A1m120057 - Nur Agustin Proposal
A1m120057 - Nur Agustin Proposal
PROPOSAL
OLEH
NUR AGUSTIN
A1M120057
PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH
NUR AGUSTIN
A1M120057
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PROPOSAL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HIKAYAT KE
DALAM BENTUK CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KENDARI
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL
Oleh :
Nur Agustin
A1M120057
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
a.n. Dekan FKIP
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4.1 Pengertian hikayat................................................................................. 18
2.4.2 Ciri-ciri Hikayat .................................................................................... 19
2.4.3 Fungsi Hikayat ...................................................................................... 20
2.4.4 Unsur- Unsur dalam Hikayat ................................................................. 21
2.4.5 Nilai-nilai dalam Hikayat...................................................................... 23
2.5 Cerita Pendek .............................................................................................. 25
2.5.1 Pengertian Cerpen ................................................................................. 25
2.5.2 Ciri-ciri Cerpen ..................................................................................... 25
2.5.3 Unsur-Unsur Pembangun Cerpen ......................................................... 26
2.6 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 28
2.7 Kerangka Berpikir .................................................................................. 30
2.8 Hipotesis Tindakan ................................................................................. 31
BAB III ................................................................................................................. 32
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 32
3.2 Setting Penelitian ......................................................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian.................................................................................. 32
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................. 32
3.2.3 Subjek Penelitian ............................................................................... 32
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 32
3.4 Data, Sumber Data dan Cara Pengambilan Data ......................................... 35
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................... 错误!未定义书签。
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
v
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
ini dikarenakan, keterampilan menulis dapat diperoleh melalui tiga
keterampilan lainnya yaitu menyimak, berbicara dan membaca.
Menulis merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran dalam bentuk
bahasa tulis berupa tulisan. Menulis bukanlah kegiatan yang mudah. Menulis
sering kali dianggap sulit karena masih banyak orang yang kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa tulis. Menulis menghasilkan
sesuatu yang kita sebut tulisan. Ada tulisan ilmiah, non ilmiah, fiksi, dan non
fiksi. Karya sastra termasuk dalam tulisan fiksi. Karya sastra adalah
ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk
gambaran kehidupan yang dapat membangkitkn pesona dengan alat bahasa
dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Contoh karya sastra adalah hikayat dan
cerpen.
Hikayat merupakan cerita yang relatif panjang yang merupakan karya
sastra melayu lama yang dibaca untuk pelipur lara atau pembangkit semangat
juang. Hikayat menurut Hamzah (1996: 128) adalah prosa fiksi lama yang
menceritakan kehidupan istana atau raja serta dihiasi oleh kejadian yang sakti
dan ajaib. Sementara itu, cerpen merupakan akronim dari cerita pendek sebuah
karya sastra yang berbentuk prosa. Cerpen dapat menampilkan persoalan
manusia dengan liku-liku kehidupannya. Menurut Nurgiantoro (1995), karena
bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas,
tidak sampai pada detail-detail khusus yang kurang penting yang lebih bersifat
memperpanjang cerita.
Mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen adalah salah satu
materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa SMA kelas X, hal ini tertuang
dalam KD 4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk
cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai. Keberhasilan siswa dalam
mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen sangat ditentukan oleh
bagaimana cara guru mengajar. Jika materi pembelajaran hanya disampaikan
melalui metode-metode lama seperti ceramah dan tidak didukung oleh media
2
apapun tentu saja siswa akan merasa jenuh dan hal ini sangat mempengaruhi
hasil belajar siswa dalam mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 2
Kendari pada Sabtu, 25 Februari 2023 ditemukan beberapa fakta yang
disampaikan secara langsung oleh ibu Mas’adi As’ad, S.Pd. bahwa rata-rata
dalam suatu kelas ada 2/3 atau 66% siswa yang dapat mengembangkan
hikayat ke dalam bentuk cerpen. Artinya jika rata-rata siswa dalam kelas
terdiri dari 40 siswa, maka 26 siswa dianggap mampu mengembangkan
hikayat ke dalam bentuk cerpen, sedangkan 14 siswa diantaranya belum
mampu. Hal ini tentu saja menjadi masalah sebab jumlah siswa yang mampu
mengembangan hikayat ke dalam bentuk cerpen belum mencapai 85% secara
klasikal.
Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi dan kreasi guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan media pembelajaran. Menurut AECT (Association of
Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media
sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Selanjutnya, menurut Gadne dan Briggs (1975) media meliputi
buku, tape recorder, kaset, video kamera, video rekorder, film, slide, foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media
merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung
materi instruksional di lingkungan pendidikan yang menunujang proses
belajar untuk memacu (meransang) belajar siswa.
Salah satu media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru
dalam meningkatkan keterampilan mengembangkan hikayat ke dalam bentuk
cerpen di tengah maraknya kemajuan teknologi adalah media audiovisual.
