PROPOSAL
OLEH :
RISQI INDANA WAHID
A1M120125
2023
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NARATIF PADA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 KENDARI
PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada
Jurusan Pendididikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Haluoleo
OLEH :
RISQI INDANA WAHID
A1M120125
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PROPOSAL
Oleh :
Risqi Indana Wahid
A1M120125
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke hadapan Panitia
Ujian Seminar Proposal pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
Kendari.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
a.n. Dekan FKIP
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................5
1.5 Batasan Operasional........................................................................6
1
ketiga aspek pengetahuan (persepsi), sikap (emosional), dan keterampilan
(motorik).
Menurut Ghufron (dalam Firdha Khairunnisa 2019:2) bahwa ada tiga hal penting
yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu (1) kurikulum, (2) buku
teks, (guru). Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah
pendidikan. konsep pembelajaran kurikulum 2013 yang saat ini juga masih
diterapkan di beberapa sekolah khususnya kelas IX, pembelajaran kurikulum 2013
mengarah pada proses pengembangan peserta didik menjadi produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat.
2
maksimal. Pembelajaran menulis naskah pidato terdapat pada kompetensi dasar
4.4 menuangkan gagasan, pikiran, arahan, atau pesan dalam pidato. Keterampilan
menulis naskah pidato diajarkan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu
menulis naskah pidato dengan bahasa yang baik dan benar. Pidato adalah
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang
banyak (Depdiknas, 2005:871), sedangkan teks pidato adalah teks atau naskah
yang digunakan oleh seorang yang berpidato untuk menyampaikan ide kepada
orang banyak. Dengan menyadari betapa pentingnya teks pidato tersebut,
keterampilan menulis teks pidato ini diajarkan kepada siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SMA.
3
Diketahui bahwa faktor yang menyebabkan kemampuan siswa dalam
menulis naskah pidato tergolong masih rendah.
Kendala yang dialami siswa dalam menulis teks pidato adalah (1) kurangnya
konsentrasi siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Dalam pengamatan
yang saya lakukan didalam kelas kurang kondusif pada saat pembelajaran terdapat
beberapa siswa yang bising dan membuat siswa lainnya lainnya merasa tidak
nyaman dan terganggu lebih banyak bercerita, selanjutnya siswa tidak
berkonsentrasi dikarenakan suhu ruangan yang bisa dibilang panas karena tidak
adanya kipas angin didalam ruangan kondisi lingkungan juga sangat
mempengaruhi fokus siswa dalam pembelajaran tersebut.
(3) siswa kesulitan menulis pidato sesuai dengan unsur-unsur teks pidato
yaitu pembuka, isi, dan penutup, siswa masih banyak menggunakan kalimat yang
tidak mendukung tema atau ide dan gagasan yang disampaikan, Kalimat-kalimat
pendukung gagasan pokok semakin kabur akibat terlalu banyaknya kalimat
penjelas yang sebenarnya tidak perlu dimasukkan dalam teks. Pengulangan
kalimat sering pula dijumpai dalam kalimat inti pidato. Diketahui bahwa siswa
merasa kurang untuk berlatih, kurang memahami bagaimana menyusun kalimat
yang cocok untuk mendukung gagasan pokok yang akan dituangkan dalam naskah
pidato, banyak kalimat pendukung yang kurang cocok dengan tema disebabkan
oleh ketidaktersediaan gagaan siswa dalam merumuskan dan memilih kalimat-
4
kalimat pendukung yang cocok. Penyebab terjadinya masalah ini dikarekan
kurangnya pembelajaran siswa dalam mencari referensi dibuku ataupun diinternet
untuk dijadikan suatu bahan untuk membuat suatu pidato, handphone yang
digunakan lebih banyak digunakan untuk bermain game, dan kebanyakan
dilakukan pada saat jam pelajaran.
(3) menulis teks pidato dengan memperhatikan ejaan yang benar, penting
untuk memiliki pemahaman yang baik tentang topik dan menggunakan tata
bahasa dan tanda baca yang tepat, sebagian siswa dalam menulis teks pidato
membuat kesalahan pada penulisan atau ejaannya
5
dalam dunia pendidikan, khususnya bagi guru dan seluruh pihak yang
terlibat dalam proses pembelajaran.
b. Sebagai landasan untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas
pendidikan di Indonesia.
2. Manfaat praktis
Bagi guru
a. Dapat memaksimalkan kemampuan guru selama proses kegiatan
pembelajaran.
b. Menggunakan metode pandang guru saat menggunakan kurikulum
sebelumnya ataupun yang terbaru.
Bagi sekolah
a. Sebagai sarana penilaian efektivitas operasional sekolah dalam
meningkatkan layanan pendidikan yang terbaik bagi siswa.
b. Sebagai sarana untuk membina diskusi kelas, khususnya yang berkaitan
dengan upaya meningkatkan daya pengajar.
Bagi siswa
a. Menghilangkan kejenuhan siswa pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
b. Menaikkan level tingkatan semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
c. Memberi dorongan kepada siswa dalam kegiatan belajar yang
menyenangkan sehingga lebih mudah memahami materi pembelajaran.
