bahwa metode Socrates
bukanlah tentang memberikan jawaban langsung, tetapi tentang memberdayakan
peserta didik untuk mengeksplorasi, merenung, dan menemukan jawaban mereka
sendiri. Ini adalah proses refleksi aktif yang memberikan kekuatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri secara mendalam.
Metode Socrates, seperti yang dijelaskan dalam kutipan pertama dan diperjelas
oleh kutipan kedua, bukan hanya suatu metode pengajaran, tetapi sebuah
pendekatan filosofis untuk pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai
subjek aktif dalam proses pemahaman dan penemuan pengetahuan. Pendekatan ini
mempromosikan pertumbuhan intelektual dan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis, merenung, dan mencapai pemahaman yang lebih dalam melalui
dialog dan pertanyaan.
Penerapan metode Socrates berbantuan media kartu bicara pada
pembelajaran teks debat untuk siswa kelas X SMA 7 Pasundan dianggap solusi
karena menggabungkan keunggulan dua pendekatan utama: metode Socrates dan
penggunaan media kartu bicara. Berikut adalah alasan mengapa ini dianggap
sebagai solusi, Mendorong Pemikiran Kritis,Struktur dan Visualisasi, Partisipasi
Aktif, Menyamakan Peluang, Peningkatan Keterampilan Berbicara. Dengan
kombinasi kelebihan dari metode Socrates dan media kartu bicara, solusi ini
memberikan pendekatan yang komprehensif dan praktis untuk meningkatkan
pembelajaran teks debat di SMA 7 Pasundan. Pendekatan ini bukan hanya
sekadar memberikan solusi teknis, tetapi juga menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mempromosikan pemikiran kritis, partisipasi aktif, dan
pengembangan keterampilan berbicara secara holistik.
Perbedaan antara penelitian metode Socrates sekarang dan dahulu
mencerminkan evolusi dalam pemahaman pendekatan pembelajaran ini serta
perkembangan dalam konteks pendidikan. Pada masa lalu, penelitian mungkin
10
lebih terfokus pada eksplorasi konsep filosofis Socrates dalam mengajarkan
keterampilan berpikir kritis dan refleksi mendalam. Pendekatan ini mungkin
kurang mendalam dalam penerapan media atau alat bantu khusus, dengan lebih
menekankan pada dialog dan pertanyaan filosofis. Sementara itu, penelitian
metode Socrates saat ini mungkin lebih cenderung mempertimbangkan
penggunaan teknologi, seperti media kartu bicara, untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi, penelitian sekarang dapat melibatkan
eksplorasi cara-cara inovatif untuk menggabungkan konsep Socrates dengan alat
bantu yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, penelitian saat ini
mungkin lebih berfokus pada aplikasi metode Socrates dalam konteks
keterampilan berbicara, termasuk teks debat, untuk memastikan relevansi dan
kontekstualitas dalam pengembangan kemampuan komunikasi siswa di era
kontemporer.
11
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Faktor Pendidik.
a. Pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan atau pemahaman yang
memadai dalam merancang dan mengimplementasikan strategi pembelajaran
yang efektif.
b. Pendidik mungkin tidak cukup terlibat dalam proses pengajaran, dapat
disebabkan oleh kurangnya motivasi atau kelelahan.
c. Pendidik mungkin tidak sepenuhnya memahami kebutuhan, minat, dan
tingkat pemahaman peserta didik.
d. Pendidik mungkin tidak memanfaatkan teknologi atau media
pembelajaran dengan optimal, sehingga menyebabkan kurangnya variasi
dalam metode pengajaran.
e. Pendidik mungkin menghadapi kesulitan dalam menilai kemajuan peserta
didik secara akurat dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
2. Faktor Peserta Didik
a. Peserta didik mungkin mengalami kurangnya motivasi dalam mengikuti
pembelajaran, yang dapat mempengaruhi kualitas partisipasi dan hasil belajar.
b. Beberapa peserta didik mungkin menghadapi kesulitan dalam
mengembangkan keterampilan akademis seperti membaca, menulis, atau
berpikir kritis.
c. Peserta didik mungkin mengalami masalah sosial atau emosional yang
dapat memengaruhi konsentrasi dan partisipasi mereka dalam pembelajaran.
d. Beberapa peserta didik mungkin kurang memiliki akses terhadap sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai.
e. Materi pembelajaran mungkin tidak disesuaikan dengan gaya belajar atau
tingkat pemahaman peserta didik, sehingga sulit bagi mereka untuk
12
mengikuti.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan peneliti dalam merencanakan, menerapkan dan
mengevaluasi pembelajaran berbicara teks debat dengan menggunakan kartu
bicara pada teks debat?
