Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIK

PROGRAM PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN


PROVINSI DKI JAKARTA

DISUSUN OLEH :
NAMA : ADINDA CANTIKA MAHARANI
NIM : 857154711
PRODI : PGSD – S1
UPBJJ -UT : JAKARTA
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATERI KULIAH :PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
TUTOR Dra Sri Lestari.M.Pd
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas rahmat dan karunianya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiata berwawasan pembelajaran ini
dengan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam laporan
penulisan praktik pembelajaran berwawasan kemasyarakatan ini,karena keterbatasan yang
dimiliki oleh penulis ,oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca berkenan memberikan
kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan ini.
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan dan bimbingan serta memotivasi sehingga penulis bisa
menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan ucapkan terima kasih
disampaikan kepada :
1. Adi Irvansyah, S.Pd.,M.Pd. Sebagai Tutor mata kuliah pembelajaran berwawasan
kemasyarakatan yang telah membimbing dan memberi masukan pada kuliah dan
laporan ini .
2. Ibu DAMARIYAH, selaku ketua RT 01 yang memberikan izin dan memberikan
masukan selama praktek program pembinaan keaksaraan
3. Segenap pengelolaan Pokjar Tarumajaya UPBJJ JAKARTA
4. Seluruh keluargaku yang telah banyak motivasi dan saran sehingga laporan ini
selesai dengan baik
5. Seluruh Rekan-rekan mahasiswa UT Pokjar Tarumajaya yang telah memberikan
motivasi dan saran.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia nya untuk kita semua. Amin.

Jakarta , Oktober 2022


Penulis

ADINDA CANTIKA MAHARANI


NIM : 857154711
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................4
A.Latar Belakang................................................................................................................................4
B.Tujuan penyelenggaraan kegiatan Pendidikan keaksaraan...........................................................4
C.RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................................5
1.Apa yang dimaksud dengan buta aksara........................................................................................5
2.Faktor penyebab terjadinya buta aksara........................................................................................6
3.Cara Pemberantasan Buta Aksara..................................................................................................8
BAB III..............................................................................................................................................12
A.Kesimpulan...................................................................................................................................12
B.Saran............................................................................................................................................12
C.Tindak lanjut.................................................................................................................................12
Lampiran – lampiran........................................................................................................................13
Format identifikasi kebutuhan kegiatan Pendidikan keaksaraan.....................................................13
FOTO – FOTO KEGIATAN..................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keaksaraan merupakan hal atau keadaan mengenai aksara yang meliputi
membaca,menulis,berhitung dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan
seseorang untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi nya sehingga dapat
meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.sementara itu,yang dimaksud dengan
Pendidikan keaksaran adalah usaha untuk membimbing dan membelajarkan pengetahuan
mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya.
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya
buta huruf dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung(baca,tulis,dan berhitung).Melalui
program Pendidikan dari masyarakat dari praktik kuliah mata kuliah pembelajaran
berwawasan kemasyarakatan ,penulis melakukan penelitian yang meliputi bimbingan warga
belajar (WB).Adapun substansi yang menjadi objek penelitian adalah kegiataan Pendidikan
keaksaraan bidang bimbingan belajar mengenal kosa kata huruf .Hal ini dilakukan karena
masih banyak para orangtua yang usia nya masih muda dan tua belum mengerti huruf .Dan
rendahnya Pendidikan formal mereka yang rata-rata hanya mengemban Pendidikan sampai
lulus SD saja.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan sebagai mahasiswa lulusan S1 PGSD
dibidang sosial,diperlukan peran aktif mahasiswa pada saat mengikuti perkuliahan untuk
dapat berkiprah ditengah tengah masyarakat . Dengan kegiatan ini diharapkan dan
menumbuhkan dan menambah wawasan dalam bidang bimbingan belajar .
B.Tujuan penyelenggaraan kegiatan Pendidikan keaksaraan
Salah satu peran serta mahasiswa dalam rangka ikut berpastisipasi dalam
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dibidang Pendidikan
khususnya serta peningkatan mendidik masyarakat .Melalui kegiatan ini diharapkan dapat :
1.untuk memahami cara memberantas buta aksara.
2.Agar masyarakat memiliki kemampuan membaca , menulis , berhitung.
C.Hasil kegiatan secara umum
Setelah dilatih selama tujuh hari sekitar 90% dari anggota sudah sesuai dengan apa
yang diharapkan dan hasilnya cukup memuaskan,mereka benar benar berusaha untuk dapat
menguasai keterampilan dan tidak ada rasa putus asa di diri mereka.Dalam laporan ini
rumusan hasil yang hendak adalah sebagai berikut :
1.Peran aktif Pendidikan dalam meningkatkan kemampuan mengenal huruf meningkat
2.peran aktif dalam mengenal berhitung sudah meningkat
3.peran aktif dalam mengenal kemampuan membaca sudah meningkat
C.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan buta aksara ?
2. Apa yang menjadi factor factor penyebab buta aksara dan bagaimana cara
mengatasi aksara ?