6
1.5 Batasan Operasional
Batasan operasional mengacu pada batas operasional dan prosedur yang
ditetapkan untuk menjamin kelancaran dan efisiensi berfungsinya suatu
kegiatan penelitian.
2. Pembelajaran adalah proses berinteraksi peserta didik dengan guru.
Pembelajaran adalah sarana yang diberikan kepada pendidik untuk
memfasilitasi perkembangan pengetahuan dan pemahaman, penguasaan
tabiat dan kemahiran, serta pembentukan karakter dan keberanian pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses membantu
siswa agar dapat belajar secara efektif.
3. Problematika adalah hal yang masalah yang belum dapat dipecahkan.
masalah inilah yang menjadi penghambat dalam pencapaian suatu tujuan
yang telah direncanakan.
4. Teks pidato adalah teks yang disampaikan secara lisan oleh seseorang di
depan khalayak umum dengan tujuan untuk menyampaikan pesan atau
gagasan tertentu. Teks pidato biasanya disusun dengan struktur yang
terdiri dari salam pembuka, pendahuluan, isi pokok, simpulan, harapan-
harapan, dan penutup Isi dari teks pidato dapat berupa ide, gagasan, atau
pendapat yang disertai dengan alasan, bukti, dan fakta-fakta yang kuat
sehingga dapat mempengaruhi pendengar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Menurut (Suharso, Dkk 2009:391) problematika adalah sesuatu yang
mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang
menghalangi tercapainya tujuan. Khairiah,Okda Jumanti (2022:3) menjelaskan
Dalam konteks belajar mengajar, problematika dapat merujuk pada tantangan
atau permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa, seperti masalah dengan
metode pengajaran tertentu atau kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran
tertentu.
Dari pemaparan tersebur dapat disimpulkan Belajar dikelas yang sukses atau
berhasil tidak efektif atau tidak mencapai tujuan. Gejala ini sering disebut proses
yang mengalami hambatan dalam pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa
hambatan ini adalah segala segala bentuk kondisi yang menyebabkan tidak
terlaksananya dengan maksimal suatu kegiatan yang diinginkan. Jadi,
problematika pembelajaran bahasa Indonesia adalah problematika menulis teks
naratif pada siswa kelas IX SMP Negeri 5 Kendari.
1. Masalah pendididikan
masalah pendidikan bagi seseorang dapat mencakup berbagai aspek,
seperti masalah jiwa, karakter, kesehatan, dan kepuasan kerja. Oleh karena
itu, pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman dan individu
agar dapat memberikan manfaat yang optimal.
2. Masalah belajar
Penting untuk diperhatikan bahwa kesulitan belajar dapat terjadi dalam
berbagai bentuk dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi
neurologis, gangguan kognitif atau perkembangan, masalah emosional
atau perilaku, atau faktor lingkungan. Sifat spesifik dari kesulitan belajar
9
akan menentukan intervensi dan dukungan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
3. Masalah sosial
masalah sosial dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap
kehidupan seseorang, mempengaruhi kesejahteraan fisik, mental, dan
sosialnya. Untuk mengatasi masalah-masalah ini memerlukan pendekatan
multi-sisi yang mencakup intervensi berbasis individu dan komunitas.
4. Masalah pribadi
Masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami oleh seseorang
yang disebabkan oleh keadaan yang ada dalam diri sendiri seperti,masalah
kesehatan mental, hubungan keluarga yang buruk, kurangnya motivasi
pribadi, tekanan akademik, dan kurangnya dukungan sosial.
10
seperti kesalahan dalam penggunaan struktur frasa dan kalimat dalam tataran
sintaksis, Kurangnya pemahaman terhadap kaidah Bahasa Pada teks pidato
kenegaraan, penggunaan kalimat efektif yang benar dan jelas sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia sangat penting. Kesalahan dalam penggunaan
kalimat efektif dapat terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap kaidah
bahasa Indonesia.
d. Konteks situasi, kesalahan penggunaan bahasa pada struktur kalimat dan
frasa, serta jenis proses dan keadaan yang ditemukan dalam data dapat
dikaitkan dengan konteks situasi dalam tuturan. Oleh karena itu, penting
untuk memperhatikan penggunaan bahasa dalam teks pidato, terutama dari
segi struktur kalimat dan frasa, untuk menghindari kesalahan dan menjamin
pesan yang dimaksudkan tersampaikan secara efektif.
11
d) Iskandarwasid (2011, 248). Keterampilan menulis dapat dikatakan
sebagai keterampilan yang paling sulit dibandingkan tiga terampil
berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan kemampuan menulis
menghendaki pengguasaan keterampilan bahasa lainnya di luar
keterampilan menulis.
e) Putri Noraisya Primandari (2021:3) menjelaskan bahwa Menulis
merupakan bagian dari fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi.