Media audiovisual adalah media yang menyatukan 2 media sekaligus yaitu
audio (pendengaran) dan visual (penglihatan). Dilihat dari sifat pesan yang
diterimanya media audiovisual ini menerima pesan verbal dan non verbal.
Pesan verbal yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal ialah
bunyi-bunyian dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam, musik, dll. Menurut
3
Rahman (2011) audiovisual adalah suatu peralatan yang dipakai oleh para
guru dalam menyampaikan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap
oleh indera pandang dan pendengaran. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk melatih kemampuan mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen
tersebut adalah dengan menggunakan media audiovisual sehingga dapat
membantu mengembangkan daya imajinasi yang cukup baik.
Dari paparan di atas penelitian ini berfokus pada cara meningkatkan
keterampilan mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen siswa kelas X
SMA Negeri 2 Kendari dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menulis
Mengembangkan Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Kendari dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Audiovisual.
4
2. Apakah media pembelajaran audiovisual dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari saat melaksanakan
pembelajaran mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen?
3. Apakah media pembelajaran audiovisual dapat meningkatkan
kemampuan mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen siswa
kelas X SMA Negeri 2 Kendari?
5
2. Bagi guru
a. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian
tindakan kelas.
b. Memotivasi untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran yang
kreatif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dan
memperbaiki proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang
mengimplikasikan pada peningkatan hasil belajar siswa.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
7
1. kemampuan siswa;
2. tujuan pembelajaran;
3. strategi pembelajaran;
4. kemampuan dalam merancang dan menggunakan media;
5. biaya pembuatan media;
6. sarana dan prasana penunjang;
7. efisiensi dan efektivitas.
8
2.2.3 Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
1. Landasan Filosofis
John Dewey (1859-1952) seorang filsuf asal Amerika Serikat
merumuskan pendidikan sebagai pembangunan dan penyusunan kembali
pengalaman yang memperkaya arti pengalaman tersebut serta
meningkatkan kemampuan untuk menentukan arah tujuan pengalaman
selanjutnya (Anwar, 2015). Filsafat dari John Dewey yang dikenal dengan
filsafat instrumentalisme ini berasumsi bahwa pengetahuan itu berpangkal
dari pengalaman dan terus bergerak membentuk dan menyusun
pengalaman lainnya.
Dapat dikatakan kunci dari filsafat dari John Dewey ada pada kata
“pengalaman”. Pengalaman bisa didapatkan secara aktif dengan mencoba
dan mengalami baik langsung maupun tidak langsung. Di sinilah peran
penggunaan media dalam pembelajaran, membantu pendidik dalam
memberikan informasi kepada peserta didik dan memberikan pengalaman
secara langsung dan tidak langsung.
2. Landasan Psikologis
Pendidik harus memperhatikan kondisi psikologis dari peserta
didik dalam pemilihan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Kondisi psikologis dinyatakan sebagai karakter psiko-fisik seseorang
sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam
interaksinya dengan lingkungannya (Sutiah, 2018). Sehinnga media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mengakibatkan adanya
perubahan perilaku (change of behaviors) peserta didik (Lutfi, Sudirman
and Pramitha, 2013). Perubahan perilaku yang terjadi dapat berupa
tanggapan (respon) dari sebuah ransangan (stimulus) atau hasil dari
pemrosesan informasi. Pendidik harus mengetahui bagaimana proses
pembelajaran itu terjadi pada peserta didik sehingga dapat
mengoptimalkan person media pembelajaran yang digunakan.
9
3. Landasan Empiris
Landasan empiris didasari dari temuan adanya hubungan antara
penggunaan media pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dalam
menentukan hasil belajar peserta didik. Peserta didik mendapatkan
keuntungan yang signifikann dari penggunaan media pembelajaran jika
disesuaikan dengan karaktersitik atau tipe gaya belajarnya (Daryanto,
2016). Gaya belajar di sini mengacu kepada ciri psikologis yang
menentukan cara peserta didik dalam memandang dan berinteraksi dalam
lingkungan belajar (Branch, 2014).
10
Dengan adanya teknologi maka media pembelajaran dapat
mempunyai peran yang amat penting untuk memberikan pemahaman akan
suatu objek tertentu atau sebuah peristiwa bagi peserta didik. Sehingga
peserta didik dapat memahami suatu objek atau peristiwa tanpa harus
melihat secara langsung sebuah objek atau peristiwa yang terjadi tersebut.
Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran
guru dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai
materi karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih
menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
belajar. Contoh dari media audiovisual diantaranya program televisi/video
pendidikan/instruksional, program slides suara, dsb.
11
2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran Audiovisual
Ada beberapa fungsi media pembelajaran audiovisual yaitu sebagai
berikut.
1. Fungsi Edukatif
Dengan menggunakan media pembelajaran audiovisual dapat
memberikan sebuah pengaruh yang bernilai pendidikan seperti
mendidik siswa untuk berpikir kritis, memberi pengalaman yang
bermakna, serta mengembangkan dan memperluas cakrawala berpikir
siswa.