BAB II
PEMBAHASAN
1.Apa yang dimaksud dengan buta aksara
Buta aksara terdiri dari dua kata yakni buta dan aksara. Buta diartikan sebagai tidak
dapat melihat, mengenali sesuatu dalam bentuk dan warna dengan cara melihat. Sedangkan
aksara adalah sistem tanda grafis atau sistem tulisan yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi. Dengan sistem tulisan ini, manusia dapat menyimpan kekayaan akal budinya
serta mengingat berbagai peristiwa. Karena daya ingat manusia terbatas, dapat dikatakan
bahwa tulisan memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pencatatan sejarah dan
berbagai macam peristiwa dalam kehidupan manusia. Tanda-tanda grafis yang digunakan
untuk pencatatan tersebut adalah huruf.
Aksara dapat terdiri dari huruf-huruf, angka dan aksara khusus. Aksara yang meliputi
huruf-huruf adalah:
a. ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
b. Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
c. Aksara yang meliputi angka-angka ialah: 0123456789, dan
d. Aksara khusus yakni +:-*/()=,.’[]<>;{}
UNESCO mendefinisikan bahwa buta aksara adalah:
“ability to identify, understand, interpret, create, communicate and compute, using
printed and written materials associated with varying contexts. Literacy involves a
continuum of learning in enabling individuals to achieve their goals, to develop their
knowledge and potential, and to participate fully in their community and wider society”.