Menulis dalam hal ini tentunya berbeda dengan menggambar atau
mencoret-coret secara random. Namun, menulis dalam pengertian
menggoreskan pena dengan tujuan tertentu yang sesuai, semisal
menuliskan huruf ‘a’ maka hendaknya ‘a’ bukan menulis ‘d’ , ‘p’, ‘q’
atau lainnya.
f) Dalman (2015:5) Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa
penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis
melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampai pesan, isi
tulisan, saluran atau media, dan pembaca.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan,
atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain.
12
2. Pengembangan inisiatif dan kreativitas, pengembangan inisiatif dan
kreativitas dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti menggunakan
media pembelajaran yang inovatif, mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran seni, mengawali inisiatif, mengelola pengaturan kelas,
menggunakan berbagai metode pendidikan dan media pembelajaran.
3. Penumbuhan keberanian, Secara keseluruhan, tumbuhnya keberanian
mungkin bergantung pada berbagai faktor, seperti kemampuan
memecahkan masalah, lingkungan yang mendukung, literasi sains,
keterampilan kewirausahaan dan kepemimpinan, serta lingkungan kelas
yang positif.
4. Pendorong kemauan dan keterampilan mengumpulkan informasi,
penyediaan model, teknik, dan strategi pembelajaran yang tepat, serta
mendorong pertukaran pengetahuan dan penggunaan alat-alat inovatif,
dapat mendorong kemauan dan keterampilan untuk mengumpulkan
informasi.
13
menulis laporan, menulis surat, menulis rancangan kegiatan, menulis karya
ilmiah dan membuat karangan.
1. Mempengaruhi
Banyak orang yang menulis dengan berbagai gaya salah satunya adalah
gaya provokasi. Gaya ini sangat sering digunakan, terutama saat menuliskan suatu
gagasan atau sebuah opini (berarti berbentuk tulisan nonfiksi). Tujuannya agar
para pembaca terpengaruh dan selanjutnya mengikuti opini atau gagasan yang
dikemukakan dalam gagasan tersebut.
2. Mengabarkan
Mengabarkan tidak jauh artinya dari provokasi dan member tahu. Hal ini
bisa dikatakan merupakan tujuan pertengahan. Mengabarkan adalah bentuk tulisan
yang biasanya memberikan data-data. Misalnya tulisan yang berupa berita, opini
jurnal, makalah dan buku-buku ilmiah yang datanya sera valid dan terpercaya.
14
3. Mengungkapkan
Untuk tujuan ketiga ini, dalam hal bentuk tulisannya sama dengan yang
pertama. Akan tetapi, para penulis yang mengungkapkan perasaan atau apapur
dari dalam pikiran dan hatinya ini tergolong pemula dan bukan orang terkenal
Menulisnya sembarangan dan seenaknya sendiri. Biasanya dikirim atau
dipublikasikan dari akun-akun pribadi sosial media, juga pada media-media
pribadi.
Selain dari itu, Semi (2007: 14) mengungkapkan beberapa tujuan orang
menulis, yaitu:
1. Untuk Menceritakan Sesuatu
Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain
atau pembaca mengetahui tentang sesuatu yang dialami yang bersangkutan.
Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan
pengetahuan.
2. Untuk Memberikan Petunjuk atau Pengarahan
Tujuan menulis yang kedua ialah untuk memberikan petunjuk atau
pengarahan. Bila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan
sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang memberi petunjuk
atau pengarahan.
15
Menurut Dalman (2015: 8), tujuan menulis dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Tujuan Menulis untuk Studi
Tujuan menulis untuk studi akan menghasilkan buku-buku ilmiah seperti
buku pelajaran, buku-buku ilmu pengetahuan, baik umum maupun
khusus (literatur), modul, diktat, artikel jurnal, skripsi, tesis, disertasi,
dan lain-lain. Tulisan yang bertujuan untuk studi ini akan digunakan oleh
siswa, mahasiswa, guru, dosen, ilmuwan, dan masyarakat umum sesuai
dengan kebutuhan.
2. Tujuan Menulis untuk Usaha
Tujuan menulis untuk usaha akan menghasilkan buku-buku ilmiah
populer seperti buku-buku motivasi, buku-buku untuk profesi tertentu.
Biasanya buku-buku untuk usaha ini sangat digemari oleh masyarakat
umum, khususnya yang memiliki usaha dan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya. Menulis dengan tujuan untuk usaha ini lebih bersifat
persuasif sehingga pembaca biasanya akan mempraktikkannya langsung
dari hasil yang dibacanya.
3. Tujuan Menulis untuk Kesenangan
Tujuan menulis untuk kesenangan atau hiburan akan menghasilkan karya
nonilmiah berupa novel, cerpen, naskah drama, puisi, dan juga
menghasilkan karya semi ilmiah seperti surat kabar, majalah, dan lain-
lain sebagai bahan pengisi waktu luang.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar
pembaca mengetahui, mengerti dan memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan
sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan isi tulisan.
