Disusun oleh :
1. Fitria Handayani 1234070036
2. Muhammad Baihaqy Al Fath 1234070075
3. Muhammad Rizki Roihan 1234070050
4. Shafina Khairunnisa 1234070018
5. Mutya Fadillah 1234070021
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul
“CHARACTER BUILDING DI KELUARGA DAN SEKOLAH”.
Makalah ilmiah ini disusun guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
character building. Disamping itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada pembaca.
Karya tulis ini dapat diselesaikan semata karena penulis menerima banyak
bantuan dan dukungan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Zaenal Mukarom, M.Si., CICS selaku dosen mata kuliah character building
yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama penyusunan makalah ilmiah
ini.
2. Ayah dan Ibu, atas semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan makalah
ilmiah ini.
3. Teman-teman program studi manajemen haji dan umrah kelas 2 A yang telah
memberikan semangat dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karenanya, saran dan kritik yang
bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................
3
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 27
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 27
B. Saran .................................................................................................................. 28
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak perlu disangsikan lagi bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang
harus melibatkan semua pihak baik keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan
sekolah. Pendidikan yang pada umumnya bertujuan sangat mulia baik dalam
membentuk pribadi yang kuat, berkarakter khas, dan sekian banyak tujuan baik lainya.
Pentingnya pembangunan karakter sejak dini pada anak-anak menjadi salah satu
tanggungjawab setiap orangtua. Peran orangtua dalam hal ini sangatlah menentukan
bagaimana karakter anak dimasa depan. Anak menerima setiap goresan kemana ia akan
diarahkan, jika diarahkan pada hal baik maka anak akan berperilaku dengan penuh
kebaikan sehingga bahagia di dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya, jiga anak
1
Accepted 12th December 2008First published as an Advance Article on the web 23rd January
2009DOI: 10.1039/b817287k D. Melgoza, A. Hern´andez-Ram´ırez and J. M. Peralta-Hern´andez*Received 2nd
October 2008, Phys. Rev. E, October, 2008, 6–11
<http://www.ainfo.inia.uy/digital/bitstream/item/7130/1/LUZARDO-BUIATRIA-2017.pdf>.
5
diarahkan kepada hal yang tidak baik, maka anak akan berperilaku kurang baik,untuk
dirinya dan orang sekitarnya.
Dalam hal ini lembaga pendidikan yang terlibat dalam mengarahkan peserta
didik harus seiring dan sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional yaitu: Membangun kualitas manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga
negara yang berjiwa pancasila mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi,
berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian yang kuat, cerdas terampil, dapat
mengembangkan dan menyuburkan demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik
antara sesama manusia dan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan
6
daya estetik, berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakat (Suryosubroto,
2010: 12)
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik ingin meneliti
dan mengkaji lebih jauh lagi persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan judul
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi character building di keluarga dan sekolah?
2. Apa urgensi dari penerapan character building dikeluarga dan sekolah ?
3. Metode/program apa saja yang digunakan dalam proses pembentukan karakter
dalam lingkungan keluarga sekolah?
4. Apa saja nilai karakter yang diterapkan dalam character building di keluarga
dan sekolah?
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pembentukan
karakter di keluarga dan sekolah?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian dan pembuatan makalah ini adalah untuk
memperoleh informasi terkait pembangunan karakter yang ada lingkungan sekolah
MAN 2 Bandung dan keluarga Saudara Muhammad Baihaqy Al Fath, dimana kami
tertarik untuk mengetahui hal berikut:
7
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka dapat disampaikan manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penulis serta
menambah ilmu pengetahuan tentang pembangunan karakter
2. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan bagi
penelitian selanjutnya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Character Building
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, N.K. Singh dan Mr. A.R. Agwan, karakter adalah sebuah sistem keyakinan
dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui
pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi
tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata
lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
2
Idris, Sultan. ‘Characters Bulding’, 2017, 0–9.