2. Bagaimanakah kemampuan peserta didik kelas kontrol dan eksperimen dalam
berbicara teks debat?
3. Bagaimanakah kemampuan peserta didik, kelas eksperimen dalam
pembelajaran berbicara teks debat menggunakan metode Socrates berbantuan
media kartu bicara?
4. Bagaimanakah kemampuan peserta didik kelas kontrol dalam pembelajaran
berbicara teks debat menggunakan metode…
5. Bagaimanakah efektivitas metode Socrates dalam penggunaan kartu media
biacara ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang akan dicapai
sebagai berikut :
1. Menganalisis Efektivitas Metode Socrates berbantuan Media Kartu Bicara
2. Menilai Tingkat Keterlibatan Siswa dalam Diskusi Debat
3. Mengevaluasi Pemanfaatan Media Kartu Bicara dalam Pembelajaran
4. Mengukur Kemampuan Siswa dalam Mengembangkan Argumen
5. Mengidentifikasi Tantangan dan Kendala dalam Penerapan Metode
F. MANFAAT PENELITIAN
13
1. Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan tentang pembelajaran penguasaan teori
berbicara melalui penerapan metode socrates pada debat terhadap keterampilan
berbicara siswa didepan umum.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah pengalaman
sekaligus sebagai menambah pengetahuan tentang penerapan pembelajaran
penguasaan teori berbicara melalui metode debat terhadap kemapuan berbicara
siswa didepan umum.
b. Bagi Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah diharapkan dapat meningkatkan
mutu pembelajaran Bahasa Indonesia pada SMA Pasundan 7 Bandung terkait
dengan pengembangan keterampilan berbicara siswa dengan
pembelajaranpenguasaan teori berbicara melalui penerapan metode debat.
c. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah diharapkan dapat memberikan
masukan bahwa pembelajaran tentang penguasaan teori berbicara dan metode
socrates pada debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemapuan berbicara siswa didepan umum.
d. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah diharapkan dapat menambah
14
pengetahuan dan melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara
didepan umum melalui penguasaan teori berbicara dengan menggunakan
metode socrates
G. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam konteks penerapan metode Socrates berbantuan
media kartu bicara pada pembelajaran teks debat untuk siswa kelas X SMA 7
Pasundan dapat dirinci sebagai berikut:
1. Variabel:
- Variabel Utama: Kemampuan siswa dalam memahami, menganalisis, dan
menyampaikan argumen dalam teks debat.
- Variabel Pendukung: Efektivitas metode Socrates dan media kartu bicara
dalam meningkatkan partisipasi siswa dan penggunaan bahasa argumen.
2. Operasionalisasi:
- Kemampuan siswa dalam memahami teks debat diukur melalui tes tulis yang
mencakup pertanyaan-pertanyaan analitis tentang teks.
- Kemampuan siswa menyampaikan argumen diukur melalui observasi
partisipasi siswa dalam sesi debat.
- Efektivitas metode Socrates diukur melalui peningkatan aktifitas berpikir
kritis siswa dan partisipasi dalam diskusi kelas.
- Efektivitas media kartu bicara diukur melalui respons siswa terhadap
penggunaan kartu bicara dalam sesi debat.
3. Instrumen:
- Tes tulis yang dirancang khusus untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
teks debat.
- Daftar observasi untuk mencatat partisipasi siswa dalam sesi debat, termasuk
kemampuan menyampaikan argumen dengan jelas dan logis.
- Catatan aktivitas berpikir kritis siswa selama sesi metode Socrates.
15
- Kuesioner atau wawancara untuk mendapatkan respons siswa terhadap
penggunaan media kartu bicara.
4. Skala Pengukuran:
- Skala pengukuran untuk tes tulis dapat mencakup skor numerik atau rubrik
yang menggambarkan tingkat pemahaman siswa.
- Skala observasi untuk partisipasi siswa dalam sesi debat dapat mencakup
kategori seperti kejelasan argumen, persuasivitas, dan respons terhadap
argumen lawan.