16
2.6 Manfaat Menulis
y. Budi Artati mengemukakan (2018:4-6) menulis mempunyai manfaat
positif. Seorang penulis menjadi orang terkenal. Ia juga mendapat uang imbalan.
Selain manfaat tersebut manfaat menulis akan diuraikan satu per satu berikut ini.
1. Sarana Untuk Mengungkapkan Diri
mengungkapkan perasaan hati dapat dilakukan dengan menulis. Persaan
hati terkadang tidak dapat diungkapkan secara lisan. Oleh karena itu,
menulis menjadi salah satu sarananya.
2. Sarana Untuk Pemahaman
Seseorang yang membaca buku berarti ia menambah pengetahuan dalam
pikiran. Akan tetapi, seseorang yang membaca disertai menulis ia sedang
mengikat kuat ilmu pengetahuan dalam otaknya. Hal ini berarti, menulis
dapat mengikat kuat otak penulis. Dengan kata lain, menulis digunakan
sebagai sarana untuk pemahaman. Orang yang membaca buku kemudian
mengingatnya kembali akan berbeda dengan orang yang membaca buku
kemudian menuliskan yang penting-penting. Kegiatan membaca disertai
dengan menuliskannya akan lebih bermanfaat daripada membaca saja.
3. Mengembangkan kepuasaan pribadi, kebanggaan, dan perasaan harga diri
Menulis bisa meningkatkan kepercayaan akan kemampuan diri.
Sebenarnya kita mempunyai kemampuan yang belum diberdayakan.
4. Meningkatkan Kesadaran Terhadap Lingkungan
Seorang penulis selalu dituntut untuk terus belajar agar ia mengetahui
informasi. Akibatnya, pengetahuan penulis menjadi luas. Seorang yang
biasa menulis akan menjadi manusia yang kreatif dan peduli pada
masalah-masalah sekitar.
5. Keterlibatan Secara Bersemangat
Seorang penulis merupakan seorang pencipta. Ia disebut kreatif. Jika ada
sesuatu yang tidak baik, ia akan terpanggil untuk mengomentari lewat
tulisan-tulisannya.
6. Kemampuan Menggunakan Bahasa
17
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menulis, seseorang yang
ingin menulis harus mengusai bahasa yang dijadikan alat untuk menulis
tersebut. Dengan demikian, menulis tanpa mempunyai bahasa yang
memadai adalah omong kosong. Seandainya ia memaksakan diri, hasil
tulisannya akan kurang bagus.
Orang yang bisa menulis bisa dikatakan orang yang tahu cara
menggunakan bahasa. Hal ini karena kekuatan tulisan terdapat pada
bahasa tersebut. Seorang penulis mempunyai kekuatan karena bahasa
tulisannya. Orang yang rajin menulis akan semakin meningkat kemahiran
berbahasanya.
Sedangkan Menurut D’Angelo (Henry Guntur Tarigan, 2008:23), situasi
yang harus diperhatikan dalam menulis adalah maksud dan tujuan sang penulis,
pembaca atau pemirsa, dan waktu atau kesempatan.
1. Meningkatkan kecerdasan
2. Mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas
3. Menumbuhkan keberanian
4. Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis
adalah mengembangkan kreativitas, yaitu mengumpulkan bahan-bahan serta
memperjelas suatu masalah, dengan menemukan ide dan gagasan. Manfaat dari
menulis yang lain adalah meningkatkan pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya.
18
suatu realitas lingkungan itulah yang kadang tidak dimiliki oleh orang yang
bukan penulis.
2) Dengan kegiatan menulis mendorong kita untuk mencari referensi, seperti
buku, majalah, koran, jurnal dan sejenisnya.dengan membaca
referensireferensi tersebut, tentu kita akan semakin bertambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang apa yang akan kita tulis.
3) Dengan aktivitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan
argumen kita secara runtut, sistematis dan logis. Dengan keteraturan
tersebut, membantu kita untuk menyampaikan pendapat atau pemikiran kita
kepada orang lain Pendek kata, kita menjadi semakin cerdas.
4) Dengan menulis, secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan
stress kita. Segala unek-unek, rasa senang, atau sedih bisa ditumpahkan
lewat tulis, di mana dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu
atau diketahui oleh orang lain. Dalam tulisan, seorang penulis membuat
dunia tersendiri yang bebas dari intervensi orang lain.
5) Dengan menulis, di mana hasil tulisan kita dimuat oleh media massa atau
diterbitkan oleh suatu penerbit, kita akan mendapatkan kepuasan batin,
karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, juga
memperoleh honorarium (penghargaan) yang membantu kita secara
ekonomi.
6) Dengan menulis, di mana tulisan kita dibaca oleh banyak orang (mungkin
puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin
popular dan dikenal oleh public pembaca. Popularitas kadang membuat
seseorang merasa puas dan dihargai oleh orang lain.