Artinya: kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat,


berkomunikasi dan menghitung, menggunakan material tercetak dan tertulis terkait dengan
konteks yang bervariasi. Literasi melibatkan kontinum belajar dalam memungkinkan
individu untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi
mereka, dan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitas mereka dan masyarakat
yang lebih luas.
2.Faktor penyebab terjadinya buta aksara
Beberapa penyebab buta aksara dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kemiskinan penduduk.
Sejak lama, kemiskinan, buta aksara, ketertinggalan dan keterbelakangan, serta
ketidakberdayaan masyarakat, memang sudah menjadi bagian dari masalah sosial yang
kompleks dan multidimensional.
Adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan hingga saat ini sangat mempengaruhi usaha
pemerintah dan masyarakat untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun. Banyak anak Indonesia yang terancam buta aksara, yang diakibatkan oleh faktor
kemiskinan dan ekonomi keluarga.
b. Putus sekolah dasar (SD)
Ancaman besar lain yang selalu menghantui dan menjadi penyebab timbulnya calon – calon
buta aksara adalah masih besarnya anak – anak SD/MI yang putus sekolah. Belum lagi anak
– anak yang belum memiliki kesempatan masuk sekolah dikarenakan berbagai hal, misalnya
karena orang tua dan keluarganya tidak mampu.
c. Drop out program PLS
Salah satu yang kurang diperhatikan penyebab terjadinya buta aksara di Indonesia adalah
DO program PLS yang selama ini dilaksanakan baik melalui program Paket A, yang dibiayai
proyek OBAMA, UNICEF, PPLS, Pemda dan lainya yang tidak diperhitungkan angka DO-nya,
termasuk Paket A setara dengan SD dan Paket B setara SLTP.
d. Kondisi sosial masyarakat
1) Kesehatan dan gizi masyarakat.
Kondisi kesehatan dan gizi masyarakat yang kurang baik, jika tidak diperhatikan dengan
seksama akan berpengaruh pada menurunya angka partisipasi sekolah, terutama pada
tingkat sekolah dasar.
2) Demografis dan geografis
Dilihat dari segi demografis dan geografis bagian terbesar dari jumlah penduduk tinggal di
pedesaan, sekitar 70-80% penduduk dunia terutama di Negara-negara miskin dan yang
sedang berkembang termasuk Indonesia bermukim di pedesaan. Tenaga pendidik masih
sangat kurang karena sebagian penduduk pedesaan berpendidikan rendah.
3) Aspek sosiologis.
Ditinjau dari segi sosiologis, sebagian besar masyarakat kita beranggapan bahwa harkat dan
martabat seseorang akan meningkat apabila memiliki “ijazah” yang diperoleh melalui jalur
pendidikan formal, dengan orientasi ingin menjadi pegawai negeri atau bekerja di
perusahaan – perusahaan atau bekerja pada sektor – sektor formal.
4) Issue gender.
Jika ditinjau dari isu gender, berbagai pendapat menyatakan keberatan yang dinyatakan
dengan terus terang maupun hanya sekedar menggerutu di belakang. Pendapat ini tidak
sekedar di kalangan aktivis pembangunan, tetapi juga di kalangan orang – orang yang
berkecimpung di bidang pengembangan masyarakat utamanya di bidang pendidikan. Isu
yang berkembang tahun – tahun belakangan ini yaitu adanya pola hubungan pembagian
peran dan tugas antara laki – laki dan perempuan yang seimbang, setara dan saling
melengkap
e. Penyebab struktural
1) Skala makro
Secara struktural pengambilan kebijakan diberbagai level dan bidang, termasuk bidang
pendidikan didominasi oleh laki – laki dibanding perempuan, sehingga keputusan yang
dihasilkan pun adalah berdasarkan kacamata (kepentingan) laki – laki.
2) Skala Mikro
Dalam skala keluarga misalnya, hampir semua keputusan yang berkaitan dengan keuangan,
akan didominasi oleh figur laki – laki (ayah), termasuk keputusan pembiayaan pendidikan
bagi anak – anaknya.
3) Aspek kebijakan
Masalah klasik lainya adalah program – program yang diluncurkan oleh pemerintah
termasuk pendidikan, masih belum seluruhnya berpihak untuk kepentingan pengentasan
bagi masyarakat yang memerlukannya. Banyak program – program pendidikan yang hanya
bersifat “tawaran” dari atas yang belum tentu masyarakat membutuhkannya. Hal ini pun
terjadi pada program pendidikan keaksaraan atau pemberantasan buta aksara, sehingga
warga belajar yang menjadi sasaran didiknya tidak memiliki rasa tanggung jawab (sense of
responsibility) untuk mensukseskannya, karena bukan berangkat dari apa yang dibutuhkan
Dari beberapa faktor di atas, kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang
menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk
mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Faktor struktural juga merupakan faktor cukup memiliki andil dalam
menciptakan masyarakat buta huruf karena layanan pendidikan yang jauh juga menjadi
faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah
terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka yang
di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak
rumahnya dengan sekolah sangat jauh. Selain itu orang tua menganggap bahwa sekolah itu
tidak penting.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan
lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak,
berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka
untuk mengemis atau ngamen di jalan.

