Anda di halaman 1dari 16

REVITALISASI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN HUKUM

NASIONAL DI ERA GLOBALISASI


ZUHRAINI
IAIN Raden Intan Lampung

Abstrac

Growth in society effect of globalization have influenced growth in tatanan punish


national. In the end existing law norm have to can adapt to change that happened, but
non meaning have to take off embraced values, like life view, Five Principles state s
philosophy and ideology which have become the source of from all source of law. For
that law remain to have to can alli arising out implication effect of current of globaliasi
with elementary value which contained in Five Principles. becoming elementary
question is how development of law in Indonesia arising out of globalization values
with values in Five Principles payload as source of from all source of existing law.
Pursuant to result of Five Principles study intactly have to be seen by as " guidelines
national", as " Standard national, principles and norm" what at the same time load "
responsibility human and rights human". Five Principles also can function as margin of
of appreciation as appreciation margin or boundary to law which live in society which is
pluralistic so that can be agreed in life of national law.

Keyword: Revitalisation, Development, Globalisation

diciptakan merupakan kerangka acuan bagi


I. PENDAHULUAN kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk
menemukan identitas nasional.Sehubungan
Salah satu hal yang harus ditegakkan dengan hal itu, maka membangun hukum
dalam kehidupan bernegara adalah suatu Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan hukum dalam masyarakat. pembangunan suatu hukum yang
Pandangan ini diyakini tidak saja berstruktur Indonesia. Sementaratuntutan
disebabkan negeri ini menganut paham globalisasimerupakan suatu proses yang
negara hukum, melainkan lebih melihat menempatkan masyarakat dunia bisa
secara kritis kecenderungan yang akan menjangkau satu dengan yang lain atau
tejadi dalam kehidupan bangsa Indonesia saling terhubungkan dalam semua aspek
yang berkembang kearah suatu masyarakat kehidupan mereka, baik dalam budaya,
yang modern (Khuzaifah Dimyati, 2010: 1). ekonomi, politik, teknologi, maupun
Kondisi yang demikian menuntut lingkungan, (Budi Winarno, 2004:
adanya hukum yang berdimensi nasional, 39).khususnya dalam pembangunan hukum
yang memiliki paradigma berwawasan selalu menimbulkan keterkaitan
keindonesiaan, sekaligus mengakomodasi Perkembangan masyarakat yang
tuntutan zaman. semakin intensif seiring dengan
Dalam kontek membangun hukum perkembangan teknologi informasi dan
yang bermuara pada karakter keindonesiaan komunikasi telah menyebabkan terjadinya
menjadi lebih penting, ketika pemikir pergeseran dalam nilai-nilai keberlakuan
hukum di negeri ini memilki komitmen dimasyarakat.Dibutuhkan pemahaman baru
bahwa hukum nasional yang hendak manakala dihadapkan pada kondisi yang
Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 51
sedang mengalami pergeseran tatanan nilai.Kemajuan dalam teknologi informasi
nilai.Terjadi perubahan nilai-nilai sosial dan komunikasi telah memaksa masyarakat
dalam tatanan masyarkat, telah menggeser untuk memasuki fase perkembangan
nilai-nilai lama yang lebih tradisional. globalisasi. Globalisasi mengarah pada
Masyarakat memasuki keberlakuan nilai- kondisi suatu proses yang menempatkan
nilai baru akibat dari proses dinamika masyarakat dunia bisa menjangkau satu
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. dengan yang lainnya atau saling
Perkembangan teknologi kekinian terhubungkan dalam semua aspek
yang semakin canggih telah melewati batas- kehidupan mereka, baik dalam budaya,
batas teritorial sebuah masyarakat tanpa ekonomi, politik, teknologi, maupun
mampu dicegah. Masyarakatpunpada lingkungan (Budi Winarno).
akhirnya mencerminkan adanya Perkembangan dalam masyarakat
keberlakuan nilai-nilai baru tersebut , akibat globalisasi telah mempengaruhi
diantaranya nilai-nilai tentang perdagangan perkembangan dalam tatanan hukum
bebas dan persaingan usaha yang semakin nasional bangsa-bangsa. Pada akhirnya
tajam. Orientasi demikian, menjadi semakin norma hukum yangada harus mampu
relevan mengingat perkembangan dunia menyesuaikan diri dengan perubahan
telah memasuki era globalisasi yang perubahan yang terjadi, tetapi kemudian
membutuhkan kematangan dan kerja keras bukan berarti harus menanggalkan nilai-
untuk menghadapi persaingan (free nilai yang dianut, seperti pandangan hidup,
competition) akibat dari perdagangan ideologi dan dasar negaraPancasila yang
bebas.Posisi masyarakat dunia yang telah menjadi sumber dari segala sumber
bordless tanpa sekat mengakibatkan hukum. Untuk itu hukum tetap harus
terbukanya pangsa pasar. Dan diakui bahwa mampu memadukan implikasi yang timbul
dalam globalisasi kata kuncinya adalah akibat dari arus globaliasi dengan nilai-niai
pasar/market sebagai variabel utama dalam dasar yang dikandung dalam
pertimbangan strategi bisnis global. Pancasila.Sebab kalau hukum berhenti dan
Globalisasi telah menimbulkan tidak mmapu mengikuti akselerasi
dampak di berbagai bidang, ada perkembangan maka hukum menjadi
kecenderungan munculnya negara tanpa kehilangan fungsinya dimata masyarakat.
batas (the ends of nation state). Kondisi Hukum menjadi tidak memiliki jati diri,
semacam ini tidak dapat dibiarkan berjalan hakikat dari sebuah tatanan hukum yang
tanpa norma dan rule of law. Globalisasi sudah sepatutnya mengatur kehidupan
menuntut perkembangan perubahan ilegal masyarakat menuju pada tujuan mulia yaitu
sistem, karena melibatkan segala aspek ketertiban dan keadilan.
kehidupan, berupa ekonomi, politik, sosial Hukum harus mampu memberikan
budaya, termasuk didalamnya aspek pengaturan pada seluruh aspek kehidupan
kejahatan.Dampak globalisasi adalah manusia. Kalau diingat bahwa pada era
melajunya serangan liberalisasi globalisasi ini tiap negara harus berangkat
perdagangan dan investasi oleh negaramaju dari sikap keterbukaan akibat posisi yang
ke negara berkembang (Satjipto Rahardjo, bordless, kedaulatan teritorial negara
2003: 137). menjadi tipis batasnya sehingga
Perkembangan masyarakat yang perkembangan dibelahan dunia lain akan
semakin intensif seiring dengan berimbas pada bagian wilayah negara lain.
perkembangan teknologi informasi dan Isu-isu transparansi global, demokratisasi,
komunikasi telah menyebabkan terjadinya civil society, hak asasi manusia,
pergeseran nilai-nilaiyang dianut akuntabilitas public, non diskrimanasi
masyarakat.Dibutuhkan pemahaman baru dengan cepat mempengaruhi keberlakuan
manakala dihadapkan pada kondisi yang norma hukum.
sedang mengalami pergeseran tata