19
tulisan sehingga penyajiannya sesuai dengan konvensi tulisan. Untuk itu
diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang luas, kemampuan mengendalikan
emosi, menata serta mengembangkan ide dengan daya nalar dalam berbagai
level berfikir. menulis juga dapat menumbuhkan keberanian. Pada saat menulis
akan timbul rasa keberanian yang meliputi pemikiran, perasaan, sikap, dan gaya
untuk disampaikan kepada pembaca. Karena itu penulis harus berani menerima
berbagai keritikan dari pembaca.
20
memberitahukan hal tertentu kepada pendengar. Tujuan pidato adalah menghibur
dan menyenangkan pendengar.
Menurut Arifin dan Tasai (2009: 228), pidato merupakan salah satu wujud
kegiatan berbahasa lisan yang didukung oleh aspek nonbahasa, seperti ekspresi
wajah, kontak pandang, dan intonasi suara. Pendapat lain terkait pengertian pidato
diungkapkan oleh Kosasih (2011: 227), pidato merupakan penyajian lisan kepada
sekelompok massa. Seorang berbicara secara langsung di atas podium atau
mimbar dan isi pembicaraannya diarahkan kepada orang banyak. Pendapat ini
sejalan dengan Abidin (2013: 49), pidato adalah cara berkomunikasi secara lisan
yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap
muka.
21
Adapun tujuan pidato menurut pandangan Gamal (2006: 5), sebagai
berikut.
1. Memberikan Informasi (to inform)
Pidato bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan dari
seseorang kepada orang atau pihak lain. Dengan informasi ini,
diharapkan para pendengar (audience) mengetahui, memahami,
menerima serta bersedia melaksanakan segala sesuatu yang telah
dijelaskan kepada mereka.
2. Memberikan Instruksi (to instruct)
Pidato bertujuan untuk memberikan instruksi kepada bawahan agar
melaksanakan sesuatu seperti yang diperintahkan.
3. Meyakinkan (to convince)
Menurut Anwar (dalam Gamal, 2006: 7), tujuan pidato adalah untuk
mengubah pendapat, sikap dan perilaku pendengar (audience) untuk
kemudian menggantikannya dengan pendapat, sikap, dan perilaku
yang diinginkan pembicara.
4. Menghibur (to entertain)
Pidato yang bertujuan untuk membuat pendengar terhibur. Makna
menghibur ini bisa dicapai jika pembicara menguasai seni berbicara di
depan umum.
5. Menggerakkan Massa (to move)
Tujuan untuk menggerakkan massa adalah salah satu tujuan dalam
berpidato untuk membangkitkan semangat dan juga mampu mengajak
atau menggerakkan massa untuk melakukan sesuatu.
6. Memperingatkan (to warn)
Pidato bertujuan untuk memperingatkan kepada pihak-pihak tertentu
yang telah melakukan suatu kebijakan yang tidak adil oleh sebagian
pihak sehingga melalui pidato, seseorang mampu menyampaikan rasa
ketidakadilan tersebut.
Selain dari pendapat di atas, Atmaja (2010: 21) mengemukakan
bahwa pidato bertujuan untuk memberikan informasi, menghibur, dan
22
membujuk atau memengaruhi pendengarnya. Hal ini senada dengan
pendapat Ismawati (2012: 33), yang menyatakan bahwa cara
menyampaikan informasi kepada publik dapat dibedakan menjadi lima,
yakni: (1) informatif, artinya pidato bertujuan untuk menyampaikan
informasi kepada para pendengarnya. (2) argumentatif, artinya pidato
bertujuan untuk meyakinkan pendengar tentang kebenaran suatu hal atau
pendapat. (3) persuasif, artinya pidato bertujuan untuk memengaruhi
pendengar terhadap sesuatu yang akan disampaikan orator. (4) deskriptif,
artinya pidato yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau
peristiwa. (5) rekreatif, artinya pidato yang bertujuan untuk menghibur
para pendengar.
23
2. Pidato Manuskrip
Pidato manuskrip sering disebut pidato dengan teks. Orang yang
berpidato membacakan teks pidato dari awal sampai akhir. Pidato jenis
ini diperlukan oleh tokoh nasional dan para ilmuwan dalam
melaporkan hasil penelitian yang dilakukannya. Mereka harus
berbicara atau berpidato dengan hati-hati karena kesalahan pemakaian
kata atau kalimat dapat berakibat negatif. Menurut Kosasih (2011:
228), pidato dengan membacakan teks, akan terkesan kaku apabila
tanpa disertai dengan ekspresi, intonasi suara, dan kesiapan mental
yang memadai.
3. Pidato Memoriter
Pidato jenis ini juga sering disebut sebagai pidato hafalan. Pembicara
atau orang yang akan berpidato menulis semua pesan yang akan
disampaikan dalam sebuah naskah, kemudian menghafalkan dan
menyampaikan kepada audiens kata per kata secara hafalan. Pidato ini
tidak dapat berjalan dengan baik apabila pembicara lupa bagian yang
akan disampaikan. Menurut Gamal (2006: 39), ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pidato memoriter, yaitu: membuat catatan
untuk isi pidato terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya, melakukan
persiapan penulisan naskah dan berusaha untuk menghafalnya dengan
baik.
