PROPOSAL
OLEH
Muhammad Faqih
NIM C7432011010025
1
ii
DAMPAK KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP
PERILAKU SOSIAL ANAK
PROPOSAL
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Yapis Dompu
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH
Muhammad Faqih
NIM C7432015010025
iii
Skripsi oleh Muhammad Faqih ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Hasan, M.Pd.
NIDN. 0829088701
Sumiati, M.Pd.
NIDN. 0828088801
Mengetahui/Mengesahkan
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
Ketua,
Sugerman, M. Pd.
NIDN. 0812118603
ii
Skripsi oleh Muhammad Faqih ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada Tanggal 12 Mei 2020.
Dewan Penguji:
Ketua,
Hasan, M.Pd.
NIDN. 0829088701
Anggota I,
Sumiati, M.Pd.
NIDN. 0828088801
Anggota II,
Idhar, M.Pd.I.
NIDN. 0820088502
Anggota III,
Idhar, M.Pd.I.
NIDN. 0820088502
Mengetahui/Mengesahkan
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
Ketua,
Sugerman, M. Pd.
NIDN. 0812118603
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada
kpenulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul Dampak
Broken Home Terhadap Perilaku Anak Proposal ini merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan pada Progran Studi …. (S-1) yang Penulis
tempuh di STKIP Yapis Dompu. Penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan proposal/skripsi ini tidak terlepas dari peran, dorongan, dukungan,
arahan, dan saran dari berbagai pihak.
Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada …. (nama) Ketua Yayasan Pendidikan Islam (Yapis) Dompu …. Terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada ....
(nama) Ketua STKIP Yapis Dompu yang telah.... Terima kasih penulis sampaikan
kepada …. (nama) Waket I Bidang Akademik yang telah …. Terima kasih penulis
sampaikan kepada …. (nama) Waket II Bidang Administrasi dan Keuangan yang
telah …. Terima kasih penulis sampaikan kepada …. (nama) Waket III Bidang
Kemahasiswaan yang telah ….dan seterusnya
Akhirnya, dengan segala keterbatasan dan kelebihannya, semoga
proposal/skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
HALAMAN LOGO.................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ............................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 1.1. Latar belakang, 1.2. Batasan
Masalah, 1.3. Rumusan Masalah, 1.4. Tujuan Penelitian, 1.5. Manfaat Penelitian,
1.6. Istilah Operasional Variabel.
1.1. Latar Belakang
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan
(Prijatna, 2012).
1
keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orangtua sehingga membuat
Sujoko, 2011).
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan
Keluarga yang terpecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
(1) keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu
dari kepala keluarga itu meninggal atau telah bercerai, (2) orang tua tidak
bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau
ibu sering tidak dirumah, dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih
keluarga tidak berjalan dengan rukun, damai dan sejahtera karena sering
keluarga seperti ini akan menyebabkan anak atau remaja mengalami stres
atau tekanan.
2
Selanjutnya penelitian Junaidi (2007), menyatakan bahwa anak dari
keluarga broken home ada yang terjerumus hal-hal negatif dan berakhir
itu telah menjadi perampok dan pemerkosa. Data ini memperkuat bukti
anak broken home seperti Presiden Republik Indonesia SBY dan Presiden
Amerika Serikat Obama yang menjadikan broken home sebagai titik balik
sebagai kekuatan atau pemicu untuk berubah ke arah yang lebih baik atau
ukuran logika atau sains atau menurut standar logika ilmiah), maka hal ini
3
Dimaksudkan disini adalah setiap manusia akan bertindak dengan
cara yang berbeda dalam situasi yang salam, setiap perilaku seseorang
4
5. Apakah terdapat peran dukungan sosial dan bimbingan psikologis yang
dapat mengurangi dampak negatif Broken Home pada anak usia 10-18
tahun?
5
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Secara Teoritis
6
termasuk upaya untuk meminimalkan risiko terjadinya Broken
Home.
7
Indikator: Skala penilaian kemampuan anak
berinteraksi sosial, pembentukan hubungan, dan
adaptasi sosial.
3. Variabel Ketidakutuhan Struktur Keluarga
o Operasionalisasi:
Variabel 6 (Z1): Kurangnya Keterlibatan Orang Tua
Indikator: Tingkat keterlibatan orang tua dalam
kegiatan anak, waktu yang dihabiskan bersama, dan
dukungan emosional.
Variabel 7 (Z2): Konflik dalam Keluarga Extended
Indikator: Tingkat konflik antara anggota keluarga
inti dan keluarga extended.
4. Variabel Resiliensi Anak
o Operasionalisasi:
Variabel 8 (R1): Kemampuan Mengatasi Stres
Indikator: Skala penilaian kemampuan anak
mengatasi stres dan tekanan psikososial.