52 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


Implikasi yang timbul dari globalisasi yang berlandaskanpada jiwa dan
dimulai secara jelas, dari lahirnya kepribadian bangsa secara lebih konkrit
organisasi perdagangan dunia (WTO) pembangunan hukum nasional berarti
melalui Konferensi Marrakesh tahun pembentukan kaidah-kaidah hukum baru
1994.Kondisi ini mengisyaratkan sebuah atau pembaharuan ketentuan hukum yang
kemajuan besar dari perkembangan antar sudah ada untuk mengatur berbagai
negara yang sangat terkait dengan kehidupan masyarakat. Dalam hal
perkembangan politik-ekonomi pembangunan diarahkan dalam rangka
internasional. Kesepakatan-kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan hukum
yang diakui sebagai aturan-aturan masyarakat dan mengarahkan serta
Internasional dalam bidang perdagangan mengantisipasi perubahan yang terjadi guna
dunia yang memiliki konsekuensi bahwa mewujudkan cita-cita masyarakat
semua kesepakatan tersebut harus dipatuhi Indonesia.
oleh negara-negara yang meratifikasinya. Tantangan globalilisasi dan implikasi
Bagi negara-negara industri maju langkah dari perkembangan kehidupan politik era
kesepakatan-kesepakatan internasional itu reformasi setelah orde baru menjadi
sebagai keunggulan politik untuk dapat perkembangan besar dalam upaya
memasukkan misi dan visi, serta mengatur melakukan pembangunan hukum.
sesuai dengan kehendak mereka.Hal inilah Sementara, pada sisi lain harus diimbangi
yang kemudian menimbulkan kritik dengan usaha pemantapan kembali nilai-
berkepanjangan sebagai awal dari era neo nilai Pancasila, termasuk penjabarannya
kolonialisme. untuk masuk pada norma-norma yang lebih
Indonesia telah menandatangani memiliki karakter positif sebagai fungsinya
Perjanjian Marrakesh di Maroko dalam dalam kedudukan sebagai ideologi dan
rangka pembentukan WTO. Perjanjian dasar hukum.
Marrakesh ini antara lain berisi General Dalam hal ini Pancasila sebagai
Agreement on Tariff and Trade (GATT) bagian dari elemen karakter psikologis
yang telah dirativikasi berdasarkan undang- bangsa merupakan filter dalam
undang No. 7 tahun 1994 tentang mentrasformasikan nilai-nilai global
pengesahan Agreement Establishing The tersebut dalam kehidupan nasional, sebab
World Trade Organisation. globalisasi tidak dapat diterima bulat-bulat
Konsekeunsinya Indonesia harus menindak dan tidak dapat di kesampingkan atau
lanjuti komitmennya terhadap ketentuan dihindari. Pendekatan transformasionalis
yang ada di dalam GATT mauoun GATS adalah paling tepat dan bukan hiperglobalis
(general agreement on trade in services) yang mengesampingkan negara bangsa dan
yang merupakan dari perjanjian Marrakesh. bukan pula pendekatan yang memandang
Kebijaksanaan kebijaksanaan ekonomi remeh dampak globalisasi (Muladi, 2006: 7).
dalam negeri harus mengacu pada aturan Mengacu pada pernyataan tersebut
main perdagangan internasional saat ini. maka Pancasila dalam kedudukan sebagai
Negara niaga kecil seperti Indonesia elemen psychological memegang peranan
sangat berkepentingan dalam peletakan dan penting dalam sejarah bangsa-bangsa di
penerapan asas-asas dan aturan-aturan dunia sebab hal ini dapat menentukan
multilateral yang menjadi hakikat dari keunggulan dari eksistensi bangsa yang
proses GATT (Djisman S Simanduntak dan bersangkutan.Untuk itu harus dihindari
Mari E Pangestu, 1994: 1). Realitas yang pendekatan terhadap Pancasila yang
terjadi sebagaimana disebutkan diatas, dilakukan dimasa lalu yaitu Pancasila
mensyaratkan pembangunan hukum, bahwa dibiarkan secara ideologis-normatif dan
pembangunan hukum yang pada dasarnya form (Satjipto Rahardjo, 2006: 19).
merupakan upaya untuk membangun suatu Sehingga mengenai Pancasila lebih
tatanan hokum (Absori, 1992: 6)nasional otentik dan fungsional, maka disarankan

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 53


untuk memulai elaborasi konkret menuju II.PEMBAHASAN
suatu tatanan yang berlandaskan Pancasila,
sebab hegemoni orde hukumnegara Pembangunan Hukum dan Tuntutan
sekDUDQJ VXGDK PHPDVXNL ³(ra jagad Globalisasi
NHWHUWLEDQ´ (Satjipto Rahardjo, 2006: 19). Pernyataan bahwa hukum modern
Ketertiban adalah suatu tidak selamanya dapat diterapkan pada
kesinambungan antara penciptaan orde-orde berbagai situasi dan negara di dunia.Hal ini
formal dan orde spontan. Indonesia yang lebih disadari karena hukum itu bukan
sangat majemuk ini membuktikan bahwa hanya bangunan peraturan semata. Hukum
disana sini penciptaan hukum dan adalah juga bangunan ide, kultur dan cita-
masyarakat hukum secara spontan itu cita.Keterpurukan hukum di Indonesia lebih
terjadi, baik secara menetap maupun tidak, dikarenakan penyingkatan hukumsebagai
apabila kita memang yakin akan Pancasila rule of law bahwa tanpa melihat sebagai
sebagai landasan kehidupan sosial bangsa rule of morality. (Satjiipto Rahardjo, 2006:
kita, apakah kita tidak dapat berusaha untuk 254).
secara objektif-fungsional menciptakan Akibatnya hukum hanya dilihat
komunitas-komunitas kecil Pancasila sebagai peraturan, prosedur yang lekat
(Satjipto Rahardjo, 2006: 19). dengan kekuasaan. Mereka lupa bahwa di
Pada akhirnya harus mampu tercipta balik hukum juga sarat dengan nilai,
kondisi perpaduan harmonis antara nilai- gagasan, sehingga ia menjadi particular.
nilai globalisasi yang telah memberikan Bagi Indonesia, mengesampingkan apalagi
pengaruh terhadap kedaulatan negara dan menolak eksistensi hukum modern tidak
struktur politik, ekonomi, dan sosial yang sepenuhnya dapat dilakukan.Terlebih dalam
telah ada dengan muatan tatanan nilai- konteks pergaulan hukum sebagai anggota
dalam Pancasila .suka atau tidak suka kita masyarakat negara-negara di dunia.Karena
harus masuk dalam arus globalisasi yang pada galibnya tidak ada satu pun negara-
diakibatkan dari kemajuan teknologi negara di dunia dapat hidup tanpa hadirnya
informasi dan komunikasi. negara-negara lain(Satjiipto Rahardjo, 2006:
Untuk itu kitapun harus tetap berpijak 254).
pada ranah nilai-nilai kearifan lokal sebagai Globalisasi menyisakan fenomena
nilai-nilai unggulan untuk untuk kehidupan antar negara yang nyaris tanpa
memadukan nilai-nilai kearifan lokal batas.Sangat naïf kalau penolakan
sebagai nilai-nilai unggulan untuk KDGLUQ\D´KXNXP PRGHUQ´ VHPDWD-mata
memadukan dengan nilai-nilai global, tidak karena tak bercirikan ke-indonesiaan-
terkecuali pula pada aturan hukum positif. nya.Yang sangat perlu kita renungkan
Produk perundang-undangan yang adalah member ruh-memberikan arah dan
diberlakukan terkadang banyak watak-watak kepada sistehukum kita
mengandung muatan nilai-nilai global, tersebut sehingga benar-benar menjadi
sebagai suatu implikasi yang tak ³KXNXP \DQJ ,QGRQHVLD´
terbantahkan, ekses yang harus ada dari Mengkaji tentang penegakan dan
kondisi tatanan nilai yang telah mengglobal pembangunan hukum, persoalannya tidak
pada upaya bordless.Dengan demikian yang terlepas dari beroperasinya tiga komponen
menjadi pertanyaan mendasar adalah hukum system hukum (legal System) yang
bagaimanakah pengembangan hukum di dikatakanoleh Lawrence M. Friedman
Indonesia yang timbul dari nilai-nilai WHUGLUL GDUL NRPSRQHQ ³VWUXNWXU VXEVWDQVL
globalisasi dengan nilai-nilai dalam muatan GDQ NXOWXU ´ .RPSRQHQ VWUXNtur adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala bagian-bagian yang bergerak dalam satu
sumber hukum yang ada. mekanisme, misalnya pengadilan.
Komponen substansi merupakan hasil
actual yang diterbitkan oleh system hukum