2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial dari media pembelajaran audiovisual adalah dapat
memberikan informasi autentik dalam berbagai bidang kehidupan dan
konsep yang sama pada setiap orang. Sehingga hal tersebut dapat
memperluas pergaulan, pengenalan, pemahaman tentang orang, cara
bergaul dan adat istiadat.
3. Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomis dapat memberikan sebuah efisiensi dalam
mencapai tujuan. Selain itu, dengan menggunakan media audiovisual
dapat ,menekan sedikit penggunaan biaya, tenaga, dan waktu tanpa
harus mengurangi efektivitas dalam pencapaian tersebut.
4. Fungsi Budaya
Fungsi budaya dalam media audiovisual dapat memberikan
perubahan-perubahan dalam segi kehidupan manusia, dapat
mewariskan serta meneruskan unsur-unsur budaya dan seni yang ada
di masyarakat.
Selain keempat fungsi tersebut, ada beberapa fungsi lain dari media
pembelajaran audiovisual yaitu sebagai berikut.
12
1. Lebih Efektif
Audiovisual dapat berfungsi sebagai salah satu media yang dapat
mewujudkan situasi dan kondisi belajar-mengajar yang lebih efektif.
2. Sebagai Integral Pembelajaran
Media pembelajaran audiovisual dapat berfungsi sebagai bagian
yang integral dari keseluruhan proses pembelajaran.
3. Sebagai Hiburan
Dalam proses belajar-mengajar media audiovisual dapat berfungsi
sebagai hiburan bagi siswa. Selain itu, media ini juga dapat
memancing perhatian atau meransang minat belajar siswa.
4. Mempercepat Proses Belajar
Dalam hal ini, media pembelajaran audiovisual dapat berfungsi
sebagai alat untuk mempermudah dan mempercepat proses belajar
dalam menangkap sebuah materi yang diberikan atau yang ditampilkan
seorang guru.
5. Meningkatkan kualitas belajar
Media audiovisual dapat berfungsi sebagai salah satu media yang
dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
13
membuatnya lebih mudah dan menarik. Perangkat instruksional adalah alat yang
efektif yang menginvestasikan masa lalu dengan suasana realitas (Rasul, Bukhsh
and Batool, 2011). Alat bantu ini membuat siswa memiliki pengalaman realistis,
yang menarik perhatian, dan membantu dalam memahami sebuah fenomena
melalui indra penglihatan dan pendengaran.
Tidak hanya membantu siswa, audiovisual juga memberikan kesempatan
kepada tenaga pengajarnya untuk membuat presentasi yang konsisten dan
profesional. Demi memperkaya kehidupan akademis dan memudahkan
pemahaman konsep oleh siswa maka guru juga harus berpikir kreatif untuk
memastikan bahwa tujuan pembelajaran dapat terpenuhi.
Penggunaan media audiovisual dalam mengajar merupakan salah satu cara
untuk memberikan tambahan kepada siswa untuk mengolah materi pelajaran dan
sebagai cara bagi tenaga pengajar untuk menyajikan pengetahuan yang dapat
ditangkap melalui indra pendengaran dan indra penglihatan siswanya. Penyajian
materi pelajaran, yang berisi konsep maupun pengetahuan sangat membantu
dalam membuat pengalaman belajar menjadi nyata. Dengan demikian penggunaan
audiovisual menjadi sangat berarti dalam mempresentasikan materi pembelajaran
secara jelas dan dapat diterima oleh indra sehingga setiap informasi dapat
dipahami dengan mudah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media
pembelajaran audiovisual dalam proses belajar-mengajar yaitu sebagai berikut.
1. Persiapan Materi
Dalam hal ini, seorang guru harus mempersiapkan unit pelajaran
terlebih dahulu. Setelah itu, baru memilih atau menentukan media
audiovisual yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Seorang guru juga harus mengetahui durasi media audiovisual.
Misalnya, dalam bentuk fil ataupun video, di mana keduanya harus
disesuaikan dengan jam pelajaran.
14
2. Persiapan Kelas
Persiapan kelas ini meliputi persiapan siswa dan persiapan alat.
Persiapan siswa ini bisa dilakukan dengan memberikan penjelasan secara
global mengenai isi film atau video yang akan diputar. Sementara
persiapan alat adalah persiapan mengenai semua peralatan yang akan
digunakan demi kelancaran pembelajaran.
3. Tanya Jawab
Setelah kegiatan pemutaran film atau video selesai, sebaiknya
seorang guru melakukan refleksi dan Tanya jawab dengan siswanya. Hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaaman siswa
terhadap materi tersebut.
2.3 Menulis
2.3.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan memvisualisasikan ide/pikiran dalam tulisan
(Suhartina, 2017). Hal ini sejalan dengan pendapat (Hasim dan Nurjamal, 2012)
bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam
bentuk bahasa tulis. Sedangkan William Kennedy (dalam Bird, 2001:5)
15
mendefinisikan menulis sebagai seni yang begitu rumit memahami apa yang
penulis coba keluarkan dari imajinasinya sendiri, dari kehidupan.