- Skala pengukuran untuk aktivitas berpikir kritis dapat mencakup kategori-
kategori seperti analisis, evaluasi, dan sintesis.
- Skala respons siswa terhadap media kartu bicara dapat mencakup kategori
efektivitas, keterlibatan, dan kesiapan.
16
H. KAJIAN TEORI
Metode Socrates (470 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan
merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates
lahir di Athena dan merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar
Aristoteles. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenal karena keahliannya dalam
berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal
dari pengetahuan diri, dan manusia pada dasarnya adalah jujur, serta kejahatan
merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi
seseorang (Suyitno, 2009). Metode Socrates (Socrates Method) merupakan suatu
metode pembelajaran yang dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan
dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-
pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat menemukan jawabannya, saling
membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
sulit (Hatta, 1964).
Metode Socrates, atau disebut juga sebagai metode socrates atau socratic
questioning, merujuk pada suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
mengutamakan penggunaan pertanyaan-pertanyaan sebagai sarana untuk
merangsang pemikiran kritis, refleksi, dan dialog. Metode ini dikenal dengan
nama Socrates karena dipercaya berasal dari praktik-praktik pengajaran filsuf
Yunani kuno bernama Socrates.
17
2. METODE SOCRATES DALAM PEMBELAJARAN
1.Pertanyaan Terbuka:
- Guru menggunakan pertanyaan terbuka yang merangsang pemikiran kritis dan
memerlukan siswa untuk merenung dan merespon secara mendalam.
- Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir sendiri,
mengemukakan pendapat, dan merinci ide-ide mereka.
3. Pendekatan Maieutik:
- Maieutik adalah teknik yang digunakan Socrates yang dapat diterjemahkan
sebagai "bidan rohaniah." Guru bertindak sebagai fasilitator untuk membantu
siswa "melahirkan" ide-ide mereka sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan.
18
5. Fokus pada Proses, Bukan Hasil:
- Metode ini lebih menekankan pada proses pemikiran dan pemahaman daripada
pada jawaban akhir atau hasil tertentu.
- Guru memandang proses berpikir siswa sebagai tujuan utama pembelajaran.
8. Evaluasi Berkelanjutan:
- Evaluasi dalam Metode Socrates bersifat berkelanjutan dan lebih fokus pada
perkembangan pemikiran siswa daripada pada penilaian akhir.
- Guru dapat terus mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik untuk
membimbing pemahaman siswa.
19
3. PENGGUNAAN MEDIA KARTU BICARA DALAM PEMBELAJARAN
Kartu bicara adalah media atau alat bantu yang digunakan dalam konteks
pembelajaran untuk membantu penyampaian informasi atau pemikiran secara
terstruktur. Kartu bicara dapat berupa kartu kecil yang berisi poin-poin penting,
ide-ide utama, atau pertanyaan yang dapat digunakan oleh pemateri atau peserta
pembelajaran.
Kartu ini bertujuan membantu pembicara atau peserta pembelajaran agar lebih
terorganisir dan fokus dalam menyampaikan materi atau argumentasi.
3. Fleksibilitas Penggunaan:
- Kartu bicara dapat digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran, baik di
kelas, seminar, presentasi, atau diskusi kelompok.
- Fleksibilitas penggunaan kartu ini membuatnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan situasi pembelajaran tertentu.
20
4. Visualisasi:
- Kartu bicara dapat mencakup elemen visual seperti gambar, grafik, atau simbol
yang membantu memvisualisasikan informasi.
- Aspek visual ini dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman materi.
5. Organisasi Informasi:
- Kartu bicara membantu dalam organisasi informasi dengan merinci ide-ide
atau poin-poin penting secara jelas.
- Penggunaan kartu ini membantu pembicara atau peserta pembelajaran untuk
menyampaikan informasi secara terstruktur.
8. Dapat Dikostumisasi:
- Kartu bicara dapat disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan penggunanya.
- Pemateri atau peserta pembelajaran dapat menyesuaikan kartu bicara sesuai
dengan cara mereka mengingat dan menyampaikan informasi.
21
Penggunaan kartu bicara dapat memberikan bantuan yang signifikan dalam
memfasilitasi komunikasi siswa atau pembicara dan meningkatkan keterampilan
berbicara dalam konteks pembelajaran.