9
2. Tangung jawab, disiplin, mandiri
3. Jujur
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai dan persatuan
2. Keluarga
Keluarga adalah sebuah system sosial kecil yang terdiri dari suaru rangkaian
bagian yang saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktir internal maupun
eksternalnya. 3
Menurut Friedman, keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Menurut
Duvall, keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
3
Nia Septyana Rahayu, ‘Hubungan Antara Karakteristik, Pengetahuan, Peran Dan Fungsi Keluarga
Dengan Pemberian Stimulsi Pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Posyandu Desa Kroya Kecamatan Kroya
Kabupaten Cilacap’, Universitas Muhamadiyah Purwokerto, 1998, 2014, 32
<http://repository.ump.ac.id/3851/1/Nia Septyana Rahayu COVER.pdf>.
10
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat.
3. Sekolah
Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas
interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organic (Wayne dalam buku
Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Sedangkan berdasarkan undang-undang no 2 tahun
1989 sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.4
Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca,
menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian
integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat
dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua
tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. (Zanti Arbi dalam buku
Made Pidarta, 1997:171)
Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam
pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu
komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting
diantara komponen lainnya. Murid atau anak didik menurut Djamarah (2011) adalah
subjek utama dalam pendidikan setiap saat. Sedangkan menurut Daradjat (dalam
Djamarah, 2011) murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi
dan mengalami berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid
membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh
anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain
4
N. Widiyawati, ‘Hubungan Pengawasan Orang Tua Dengan Tingkat Putus Sekolah Di Purwosari Kota
Metro’, Universitas Lampung, 2019, 17 <http://digilib.unila.ac.id/1366/5/BAB II.pdf>.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
keadaan yang tengah dipermasalahkan yang bertujuan dapat mengungkap fakta yang
ada.
E. Fokus Penelitian
Dalam peneitian ini, peneliti memfokuskan mengenai perkembangan karakter
yang ada disekolah atau keluarga. Fokus penelitian ini adalah melihat seberapa jauh
penerapan nilai-nilai dan karakter didalam sekolah dan keluarga .
13
oleh peneliti adalah berupa rekaman yang dalam hal ini menggunakan alat
perekam dari smartphone yaitu berupa foto dan video.
14
BAB IV
a Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode
yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat
secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna, serta
relevan dalam kontek kehidupannya (student active learning, contextual learning.
inquiry based learning, integrated learning).
b Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community)
sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalarm suasana yang memberikan
rasa aman, penghargaan. tanpa memberikan semangat. ancaman.
c Memberikan pendidikan karakter secara ekplisit, sistematis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the gaod, loving the good,
dan acting the good.
d Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak, yaitu
menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia.
e Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip Appropriate Practices
Developmentally
f Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh
sekolah. Yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan sekolah harus
berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada
kesejahteraan lainnya.
g Model (contoh) perilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkungan
yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh
perhatian dan penuh penghargaan dari guru dalam interaksinya dengan siswa.
15
h Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk
dalam kehidupan di kelas dan sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan yang
lebih demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan
tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil tindakannya.
i Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial. Bagian
terpenting dari peningkatan perkembangan positif siswa termasuk pengajaran
langsung keterampilan sosial-emosional, seperti mendengarkan ketika orang lain
bicara, mengenali dan me manage emosi, menghargai perbedaan, dan
menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang menghargai kebutuhan
(kepentingan) masing-masing.
j Melibatkan siswa dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi pendidikan anak
untuk menjadi prososial, moral manusia.
k Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa.
Tidak ada anak yang terabaikan. Tolak ukur yang sesungguhnya dari kesuksesan
sekolah termasuk pendidikan "semua siswa untuk mewujudkan seluruh potensi mereka
dengan membantu mereka mengembangkan bakat khusus dan kemampuan mereka, dan
dengan membangkitkan pertumbuhan intelektual, etika, dan emosi mereka.