54 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


dan meliputi pula kaidah-kaidah hukum menemukan dan memahami nilai-nilai dari
yang tidak tertulis. Sedangkan komponen hukum sejati itu dalam kancah kehidupan
kultur adalah nilai-nilai dan sikap yang bangsa pemiliknya. Dan untuk memahami
mengikat system hukum itu secara bersama nilai-nilai hukum itu, tidak tersedia cara lain
dan menghasilkan suatu bentuk kecuali menyelami inti jiwa dari rakyat.
penyelenggaraan hukum dalam budaya Jiwa rakyat itu bukanlah yang dekaden dan
masyarakat secara keseluruhan. statis. Ia merupakan mozaik yang
Secara politik hukum, bila di telaah terkontruksi dari proses sejarah, dan akan
UUD 1945 mengamanatkan konsep terus berproses secara historis.Berpijak dari
pembangunan hukum nasional yaitu tata teori yang dikemukakan savigny tersebut,
hukum baru yang akan disusun dikemudian mengilhami paham yang hendak
hari yang memahami cita-cita hukum memperjuangkan terwujudnya hukum
nasional tidak terlepas suasana kebatinan nasional dengan cara mengangkat hukum
UUD 1945. Hukumyang dimaksud adalah rakyat, yakni hukum adat, menjadi
hukum asli rakyat Indonesia yang selaras identitas hukum nasional.
dengan pandangan hidup rakyat, Pancasila, Cita rasa pikiran bahwa hukum
yaitu hukum adat. bangsa Indonesia yang seasal dengan suku
Asas-asas hukum adat sudah jelas bahasa Melayu, adalah hukum adat.Hal ini
mengandung sari-pati Pancasila sebagai secara sadar dinyatakan sejak lahirnya jiwa
falsafa hidup bangsa, jadi tidak mungkin kebangsaan Indonesia tahun 1928, dalam
hukum adat itu bertolak belakang dengan keputusan Kongres Pemuda Indonesia yang
moralitas masyarakat.Rumusan yang GLNHQDO GHQJDQ ³6XPSDK 3HPXGD´
demikian menempatkan posisi yang luhur Diantara isinya adalah bahwa persatuan
terhadap hukum adat dalam kerangka Indonesia diperkuat oleh lima hal di
pembentukan dan pembangunan hukum DQWDUDQ\D DGDODK ³+XNXP $GDW´ (Moh.
nasional yang disadari ataupun tidak Koesnoe, 1992: 6). Sejak itu, pergerakan
cenderung mengarah kepada proses kebangsaan selalu mendahulukan prinsip-
unifikasi hukum. itu . prinsip ´NHUDN\DWDQ NHNHOXDUJDan,
Kebutuhan untuk menggagas hukum NHUXNXQDQ´ GDQ ³SHUPXV\DZDUDWDQ´ OHELK
adat dan nilai-nilai dasar sebagai identitas dari asas-asas yang lain. Hal itu kemudian
hukum nasional, bukanlah ide yang baru membawa pada berkembangnya jiwa
muncul secara instan dalam era global kebangsaan selanjutnya yang berpuncak
VHSHUWL VDDW VHNDUDQJ +XNXP LWX ³MLZD SDGD ODKLUQ\D ³LGH KXNXP QDVLRQDO´ \DQJ
UDN\DW´ GHPLNLDQ WHRUL \DQJ GLNHPXNDNDQ tercantum dalam Pembukaan Undang-
Fredrich Carl von Savigny.Di bawah term Undang Dasar 1945 beserta Penjelasannya,
³YRONJHLVW (Bernad L.Tanya, 2010: 103).´ merupakan perumusan hukum adat secara
Savigny mengkonstruksi teorinya tentang modern di Indonesia.
hukum. Menurut Savigny, terdapat Aras empiris memperlihatkan
hubungan organic antara hukum dengan perkembangan hukum adat dalam masa
watak atau kerakter suatu bangsa. Hukum Orde baru bertolak belakang dengan teori
hanyalah cerminan dari volkgeist.Oleh Eugen Ehrlich, Hukum itu aturan yang
NDUHQD LWX ³KXNXP DGDW´ \DQJ WXPEXK GDQ Hidup, Hukum merupakan hubungan antar
berkembang dalam rahim volkgeist, harus manusia.Ia bukan sesuatu yang formal.Ia
dipandang sebagai hukum kehidupan yang merupakan sesuatu yang eksistensial.
sejDWL +XNXP VHMDWL LWX WLGDN ³GLEXDW´ WHWDSL Karenanya masyarakat adalah ide umum
³GLWHPXNDQ´ GDODP PDV\DUDNDW yang dapat digunakan untuk menandakan
Selanjutnya Savigny, mengatakan semua hubungan sosial manusia (Bernad
yang perlu digiatkan adalah menggali L.Tanya, 2010: 103).
mutiara nilai hukum dalam kandungan Persoalannya sekarang adalah sampai
kehidupan rakyat.Kita harus mengenal , sejauhmana konkritisasi usaha yang telah