Variabel 9 (R2): Sikap Positif terhadap Perubahan
Indikator: Skala penilaian sikap positif anak
terhadap perubahan dan adaptasi.
5. Variabel Dukungan Sosial dan Bimbingan Psikologis
o Operasionalisasi:
Variabel 10 (D1): Dukungan Sosial Keluarga
Indikator: Skala penilaian dukungan sosial yang
diberikan oleh keluarga.
Variabel 11 (D2): Bimbingan Psikologis
Indikator: Frekuensi dan kualitas layanan
bimbingan psikologis yang diterima oleh anak.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 2.1. Kajian teori, 2.2. Kerangka
Berpikir, dan 2.3. Hipotesis Penelitian.
1.1. Kajian Teori
1.1.1. Anak Dan Remaja
1.1.1.1. Pengertian Anak
Secara umum menurut para ahli, dikatakan bahwa anak adalah
anugerah dari tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga, dididik sebagai
bekal sumber daya, anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai
harganya. Seorang anak hadir sebagai amanah dari Tuhan untuk
dirawat, dijaga dan dididik yang kelak setiap orang tua akan diminta
pertanggungjawaban atas sifat dan perilaku anak semasa didunia. Secara
harfiah anak adalah seorang cikal bakal yang kelak akan meneruskan
generasi keluarga, bangsa dan negara. Anak juga merupakan sebuah
aset sumber daya manusia yang kelak dapat membantu membangun
bangsa dan negara.
9
Dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja
dalam bidang ilmu pengetahuan (the body of knowledge) tetapi dapat di
telaah dari sisi pandang sentralistis kehidupan.Misalnya agama, hukum
dan sosiologi menjadikan pengertian anak semakin rasional dan aktual
dalam lingkungan sosial. Disertai dengan ketentuan hukum atau
persamaan kedudukan dalam hukum (equality before the low) dapat
memberikan legalitas formal terhadap anak sebagai seorang yang tidak
mampu untuk berbuat peristiwa hukum yang ditentukan oleh ketentuan
peraturan-peraturan hukum itu sendiri, atau meletakan ketentuan hukum
yang memuat perincian tentang klasifikasi kemampuan dan kewenangan
berbuat peristiwa hukum dari anak yang bersangkutan. Hak- hak
privilege yang diberikan negara atau pemerintah yang timbul dari UUD
dan peraturan perundang-undangan
1) Pengertian Anak Menrut Agama Islam
Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama
khususnya dalam hal ini adalah agama Islam, anak
merupakan makhluk yang lemah namun mulia, yang
keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah
SWT dengan melalui proses penciptaan. Oleh karena
anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam
pandangan agama Islam, maka anak harus diperlakukan
secara manusiawi seperti dioberi nafkah baik lahir
maupun batin, sehingga kelak anak tersebut tumbuh
menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat
bertanggung jawab dalam mensosialisasikan dirinya
untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa mendatang.
Dalam pengertian Islam, anak adalah titipan Allah
SWT kepada kedua orang tua, masyarakat bangsa dan
negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai
rahmatan lil‘alamin dan sebagai pewaris ajaran Islam
pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anak yang
dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan sebagai
10
implementasi amalan yang diterima oleh orang tua,
masyarakat , bangsa dan negara
11
transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh sebab itu, pola pikir akan
berubah dan berproses menuju dewasa.
1.1.2. Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan
darah, ikatan kelahiran, hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang
orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di
sekitarnya baik buruknya anggota keluarga, tetap tidak bisa mengubah
12
kodrat yang ada, garis besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk
diperbaiki tanpa harus menghakimi.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6
pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri; atau suami (Kepala keluarga), istri dan anaknya yang di sebut
dengan Rumah Tangga atau dengan sebutan lainnya ialah keluarga kecil;
sedangkan yang disebut dengan keluarga besar selain suami, istri dan
anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat orang tua atau disebut
ayah dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-anaknya orang tua
yang lain termasuk orang tua dari ayah (Kakek dan nenek), Menurut Paul
B. Horton bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki
kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu yang lama dan
juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam
wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat
yang berbeda di dalam wilayah, daerah tersebut.
1.1.3. Broken Home
1.1.3.1. Pengertian Broken Home
Broken home adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keluarga yang terpisah atau tidak lagi hidup
bersama. Keluarga yang terpisah atau broken home dapat
terjadi karena beberapa alasan seperti perceraian, kematian
salah satu orang tua, atau perpisahan lainnya.