16
berapa hal yang terkait dengan pentingnya menanamkan pendidikan karakter
diantaranya adalah :
a. Selama dimensi karakter tidak menjadi bagian dari kriteria keberhasilan dalam
pendidikan, selama itu pula pendidikan tidak akan berkontribusi banyak dalam
pembangunan karakter.
b. Dalam kenyataanya, pendidik berkarakterlah yang menghasilkan SDM handal dan
memiliki jati diri. Oleh karena itu, jadilah manusia yang memiliki jati diri, berkarakter
kuat dan cerdas..
c. Pilar akhlak (moral) yang dimiliki dalam diri seseorang, sehingga ia menjadi orang
yang berkarakter baik (good character), memilik, sikap jujur, sabar, rendah hati,
tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam kesatuan organisasi pribadi
yang harmonis dan dinamis. Tanpa nilai-nilai moral dasar (basic moral values) yang
senantiasa mengejewantah dalam diri pribadi kapan dan dimana saja, orang dapat
dipertanyakan kadar keimanan dan ketaqwaan. Nilai-nilai itu meliputi : (1).
Ketuhanan yang maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradap, (3) Persatuan
Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 5
d. Ada nilai-nilai yang harus ditanamkan pada diri anak di usia SD yaitu: Kejujuran,
Loyalitas dan dapat diandalkan, Hormat, Cinta, Ketidak egoisan dan sensitifitas, Baik
hati dan pertemanan, Keberanian, Kedamaian, Mandiri dan Potensial, Disiplin diri
dan Moderasi, Kesetiaan dan kemurnian, Keadilan dan kasih saying
Salah satu urgensi lain dari pendidikan karakter bagi anak utamanya sikap
anak terhadap orang tua adalah sebagai bentuk pembinaan akhlak dan tingkah laku
individu (Fathurrohman, dkk, 2013: 117). Melalui keluarga, individu diarahkan salah
satunya mampu menghargai dan berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu. Ibu
dalam keadaan lemah telah mengandung selama 9 bulan, dari proses awal kehamilan,
kelahiran, sampai hari-hari awal nifas. Selama masa- masa itu merupakan hari-hari
yang melelahkan, derita, kecemasan menjadi bukti dahsyatnya perjuangan dan
penderitaan yang dialami seoarang ibu sejak awal kehamilan sampai melahirkan.
Dilanjutkan dengan berbagai persoalan yang harus dihadapi ketika proses menyusui,
merawat, dan mendidik anak sampai dewasa. Dengan demikian, tidak terbantahkan
5
F Jannah, ‘Urgensi Pendidikan Karakter Di Sekolah’, Journal.Stitaf.Ac.Id, 05.01 (2014), 167–84
<https://journal.stitaf.ac.id/index.php/cendekia/article/view/19>.
17
bahwa karakter berbakti kepada kedua orang tua merupakan hal yang urgen untuk
diaplikasikan.
Dalam kaitannya dengan berbakti kepada kedua orang tua, juga ditekankan
tentang pentingnya karakter menghormati atau menghargai (respect). Karakter ini
merupakan sikap menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Hal ini
diwujudkan dengan memperlakukan orang lain seperti keinginan untuk dihargai,
beradab dan sopan, tidak melecehkan dan menghina orang lain, dan tidak menilai
orang lain sebelum mengenalnya dengan baik (Muchlas Samani & Hariyanto, 2012:
128). Sebagai wujud karakter berbakti kepada kedua orang tua, maka sikap di atas
sebagai pedoman dan acuan untuk mampu respek kepada kedua orang tua.
Sebagai seorang muslim yang taat, setiap orang tua menginginkan agar anaknya
tmbuh menjadi manusia yang bertaqwa dan tunduka kepad aturan dan perintah Sang
Pencipta-Nya. Seyogyanya hal tersebut haruslah sejalan dengan usaha yang orangtua
lakukan yaitu dengan memberikan arahan dan pengajaran ilmu agama yang baik kepada
anaknya. Segala aspek yang berkaitan dengan anaknya harus berbasis kepada islam,
mulai dari memilihkan pendidikan yang menanamkan nila-nilai agama hingga
memperhatikan proses pencarian rezeki yang halal. Semua itu merupakan Langkah
kecil untuk mewujudkan Pembangunan karakter anak yang diinginkan.