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 55


dilkukan pemerintah dan semua sub system dikendalikan supaya selalu berada diarah
terkait melaksanakan amanah luhur tersut yang mendekati kebenaran. Pada titik inilah
itu? Sampai sejauhmana kita meyakini keyakinan itu ada, bahwa Pancasila dapat
hakikat dari konsep hidup masyarakat adat berperan sebgaai paradigm ilmu, yang
akan mampu menjembatani tersusunnya mmebrikan arah sebagai lentera yang
banyak lembaga atau institusi baru yang diabdikan bagi kepentingan nasional dan
terbentuk sejalan dengan modrenisasi dan kemaslahatan seluruh masyarakat
arus globalisasi ?Kenyataannya, dalam Indonesia.
praktek pembangunan hukum nasional, Indonesia sebagai negaramerdeka,
hukum adat seolah terpinggirkan khususnya yang secara tegas dinyatakan dalam
dalam pembangunan hukum public (Satipto pembukaan UUD 1945, berkepentingan
Rahardjo, 2006: 264). untuk meninggalkan sistem hukum kolonial
belanda dengan upaya membangun kembali
Pancasila Sebagai Dasar Dan Arah sistem hukum yang sesuai dengan nilai-
Pembangunan Hukum Nasional nilai Pancasila.Upaya-upaya tersebut
Dalam perjalanan sejarah nasional merupakan tugas yang berat sebab
Indonesia persoalan Pancasila sebagai membangun sistemhukum ke Indonesiaan
ideologi negara dan pandangan hidup dengan kosmologi Pancasila bukan sekedar
acapkali mengalami pasang surut mengubah secara fundamental struktur dan
perkembangan, tetapi hal ini bukan substansi hukum peninggalan kolonial saja,
disebabkan oleh kelemahan nilai-nilai yang melainkan termasuk membangun budaya
terkandung didalamnya.Tetapi lebih hukum.
mengarah kepada inkonsistensi dalam Jadi orang akan mengakui bahwa
penerapannya.Segenap elemen bangsa tidak unsur dari suatu sistemhukum bukan hanya
pernah meragukan sedikitpun kebenaran terdiri atas komponen struktur dan substansi
nilai-nilai Pancasila. Sejarah telah saja, sebab masih diperlukan adanya unsure
membuktikan bahwa Pancasila sebagai yang laindan harus dipertimbangkan yaitu
dasar negara ataupun sebagai iedologi budaya hukum yang mencakup sikap-sikap
negara merupakan sebuah kompromi yang bersifat umum dan nilai-nilai yang dapat
paling rasional dan secara historis mampu menentukan untuk bekerjanya sistemhukum
menjadi alat pemersatu bangsa, disaat yang bersangkutan. Budaya hukum oleh
bangsa ini masih berada dalam perbedaan (FriedmanAbdurrahman, 1987: 88).dikatakan
ikatan primordial.Dengan demikian dapat sHEDJDL ³EHQVLQQ\D PRWRU NHDGLODQ, the
dikatakan bahwa Pancasila sebagai idoelogi legal culture provides fuel for the motor of
negara dan dasar negara merupakan sistem justice dan lebih lanjut dirumuskan sebaai
nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah sikap-sikap dan nilai-nilai yang aad
ultimate dan definitive. hubungannya dengan hukum dan
Sejalan dengan adanya penerimaan sistemhukum, berikut sikap sikap dan nilai-
terhadap kebenaran nilai-nilai luhur nilai yang memberikan pengaruh baik
Pancasila maka melaju arus dan semangat positif maupun negatif kepada tingkah laku
untuk menjadikan Pancasila sebagai yang berkaitan denganhukum, atau dapat
paradigm dalam kajian ilmiah. Disadari diartikan keseluruhan faktor yang
sepenuhnya bahwa ilmu memegang peranan menentukan bagaaimana sistemhukum
penting dalam kehidupan manusia, ilmu memperoleh tempatnyayang logis dalam
sebagai institusipencarian kebenaran, yang kerangka budaya milik masyarakat umum.
selalu harus didorong untuk terus menerus Budaya hukum dalam hal ini adalah
berkembang, dan pada saat kebenaran bagian dari perilaku sosial serta nilai-nilai ,
absolute hanyalah milik Sang Khalik, maka atau ada pula yang berargumen bahwa titik
proses perburuan kebenaran melalui ilmu berat tentang budaya hukum ini adalah
pun perlu perlu dipandu, dikontrol dan terhadap nilai-nilai yang berhubungan

56 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


dengan hukum dan proses hokum (Peter- kritik tajam yang dilontarkan pada
Koesriani dan Siswo Soebroto, 1998: 193). pembangunan hukum yaitu kurang
Dan kulturhukum juga, mencakup tanggapnya hukum dalam mengantisipasi
opini, opini, kebiasaaan kebiasaan, cara perkembangan masyarakat hukum yang
berpikir dan cara bertindak, baik dari para berubah begitu cepat.Hukum yang ada sejak
penegak hukum maupun masyarakatnya semula diharapkan menjadi aturan main
(Achmad Ali, 2002: 71) pada akhirnya (rule of game) ternyata tidak mampu
melalui budaya hukum akan dapat terlihat berbuat apa-apa bahkan memiliki
hukum secara lebih realistis, hukum kecenderungan semakin tertinggal.
sebagaimana apa adanyadalam kehidupan Pembangunan hukum mempunyai
masyarakat sehingga dapat diketahui banyak aspek dan karena itu cukup rumit.Ia
apakah hukum itu digunakan atau tidak tidak hanya meliputi pembangunan
daam kehidupan masyarakat, termasuk perundang-undangan dan struktur
dalam makna ini adalah apakah terdapat melainkan juga perilaku
kekeliruan dalam penggunaan hukum atau substansial.Pembangunan hukum juga
penyalahgunaan hukum dalam kehidupan mempunyai hubungan sinergis dengan
masyarakat. bidang dan kekuatan lain (Satdjipto Rahardjo,
Dalam pembangunan budaya hukum 1996: 23).
yang khas Indonesia inilah kita harus secara Dalam menghadapi perkembangan
cermat dan hati-hati mmeilih nilai-nilai yang begitu cepat menurut (Mulya T
luhur yang memadai dengan sistem LubisMulya T Lubis, 1992: 14) hukum
nilaiyang hidup dan diyakini kebenarannya terkesan konsevatif, hukum sering dipahami
oleh Bangsa Indonesia. Sikap hati-hati sebagai polisi yang memelihara security
dalam pembangunan budaya hukum and order.Hukum seringkali berubah kalau
tersebut dipandang perlu mengingat budaya nilai-nilai sosial berubah, sekaipun ada juga
hukum senantiasa memegang peranan yang berpendapat dengan menekankan
penting dan menentukan bagi bekerjanya penafsiran hukum sebagai agent of
sistem hukum secara keseluruhan, sehingga modernization seperti yang dikemukakan
komponen-komponen dalam sistem hukum oleh Roscoe Pound as an instrument social
yaitu substansi, struktur dan kultur saling engiuneering.
melengkapi dan mengisi diantara satu Kehadiran hukum ditengah-tengah
dengan yang lainnya. masyarakat yang jelas menghasilkan
Budaya hukum yang berisi nilai-nilai berbagai macam pendapat (Satjipto Rahardjo,
luhur yang berisi nilai-nilai luhur yang 1983: 64-65), tetapi satu hal yang pasti
diyakini kebenarannya oleh segenap bahwa hukum itu syarat dengan nilai-nilai
komponen bangsa dan bagi bangsa sehingga hukum dapat dimaknakan sebagai
Indonesia, nilai-nilai luhur dimaksud tidak pencerminan dari nilai-nilai sebab ia lahir
lain adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri. untuk mewujudkan nilai-nilai tertentu
Dan nilai-nilai Pancasila harus menjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam
basis yang mengarahkan ide-ide gagasan suatu masyarakat yang sedang membangun
pandangan dan persepsi dari seluruh maka akan senantiasa dicirikan oleh
komponen masyarakat dalam kehidupan perubahan, bagaimanapun kita
berbangsa dan bernegara. mendefinisikan pembangunan tersebut dan
Pembangunan hukum dalam apapun indikator-indikator yang kita
transformasi berbagai bidang tidak dapat pergunakan untuk masyarakat dalam
bersifat otonom atau terlepas dari sektor pembangunan, maka peranan hukum dalam
lain, harus senantiasa berkaitan dengan pembangunan adalah untuk dapat menjamin
pembangunan pada sektor lain seperti agar perubahan yang terjadi dan dialami
politik, ekonomi, sosial sosial maupun oleh masyarakat tersebut dapat dilalui
budaya. Terkadang seringmenimbulkan dengan cara yang teratur. Peran serta