22
permainan kata, atau pemecahan masalah kelompok. Ini memberikan siswa
kesempatan untuk secara bebas menyampaikan ide dan berkontribusi pada proses
kreatif tanpa batasan struktural yang ketat.
23
diskusi kreatif. Dengan memberikan siswa pertanyaan atau pernyataan yang
menantang, mereka diharapkan untuk berpikir kreatif dan menyampaikan
pandangan mereka dengan cara yang inovatif.
1. Struktur Percakapan:
- Kartu bicara dapat membantu siswa membangun struktur dalam percakapan.
Misalnya, setiap kartu bisa mewakili langkah-langkah atau elemen penting dari
percakapan atau presentasi, membantu siswa menjaga urutan logis dalam
menyampaikan ide.
24
2. Pemformatan Ide:
- Menggunakan kartu bicara memungkinkan siswa untuk memformat ide
mereka dengan lebih teratur. Setiap kartu dapat berisi satu ide atau poin penting,
memudahkan siswa untuk mengorganisir dan menyampaikan informasi dengan
jelas.
3. Pembingkaian Topik:
- Kartu bicara dapat digunakan untuk membimbing siswa dalam pembingkaian
topik atau pembahasan. Setiap kartu mungkin berisi pertanyaan, argumen, atau
subtopik tertentu, membantu siswa menyampaikan pemikiran mereka dengan jelas
dan sesuai konteks.
4. Pengurangan Kecemasan:
- Bagi siswa yang mungkin merasa cemas atau gugup saat berbicara di depan
umum, kartu bicara dapat memberikan dukungan. Mereka dapat merasa lebih
percaya diri karena memiliki panduan tertulis yang membantu mereka menjalani
proses berbicara.
25
7. Peningkatan Keselarasan Argumentasi:
- Siswa dapat menggunakan kartu bicara untuk mengorganisir argumen mereka
dengan baik. Setiap kartu mungkin mencakup satu bagian dari argumen,
membantu siswa menyampaikan gagasan mereka dengan keselarasan dan struktur
yang baik.
8. Meningkatkan Fokus:
- Kartu bicara dapat membantu siswa tetap fokus pada pokok-pokok
pembicaraan. Dengan menulis poin-poin kunci pada kartu, siswa dapat
menghindari deviasi dari topik utama dan menjaga konsistensi dalam
penyampaian informasi.
Penting untuk dicatat bahwa efektivitas penggunaan kartu bicara akan bergantung
pada bagaimana siswa menggunakannya, serta bagaimana kartu tersebut
diintegrasikan ke dalam strategi pembelajaran dan aktivitas berbicara. Praktek
yang konsisten dan umpan balik konstruktif dari guru dapat membantu siswa
mengoptimalkan manfaat dari penggunaan kartu bicara.
26
4. PEMBELAJARAN TEKS DEBAT
Beberapa teori dasar debating yang sering menjadi dasar pembelajaran debat
melibatkan konsep-konsep berikut:
2. Argumen:
- Setiap pihak harus menyusun argumen yang kuat dan relevan untuk
mendukung posisi atau pandangan mereka terkait dengan resolusi.
Argumen-argumen ini harus didasarkan pada fakta, logika, dan analisis
yang mendalam.
3. Struktur Debat:
27
(conclusion). Setiap bagian memiliki tujuan tertentu dalam membangun
argumen.
- Gaya berbicara yang baik dan etika yang tepat adalah elemen penting
dalam debating. Pihak yang berdebat harus mampu menyampaikan
argumen mereka dengan jelas dan meyakinkan tanpa menggunakan
retorika yang merugikan.
6. Poin-Poin Penting:
b. STRUKTUR DEBAT
28
digunakan:
1. Pendahuluan (Introduction):
- Beberapa format debat melibatkan sesi tanya jawab di antara pihak-pihak yang
berdebat.
- Pihak yang berdebat secara aktif menolak atau membantah argumen lawan.
- Rebuttal harus didasarkan pada analisis yang cepat dan kritis terhadap
argumen lawan.
29
- Beberapa debat melibatkan pertanyaan dari penonton atau audiens.
7. Kesimpulan (Conclusion):
- Beberapa debat melibatkan penilaian atau keputusan dari juri atau penonton.
- Pihak yang memiliki argumen yang lebih kuat atau meyakinkan dapat
dianggap sebagai pemenang.