Perlu diingat bahwa untuk mengubah atau membentuk pribadi yang unggul dan
berkarakter tidak dapat dicapai secara instan, tetapi memerlukan proses yang panjang.
Penanaman nilai-nilai karakter harus dilakukan secara berkelanjutan dan terkontrol.
Jika penanaman pendidikan karakter kepada anak tersebut telah berhasil, maka kelak
merekalah yang akan menjadi pemimpin dan membangun negeri ini menjadi negeri
yang penuh dengan generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter.
Penerapan pendidikan karakter tentunya tidak bisa dilakukan hanya oleh 1 pihak
saja, ketika guru membentuk karakter pada diri anak, sedangkan di lingkungan
masyarakat ia melihat banyak nilai-nilai yang dilanggar, maka hanya ada dua
kemungkinan yang terjadi, ia tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah
dipelajari di sekolah, atau ia menanggalkan nilai-nilai tersebut dan mengikuti
pelanggaran nilai-nilai yang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu untuk membentuk
pribadi yang unggul dan berkarakter diperlukan kerja sama dan koordinasi antara
sekolah, keluarga, dan anggota masyarakat. Sebagai lingkungan pertama bagi anak,
keluargalah yang memainkan peranan pertama. Di rumah orang tua hendakya
memberikan pendidikan moral dan karakter pada anak. Orang tualah yang pertama
18
mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter melalui perlakuan
kepada anak dengan penuh kasih sayang, begitu juga di lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
6
Tirai Edukasi Volume, ‘Tirai Edukasi Volume 1, Nomor 3, 2019 Issn 2654-721x’, 1 (2019), 1–17.
19
Sebagaimana halnya yang dilakukan oleh sekolah MAN 2 Kota Bandung yang
menerapkan beberapa program yang mendukung pendidikan karakter, diantaranya
adalah sebagi berikut:
1. Pengabsenan kedatangan siswa, program ini memiliki tujuan agar setiap peserta didik
mampu menerapkan nilai kedisipinan yaitu dengan datang sebelum pukul 06.30 WIB.
Bagi siapa saja yang melanggar aturan , maka guru akan menindaklanjuti hal tersebut
dengan memanggil peserta didik yang bersangkutan .
2. Pembiasaan sholat dhuha, program ini merupakan kegiatan sekolah yang bertujuan
untuk membiasakan dan melatih siswa untuk menjalankan ibadah sholat sunnah yang
sangat bermanfaat bagi siswa
3. Pembiasaan sholat dzuhur berjamaah, seperti halnya pembiasaan sholat duha, MAN 2
Kota Bndung juga mengadakan program sholat dzuhur berjamaah bagi siswa laki-laki.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa supaya tumbuh
rasa tanggung jawab terhadap setiap kewajiban yang Allah SWT telah tetapkan.
4. PPK ( Pendidikan Program Karakter), yaitu program prasekolah atau biasa kita kenal
dengan sebutan ospek sekolah. Tujuan dari program ini adalah agar siswa disiplin dan
siap menjalankan tata tertib di sekolah. Program ini dilaksanakan di luar sekolah selama
kurang lebih 2 hari, tujuannya yaitu agar siswa disiplin dalam berpakaian, disiplin
waktu sehingga dapat diimplementasikan ketika sudah masuk ke sekolah.
5. Duta Bahasa, selain keagamaan, MAN 2 Kota Bandung ini memiliki program
pembiassaan Bahasa asing yang dijadwalkan setiap minggunya. Maka Duta Bahasa ini
sebagai representasi atau role model bagi siswa yang lain untuk bisa menerapkan
Bahasa asing seperti bahasa inggris atau bahaa arab.