Sementara itu, Tarigan (2008: 22) mendefinisikan menulis sebagai
pelukisan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Lebih
lanjut lagi, Tarigan (2008:22) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Tidak berbeda dengan
pendapat tersebut, Gultom (2012) mengungkapkan bahwa menulis adalah segenap
rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.
Menulis sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara
tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca
sebagai penerima pesan (Suparno, 2008). Sementara itu, Wiyanto (2004)
mengungkapkan bahwa kata menulis mempunyai dua arti. Pertama, menulis
berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat
dilihat. Bunyi-bunyi yang dapat diubah itu bunyi bahasa, yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia (mulut dan perangkat kelengkapannya: bibir,
lidah, gigi, dan langit-langit). Kedua, kata menulis mempunyai arti kegiatan
mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini
dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mewujudkan ide
dan gagasan dalam bentuk tulisan secara sistematis, pelukisan lambang-lambang
grafik yang bertujuan sebagai penyampaian pesan kepada pihak lain secara
tertulis.
16
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menulis
Syarif dan Zulkarnaini (2009) mengklasifikasikan 2 faktor yang
memengaruhi menulis yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
berupa belum tersedia fasilitas pendukung; keterbatasan sarana untuk menulis.
Sedangkan faktor internal mencakup faktor psikologis dan faktor teknis.
1. Faktor Psikologis
Faktor psikologis di antaranya faktor kebiasaan atau pengalaman yang
dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan
akansemakin baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor
kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis.
Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong
oleh kebutuhannya.
2. Faktor Teknis
Faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik-
teknik menulis. Konsep yang berkaitan dengan teori- teori menulis yang
terbatas yang dimiliki seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor
teknis yakni penerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi
banyak yang diperolehnya. Ahmad HP (2002:1) mengungkapkan bahwa untuk
memperoleh kompetensi menulis yang baik, setidaknya diperlukan lima
komponen utama, yaitu: penggunaan bahasa (language use), keterampilan
menggunakan ejaan (mechanical skills), penguasaan isi (treatment of content),
penguasaan gaya bahasa (stylistic skills), kemampuan untuk menulis sesuai
dengan tujuan, serta audiens (judgement skills).
17
mengembangkan pemahaman tentang bahasa dan kemampuan menggunakan
bahasa.
Sementara itu, Graaves dalam (Gereda, 2014) mengemukakan tiga
manfaat menulis yaitu: 1. menulis dapat mengembangkan kecerdasan untuk
mengharmoniskan berbagai aspek; 2. menulis dapat mengembangkan daya
inisiatif dan kreativitas, artinya dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan
menyuplai sendiri segala sesuatunya, agar hasilnya enak dibaca. Hal yang
dituliskan harus ditata dengan runtut dan juga menarik 3. menulis menumbuhkan
keberanian, maksudnya ketika seorang menulis harus berani menampilkan
kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya serta menawarkannya
kepada publik.
2.4 Hikayat
2.4.1 Pengertian hikayat
Supratman (1996:65) mendefinisikan hikayat sebagai salah satu bentuk
sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah,
umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan seseorang, lengkap dengan
keanehan, kekuatan/kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama. Kemudian
menurut Susanto (2020) hikayat merupakan salah satu bentuk sastra prosa,
terutama pada Bahasa Melayu yang berisikan mengenai suatu kisah, cerita, dan
juga dongeng.
Hamzah (1996) dalam Dian Choirul (2015 : 2), “Hikayat adalah prosa fiksi
lama yang menceritakan kehidupan istana atau raja serta dihiasi oleh kejadian
yang sakti dan ajaib.” Saputra (2016) “Isi cerita rakyat (hikayat) mengandung
nilai-nilai suatu budaya bangsa yang beraneka ragam dari setiap daerah.
Selanjutnya nilai-nilai dan norma yang disampaikan dalam cerita rakyat bersifat
mendidik.” Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017 ; 401) “Hikayat adalah karya
sastra melayu kuno berbentuk prosa yang berisi cerita dan sislsilah. Hikayat
sekarang mengacu kebentuk karya sastra beragam prosa yang berisi tentang kisah
fantastik dan penuh dengan petualangan.”
18
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hikayat adalah
sebuah karya sastra atau prosa lama yang menceritakan tentang kerajaan-kerajaan
dan istana sentris. Hikayat sebagai suatu bentuk karya sastra lisan yang lahir dan
berkembang dari masyarakat tradisional yang disebarkan dalam bentukrelatif di
antara koleksi tertentu di waktu yang lama. Hikayat juga menceritakan tentang
peristiwa suatu tempat atau asal usul suatu tempat.Tokoh-tokoh yang muncul
dalam hikayat umumnya diekspresikan dalam bentuk binatang, manusia, atau
dewa.