Anak-anak yang tinggal di broken home biasanya harus
tinggal dengan salah satu orang tua atau diasuh oleh keluarga
lain. Keluarga broken home dapat mengalami kesulitan
13
ekonomi dan emosional, serta memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap masalah kesehatan mental dan sosial.
1.1.3.2. Ciri – Ciri Broken Home
Berikut ini adalah beberapa ciri yang umumnya dimiliki oleh
keluarga broken home:
14
1.1.4. Perilaku Sosial
Perilaku merupakan suatu cerminan kongkrit atau nyata yang
tampak dalam sikap, perbuatan dan katakatanya sebagai reaksi
seseorang yang muncul karena adanya pengalaman proses
pembelajaran dan rangsangan dari lingkungan (Tulus, 2004: 64). Hal
ini menunjukkan bahwa perilaku bisa dilihat langsung sebagai reaksi
dari rangsangan yang seseorang terima dari lingkungan sekitar. Anak
membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Menurut Yusuf (2012:29) dengan lingkungan sosialnya secara
efektif. Bentuk-bentuk perilaku sosial adalah berselisih atau
bertengkar, menggoda, persaingan, kerja sama, tingkah laku berkuasa,
dan simpati.
Selanjutnya Ahmad (2009: 137), mengatakan perilaku sosial
adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang
berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal
bertingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar
memainkan peran sosial serta upaya mengembangkan sikap sosial
yang layak diterima oleh orang lain.
Hurlock (2013:261) berpendapat bahwa perilaku sosial
menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat.
Lebih lanjut lagi, perilaku
sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat,
yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat
diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang.
Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap,
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku
sosial adalah suatu aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang
lain atau sebaliknya dalam rangka untuk memenuhi diri atau orang
lain yang sesuai dengan tuntutan social (Hurlock, 2013 :262).
15
Perilaku secara bahasa berarti cara berbuat atau menjalankan
sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia. Secara sosial
berarti segala sesuatu mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Sedangkan secara istilah diartkan sebagai berikut ini:
Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap
orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi kebutuhan diri
atau orang lainyang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock,
2013:264). Perilaku juga sering disebut dengan akhlak atau moral.
Moral ialah kelakuan yang sesuai dengan ukuran- ukuran (nilai-nilai)
masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang
disertai pula oleh rasa tanggungjawab atas kelakuan atau tindakan
tersebut (Drajat, 2015:89).
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
social seseorang merupakan sifat relative untuk menanggapi orang
lain dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam
melakukan kerjasama, ada orang yang melakukannya diatas
kepentingan pribadinya, ada orang yang bermalas-malasan, tidak
sabar dan hanya ingin mencari untung sendiri.
1.2. Kerangka Berpikir
16
o Kaitan dengan Penelitian:
Variabel independen penelitian (faktor-faktor penyebab
Broken Home) dapat dianalisis dalam konteks teori sistem
keluarga untuk memahami bagaimana perubahan dalam
satu aspek dapat memengaruhi dinamika keluarga secara
keseluruhan.
2. Teori Perkembangan Anak (Child Development Theory):
o Argumentasi:
Teori ini menekankan bahwa pengalaman anak dalam
keluarga dapat berpengaruh signifikan pada perkembangan
psikososial mereka.
Broken Home dapat menjadi faktor risiko yang
memengaruhi perkembangan anak, baik dari segi psikologis
maupun sosial.
o Kaitan dengan Penelitian:
Variabel dependen penelitian (dampak psikososial pada
anak) dapat dianalisis dalam konteks teori perkembangan
anak untuk memahami bagaimana pengalaman Broken
Home dapat membentuk perilaku dan kesejahteraan anak.
3. Teori Resiliensi (Resilience Theory):
o Argumentasi:
Teori ini menyoroti kemampuan individu untuk pulih dan
berkembang positif meskipun menghadapi stres dan
tantangan.
Dalam konteks Broken Home, resiliensi anak dapat menjadi
faktor pelindung yang membantu mereka mengatasi
dampak psikososial negatif.
o Kaitan dengan Penelitian:
Variabel resiliensi anak dapat dianalisis untuk
mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor tertentu, seperti
dukungan sosial dan bimbingan psikologis, dapat
17
meningkatkan kemampuan anak untuk mengatasi
konsekuensi Broken Home.
Dengan mengintegrasikan ketiga teori ini, penelitian ini memiliki dasar teoretis
yang kokoh untuk menganalisis kompleksitas fenomena Broken Home dan
dampaknya pada anak usia 10-18 tahun. Guna mendukung pemahaman tersebut,
berikut adalah bagan kerangka konseptual:
Teori Resiliensi
H0: Tidak ada perbedaan signifikan dalam persepsi orang tua terkait
faktor-faktor penyebab Broken Home antara keluarga dengan
perceraian dan keluarga dengan ketidakutuhan struktur keluarga.