4. Pidato Ekstemporer
Dalam pidato jenis ini, pembicara hanya menyiapkan garis besar (out-
line) dan pokok-pokok penunjang pembahasan (supporting points)
yang akan disampaikan. Garis besar dan pokok-pokok penunjang
pembahasan hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang
ada dalam pikiran. Pembicara tidak mengingat kata demi kata, tetapi
bebas menyampaikan ide-idenya dengan rambu-rambu garis besar
permasalahan yang telah disusun. Menurut Keraf (1979: 361), pidato
ekstemporer lebih banyak memberikan fleksibilitas dan variasi dalam
memilih diksi sehingga pembicara dapat mengubah nada
24
pembicaraannya sesuai dengan reaksi-reaksi yang timbul pada
pendengar sementara uraian itu berlangsung.
Menurut Ismawati (2012: 35), jenis pidato juga ditentukan oleh
beberapa faktor seperti situasi dan tempat pembicaraan. Faktor-faktor yang
menentukan jenis pidato adalah:
1. Bidang Politik
Jenis-jenis pidato politis yang lazim dibawakan adalah pidato
kenegaraan, pidato parlemen, pidato para perayaan nasional, pidato
kesempatan demonstrasi, dan pidato kampanye. Menurut Hendrikus
(dalam Abidin, 2013: 155), tujuan pidato jenis ini memengaruhi
pendengarnya. Pidato-pidato politis umumnya panjang dan dapat
dibawakan langsung di hadapan massa atau melalui media komunikasi
seperti radio dan televisi.
2. Kesempatan Khusus
Kesempatan khusus adalah kesempatan atau pertemuan tidak resmi
yang dihadiri orang yang saling mengenal, seperti pertemuan keluarga,
sidang organisasi, dan sidang antaranggota dan pimpinan perusahaan.
Jenis-jenis pidato yang dibawakan pada kesempatan ini adalah pidato
ucapan selamat datang, pidato untuk memberi motivasi, pidato ucapan
syukur.
3. Kesempatan Resmi
Berbeda dengan kesempatan khusus, kesempatan resmi dihadiri para
pejabat, pembesar atau orang-orang terkemuka yang datang dalam
suasana formal. Jenis-jenis pidato pada kesempatan seperti ini, yaitu:
pidato pelantikan, pidato pernikahan, dan pidato hari ulang tahun.
4. Pertemuan Informatif
Pertemuan informatif adalah pertemuan dalam kelompok-kelompok
kecil atau besar, baik dalam dunia pendidikan, maupun dalam bidang
kehidupan lain, dengan maksud memberi dan membagi informasi.
Menurut Hendrikus (dalam Abidin, 2013: 156), pidato dalam
kesempatan ini bersifat sungguh-sungguh, ilmiah, objektif, dan
25
rasional. Konsentrasi penyampaiannya menitiberatkan pada penalaran
rasional.
Berdasarkan isi dan sifatnya, Haryadi (dalam Abidin, 2013: 160)
mengelompokkan pidato dalam tiga jenis, yaitu: (1) pidato informatif, (2)
pidato propagandis, dan (3) pidato edukatif.
1. Pidato Informatif, memiliki ciri-ciri:
a. objektif, yaitu apa adanya, memberi penerangan sejelas-jelasnya,
dan tidak menyimpang dari pokok persoalan;
b. realistis, yaitu mengikuti hal yang sebenarnya, baik pahit maupun
manis;
c. motivatif, artinya memberi pengarahan agar diperoleh kesadaran
baru.
2. Pidato Propagandis, mempunyai ciri-ciri:
a. subjektif, artinya dapat menyimpang dari hakikat kebenaran demi
tercapainya tujuan;
b. fiktif, yaitu lebih banyak gambaran yang indah dan fatamorgana;
c. ada pemutarbalikan fakta, yaitu segala cara dapat dilakukan,
termasuk memutarbalikkan fakta demi memeroleh pengaruh yang
besar;
d. menarik, yaitu memikat dan sering mendapatkan tepuk tangan.
3. Pidato Edukatif, memiliki ciri-ciri:
a. rasional, yaitu berdasarkan pikiran sehat, bukan emosi, dan
mementingkan kebenaran;
b. dapat dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya;
c. tenang saat mengemukakannya, untuk menanamkan pengertian.
26
a. koran atau buku yang menyajikan masalah yang berhubungan
dengan materi yang akan dipidatokan, teknik-teknik, dan gaya
berpidato,
b. contoh teks pidato,
c. istilah-istilah populer, cerita, atau humor-humor yang relevan.
3. Melakukan pemilahan materi:
a. pilihlah materi yang terbaik,
b. pisahkan materi yang pokok dengan materi penunjang,
c. materi yang terlalu banyak tidak akan menghasilkan pidato yang
baik.
4. Memahami dan menghayati materi:
a. mengkaji materi secara kritis,
b. meninjau kelayakan materi dengan khalayak (audiens),
c. meninjau materi yang kemungkinan menimbulkan pro dan kontra,
d. menyusun sistematika materi,
e. menguasai materi pidato berdasarkan jalan pikiran yang logis.