6. Program Kelas Unggulan, tujuan dari program ini adalah untuk mendorong peserta
didik yang mempunyai kecerdasan intelektual diatas rata-rata secara optimal. Dalam
pelaksanaan belajarnya, siswa yang termasuk ke dalam kelas unggulan akan diberikan
materi pengajaran yang lebih kompleks oleh guru-guru yang kompeten dibidangnya
sehingga potensi pserta didik lebih terasah dan bisa meningkatkan prestasi akademik.
7. Program Ramah Anak, program ini bertujuan agar setiap siswa bisa merasakan
kenyamanan disekolah tanpa adanya praktik bullying, pelecehan, kekerasan, dan
sebagainya.
20
Tidak hanya sekolah yang mempunya metode dan program, dalam keluarga pun
harus memiliki langkah-langkah konkret dalam pembentukan karakter anak. Metode
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
7
Muzakir. Yohna. (2019). Pembanguna Karakter (Character Building) untuk Peserta Didik di Sekolah.
TIRAI EDUKASI VOLUME 1, NOMOR 3
21
D. NILAI CHARACTER BUILDING PADA KELUARGA DAN SEKOLAH
Berikut ini merupakan nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada
peserta didik menurut Heritage Foundation dan tertuang dalam sembilan pilar karakter
yang dicetuskan oleh Ratna Megawangi8
a. Karakter cinta Tuhan dan segenap cipaan- Nya
b. Kemandirian dan tanggung Jawab
c. Kejujuran atau Amanah
d. Hormat dan Santun
e. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama
f. Percaya Diri dan Pekerja Keras
g. Kepemimpinan dan Keadilan
h. Baik dan Rendah Hati
i. Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan9
Kesemilan pilar karakter itu diajarkan secara sistematis dalam model
pendidikan holistic menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan
acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab merupakan
pengetahuan yang bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good, ditumbuhkan,
ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai
kebijakan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu
kebajikan, sehingga tumbuh kesadaran bahwa orang mau melakukan prilaku kebajikan
karena dia cinta akan prilaku kebajikan itu. Setelah biasa melakukan kebajikan, maka
acting the good berubah menjadi kebiasaan. 10
Dasar pendidikan karakter ini sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau
biasa disebut para ahli psikologi sebagai kemampuan emas (golden age). Karena usia
ini terbukti sangat menerima kemampuuan anak dalam mengambangkan potensinya.11
Selain nilai di atas, ada beberapa nilai-nilai karakter berdasarkan kajian berbagai nilai
agama, norma social, peraturan hukm, etika akademi, dan prinsip-prinsip HAM, telah
terindetifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi nilai utama yaitu:
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yaitu, religious.
8
Arbangi. Pendidikan Karakter.( Bandung: Nuansa Cendekia,2018) hal.67-69
9
Paul Suparno SJ,Pendidikan Karakter di Sekolah(Sleman:Kanisius,2015) hlm.37-38
10
Arbangi, Pendidikan Krakter ,(Bandung:Nuansa Cendekia 2018).hal 51.
11
Fihris, Pendidikan Karakter,(Bandung:Alfabeta, 2007)hlm.27
22
b. Nilai karakter yang hubungannya dengan diri sendiri yaitu jujur, bertanggung
jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kritis, berfikir logis, berjiwa
wirausaha,mandiri, cinta ilmu
c. Nilai karakter hubungannya degan sesama yaitu, sadar hak dan kewajiban diri dan
orang lain , patuh pada aturan-aturan social, menghargai karya dan prestasi orang
lain, santun, demokratis.
d. Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan yaitu kepeduliann terhadap
lingkungan dan sosial.
e. Nilai kebangsaan yaitu, nasionalisme, menghargai keberagaman.12
Karakter terbentuk sejak anak usia dini sejak interaksi anak dan orang tua terjalin,
proses pembentukan kebiasaan anak akan lahir dari cara orang tua mendidik dan
memperlihatkan perilaku-perilaku yang baik kepada anaknya karena anak tidak hanya
mendengar atas apa yang mereka lakukan tetapi juga memperhatikan apa yang orang tua
mereka lakukan. Dengan demikian jelas bahwa karakter itu dapat di bentuk. Orang tua
lah yang menjadi faktor utama yang mempengaruhi. Dalam membentuk karakter seorang
anak, orang tua banyak menemui hambatan maupun dukungan.