19
Hikayat ini mirip dengan cerita sejarah, keajaiban dan banyak menggunakan kata
kiasan serta pengarangnya tidak diketahui.
1. Hutomo (1991:69), Hikayat sebagai bagian dari sastra lisan secara umum
memiliki delapan fungsi, yaitu: sebagai sistem proyeksi; sebagai alat
pengesahan sosial; sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial;
sebagai alat pendidikan anak; memberikan suatu jalan yang dibenarkan
masyarakat agar ia dapat lebih superior dari pada orang lain; memberikan
jalan kepada seseorang yang dibenarkan oleh masyarakat, agar ia dapat
mencela orang lain; sebagai alatuntuk memprotes ketidakadilan dalam
masyarakat; dan untuk melarikan diri dari himpitan hidup sehari-hari sebagai
hiburan semata.
2. Rampan (2014 : 13-14) menyebutkan beberapa fungsi cerita rakyat. Fungsi-
fungsi tersebut yaitu sebagai penglipur lara, sebagai sarana pendidikan,
sebagai kritik sosial atau protes sosial, dan sebagai sarana untuk menyatakan
sesuatu yang sukar dikatakan secara langsung.
Fungsi-fungsi cerita rakyat yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan semata, akan tetapi bisa difungsikan sebagai sarana pendidikan karena di
dalamnya mengandung pedoman hidup yang luhur. Selain itu, cerita rakyat juga
berfungsi sebagai jalan atau media untuk mengungkapkan protes terhadap
keadaan sekitarnya.
20
2.4.4 Unsur- Unsur dalam Hikayat
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra
dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema,
tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah ide atau gagasan utama tentang sesuatu. Tarigan
dalam Saputra (2021 : 34), “Tema merupakan pandangan hidup
tertentu atau perasaan mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai
yang membentuk, membangun dasar atau gagasan utama dari suatu
karya sastra”. Aminuddin dalam Saputra (2021 : 34), “Tema adalah ide
yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkalan
tolak pengarang dalam memaparkan karya sastra.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tema adalah ide, gagasan atau pikiran keseluruhan dari sebuah cerita
baik yang terungkap maupun yang tidak terungkap.
b. Tokoh dan Penokohan
Sumasari dalam (Jurnal, 2014 :72, Vol 4, No 2) dengan berjudul “
Analisis Unsur Interinsik Dalam Hikayat”. Menyatakan bahwa “Tokoh
ialah pelaku dalam sebuah karya sastra.Dalam karya sastra biasanya
ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.
Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil
perannya dalam karya sastra”.
Penokohan adalah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada
beberapa cara menampilkan tokoh, yaitu cara analitik dan cara
dramatik. Cara analisis adalah penampilan tokoh secara langsung
melalui uraian pengarang, sedangkan cara dramatik adalah
menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran
21
ucapan, perbuatan, komentar dan penilaian pelaku tokoh dalam suatu
cerita.
c. Alur (plot)
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki
hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang pandu
dan utuh. Stanton dalam Tiana Eka dalam (Skripsi, 2018 : 15) dengan
judul “Analisis Unsur Intrinsik Menggunakan Pendekatan Saintifik
Pada Novel 9 Summer 10 Auntumns”. Mengemukakan “Plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan
terjadinya peristiwa yang lain”.
Rokhmansyah dalam Dani Hermawan dalam (Jurnal, 2019 : 15,
Vol 12, No 1)yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Analisis Novel
Seruni”. Menyatakan bahwa “Alur terbagi menjadi dua yaitu, alur
maju dan alur mundur. Alur maju yaitu alur yang berkisah pada akhir
terjadinya peristiwa, sedangkan alur mundur ialah berolak dari akhir
cerita menuju tahap tengah dan berakhir pada tahap awal”.
d. Latar (setting)
Nurgiyantoro dalam Tian Eka dalam (Skripsi, 2018 : 14) dengan
judul “Analisis Unsur Intrinsik Menggunakan Pendekatan Saintifik
Pada Novel 9 Summer 10 Auntumns”. Menyatakan bahwa “Latar
adalah hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.”
Sumasari dalam (Jurnal, 2014 :72, Vol 4, No 2) dengan berjudul
“Analisis Unsur Interinsik Dalam Hikayat”. Menyatakan bahwa :Latar
(setting) adalah waktu atau tempat terjadinya peristiwa yang terjadi
dalam sebuah karya sastra. Latar (setting) dibedakan menjadi latar
material dan sosial. Latar material adalah lukisan latar belakang alam
atau lingkungan dimana tokoh tersebut berada.Sedangkan latar sosial
yaitu lukisan tata krama tingkah laku, adat dan pandanga hidup.