3.Cara Pemberantasan Buta Aksara


Pelaku atau subyek dari Pengembangan Masyarakat salah satunya adalah
pemerintah. Program Pengembangan Masyarakat dari pemerintah merupakan program
yang sudah terencana secara khusus sebagai indikator keberhasilan suatu program
pemerintahan. Oleh karena itu, Pengembangan Masyarakat di sini adalah sesuatu hal yang
telah terencana sejak awal. Salah satu program Pengembangan Masyarakat oleh
pemerintah adalah pemberantasan buta aksara atau biasa disebut dengan buta huruf.
Dari sebuah surat kabar menginformasikan bahwa kondisi penduduk dunia yang 861 juta
diantaranya masih mengalami buta huruf atau buta aksara. Ironisnya, 15,04 juta
diantaranya berada di Indonesia. Hal ini sempat membuat sejumlah badan dunia seperti
UNESCO, UNICEF, WHO, World Bank dan Human Right Watch sangat prihatin dengan
kondisi seperti ini. Pasalnya, masalah buta huruf atau buta aksara sangat terkait dengan
kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan ketidakberdayaan masyarakat. Atas dasar
inilah badan-badan internasional gencar mengkampanyekan dan mensosialisasikan
pentingnya pemberantasan buta aksara di dunia khususnya negara seperti Indonesia.
Kondisi yang demikian menuntut terciptanya individu-individu yang tidak hanya mampu
beradaptasi, akan tetapi juga dapat berperan penting di dalamnya. Untuk itu, kita harus
sadar bahwa pemberantasan buta huruf merupakan tanggung jawab bersama. Dalam hal ini
pemerintah, lembaga pendidikan, LSM, dan masyarakat harus mempunyai kemauan untuk
keluar dari lingkaran buta huruf yang menyengsarakan. Upaya penanggulangan
kemungkinan buta huruf dapat dilakukan sejak dini yaitu dengan sekolah. Melalui bangku
sekolah, anak dapat belajar untuk membaca agar nantinya tidak menambah daftar panjang
permasalahan di Indonesia melalui penambahan angka penyandang buta aksara.
Berdasarkan sebuah penelitian, orang-orang yang menyandang buta aksara lebih tertinggal
dan lebih terbelakang daripada orang-orang yang pandai dan bisa membaca. Oleh karena
itu, apabila masyarakat suatu bangsa makin tertinggal dari bangsa lain, maka bisa dikatakan
pembangunan negara tersebut juga masih tertinggal dari negara lain. Buta aksara yang ada
di Indonesia sebenarnya telah ada sejak zaman penjajahan. Dari pihak negara penjajah
memang telah disengaja agar rakyat Indonesia menjadi lebih terbelakang dan bodoh-bodoh
agar nantinya tidak merugikan mereka yang menjajah. Pada masa tersebut, tidak ada
sekolah untuk rakyat yang bukan keturunan “ningrat”, sehingga rakyat Indonesia yang
miskin sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan terjadilah buta
aksara. Hal ini sama sekali tidak menguntungkan rakyat Indonesia sendiri, karena
menjadikan penjajah makin lama menduduki Indonesia.
Menurut pengamat sosial kemasyarakat Universitas Sebelas Maret, Prof Dr Sodiq A Kuntoro
menegaskan disamping faktor kemiskinan baik struktural dan absolut, penyebab buta aksara
juga dipengaruhi oleh masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Maka Untuk
Memberantas Buta Aksara kita Harus tahu Metode Dan Upaya pemerintah Pemberantasan
Buta Aksara serta kendala Yang akan dihadapi adalah Sebagai Berikut :

a. Metode yang Digunakan dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara Melalui


Pendekatan Pengembangan Masyarakat
Pemberantasan buta aksara tidak dapat langsung dilaksanakan. Namun memerlukan waktu
dan perancangan program yang tepat. Dalam Pengembangan Masyarakat, program
biasanya dikembangkan untuk menyediakan pelayanan sosial yang secara langsung
menyentuh klien atau sasaran perubahan. Dalam kasus pemberantasan buta aksara ini,
perancangan program dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Merumuskan nama program atau intervensi. Nama program bisa mengacu pada tujuan
umum (goal) program yang berfungsi memberikan fokus pada rencana atau usaha
perubahan, serta pedoman bagi maksud atau alasan-alasan mengapa program
Pengembangan Masyarakat perlu dilakukan.
2. Menyatakan tujuan-tujuan hasil. Menjelaskan hasil-hasil yang ingin dicapai sebuah
program secara terukur dalam kurun waktu tertentu dan dengan indikator atau ukuran yang
ditetapkan. Misal: menetapkan kerangka waktu, mendefinisikan populasi sasaran,
merumuskan hasil yang ingin dicapai, menyatakan indikator atau kriteria untuk mengukur
pencapaian hasil.
3. Menyatakan tujuan-tujuan proses. Misal: menetapkan kerangka waktu bagi proses
pencapaian tujuan, mendefinisikan populasi sasaran, merumuskan hasil dari proses
pencapaian tujuan, menyatakan indikator atau kriteria yang dapat dijadikan dokumen
4. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Membuat format kegiatan-
kegiatan untuk memudahkan pemantauan (monitoring), merumuskan kegiatan atau tugas
yang harus selesai dilakukan untuk mencapai tujuan.
5. Mengembangkan rencana aksi. Merancang manajemen logistik, memilih dan melatih
para partisipan.
6. Memonitor proses kegiatan. Memonitor kegiatan-kegiatan teknis, memonitor
kegiatan-kegiatan interpersonal.
7. Mengevaluasi hasil intervensi. Membuat laporan-laporan evaluasi secara periodik
berdasarkan hasil monitoring.