Faktor menghambat bagi orang tua dalam membentuk karakter anak yaitu:
kurangnya orang tua untuk memberikan perhatian dukungan dan kasih sayang kepada
anaknya, pigur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak, orang
tua tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan orang tua yang terlalu tinggi,
orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, orang tua yang tidak
bisa menumbuhkan inisiatif dan kreatifitas kepada anak (Abdul Majid dan Dian
Andayani, 2013:20).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi karakter anak adalah hereditas. Perilaku
seorang anak seringkali tidak jauh dari perilaku ibu atau ayahnya. Lingkungan sosial
maupun lingkungan alam juga ikut membentuk karakter (Muchl As Samani, 2013:43).
12
Paul Suparno SJ,Pendidikan Karakter di Sekolah (Sleman:Kanisius,2015) hlm.38
23
Karakter seseorang relatif konstan tetapi faktanya sering di temukan bahwa
karakter mengalami perubahan. Hal ini disebabkan dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, di samping itu karakter sering dialami oleh anak dari pada orang dewasa.
Yang mempengaruhi karakter anak yang paling utama yaitu, orang tua. Faktor-
faktor lainnya yaitu lingkungan, pendidikan serta tekanan emosional yang ada pada diri
seorang anak. Sehingga orang tua berkewajiban untuk membentuk bagaimana karakter
anak yang akan melekat pada dirinya. sehingga sejak kecil orang tua harus
memperhatikan lebih bagaimana proses perkembangan anaknya. Berinteraksi dengan
anak, melihat bagaimana anak dilingkungan bermainnya dan cara mereka berinteraksi
dengan sebaya mereka. Cara anak memperlakukan orang di sekitarnya itu tergantung
bagaimana anak di lingkungan keluarganya.
Karakter sudah terbangun sejak kecil dan orangtua lah yang menjadi pendidik
utamanya. Dan faktor yang mendukung terbentuknya karakter anak adalah lingkungan,
sekolah, dan masyarakat. Dan berbagai sumber lainnya menambah pengetahuan yang
akan mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang sangat besar. Hal ini sesuai
dengan penjelasan dibawah ini bahwa proses pembentukan karakter dapat melalui:
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Lingkungan masyarakat
24
serta dukungan dari masyarakat. Dan faktor pendukung orangtua dalam melakukan
peranan didukung katar belakang pendidikan agama, lingkungan yang berkarakter serta
keinginan orangtua yang mempunyai anak shaleh dan shalehah.
Pertama, membiarkan anak belajar dan berada dilingkungan yang bagus, dan
memilihkan teman-teman bergaul yang baik, serta mengikut sertakan anak untuk
menghadiri kegiatan yang membentuk karakter. Kedua, orang tua dan para pendidik
hendaknya memberikan keteladanan yang baik dan pembiasaan anak-anak. Ketiga, orang
tua, para pendidik, dan masyarakat diharapkan agar lebih sungguh-sungguh dalam
memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anak, dan membimbingnya dalam
kehidupan sehari-harinya.
1. Tidak semua masyarakat itu paham akan akhlakul karimah. Banyak yang mendidik
anaknya secara liberal/sekuler
2. Tidak adanya dorongan dari negara akan adanya aturan Islam
3. Adanya kesalahan sistem bahwa fitrah dan tariqah ( pemikiran ) itu harus nyambung
25
indah adalah salah satu faktor pendorong peserta didik dalam pengimplementasian nilai-
nilai karakter yang baik.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) dari guru masing-masing. Karakter yang dimiliki oleh
guru-guru yang ada juga dapat mempengaruhi character building anak. Selain itu juga
pengawasan dan pembinaan dari bapak ibu guru sangat diperlukan dalam proses
pembentukan karakter .