22
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan latar adalah waktu atau
tempat terjadinya peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya
sastra.Latar juga terdapat, gambaran waktu, ruang dan suasana
peristiwa atau cerita.Latar sangat erat kaitannya dengan pelaku
(karakter) dalam peristiwa tersebut.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh
pencerita. Pencerita disini adalah pribadi yang diciptkan pengarang
untuk menyampaikan ceritanya. Nurgiyantoro dalam Dani Hermawan
dalam (Jurnal, 2019 : 16, Vol 12, No 1) yang berjudul “Pemanfaatan
Hasil Analisis Novel Seruni”. Menjelaskan “Sudut pandang adalah
strategi atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan cerita. Segala sesuatu yang dikemukakan
dalam cerita memang memiliki pengarang, antara lain berupa
pandangan kehidupan dan tafsirannya terhadap kehidupan.”
f. Amanat
Amanat adalah pemecahan suatu masalah dalam sebuah cerita atau
yang diberikan oleh pengarang.Amanat juga merupakan pesan yang
disampaikan pengarang oleh pembaca. Dani Hermawan dalam (Jurnal,
2019 : 16, Vol 12, No 1) yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Analisis
Novel Seruni”.Menjelaskan “Amanat adalah pesan yang akan
disampaikan melalui cerita.Amanat baru didapatkan setelah pembaca
menyelesaikan seluruh cerita yang dibacanya. Amanat biasanya berupa
nilai-nilai yang dititipkan penulis cerita kepada pembaca.”
23
a. Nilai Budaya
Nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun menurun di
masyarakat (berhubungan dengan budaya melayu). Ciri khas nilai-nilai
budaya dibandingkan nilai lainnya adalah masyarakat takut meninggalkan
atau menentang nilai tersebut karena ‘takut’ sesuatu yang buruk akan
menimpanya.
b. Nilai Moral
Nilai yang berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral
berkaitan dengan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti,
perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang
dibaca atau dinikmatinya.
c. Nilai Agama/Religi
Nilai yang berhubungan dengan masalah keagaman. Nilai religi biasanya
ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa-
pahala, serta surganeraka.
d. Nilai Pendidikan/ Edukasi
Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang/kelompak orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan.
e. Nilai Estetika
Nilai yang berhubungan dengan keindahan dan seni.
f. Nilai Sosial
Nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat. Biasanya
berupa nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai
sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
24
2.5 Cerita Pendek
25
6. penggunaan kata yang mudah dipahami;
7. penokohan pada cerpen sangat sederhana, tidak mendalam serta
singkat.
a. Tema
Tema adalah ide atau gagasan utama tentang sesuatu. Tarigan dalam
Saputra (2021:34), “Tema merupakan pandangan hidup tertentu atau perasaan
mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai yang membentuk, membangun
dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra”. Aminuddin dalam Saputra
(2021 : 34), “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan
juga sebagai pangkalan tolak pengarang dalam memaparkan karya sastra.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema
adalah ide, gagasan atau pikiran keseluruhan dari sebuah cerita baik yang
terungkap maupun yang tidak terungkap.
b. Tokoh dan Penokohan
Sumasari dalam (Jurnal, 2014 :72, Vol 4, No 2) dengan berjudul “ Analisis
Unsur Interinsik Dalam Hikayat”. Menyatakan bahwa “Tokoh ialah pelaku
dalam sebuah karya sastra.Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh,
namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang
sangat penting dalam mengambil perannya dalam karya sastra”.
Penokohan adalah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada
beberapa cara menampilkan tokoh, yaitu cara analitik dan cara dramatik. Cara
analisis adalah penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang,
sedangkan cara dramatik adalah menampilkan tokoh tidak secara langsung
26
tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, komentar dan penilaian pelaku
tokoh dalam suatu cerita.
c. Alur (plot)
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan
sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang pandu dan utuh. Stanton
dalam Tiana Eka dalam (Skripsi, 2018 : 15) dengan judul “Analisis Unsur
Intrinsik Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Novel 9 Summer 10
Auntumns”. Mengemukakan “Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa
yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain”.
Rokhmansyah dalam Dani Hermawan dalam (Jurnal, 2019 : 15, Vol 12,
No 1)yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni”. Menyatakan
bahwa “Alur terbagi menjadi dua yaitu, alur maju dan alur mundur. Alur maju
yaitu alur yang berkisah pada akhir terjadinya peristiwa, sedangkan alur
mundur ialah berolak dari akhir cerita menuju tahap tengah dan berakhir pada
tahap awal”.
d. Latar (setting)
Nurgiyantoro dalam Tian Eka dalam (Skripsi, 2018 : 14) dengan judul
“Analisis Unsur Intrinsik Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Novel 9
Summer 10 Auntumns”. Menyatakan bahwa “Latar adalah hubungan waktu
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.”
Sumasari dalam (Jurnal, 2014 :72, Vol 4, No 2) dengan berjudul “Analisis
Unsur Interinsik Dalam Hikayat”. Menyatakan bahwa :Latar (setting) adalah
waktu atau tempat terjadinya peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra.