b. Upaya Pemerintah untuk Memberantas Buta Aksara di Indonesia


Indonesia dapat dikatakan Negara yang tergolong cepat dalam pemberantasan buta aksara.
Bahkan hal ini telah diakui oleh badan-badan dunia seperti UNESCO, UNICEF, serta WHO.
Hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi pemerintah Indonesia khususnya. Oleh
karena itu, setiap tahunnya pemerintah mempunyai target sendiri dalam upaya
memberantas buta aksara. Pada tahun 2009 ini, pemerintah mentargetkan penurunan
angka buta aksara sebanyak 5% dari tahun 2008.
Akan tetapi, pada dasarnya agak susah memang untuk dapat memberantas buta aksara
secara tuntas karena buta aksara yang masih tersisa merupakan kelompok yang paling sulit
diberantas. Sebab, sebagian besar dari mereka berusia di atas 44 tahun yang umumnya
berasal keluarga kurang mampu, penglihatannya sudah terganggu dan kebanyakan tinggal
di daerah terpencil.
Pemerintah tidak dapat hanya tinggal diam dengan keadaan seperti ini. Tingkat buta aksara
di Indonesia yang masih tergolong tinggi akan mengakibatkan kurang produktifnya
masyarakat, sehingga dapat dikatakan, hal ini digunakan sebagai indikator keberhasilan
Pengembangan Masyarakat. Oleh karena itu, upaya pemerintah sangatlah kuat dalam upaya
pemberantasan buta aksara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi:
1. Pemerintah Indonesia mengalokasikan dana sebesar Rp 600 miliar pada tahun 2007
untuk program pemberantasan buta aksara. Dan jumlah dana ini berbeda tiap tahunnya.
2. Pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah beserta ormas-ormas lain
untuk keberhasilan pelaksanaan program ini agar angka buta aksara di Indonesia dapat
berkurang semaksimal mungkin. Diharapkan dengan adanya bantuan dari ormas lain, angka
buta aksara dapat berkurang lebih cepat dan lebih terarah.
3. Pemerintah dapat bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana upaya
pemberantasan buta aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya oleh mahasiswa.
Hal ini dikarenakan: (pertama) para mahasiswa dapat dijadikan sebagai tutor yang telah
mempunyai bekal kemampuan akademis dan usia yang masih muda sehingga mempunyai
idealisme yang tinggi dalam rangka pencapaian tugas yang akan dibebankan. (kedua)
mahasiswa akan lebih intens bertemu dengan warga belajar karena berada di lingkungan
warga belajar. (ketiga) dengan pendekatan ini diharapkan waktu untuk pemberantasan akan
empat kali lebih cepat dibanding dengan yang ditangani oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan organisasi lain. (keempat) adanya sebuah fakta bahwa nilai mahasiswa
di mata masyarakat masih sangat tinggi sehingga diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap program ini juga meningkat.
4. Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara.
5. Pemerintah menerapkan strategi untuk pemberantasan buta aksara seperti yang
diusulkan oleh UNESCO, yaitu (pertama) pemetaan jumlah penyandang buta aksara secara
tepat. (kedua) perluasan informasi dan sosialisasi pentingnya melek aksara. (ketiga)
pemberdayaan sekolah formal dan nonformal bekerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat (LSM). (keempat) program pendidikan membaca secara inovatif melalui
kegiatan di luar sekolah. (kelima) menjalin kemitraan dengan UNESCO.
Contoh nyata upaya pemerintah dalam program pengentasan buta aksara ini antara lain
pada tahun 2005, Depdiknas telah menyusun Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan
Nasional; (Renstra Depdiknas) untuk tahun 2005 -2009 yang menitik beratkan kepada
terwujudnya kehidupan masyarakat, Bangsa dan Negara yang aman, bersatu, rukun dan
damai, terwujudanya masyarakat Bangsa dan Negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan dan hak asasi manusia serta terwujudnya perekonomian yang ampuh
menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi
yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan, yang dilandasi keimanan, ketaqwaan
dan akhlak mulia.
Guna mewujudkan itu, Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2006 sampai 2009 ini telah
menetapkan 3 pilar kebijakan pembangunan pendidikan agar setiap pengambil keputusan
dan operator pendidikan di pusat maupun daerah memiliki komitmen bersama tentang
pemerataan dan perluasan akses yang diarahkan pada upaya memperluas daya tampung
satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang
sama bagi semua peserta didik dari golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial,
ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi
fisik. Kebijakan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia agar
dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka pemenuhan hak warga Negara terhadap
pendidikan.
Dari contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan sangatlah diutamakan, demi
terwujudnya esensi dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sangat jelas di sini bahwa Pemerintah Indonesia sangat
menjunjung tinggi pendidikan dan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui upaya pengentasan buta aksara, mulai dari Wajib Belajar 9 tahun hingga
sekolah gratis dan program pemberantasan buta aksara yang diperuntukkan warga yang
bukan anak-anak lagi.
Namun Pemberantasan buta aksara tidak lagi cukup pada membuat warga yang belum
melek huruf mampu membaca dan menulis. Program itu mesti diarahkan dan diintegrasikan
untuk memberdayakan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Upaya pemberantasan buta
aksara diintegrasikan juga untuk membuat warga berdaya dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan kehidupan berbangsa. Tantangan sekarang bukan sekadar buta aksara hilang,
tapi membuat warga berdaya untuk memperbaiki taraf hidup.
Pemerintah telah menetapkan fokus pemberantasan buta aksara. Fokus pemberantasan
buta aksara tersebut terutama di daerah transmigrasi, pesisir, sekitar hutan, dan kepulauan.
Selain itu, sasaran juga diperkuat bagi masyarakat perbatasan, masyarakat perkotaan yang
belum terlayani, santri/pesantren tradisional, serta komunitas adat terpencil. Hal ini
dikarenakan, masyarakat yang tinggal di daerah ini belum mampu secara ekonomi untuk
menuntaskan belajar formal mereka, serta kurangnya tenaga pengajar yang ada di daerah
ini.
Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks
pembangunan manusia di tiap-tiap daerah. Berhasilnya program pemberantasan buta
aksara akan membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan dan
keterbelakangan.