30
2. Pengorganisasian Argumen (Argument Organization):
- Mengajarkan siswa untuk menyusun argumen-argumen mereka dengan jelas
dan terstruktur, termasuk pendahuluan, tubuh debat, dan kesimpulan.
5. Crossfire:
- Mempersiapkan siswa untuk sesi tanya jawab atau pertukaran pendapat
langsung dengan lawan-lawan mereka, yang disebut sebagai "crossfire." Ini
melibatkan kemampuan mendengarkan dan merespons dengan cepat.
6. Flowing:
- Mempelajari teknik "flowing" atau mencatat argumen dan tanggapan selama
debat. Siswa belajar membuat catatan yang terstruktur untuk membantu mereka
menjaga jejak argumen selama perdebatan.
31
keterampilan analisis, keterampilan berbicara, dan kepatuhan terhadap aturan.
1. Keterampilan Berbicara:
- Debaters belajar untuk berbicara dengan jelas, efektif, dan meyakinkan. Ini
melibatkan pengembangan vokabulari, intonasi suara, serta penggunaan bahasa
tubuh yang mendukung.
2. Berpikir Kritis:
32
- Peserta debat diharapkan untuk merancang, mengevaluasi, dan
mempertahankan argumen dengan logika yang baik. Ini mengasah keterampilan
berpikir kritis dan analitis.
3. Penelitian:
- Siswa terlibat dalam mencari informasi dan fakta untuk mendukung argumen
mereka. Ini membantu pengembangan keterampilan penelitian yang efektif.
4. Keterampilan Analisis:
- Debaters harus mampu menganalisis argumen lawan dan menemukan
kelemahan dalam pendekatan lawan. Ini mengasah keterampilan analisis kritis.
5. Penguasaan Materi:
- Peserta debat harus memahami topik yang dibahas secara mendalam. Ini
mendorong pembelajaran mendalam tentang berbagai isu.
6. Keterampilan Mendengarkan:
- Debaters belajar untuk mendengarkan dengan cermat terhadap argumen lawan,
sehingga dapat merespons secara tepat dan efektif.
8. Keterampilan Debat:
- Siswa mempelajari keterampilan debat yang melibatkan pendahuluan,
penyampaian argumen, pembantahan, dan kesimpulan.
9. Etika Berbicara:
- Pembelajaran debat mendorong etika berbicara yang baik, termasuk
penggunaan bahasa yang sopan dan hormat terhadap pendapat lawan.
33
10. Kemampuan Kerjasama:
- Jika siswa berpartisipasi dalam debat tim, mereka belajar bekerja sama dalam
merencanakan strategi, menyusun argumen, dan merespons lawan.
a. PARTISIPASI AKTIF
Partisipasi aktif siswa memang diakui sebagai salah satu kunci utama untuk
meningkatkan pembelajaran. Konsep ini didukung oleh banyak penelitian,
termasuk yang diungkapkan dalam "Interactive Learning Environments:
Strategies and Techniques to Enhance Student Learning." Berikut adalah beberapa
alasan mengapa partisipasi aktif dianggap penting dalam pembelajaran:
1. Meningkatkan Keterlibatan
2. Memperkuat Pemahaman Konsep
3. Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Komunikasi
4. Mendorong Berpikir Kritis
5. Mengurangi Kejenuhan
6. Pemberdayaan Siswa
7. Peningkatan Retensi Informasi
8. Pembentukan Keterampilan Kolaboratif
9. Membangun Keterampilan Sosial
34
10.Mengakomodasi Gaya Pembelajaran Beragam
4. Penanaman Empati:
35
- Diskusi kelompok membuka pintu untuk pemahaman lebih baik terhadap
sudut pandang orang lain, meningkatkan empati, dan memperluas wawasan siswa.
6. Pemberdayaan Siswa:
- Kegiatan kolaboratif memberdayakan siswa untuk berkontribusi secara aktif
dalam proses pembelajaran. Mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap
kesuksesan kelompok.
Melibatkan siswa dalam kolaborasi dan diskusi kelompok adalah cara efektif
untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang interaktif, meningkatkan
keterampilan berbicara, dan mempromosikan pemikiran kritis dan sosial.
36
2. Pembelajaran Kontekstual:
- Melalui penugasan berbasis proyek, siswa belajar dalam konteks nyata dan
terkait dengan dunia nyata. Ini memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan
relevan.