Latar (setting) dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material
adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut
berada.Sedangkan latar sosial yaitu lukisan tata krama tingkah laku, adat dan
pandanga hidup.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan latar adalah waktu atau tempat
terjadinya peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra.Latar juga
27
terdapat, gambaran waktu, ruang dan suasana peristiwa atau cerita.Latar
sangat erat kaitannya dengan pelaku (karakter) dalam peristiwa tersebut.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita.
Pencerita disini adalah pribadi yang diciptkan pengarang untuk
menyampaikan ceritanya. Nurgiyantoro dalam Dani Hermawan dalam (Jurnal,
2019 : 16, Vol 12, No 1) yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Analisis Novel
Seruni”. Menjelaskan “Sudut pandang adalah strategi atau siasat yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Segala
sesuatu yang dikemukakan dalam cerita memang memiliki pengarang, antara
lain berupa pandangan kehidupan dan tafsirannya terhadap kehidupan.”
f. Amanat
Amanat adalah pemecahan suatu masalah dalam sebuah cerita atau yang
diberikan oleh pengarang.Amanat juga merupakan pesan yang disampaikan
pengarang oleh pembaca. Dani Hermawan dalam (Jurnal, 2019 : 16, Vol 12,
No 1) yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni”. Menjelaskan
“Amanat adalah pesan yang akan disampaikan melalui cerita. Amanat baru
didapatkan setelah pembaca menyelesaikan seluruh cerita yang dibacanya.
Amanat biasanya berupa nilai-nilai yang dititipkan penulis cerita kepada
pembaca.”
28
Wartiningsih Meningkatkan cerpen. Hal ini terbukti dengan adanya
(2019) Pembelajaran peningkatan hasil belajar pada tiap
Pengembangan siklus. Pada siklus I hasil belajar siswa
Hikayat menjadi hanya mencapai 48,64%, meningkat
Cerpen pada siklus II menjadi 71,70% dan
meningkat lagi pada siklus III yaitu
83,58%.
2. Seniwati Umar Peningkatan Hasil penelitian yang telah dilakukan
(2019) Keterampilan menunjukkan adanya peningkatan
Menulis Cerpen pembelajaran menulis cerpen.
dengan Strategi Peningkatan kemampuan siswa dalam
Copy The Master menulis cerpen dapat dilihat dari
Melalui Media peningkatan proses dan hasil
Audiovisual pada pembelajaran menulis cerpen. Hasil
Siswa Kelas IXa rata-rata tes menulis cerpen pratindakan
SMP Negeri 2 sebesar 67%, pada siklus I meningkat
Tolitoli menjadi 73%, dan semakin meningkat
menjadi 80% pada siklus ke II.
3. Amelia Penggunaan Media Diperoleh hasil pelaksanaan
Simanungkalit, Audiovisual untuk pembelajaran pada siklus I adalah
Annisa, Meningkatkan sebesar 60% pada lembar observasi
Oktavindi Keterampilan guru dinyatakan kategori cukup,
Bertua Menulis Cerpen sedangkan pada nilai siswa sebesar 72
Pardede, dan pada Siswa Kelas IX kategori baik sedangkan rata-rata hasil
Nanda Dwi SMP Swasta Cipta siswa secara individu 65,12%. Hasil
Astri Karya Medan pada siklus II mengalami peningkatan
pada lembar observasi guru sebesar
81%, sedangkan pada lembar siswa
diperoleh nilai 84 kategori baik,
sedangkan rata-rata hasil secara
29
individu 79,36. Dapat disimpulkan
bahwa ditemukan adanya peningkatan
dari siklus I ke siklus II dari lembar
observasi guru, siswa dan hasil belajar
siswa pada siswa kelas IX dengan
menggunakan media audiovisual pada
materi menulis cerpen siswa kelas IX
SMP Swasta Cipta Karya Medan.
Media Pembelajaran
Media Pembelajaran
Audiovisual
30
2.8 Hipotesis Tindakan
1. Melalui penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas
mengajar guru kelas X SMA Negeri 2 Kendari saat melaksanakan
pembelajaran mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen.
2. Melalui penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari saat melaksanakan
pembelajaran mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen.
3. Melalui penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan kemampuan
mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen siswa kelas X SMA
Negeri 2 Kendari.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
32
Rencana Tindakan
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
33
3.3.1 Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu, membuat perencanaan
pembelajaran. Kegiatan perencanaan pembelajaran ini mencakup kegiatan
membuat scenario pembelajaran. Tahap dalam kegiatan perencanaan ini akan
dilaksanakan sebagai berikut.
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyiapkan media pembelajaran audiovisual (berupa video hikayat).
c. Menyiapkan instrumen penelitian untuk memperoleh data non tes.
d. Mendesain alat evaluasi berupa penilaian hasil belajar siwa untuk
mengetahui hasil belajar siswa ditiap akhir siklus.
e. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran untuk mengonsultasikan
rencana pembelajaran.