5. Latihan berpidato:
a. menguasai secara utuh materi yang sudah dipersiapkan,
b. penghayatan terhadap suasana yang akan dihadapi.
Pendapat lain terkait langkah-langkah menulis pidato
dikemukakan oleh Ismawati (2012: 39), yaitu:
1. Memilih dan menentukan topik,
2. Menganalisis pendengar (audience),
3. Menentukan tujuan,
4. Menyiapkan materi atau teks pidato,
5. Memberi tanda jeda pada teks agar dapat membaca dengan intonasi
yang tepat,
6. Menentukan metode berpidato,
7. Berlatih pidato.
Menurut Abidin (2013: 166), langkah-langkah persiapan dalam
menulis pidato sebagai berikut:
27
1. Mengumpulkan bahan,
2. Menyortir bahan dan menyusun skema pidato,
3. Merenungi bahan,
4. Rumuskan kata-kata kunci,
5. Mengontrol secara khusus,
6. Menguasai pidato berdasarkan jalan pikiran yang logis,
7. Mencoba berpidato.
28
1) Pendahuluan, yang mengantar alam pemikiran pendengar kepada apa yang
akan dibicarakan, disampaikan.
2) Isi pidato, berupa hal-hal penting yang akan disampaikan kepada
pendengar.
3) Penutup, biasanya berisi penegasan atau penekanan akan hal-hal yang
disampaikan pembicara.
4) Saran-saran atau imbauan yang perlu diperhatikan pendengar. Kemampuan
menyusun naskah pidato adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang
dalam menggunakan unsur-unsur kesatuan bahasa untuk menyampaikan
ide atau gagasanya secara tertulis untuk disampaikan secara lisan sehingga
apa yang disampaikan dapat dipahami pendengarnya.
Pidato yang efektif selalu memerlukan persiapan yang baik. Untuk itu,
seorang penyusun teks pidato haruslah memahami cara-cara atau teknik-teknik
dalam menyusun teks pidato. Menyusun teks pidato memerlukan teknik-teknik
tertentu karena selain menuliskan ide-ide penulis juga harus memerhatikan dan
mempertimbangkan calon pendengarnya. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui
penulis.
Kegiatan berpidato agar berlangsung dengan baik diperlukan persiapan
dan latihan secara teratur. Bagi orang yang sudah bisa berpidato di hadapan
massa, memersiapkan pidato dan melakukan latihan mungkin tidak diperlukan
lagi, namun bagi baru atau belum pernah berpidato hal ini sangat diperlukan.
Anwar (1995: 36) mengemukakan bahwa ada tiga langkah persiapan pidato, yaitu
(a) persiapan fisik, (b) persiapan mental, (c) persiapan materi yang dapat
menunjang keberhasilan berpidato seseorang.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
yang luas sangat dibutuhkan agar calon pembawa pidato lebih memiliki keyakinan
untuk meyakinkan pendengarnya tentang apa yang dikemukakan dalam pidatonya,
sekaligus memberikan pengetahuan atau menanamkan nilai-nilai yang diharapkan
dapat bermanfaat.
Fakta-fakta, ilustrasi, pokok-pokok yang konkret dapat menambah
penguatan bagi pembawa pidato yang tentunya akan berdampak secara positif
29
bagi pendengarnya. Untuk pidato perpisahan sekolah, fakta-fakta ilustrasi, cerita
atau pokok-pokok konkrit yang berhubungan dengan pendengarnya adalah harus
berkaitan dengan kenyataan sebagai akibat malas belajar, menganggur, pemalas
perlu disampaikan. Tindakan-tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh pelaku
kejahatan sebagai akibat tidak mau bersekolah atau tidak bersekolah perlu
dikemukakan, karena para pendengar yang umumnya terdiri dari siswa-siswa.
Di sisi lain, ungkapan terima kasih serta permohonan maaf kepada para
guru yang telah membimbing para siswa selama ini, harus disampaikan.
Permohonan doa serta restu para orangtua dan guru-guru yang telah banyak
mengarahkan dan mendidik para siswa, yang terkadang menyita pengorbanan
yang besar dari guru-guru. Ini yang perlu dipersiapkan oleh calon membawa
pidato sebagai sambutan dalam acara perpisahan sekolah. Hal ini harus
dipaparkan dalam teks yang secara umum terdiri dari pendahuluan, isi dan,
penutup. Menurut Dawud dkk (2004: 68) teks pidato harus jelas gagasannya,
organisasi isinya, tata bahasa, kosakata serta penggunaan ejaannya harus sesuai
dengan pedoman EYD.
1) Isi Gagasan Isi gagasan yang dimaksud dalam tulisan ini, adalah gagasan atau
ide siswa yang berkenaan dengan tema pidato, yakni perpisahan sekolah.
Gagasan ini harus relevan dengan suasana atau tema pidato yang ditentukan
guru.