18
H1: Terdapat perbedaan signifikan dalam persepsi orang tua terkait
faktor-faktor penyebab Broken Home antara keluarga dengan
perceraian dan keluarga dengan ketidakutuhan struktur keluarga.
H0: Tidak ada perbedaan signifikan dalam pengalaman anak usia 10-
18 tahun terkait Broken Home antara keluarga dengan perceraian dan
keluarga dengan ketidakutuhan struktur keluarga.
H1: Terdapat perbedaan signifikan dalam pengalaman anak usia 10-
18 tahun terkait Broken Home antara keluarga dengan perceraian dan
keluarga dengan ketidakutuhan struktur keluarga.
4) Resiliensi Anak
H0: Tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat resiliensi anak usia
10-18 tahun terkait Broken Home antara keluarga dengan perceraian
dan keluarga dengan ketidakutuhan struktur keluarga.
H1: Terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat resiliensi anak usia
10-18 tahun terkait Broken Home antara keluarga dengan perceraian
dan keluarga dengan ketidakutuhan struktur keluarga.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 3.1. Jenis Penelitian, 3.2. Populasi dan
Sampel, 3.3. Teknik Pengumpulan Data, 3.4. Instrumen Penelitian, 3.5. Teknik
Analisa Data.
Sumber data utama adalah keluarga dengan anak usia 10-18 tahun
yang mengalami Broken Home. Data diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan orang tua dan anak, observasi langsung dalam kehidupan
sehari-hari, dan studi dokumentasi terkait perceraian atau ketidakutuhan
struktur keluarga.
20
3.5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam
b. Observasi
c. Studi Dokumentasi
a) Pengkodean Data
o Identifikasi pola dan tema utama dari data wawancara, observasi,
dan studi dokumen.
b) Pengelompokan Tema
o Pengelompokan tema menjadi kategori yang saling terkait.
c) Pengembangan Narasi
o Penyusunan narasi yang menggambarkan hasil analisis dan temuan
utama.
21
3.8. Tahap-Tahap Penelitian
a. Perencanaan
b. Pengumpulan Data
c. Analisis Data
e. Pengecekan Keabsahan:
f. Penyusunan Laporan:
22
DAFTAR RUJUKAN
file:///C:/Users/ali%20yusril/Downloads/9958-32768-2-PB.pdf
file:///C:/Users/ali%20yusril/Downloads/BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/ali%20yusril/Downloads/43879-113584-1-PB.pdf
file:///C:/Users/ali%20yusril/Downloads/347326-dampak-keluarga-broken-home-
tehadap-peri-31d8fffe.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-remaja/#Pengertian_Remaja
https://an-nur.ac.id/broken-home-pengertian-ciri-penyebab-dan-cara-
mengatasinya/
http://repository.umpri.ac.id/id/eprint/976/3/PUTRY%20FERA%20FEBRY
%20YANTI_18060120_PGSD_SKRIPSI_3.pdf
https://deepublishstore.com/blog/contoh-hipotesis-penelitian/
#Contoh_Hipotesis_Penelitian_Kualitatif
23
KARTU KEIKUTSERTAAN SEMINAR
NIM : C722201901001
SEMESTER : VIII
KETUA DEWAN
NAMA WAKTU DAN PENGUJI
No PRODI
PEMAKALAH TEMPAT TANDA
NAMA
TANGAN
1 Rosmiati 14.00-16.00 P-SJ Nurjanah, M. Pd.
NIM C722201901001 WITA / R.3
3 dst…………… dst…………… dst…….. dst…………… dst…………
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Mengetahui/Mengesahkan
Program Studi Pendidikan
Sejarah,
Ketua,
Sumiyati, M. Pd.
NIDN. 082828078802
24
BERITA ACARA PEMBIMBINGAN (BAP)
PROPOSAL PENELITIAN/SKRIPSI
Semester : VIII
Tanggal,
Tanda Tangan
No. Bulan & Materi Bimbingan
Pembimbing
Tahun
1
dst.
25
LEMBAR PERBAIKAN PROPOSAL PENELITIAN/SKRIPSI
Nama : ………………..
NIM : ………………..
Judul Penelitian :
No
BAB /SUB-BAB MATERI YANG DIREVISI
.
1.
2.
3.
dst.
*
) pilih yang sesuai
Dompu, 12 November 2020
Mengetahui,
Penguji I/II/III/IV *)
Sugerman, M. Pd.
NIDN 0812118603
26
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang Saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya Saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang Saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran Saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
materai 6000
Muhammad Faqih
NIM C743202001005
27
RIWAYAT HIDUP
28