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 57


hukum dalam pembangunan jelas universal yang terkandung pada sila-sila
merupakan faktor yang sangat krusial bagi Pancasila seperti (Muladi, 2006: 11-12)
keberhasilan pembangunan, terutama disaat 1. Tidak boleh bertentangan dengan
krisis multidimensional yang prinsip-prinsip ketuhanan Yang Maha
berkepanjangan maka hukum harus Esa yang menghormati ketertiban hidup
menampakkan wujudnya dengan adanya beragama, agama sebagai kepentingan
Politicall will dari pemerintah untuk yang besar.
mengangkat ide supremasi hukum sehingga 2. Menghormati nilai-nilai HAM baik hak
pada akhirnya hukum dapat berperan sipol maupun hak ekosob dan dalam
sebagai panglima yang diharapkan mampu kerangka hubumgan antar bangsa harus
menyelesaikan, mengatur segla masalah menghormati³the right to
yang timbul dalam kehidupan amsyarakat, GHYHORSPHQW´.
dan menciptakan ketertiban dalam tatanan 3. Harus mendasarkan persatuan nasional
sosial masyarakat. pada penghargaan terhadap konsep
Pancasila secara utuh harus sebagai ³FLYLF QDWLRQDOLVP´
suatu national guidelines VHEDJDL ³national 4. Harus menghormati indeks atau ³FRUH
standard, norm and principles´ \DQJ YDOXHV RI GHPRFUDF\´ sebagai alat
sekalLJXV PHPXDW ³human rights and ³DXGLW GHPRFUDF\´
human responsibility´ (Muladi, 5. Harus menempatkan ³OHJDO MXVWLFH´
200).Pancasila juga dapat berfungsi sebagai dalam kerangka ³VRFLDO MXVWLFH´ dan
margin of appreciation sebagai batas atau dalam hubungan antar bangsa ³JOREDO
garis tepi penghargaan terhadap hukum MXVWLFH´
yang hidup dalam masyarakat yang Pembangunan hukum di Indonesia
pluralistic(the living law) sehingga dapat pada saat sekarang memerlukan arah dan
dibenarkan dalam kehidupan hukum masukan yang memberikan nilai tambah,
nasional´ (Muladi, 201). Tolak ukur dapat yang sangat diperlukan untuk mengatur
digunakan dengan mengacu pada kehidupan berbangsa dan bernegarayang
kandungan niali-nilai dalam muatan tertib, teratur dan berkeadilan, disamping
Pancasila untuk membentuk hukum, dengan melindungi hak-hak asasi manusia. Untuk
tetap berbasis pada nilai-nilai sebgaimana mencapai sasaran tersebut diperlukan
tertuang dalam 5 (lima) sila tersebut. langkah-langkah strategis untuk
Hukum sebagai system (Lili Rasjidi meningkatkan akselerasi reformasi hukum
dan IB Wyasa Putra, 2003: 4-5) haruslah yang mencakup empat aspek yakni
dipahami sebagai suatu besaran dari legislasi, sumberdaya manusia,
berbagai elemen dan jalinan yang kelembagaan, dan infrastruktur serta budaya
menghubungkan berbagai elemen dan hukum. Keempat faktor tersebut merupakan
jalinan antar elemen ini membangun standarkan nilai dalam memecahkan
struktur dan sistem. Akhirnya hukum persoalan-persoalan mendasar dlam bidang
sebagai sistem dapat dimaknakan hukum hukum yang mencakup, perencanaan
sebagai jalinan yang menghubungkan nilai- hukum, proses pembuatan hukum,
nilai, baik nilai primer dan nilai skunder penegakan hukum dan pembinaan
dan atau nilai intrinsik dan nilai kesadaran hukum.
instrumental dalam membangun struktur Melalui pembangunan hukum yang
hukum. mendasarkan diri pada strategi tersebut
Berkenaan dengan hal tersebut maka diharapkan sebagai politik hukum yang
dalam karakter ilmu hukum harus mampu mampu mendukung tujuan berbangsa dan
mendayagunakan Pancasila sebagai bernegara dlam transformasi skala global,
paradigm of appreciation bahwa dalam nasional dan regional.Politik pembangunan
pembentukan teori dan praktek hukum di hukum nasional seperti yang dimaksud,
Indonesia harus bertumpu pada etika diharapkan dapat menghasilkan produk