3. Sikap dan kebiasaan belajar, yakni bagi peserta didik yang mempunyai sikap kebiasaan
belajar yang bagus, terencana, sistematis, dan terarah akan menjadikan pembentukan
karakter sebagai sesuatu yang bermakna dalam rangka meningkatkan kualitas karakter
pada dirinya.
4. Pengalaman pra sekolah, yakni bagi peserta didik yang sudah terbiasa dengan pendidikan
perilaku baik yang diterima di taman kanak-kanak akan memudahkan mereka menerima
sebuah arti ataupun perilaku baik secara optimal pada pendidikan lanjutan 13
13
Arif Shofwan, ‘Studi Tentang Penerapan Character Building Di Sekolah Dan Madrasah’, Lifelong
Education Journal, 2.1 (2022), 19–25 <https://doi.org/10.59935/lej.v2i1.45>.
26
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian Membangun Karekter (character building) adalah suatu proses atau usaha
yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat
kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan
perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila
2. Keluarga adalah sebuah system sosial kecil yang terdiri dari suaru rangkaian bagian
yang saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun
eksternalnya.
3. Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis dan
belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu
masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat
pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak
berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya.
4. Metode yang digunakan dalam sekolah diantaranya; menerapkan metode belajar yang
melibatkan partisipasi aktif murid, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
Memberikan pendidikan karakter secara ekplisit, sistematis, dan sebagainya.
5. Urgensi Character Building Pada Keluarga Dan Sekolah dan sebagai bentuk
pembinaan akhlak dan tingkah laku individu (Fathurrohman, dkk, 2013: 117),
menumbuhkan rasa cinta kepada Tuhannya Orang tuanya dan kepada orang-orang
disekitarnya. memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin dan masih banyak lagi.
6. Metode Character Building Pada Sekolah diantaranya: Pembelajaran pendidikan
karakter di sekolah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif, Pendidikan
karakter membutuhkan orangtua yang benar benar berkomitment tinggi, sedangkan
dirumah adalah: Metode Keteladanan, Metode Pembiasaan, Metode Pembinaan, dan
Metode Dialog.
7. Faktor penghambat dalam pembentukan karakter adalah: kurangnya orang tua untuk
memberikan perhatian, hereditasorang tua tidak bisa memberikan rasa aman kepada
anak, tuntutan orang tua yang terlalu tinggi, orang tua yang tidak bisa memberikan
kepercayaan kepada anak, orang tua yang tidak bisa menumbuhkan inisiatif dan
kreatifitas kepada anak
27
B. SARAN
1. Untuk Sekolah
Keterpaduan Character Building adalah kegiatan pendidikan. Membangun
karakter diharapkan menjadi kegiatan- kegiatan diskusi, simulasi, dan penampilan
berbagai kegiatan sekolah. Untuk itu guru diharapkan lebih aktif dalam
pembelajarannya. Lingkungan sekolah yang poitif membantu membangun karakter
. untuk itu benahi lingkungan sekoah agar menjad lingkungan yang positif. Guru
dharapkan lebih disiplin sehingga siswa bisa lebih meneladani hal tersebut
2. Untuk Keluarga
Bagi orang tua tentunya memahami bagaimana cara mendidik anak dengan
baik. Karena pada dasarnya setiap anak terlahir suci yang menentukan adalah
bagaimana anak itu dididik dan dibentuk . Orang tua hendaknya mampu
memanfaatkan waktu bersama anak-anak dengan sebaik-baiknya, mengajarkan
nilai-nilai karakter penting pada usia dini, memilih metode yang sesuai agar karakter
yang ditanamkan dapat melekat pada diri anak yang akan berdampak saat ia dewasa
kelak.
28
DAFTAR PUSTAKA
29