37
8. Pemahaman yang Lebih Mendalam:
- Melalui penerapan konsep dalam konteks proyek, siswa memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam dan mempertahankan informasi dengan lebih
baik.
1. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri siswa adalah faktor kunci yang memengaruhi keterampilan
berbicara. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi lebih mungkin untuk berpartisipasi aktif dalam
diskusi kelas, menyampaikan presentasi, dan berbicara di depan umum. Faktor-
38
faktor seperti dukungan guru, umpan balik positif, dan kesempatan untuk berlatih
dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa.
2. Penggunaan Bahasa
Keterampilan berbicara siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan mereka
menggunakan bahasa dengan baik. Kemampuan berkomunikasi secara efektif,
penggunaan kosakata yang tepat, dan pemahaman tata bahasa yang baik semuanya
berperan dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Guru yang memberikan
panduan terstruktur dan umpan balik terkait penggunaan bahasa dapat
berkontribusi pada pengembangan keterampilan ini.
3. Kreativitas Guru
- Pendekatan kreatif guru dalam mengajar dan merancang aktivitas
pembelajaran dapat memengaruhi keterampilan berbicara siswa. Menurut
penelitian, penggunaan metode yang inovatif, permainan peran, dan proyek-
proyek kreatif dapat merangsang kreativitas siswa dalam berbicara. Guru yang
menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik dan mendukung juga dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk berbicara.
4. Pengalaman Berbicara
Pengalaman praktik dan berbicara secara teratur juga dapat memengaruhi
keterampilan berbicara siswa. Siswa yang memiliki lebih banyak kesempatan
untuk berbicara, baik dalam diskusi kelas, presentasi, atau kegiatan
ekstrakurikuler,
39
berbicara siswa. Lingkungan keluarga yang mendukung, memberikan kesempatan
untuk berbicara, dan memotivasi anak untuk berpartisipasi dalam percakapan
dapat memengaruhi perkembangan keterampilan berbicara. Selain itu, interaksi
dengan masyarakat dan kesempatan untuk berbicara di luar kelas juga dapat
berkontribusi pada perkembangan keterampilan komunikasi.
7. Motivasi Siswa
- Tingkat motivasi siswa juga dapat memengaruhi keterampilan berbicara
mereka. Siswa yang merasa termotivasi untuk berbicara, menyampaikan pendapat,
dan berpartisipasi dalam kegiatan berbicara lebih mungkin mengembangkan
keterampilan komunikasi yang kuat.
Menyelidiki penelitian dan literatur dalam area ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor ini saling berinteraksi dan
bagaimana mereka dapat diintervensi untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa.
7. PENGUKURAN KEBERHASILAN
40
Pengukuran keberhasilan pembelajaran, khususnya dalam konteks peningkatan
keterampilan berbicara siswa, melibatkan pemilihan indikator keberhasilan dan
alat evaluasi yang relevan. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dijelajahi
dalam tinjauan literatur:
1. Indikator Keberhasilan
- Mengeksplorasi literatur untuk mengidentifikasi indikator keberhasilan dalam
peningkatan keterampilan berbicara siswa. Ini dapat mencakup aspek-aspek
seperti peningkatan kepercayaan diri, kemampuan menyusun argumen yang kuat,
kelancaran berbicara, dan partisipasi aktif dalam diskusi. Studi empiris yang telah
mengidentifikasi indikator ini secara spesifik dapat memberikan landasan untuk
evaluasi.
2. Alat Evaluasi
- Memeriksa literatur untuk melihat berbagai alat evaluasi yang telah digunakan
dalam mengukur keterampilan berbicara siswa. Ini bisa termasuk rubrik penilaian,
skala penilaian, atau formulir evaluasi. Melihat keefektifan dan validitas alat-alat
evaluasi ini dalam konteks pembelajaran keterampilan berbicara adalah bagian
penting dari peninjauan literatur.
3. Penelitian Empiris
- Mencari penelitian empiris yang telah menyelidiki metode pengukuran
keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Penelitian tersebut dapat
memberikan wawasan tentang bagaimana indikator keberhasilan diidentifikasi dan
diukur, serta memberikan pemahaman tentang efektivitas alat evaluasi yang
digunakan.
41
efektif dalam memfasilitasi peningkatan keterampilan berbicara dapat
memberikan wawasan praktis bagi pendidik.