58 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


hukum yang sesuai dengan cita kehidupan dikandung dalam pandangan hidup bangsa
bangsa yang merdeka, berdaulat, baik dan ideologi bangsa yaitu Pancasila.
dibidang politik, ekonomi maupun sosial
dalam kancah global. Globalisasi dan Implikasinya terhadap
Pada era global pembangunan pembangunan
hukum ditandai dengan kecenderungan Memasuki milinium ketiga, kita
tuntutan kebutuhan pasar yang dewasa ini dihadapkan pada kondisi dunia yang
semakin mengglobal.Dalam kondisi berubah dengan sangat cepat, sehingga
semacam itu produk-produk hukum yang menimbulkan implikasi yang sangat
dibentuk lebih banyak bertumpu pada kompleks yaitu munculnya interdependence
keinginan pemerintah, karena tuntutan dalam hampir seluruh dimensi
pasar.Tuntutan kebutuhan ekonomi telah kehidupan.Pada saat ini perang dingin telah
mampu menimbulkan perubahan perubahan berakhir, dan kini perdebatan-perdebatan
yang fundamental baik dalam hal fisik telah bergeser pada isu-isu yang lebih
maupun sosial politik dan budaya yang bermuatan dimensi-dimensi global terutama
mampu melampaui pranata-pranatahukum di bidang perdagangan dan perekonomian
yang ada.Produk hukum yang ada lebih dunia, lingkungan hidup kemiskinan dan
mengarah pada upaya untuk memberi keamanan dunia.
arahan dalam rangka menyelesaikan konflik Globalisasi adalah suatu proses yang
yang berkembang dalam kehidupan menempatkan masyarakat dunia bisa
ekonomi (Mahfud MD, 2010: 9). menjangkau satu dengan yang lain atau
Pembangunan hukum yang tertuju saling terhubungkan dalam semua aspek
pada kehidupan perekonomian di era kehidupan mereka, baik dalam budaya,
globalharus mampu mengarah dan ekonomi, politik, teknologi, maupun
mefokuskan diri pada aturan-aturan hukum lingkungan (Budi Winarno, 39).
yang diharapkan mampu memperlancar Dua ciri utama Globalisasi (Martin Khor,
roda dinamika ekonomi dan pembangunan 2002: 11-12).
yang tidak melepaskan diri dari sistem Pertama, peningkatan konsentrasi dan
demokrasi ekonomi dengan mengindahkan monopoli berbagai sumber daya dan
akses rakyat untuk mencapai efieiensi dan kekuatan ekonomi oleh perusahaan
perlindungan masyarakat golongan kecil. transnasional maupun oleh perusahaan
Di era global eksistensi hukum dipandang multinasional.
sebab perubahan di berbagai bidang Kedua, dalam pembuatan mekanisme
menuntut adanya norma atau rule of law dan kebijakan nasional (yang meliputi
yang dapat memberikan arahan pada cita- bidang-bidang sosial, ekonomi, budaya, dan
cita mulia sebagaimana pertamakali ide teknologi).Yang sekarang ini berada dalam
liberalisasi perdagangan lahir yaitu yuridiksi suatu pemerintah dan masyarakat
menghendaki adanya pemerataan ekonomi dalam satu wilayah negara bangsa bergeser
dan mensejahterakan masyarakat dunia menjadi di bawah pengaruh atau diproses
yang selama ini dianggap tidak adil akibat badan-badan internasional atau perusahaan
praktek kolonialisme. Hal ini berakibat besar serta pelaku ekonomi keuangan
pada adanya tarik menarik kepentingan internasional.
global yang dimainkan oleh negara-negara Globalisasi (Martin Khor, 2002: 11-12),
industri maju, lembaga keuangan merupakan karakteristik hubungan antara
intenasional seperti WTO, Bank Dunia, penduduk bumi ini yang melampaui batas-
maupun IMF sebagai aktor-aktor batas konvensional, seperti bangsa dan
globalisasi, dengan kepentingan yang negara. Dalam proses tersebut dunia telah
berakar pada kepentingan nasional yang dimanpatkan (compressed) serta terjadi
harus bertumpu dilandaskan dengan nilai- intensifikasi kesadaran terhadap dunia
nilai kearifan lokal sebagai nilai-nilai yang sebagai kesatuan untuk interdependensi

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 59


telah menimbulkan proses globalisasi sesungguhnya sudah berlangsung sejak jauh
semakin kuat sehingga secara tidak dimasa silam (Satdjipto Rahardjo, 3), semata-
langsung dunia seolah-olah seperti mata karena adanya predisposisi umat
perkampungan besar. manusia untuk bersama-sama hidup satu
Berdasarkan pengertian-pengerti an wilayah dan karena itu dikondisikan untuk
diatas maka globalisasi selalu berkiatan berhubungan dan menjalin hubungan satu
dengan kesalinghubungan integrasi dan sama lain. Wallerstein (Satdjipto Rahardjo,
saling keterkaitan. Kebijakan yang diambil 3), salah seorang pemikir penting tentang
oleh suatu pemerintah tidak dapat dihindari globalisasi, berpendapat bahwa globalisasi
kemungkinan adanya tidak dapat dihindari adalah proses pembentukan sistem kapitalis
kemungkinan adanya intervensi pelaku- dunia. Bersama dengan terbentuknya sistem
pelaku globalisasi yaitu perusahaan dunia ini, kapitalisme tumbuh menjadi
perusahaan multinasional (multinational semakin kuat, masyarakat di dunia memiliki
corporation, trans national corporatioan arti penting dalam memainkan
class, multinational corporation perannyadidalam sistem kapitalisme dunia
enterprise), lembaga keuangan tersebut sebgai konsekuensi dari tempatnya
internasional (IMF, World Bank) dan dalam pembagian kerja sistemik yang
jaringan lembaga Internasional seperti mendunia (the world sistematic division of
WTO. labour).
Dalam lingkungan ekonomi dunia Proses globalisasi ini selanjut nya
tanpa batas (economics borderless) ini semakin intensif berkembang seiring
pemerintahan nasional tidak lebih dari dengan kemajuan yang terjadi didalamilmu
sekedar transmission belts bagi capital pengetahuan dan teknologi informasi-
global atau secara lebih singkat sebgaai komunikasi. Faktor inilah yang menjadi
institusi perantara yang menyisip diantara kunci globalisasi merasuk dalam segala
kekuatan lokal dan regional yang sedang dimensi kehidupan manusia.Ilmu dan
tumbuh secara mekanisme pengaturan teknologi mendorong globalisasi menjadi
global. Peran negara bangsa dan dunia tanpa batas, dunia semakin menjadi
penguasaan terhadap militer tidak lagi sempit.Apa yang terjadi dihari ini dibelahan
memiliki peran penting dalam proses dunia lain dapat diketahui pada hari itu pula
kehidupan bernegara, dan bermasyarakat. tanpa perlu kita menunda. Hal ini pertanda
Bahkan peran mereka menjadi semakin WHODK WHUMDGL SHUXEDKDQ GDUL ³NHKLGXSDQ
memudar dan secara sangat meyakinkan \DQJ EHUMDUDN´ PHQMDGL ³NHKLGXSDQ \DQJ
akan tergantikan oleh peran penting yang EHUVDWX´ 'XQLD dengan globalisasi tak
semkain meningkat dipegang aktor-aktor ubahnya menjadi suatu perkampungan
nonteritorial, seperti perusahaan- besar.
perusahaan multinasional multinational Globalisasi pada dasarnya dicirikan
corporation, transnational corporation oleh semakin pesatnya perkembangan
class, multinational corporation kapitalisme, kian mengglobalnya peran
enterprise), gerakan-gerakan transnasional pasar sebagai kata kunci memasuki
dan organisasi-organisasi internasional. persaingan dunia usaha yang melahirkan
Peran mereka secara intensif sangat energi besar pada arah perdagangan
mempengaruhi kebijakan politik ekonomi bebas.Melalui globalisasi menciptakan
nasional negara, sehingga negara bangsa harapan-harapan kebaikan bagi
tidak dengan begitu saja mengesampingkan kesejahteraan umat manusia meskipun pada
pengaruh yang dapat timbul dari aktor-aktor akhirnya melahirkan banyak asumsi
globalisasi tersebut. keraguan. Hal ini didukung oleh sebagian
Globalisasi sebagai suatu proses, argumen yang ada kancah teori-teori sosial
mengalami akselerasi sejak beberapa pembangunan.
dekade terakhir, tetapi proses yang