2) Organisasi Isi Pengorganisasian ide atau gagasan adalah penempatan dalam
teks pidato akan bagian-bagian teks pidato yang dimulai dari pendahuluan,
isi, dan penutup. Pendahuluan selayaknya diletakkan diawal teks pidato yang
disusun, kemudian isi, dan terakhir adalah penutup.
3) Tata Bahasa Tata bahasa dalam teks pidato dimaksudkan sebagai susunan
kata-kata menjadi kalimat, paragraf, dan teks secara utuh. Susunan bahasa
harus jelas dan logis, sehingga makna dalam teks pidato dapat ditangkap
dengan mudah.
4) Kosa Kata Kata-kata yang menyambung kalimat harus selaras dengan
maksud penulis. Kosa kata yang digunakan juga harus tepat, sehingga
30
tidak menimbulkan kesalahpahaman dari pendengar. Kosa kata harus baku
dan tidak menggunakan kosa kata dari daerah masing-masing siswa, tetapi
harus menggunakan bahasa Indonesia.
5) Ejaan yang Disempurnakan Teks pidato yang ditulis siswa harus
memperhatikan unsur EYD, sehingga tidak terjadi kesalahan, yang
mengakibatkan pemaknaan terhadap teks menjadi rancu.
Skripsi Boby Waluyo Purno Irawan pada tahun 2022 dengan judul
penelitian “ kesulitan siswa dalam membuat teks pidato siswa kelas VI SDN
Bogem tahun pelajaran 2021/2022” Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, dikemukakansebagai berikut: (1) Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 61 digunakan sebagai batasan
penilaian. (2) Ditemukan kesulitan yang dialami siswa sebagian besar dalam
mengemukakan inti masalah sebanyak 70%, aspek keterkaitan pembahasan antara
informasi dan topik sebanyak 50%, dan aspek penulisan simpulan sebanyak 45%.
(3) Ditemukan pula 13 siswa mendapatkan nilai di atas KKM dan 7 siswa
mendapatkan nilai di bawah KKM.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
32
Melihat dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang mengamati suatu kondisi secara mendalam dan bertujuan
untuk menemukan makna dibalik sesuatu yang terjadi secara alamiah Artinya
penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan, menggambarkan keadaan secara
tepat sifat-sifat suatu individu, dan menggunakan pokok permasalahan yang
hendak dibahas dalam penelitian ini yang berkaitan dengan problematika siswa
dalam menulis teks naratif, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif.
Pertanyaan Jawaban
33
dalam menulis teks pidato?
2. Menurut ibu faktor apa sajakah yang
menyebabkan peserta didik mengalami
problematika dalam menulis teks pidato?
3. Menurut ibu mengapa peserta didik
mengalami kesulitan dalam menemukan
tema ketika menulis teks pidato?
4. Menurut ibu mengapa peserta didik
mengangap menulis teks pidato adalah
suatu kegiatan yang kurang menyenangkan?
5. Seberapa sering ibu meminta peserta didik
membuat teks pidato disekolah?
6. Menurut ibu apa yang menyebabkan peserta
didik kesulitan dalam menulis pidato sesuai
dengan unsur-unsur teks pidato ?
Jawaban
N Pernyataan
Kadang Tidak
o
Ya -kadang
34
2. Apakah Anda dapat memahami dengan
baik tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru?
35
kebutuhan dalam belajar?
36
19. Pernahkah Anda mengonsultasikan
kesulitan/masalah yang Anda hadapi dalam
pembelajaran menulis teks pidato kepada
guru mata pelajaran?
37
Dokumentasi merupakan cara mengumpul data dengan menggunakan
dukumen sebagai sumber data yang dapat diperoleh dengan melihat dan
mengabadikan gambar, mencatat, data apa yang ada dalam perubahan siswa
kelas IX SMP Negeri 5 Kendari.
DAFTAR PUSTAKA
38
Jubaedah, S., Setiawan, HM, & Meliasanti, F. (2021). Analisis Kalimat Imperatif
pada Pidato Nadiem Makarim Rekomendasi sebagai Bahan Ajar Teks
Pidato Persuasif. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan.
Matondang, Z., Djulia, E., Sriadhi, S. & Simarmata, J. (2019). Evaluasi Hasil
Belajar. Yayasan Kita Menulis.
Mubarak, A. Z. (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 dan
Problematika Pendidikan Tinggi (Vol. 3). zakimu. com.
Primandari, P.N., Islam, C.C., Chandra, A.P. & Muhammad, F. (2021). Aplikasi
Pengenalan Pola Sebagai Media Pembelajaran Menulis Pada Anak
Usia Dini. Antivirus : Jurnal Ilmiah Teknik Informatika.
Suprapno, H., Keban, Y. B., Nurhidayati, T., Supriyatno, T., Purandina, I. P. Y.,
Ridho, A. & Asy’ari, H. (2021). Pengantar Ilmu Pendidikan. CV
Literasi Nusantara Abadi.
Sutikno, M. S. (2021). Strategi Pembelajaran. Penerbit Adab.
39