5. Pemantauan Kemajuan
- Mengeksplorasi literatur tentang metode pemantauan kemajuan dalam
pembelajaran keterampilan berbicara. Pemantauan ini dapat mencakup evaluasi
berkala, portofolio, atau catatan perkembangan siswa. Menilai efektivitas metode-
metode ini dan bagaimana mereka dapat digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan pembelajaran adalah fokus yang relevan.
42
I. KERANGKA PEMIKIRAN
43
J. HIPOTESIS DAN ASUMSI
44
1. ASUMSI
Asumsi dari latar belakang di atas dapat melibatkan beberapa anggapan atau
keyakinan dasar yang menjadi dasar dari pemikiran dan pernyataan dalam
penelitian. Berikut beberapa asumsi yang mungkin terkandung:
45
2. HIPOTESIS
a. Peneliti yang memiliki pengetahuan mendalam tentang teks debat dan
penggunaan kartu bicara dapat merencanakan, menerapkan, dan
mengevaluasi pembelajaran berbicara teks debat dengan lebih efektif
dibandingkan dengan peneliti yang kurang berpengalaman.
b. Peserta didik dalam kelas eksperimen, yang menerima pembelajaran
berbicara teks debat dengan menggunakan kartu bicara, diperkirakan akan
menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara dibandingkan dengan
peserta didik dalam kelas kontrol yang tidak menggunakan metode
tersebut.
c. Peserta didik dalam kelas eksperimen yang menggunakan metode Socrates
berbantuan media kartu bicara diperkirakan akan menunjukkan
peningkatan kemampuan berbicara teks debat yang lebih signifikan
daripada peserta didik dalam kelas kontrol yang tidak menerapkan metode
ini.
d. Peserta didik dalam kelas kontrol yang menerima pembelajaran berbicara
teks debat dengan metode Socrates diperkirakan akan menunjukkan
peningkatan kemampuan berbicara, tetapi peningkatan ini mungkin tidak
sebesar peserta didik dalam kelas eksperimen dengan metode Socrates dan
kartu bicara.
Hipotesis-hipotesis ini sebaiknya dirancang berdasarkan teori pendidikan, literatur
terkait, dan pemahaman mendalam tentang variabel-variabel yang terlibat dalam
pembelajaran berbicara teks debat dengan metode yang disebutkan. Selain itu,
hipotesis-hipotesis ini dapat diuji melalui penelitian empiris untuk
mengidentifikasi sejauh mana efektivitas metode pembelajaran yang
diimplementasikan.
K. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini saya menggunakan metode kuantitatif yang mana metode ini
46
adalah metode penelitian yang menggunakan pendekatan sistematis dan
mengumpulkan data berupa angka atau variabel numerik. Pendekatan ini
bertujuan untuk mengukur fenomena, menganalisis hubungan antarvariabel, dan
menguji hipotesis dengan menggunakan teknik statistik. Metode kuantitatif
umumnya terfokus pada objektivitas dan reproduktibilitas hasil
penelitian.Beberapa ciri utama dari metode kuantitatif melibatkan pengumpulan
data dalam bentuk numerik, analisis statistik, dan penggunaan teknik pengukuran
yang terstandar. Metode ini sering digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang berkaitan dengan seberapa besar, seberapa sering, atau sejauh
mana suatu fenomena terjadi.
a. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian dalam konteks ini adalah siswa kelas X di SMA 7 Pasundan
yang mengalami masalah dalam keterampilan berbicara, terutama dari segi
kepercayaan diri, kebahasaan, dan nonkebahasaan. Penelitian ini akan berfokus
pada upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan
metode pembelajaran Socrates, khususnya dalam konteks debat.
b. OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian dalam konteks ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas X di
SMA 7 Pasundan. Penelitian akan mengeksplorasi masalah-masalah yang
dihadapi siswa dalam keterampilan berbicara, seperti rendahnya kepercayaan diri,
kendala kebahasaan, dan kekurangan dalam aspek nonkebahasaan. Selanjutnya,
penelitian akan mencoba mengatasi masalah-masalah tersebut dengan menerapkan
metode pembelajaran Socrates, khususnya dalam konteks debat.
Dengan fokus pada objek penelitian ini, diharapkan penelitian dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang kondisi keterampilan berbicara siswa dan
efektivitas metode pembelajaran Socrates dalam meningkatkan keterampilan
47
berbicara mereka.