60 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


Globalisasi melahirkan kecemasan (FDI, foreign direct investment) justru
bagi mereka yang memikirkan banyak terpusat dinegara-negara industri
permasalahan sekitar pemiskinan rakyat dan maju, sedangkan dunia ketiga-kecuali
marjinalisasi rakyat, serta persoalan segelintir negara industri baru-tetap
keadilan sosial.Bersamaan dengan itu, menempati posisi dipinggiran, baik dari
fenomena yang juga berkembang secara sisi investasi maupun perdagangan.
pesat dan global berakibat pada semakin 4. Seperti diakui para pendukung ekstrim
meningkatnya kemajuan dibidang teori globalisasi, ekonomi dunia jauh dari
telekomunikasi, elektronika serta bersLIDW PXUQL ³JOREDO´. Sebaliknya,
bioteknologi yang dikuasai oleh perusahaan perdagangan, investasi dan arus dana
transnasional. Sementara itu, dipihak lain dewasa ini terpusat diwilayah terpusat
dunia juga masih menghadapi krisis hutang diwilayah tritunggal±Eropa, Jepang dan
(Mansour Fakih, 2001: 198). Amerika Utara-dan pemusatan ini
Semakin dalam kami menelaah tampaknya akan terus berlanjut;
semakin dalam pula keraguan kami. Kami 5. Kekuatan ekonomi tri tunggal (G-3) ini
pada akhirnya yakin bahwa konsep dengan demikian memiliki kemampuan,
globalisasi seperti yang dikemukakan oleh apalagi jika ada koordiansi diantara
para penganut ekstrim teori globalisasi tidak ketiganya dalam bidang kebijakan
lain dan tidak bukan adalah mitos belaka. ekonomi utnuk mengatur pasar modal
Menurut pendapat kami (Paul Hirts-Ghrame dan aspek-aspek ekonomi lainnya.
Thompson, 2001: 3-4). Karena itu tidak benar bila dikatakan
1. Tatanan ekonomi yang sangat mendunia pasar dunia tidak dapat diatur dan
sekarang ini bukannya tanpa preseden. dikendalikan, meski pada saat ini ruang
Itu tidak lain hanyalah bagian dari lingkup dan tujuan yang ingin dicpai
gelombang turun naik (konjungtur) dengan mengatur ekonomi dunia masih
pertumbuhan ekonomi, atau keadaan terbtas, karena kepentingan negara besra
ekonomi internasional yang mulai ada itu berbeda dan doktrin ekonomi yang
sejak ekonomi yang berlandaskan pada dianut oleh tiga elite itu juga berbeda.
teknologi industry mulai menyebar Globalisasi ekonomi yang bercirikan
keseluruh dunia sejak tahun 1860 an. pada basis perdagangan bebas diakui
Dalam beberapa hal, ekonomi sebagai tatanan baru bagi kemungkinan
internasional justru lebih tidak terbuka mewujudkan keuntungan untuk kehidupan
dibandingkan dengan ekonomi dunia segala bangsa, tetapi pada faktanya menurut
pada tahun 1870 hingga 1914; (Fritjof CapraFritjo Capra, 2004: 145), aturan-
2. Perusahaan transnasional (TNC, aturan ekonomi baru yang dibuat oleh WTO
transnasional company) yang murni nyata-nyata tak dapat berkelanjutan dan
jarang ditemukan. Perusahaan menghasilkan banyak konsekuensi fatal
transnasional pada umumnya berbasis yang saling berhubungan-disintegrasi
negara nasional dan kegiatan sosial, kemacetan demokrasi, makin pesat
perdagangannya diberbagai belahan dan luasnya kerusakan lingkungan,
dunia bertumpu pada kekuatan produksi penyebaran penyakit-penyakit baru dan
dan pemasaran dilokasi nasional, meningkatnya kemiskinan dan
dantidak ada kecenderungan kearah keterasingan.
perkembangan menjadi perusahaan
internasional murni; Pengembangan Hukum Berdasarkan
3. Lalu lintas modal mengakibatkan Nilai-Nilai Pancasila Dan Pengaruh
berpindahnya penanaman modal dan Globalisasi Dalam Pembentukan
kesempatan kerja secara besar-besaran Hukum.
darinegara maju ke negara berkembang. Perkembangan yang terjadi dalam
Sebaliknya, penanaman modal asing masyarakat seiring dengan kemajuan yang

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 61


telah dicapai melalui teknologi informasi supremasi hukum apabila didasarkan pada
dan komunikasi telah menyebabkan dunia pandnagan individual/kelompok masyarakat
dalam posisi borderless tanpa batas atau yang berbeda-beda (Barda Nawawi Arief,
sekat.Akibatnya memberikan pengaruh 2010)
sangat luar biasa besar bagi dinamika Globalisasi tetap menempatkan
kehidupan masyarakatnya.Tidak terkecuali hukum pada tatanan pangatur dalam segala
dalam kehidupan kehidupan pengaturan aspek kehidupan masyarakat. Kehidupan
tatanan nilai yang diberlakukan untuk berhukum harus dijadikan landasan dari
mewujudkan rasa tertib dan tidak segala aspek kehidupan ekonomi antar
terbantahkan adanya pengaruh dari kondisi individu atau kelompok hingga pada
keterbukaan dalam tatanan dunia. akhirnya hukum mampu mengintegrasikan
Globalisasi menjadi kata kunci yang atau mengkoordinasikan nilai-nilai yang
menjadi pemicu sehingga norma-norma ada sehingga pada akhirnya legitimasi bagi
yang diberlakukan terpengaruh oleh isu pemberlakuan norma hukum. Hal inilah
globalisasi. Dampak yang paling jelas yang dimaksudkan dengan supremasi
muncul kepermukaan yaitu pengaruh nilai hukum, yang bila dalam konsep Harry C
liberalisasi yang begitu besar dalam muatan Breidemeier (Satjipto Rahardjo, 143) dapat
yang diatur melalui ketentuan hukum suatu digambarkan dalam ragaan 1konsep ini
perundnag-undangan. relevan dalam memahami pengaruh
Dinamika kehidupan bermasyarakat globalisasi terhadapn norma hukum,
termasuk dalam aktivitas bisnis terpengaruh perubahan yang terjadi dalam tatanan nilai
pula oleh nilai-nilai globalisasi yang yang berlaku harus tetap mengacu pada
memiliki muatan liberalisasi sehingga adanya ketentuan norma hukum. Hukum
kegiatan bisnis yang merupakan suatu harus menjadi koridor keutamaan yang
kegiatan yang kompleks dan simult harus mengawal perubahan yang terjadi. Dimensi
dikawal oleh pengaturan norma-norma ekonomi yang memiliki akselerasi
hukum yang berkeadilan dan perubahan akibat pengaruh globalisasi
berkeseimbangan (Sri Rdejeki Hartono, 2007: memberikan tantangan tersendiri dalam
2)..Mengingat kegiatan bisnis ini dapat ranah hukum. Untuk itu hukum memiliki
meliputi aktivitas disektor keuangan dan alternatif konsep yang dipilih dalam rangka
investasi serta perdagangan, sehingga pada menghadapi perubahan yang terjadi.
akhirnya aktivitas bisnis ini meliputi Hukum dijadikan keunggulan/
jangkuan yang sangat luas dari semua keutamaan (supremasi) mengingat hukum
kegiatan masyarakat. memiliki fungsi dan melalui fungsi hukum
Besarnya tekanan terhadap hukum diharapkan kehidupan social masyarakat
yang lahir diluar energi hukum, khususnya yang menyangkut perilaku (attitude) dapat
diera global, misalnya energi ekonomi berubah kearah yang lebih baik yaitu
maka tetap harus mengacu pada argument disiplin, kepastian, kesadaran, kepatuhan,
bahwa hukum harus berdiri diatas sub-sub tanggung jawab social, keadilan, kepastian
sistem termasuk sub sistem ekonomi. Esmi dan ketertiban social (Satjipto Rahardjo, 143).
warasih menyebutnya supremasi hukum Hukum dibebani dengan tugas yang
(Esmi Warasih, 2010).Jadi yang lebih demikian berat, mengingat diera globalisasi
disupremasikan (diutamakan/diunggulkan) eprubahan-perubahan sosial demikian cepat
adalah tatananhukum yang telah disepakati terjadi. Akselerasi perubahan sosial harus
bersama, karena dalam kehidupan mampu dibaca dan ditangkap oleh tatanan
EHUPDV\DUDNDW ³KXNXP´ DGDODK dan norma hukum. Kalau hukum tidak
³NHVHSDNDWDQ EHUVDPD´ Terlebih mampu menangkap tanda-tanda perubahan
³NHVHSDNDWDQ EHUVDPD´ ini pulalah yang sosial yang terjadi hukum menjadi berhenti
menjadi dasar legitimasi hukum.Tidak pada satu titik, hingga akhirnya hukum
mudah menetapkan legitimasi dan menjadi terlewatkan.