3.3.4 Refleksi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah merefleksi hasil
observasi pelaksanaan tindakan. Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi
dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada tiap pertemuan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Refleksi juga
34
dilaksanakan untuk menentukan langkah selanjutnya. Tahap ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan mengembangkan hikayat
ke dalam bentuk cerpen siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari menggunakan
media pembelajaran audiovisual.
35
diperoleh (tujuan dan manfaat) dengan mempelajari
mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen.
Pemberian Acuan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan
4. materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri
5. dari 4 sampai 5 orang.
Guru menampilakan media pembelajaran audiovisual
6. dalam bentuk video yang berisi tentang hikayat
Guru meminta siswa menganalisis gagasan-gagasan
pokok yang terdapat dalam hikayat yang ditampilkan
7. oleh guru.
Guru meminta siswa menyusun gagasan-gagasan pokok
8. tersebut menjadi sinopsis yang utuh.
Guru meminta siswa mengembangkan hikayat ke dalam
bentuk cerpen dengan memerhatikan langkah-langkah
berikut.
a. Mengubah alur cerita hikayat yang berbingkai
menjadi alur tunggal.
b. Menggunakan bahasa Indonesia saat ini.
c. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung
dalam hikayat.
d. Analisis nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat.
e. Tentukan tema dari sinopsis yang telah dibuat.
f. Buatlah poin-poin dari alur dari tema tersebut
sehingga menjadi kerangka cerpen.
g. Kembangkan poin alur tersebut menjadi sebuah
cerpen yang memiliki tokoh dan setting berbeda
9. dengan teks asal dengan tetap memerhatikan alur dan
36
nilai.
Guru mengarahkan agar seluruh kelompok aktif dalam
10. mengerjakan tugas.
11. Guru berkeliling untuk memerhatikan hasil kerja siswa.
Guru mengarahkan agar setiap kelompok yang
12. mengalami masalah segera bertanya kepada guru.
Guru mengarahkan agar tiap kelompok membuat
13. kesimpulan dari hasil diskusi.
Guru mengarahkan agar tiap kelompok mempresentasi
14. hasil diskusinya.
Kelompok yang tampil ditanggapi oleh kelompok yang
15. belum tampil.
Kegiatan Penutup
Guru bersama peserta didik merumuskan kesimpulan
16. pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran.
Guru melaksanakan evaluasi untuk mengukur
penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
17. dipelajari.
Guru bersama peserta didik merefleksi pembelajaran
18. yang telah dilakukan.
Guru menginformasikan materi pembelajaran pada
pertemuan berikutnya dengan saran peserta didik
19. membaca atau mempelajari lebih dulu.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan
20. mengucapkan salam.
37
b. Untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran digunakan
lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas siswa
ditunjukkan pada tabel berikut.
38
nilai.
Siswa secara aktif mengerjakan tugas yang diberikan
7. oleh guru.
Setiap kelompok yang mengalami masalah segera
8. bertanya kepada guru.
9. tiap kelompok membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
10. tiap kelompok mempresentasi hasil diskusinya.
Kelompok yang tampil ditanggapi oleh kelompok yang
11. belum tampil.
Kegiatan penutup
peserta didik bersama guru merumuskan kesimpulan
12. pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran.
peserta didik bersama guru merefleksi pembelajaran
13. yang telah dilakukan.
14. Peserta didik menyimak apa yang disampaikan guru.
15. Peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.
39
yang telah ditentukan sehingga menjadi
kerangka cerpen.
7. Dapat mengembangkan alur yang telah dibuat 4
menjadi sebuah cerpen yang memiliki tokoh
dan setting berbeda dengan teks asal dengan
tetap memerhatikan alur dan nilai.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa ini ditentukan dengan menggunakan rumus
berikut.
∑TB
TB = N
Keterangan :
TB : Ketuntasan Belajar
∑TB : Jumlah siswa yang tuntas belajar
N : Jumlah siswa secara keseluruhan
2. Untuk menentukan presentase keterlaksanaan aktivitas siswa dan guru
digunakan rumus berikut.
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai = x 100%
Skor maksimal
DAFTAR PUSTAKA
40
Aqib, Zainal, Ahmad Amrullah, 2018; PTK Penelitian Tindakan Kelas – Teori
dan Aplikasi, Andi Offset, Yogyakarta.
Suhartina, 2021; Menulis Karya Ilmiah Bukan Hanya Sekedar Teori, Cetakan
Pertama, CV Penerbit Qiara Media, Jawa Timur.
41
Umar, Seniwati, 2019, ‘Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan
Strategi Copy The Master Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas
IXa SMP Negeri 2 Tolitoli’, Jurnal Kreatif Tadulako Online, vol. 4, no. 6,
hh 299-300.
Wati, Ega Rima, 2016, Ragam Media Pembelajaran, Kota Pena, Jakarta.
Winarto, 2016; Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
42