c. Kendala yang Dihadapi dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara


Tidak ada gading yang tak retak. Semua program pasti mempunyai kendala. Demikian juga
dengan program pemberantasan buta aksara ini. Meskipun Indonesia mampu mengurangi
angka penyandang buta aksara, namun ternyata dibalik itu semua para subjek pelaksana
teknis menghadapi banyak kendala. Diantaranya adalah:
1. Banyak masyarakat penyandang buta aksara sudah terlalu tua sehingga kemampuan
menyerap ilmu lebih lambat, belum lagi yang menderita gangguan pebgluhatan karena usia
mereka yang sudah tidak muda lagi.
2. Adanya data yang tidak valid atau peserta fiktif. Hal ini dikarenakan mungkin karena
tidak ada peminat untuk mengikuti diklat dalam upaya pemberantasan buta aksara. Mereka
yang tidak ikut kebanyakan telah mempunyai kesibukan sendiri seperti bekerja di saawah
ataupun menjadi ibu rumah tangga.
3. Dalam pelaksanaan program, terlalu memakan waktu sehingga tidak efisien bagi
mahasiswa yang mempunyai kesibukan sendiri.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pada hakekatnya masyarakat memiliki potensi yang luar biasa jika mendapat
kesempatan dan motivasi serta pembinaan yang tepat.
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiataan bimbingan Pendidikan keaksaraan belajar
mengenal huruf,berhitung dan membaca di musholla baburidho di kelurahan kalibaru
kecamatan cilincing Jakarta utara dapat disimpulkan bahwa dapat memahami dan
melaksanakan dengan baik.
B.Saran
- Agar lebih ditingkatkan lagi belajar yang berhubungan dengan membaca,menulis dan
berhitung.
-Ilmu yang didapatkan dari hasil bimbingan belajar ini agar dapat berguna bagi masyarakat
lainnya.
C.Tindak lanjut
Setelah mengadakan pembinaan ini penulis sebagai pelaksana merasa bangga dan
bersyukur atas kehadirat Allah swt .Karena selain dapat membekali ilmu belajar mengetahui
kosa kata huruf,membaca,menulis , dan berhitung . Kegiatan ini merupakan pengalaman
yang sangat berguna tentunya bagi penulis .

Lampiran –
lampiran
Format identifikasi kebutuhan kegiatan Pendidikan keaksaraan

Nama : ADINDA CANTIKA MAHARANI


Nim : 857154711
UPBJJ :JAKARTA

No Nama IDENTITAS ANTUSIAS DALAM


L/ USIA Pendidikan MENGIKUTI
P KEGIATAN
1 SUMINAH P 50 SD SANGAT ANTUSIAS
2 KANTO L 55 SD SANGAT ANTUSIAS
3 RANADI L 49 SD SANGAT ANTUSIAS
4 JUMINTEN P 40 SD SANGAT ANTUSIAS
KETUA RT 01 / 014 Jakarta 20 oktober 2022
Tutor pembimbing

Damariyah
Dra Sri Lestari.M.Pd

Anda mungkin juga menyukai