Studi lapangan dan dokumentasi adalah dua teknik pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi yang komprehensif dan
akurat. Berikut adalah narasi tentang teknik pengumpulan data menggunakan
studi lapangan dan dokumentasi:
Melalui integrasi kedua teknik ini, kami dapat merangkul keragaman perspektif
48
dan memastikan keakuratan serta validitas temuan penelitian. Studi lapangan
memberikan dimensi manusiawi dan kontekstual, sementara dokumentasi
memberikan konfirmasi dan dukungan dari sumber-sumber tertulis yang relevan.
Kombinasi teknik ini memperkaya analisis data dan menghasilkan pemahaman
yang lebih komprehensif terhadap fenomena yang diteliti.
Penyajian Data:
a. Penyajian data melibatkan cara data disajikan agar mudah dipahami dan
diinterpretasikan oleh pembaca atau pemirsa.
b. Langkah-langkah:
- Pembuatan tabel, grafik, atau diagram yang sesuai.
- Penggunaan metode penyajian yang relevan dengan jenis data (misalnya,
histogram untuk data numerik).
c. Tujuan: Menyajikan informasi dengan cara yang jelas dan mudah dipahami.
49
b. Langkah-langkah
- Verifikasi keaslian sumber data.
- Memastikan konsistensi temuan dengan data dari sumber atau metode lain
(triangulasi).
c. Tujuan: Menjamin bahwa data dapat dipercaya dan hasil penelitian dapat
diandalkan.
Kebergantungan:
a. Mengidentifikasi dan mengukur sejauh mana data dipengaruhi oleh variabel
atau faktor lain.
b. Langkah-langkah
- Analisis korelasi atau regresi untuk mengukur hubungan antar variabel.
- Mengidentifikasi variabel pihak ketiga yang dapat memengaruhi hasil.
c. Tujuan: Mengetahui sejauh mana variabel-variabel tertentu mempengaruhi
hasil atau temuan.
Kepastian:
a. Mengukur seberapa pasti atau tidak pastinya suatu temuan atau hasil
penelitian.
b. Langkah-langkah:
- Penggunaan interval kepercayaan untuk mengukur rentang pasti suatu
estimasi.
- Mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor ketidakpastian.
c. Tujuan: Memberikan informasi tentang tingkat kepastian atau ketidakpastian
dalam temuan penelitian.
Kombinasi metode ini dapat membantu memastikan bahwa data dianalisis secara
cermat dan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
50
O. PROSEDUR PENELITIAN
Adapun prosedur pelaksanaan dari penelitian ini secara keseluruhan dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan memberikan latar belakang penelitian ini dengan terlebih dahulu
mengungkapkan beberapa data, kemudian menjelaskan tujuan dan maksud dari
ditemukannya rumusan masalah yang dicari.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan penelitian yaitu membahas suatu masalah yang di ambil dan
mengaanalisiskan bangunan tersebut untuk menjadikan suatu kesimpulan yang
jelas dan baik
51
BAB V : KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan akhir dari penelitian yang dilakukan dan menghasilkan
informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
P. JADWAL PENELITIAN
Pelaksanaan
Desember Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan
2023 2024 2024 2024 2024 2024
Pengajuan judul
Menyusun proposal
Seminar proposal
Revisi proposal
Menyusun
instrumen
penelitian
Mengurus surat
izin
Pelaksanaan
penelitian
Pengolahan data
Menyusunan laporan
hasil penelitian
52
DAFTARPUSTAKA
Ar-Ruzz Media.
Huda, M., & Riyanto, Y. (2019). Pendidikan Karakter Berbasis Metode Socratic
Paul, R., & Elder, L. (2006). Critical Thinking: The Nature of Critical and
Fisher, A., & Scriven, M. (1997). Critical Thinking: Its Definition and
Paul, R., & Elder, L. (2008). Critical Thinking: The Nature of Critical and
53
Llano, S. (2004). Learning to Debate: A Proven Guide for Debaters, Coaches,
and Judges.
Bond, B., & Exley, Z. (2016). Rules for Revolutionaries: How Big Organizing
National Association for Urban Debate Leagues (NAUDL). (2018). Public Forum
Debate Handbook.
College Faculty.
Literature Review.
Participation.
NAUDL (National Association for Urban Debate Leagues). (2016). Public Forum
Debate.
New York City Urban Debate League. (2014). NYCUDL Urban Debate Manual.
54
LAMPIRAN
55