62 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


Proses globalisasi yang berseiringan perstuan nasional pada penghargaan
dengan kapitalisme dan liberalisasi tidak WHUKDGDS NRQVHS ³civic nationalism´ \DQJ
mampu dicegah dalam kehidupan mengapresiasikan pluralism; 4) harus
masyarakat negara akibat wilayah territorial PHQJKRUPDWL LQGHNV DWDX ³core values of
telah mengalami proses borderless sehingga democracy´ VHEDJDL DODW ³audit democracy´
regulasi yang dibentuk dalam peraturan GDQ KDUXV PHQHPSDWNDQ ³legal
perundnag-undnagan yang diberlakukan MXVWLFH´GDODP NHUDQJND ³social justice´ GDQ
acapkali dipengaruhi nilai-nilai yang dalam hubungan antar bangsa berupa
bermuatan liberalisme dan Norma hukum SULQVLS ³global justice´
yang di bentuk harus tetap mampu mengacu Margin of appreciation dijadikan
pada pandangan hidup berbangsa dan tolak ukur bagi pembenaran terhadap
bernegara, ideologi negara serta sumber norma-norma hukum yang diberlakukan,
dari segala sumber hukum yang berlaku sehingga nilai utama Pancasila sebagai
yaitu Pancasila merupakan Weltanschauung ideology bangsa yaitu kebersamaan, dengan
(Siswono Yudohusodo, 2006: 4,. Landasan bentuk ideal kebersamaan hidup
filosofis yang menjadi dasar negara, dan bermasyarakatnya adalah masyarakat
ideologi dari negara kebangsaan kekeluargaan yaitu kebersamaan hidupan
Indonesia.Setiap negara bangsa antar sejumlah manusia terselenggara
membutuhkan Weltanschaungg atau melalui interaksi saling memberi. Sehingga
landasan filosofis berbangsa dan dalam bidang ekonomi, iedologi Pancasila
bernegara.Dan atas dasar landasan filosofis PHQJKHQGDNL ³NHEHUVDPDDQ´
itu, disusunlah visi, misi dan tujuan negara. (kekeluargaan-demokrasi ekonomi-Pasal 33
Tanpa itu negara bergerak tanpa pedoman. UUD 1945) yang diwujudkan melalui
Untuk itu harus dilihat Pancasila sebgaai ³negara NHVHMDKWHUDDQ´ 'DQ GDODP GXQLD
VXDWX ³QDWLRQDO JXLGHOLQHV´ VHUWD ³national yang semakin menempatkan liberalisme
standard´ ³QRUP DQG SULQFLSOHV´ yang sebagai arus utama pemikiran untuk
didalamnya juga mePXDW VHNDOLJXV ³human mendatangkan kesejahteraan, Indonesia
ULJKW GDQ KXPDQ UHVSRQVLELOLW\´, yang pada bergerak maju semakin menjauh dari cita-
sisi lain Pancasila juga berguna sebagai cita membangun negara kesejahteraan.Di
margin of appreciation, (Muladi, 2006: 11- dunia ini sekarang dan kedepan, liberalisme
120), batas atau garis tepi penghargaan bagi ekonomi dengan ciri ekonomi pasar bebas
hukum yang hidup dalam masyarakat digunakan semakin luas.Namun dalam
dengan sifatnya yang pluralistic (the living negara kesejahteraan, meskipun prinsip-
law) yang pada akhirnya dapat dibenarkan prinsip ekonomi pasar diberlakukan,
dalam kehidupan hukum nasional. kesejahteraan menjadi unsur penting dalam
Pada akhirnya produk hukum yang tujuan bernegara.Itulah yang membedakan
dibentuk harus berlandaskan pada nilai-nilai dengan negara yang menganut ekonomi
Pancasila dengan menggunakan fungsinya pasar murni, dimana kesejahteraan bersama
sebagai margin of appreciation yang sekedar menjadi hasil sampingan, bukan
terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu : tujuan.
1) Tidak boleh bertentangan dengan Penekanan yang harus mendapatkan
prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa perhatian adalah bahwa pengembangan
yang menghormati kehidupn beragama, rasa dalam ilmu hukum Indonesia, pada
keagamaan dan agama sebagai kepentingan akhirnya tidak hanya sekedar alih
yang besar; 2) Menghormati nilai-nilai Hak pengetahuan (transfer of knowledge)
Asasi Manusia baik hak-hak sipil dan tentang hukum dan bukan pula sekedar
politik maupun hak-hak ekonomi, sosial pelatihan ketrampilan (skills) untuk
dan budaya dan dalam kerangka hubungan menjalankan hukum, tetapi juga termasuk
DQWDU EDQJVD KDUXV PHQJKRUPDWL ³the right didalamnya pendidikan nilai-nilai (values)
to development´ KDUXV PHQGDVDUNDQ yang menajdi basis sistem hukum nasional

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 63


yang hendak dibangun. Dan bagi bangsa Dan amanat kosntitusi UUD 1845 pun telah
Indonesia, nilai-nilai (values) tersebut terabaikan.
adalah nilai-nilai Pancasila.
Penekanan yang harus mendapatkan
perhatian adalah bahwa pengembangan III.PENUTUP
dalam ilmu hukum Indonesia, pada
akhirnya tidak hanya skedar alih Pancasila secara utuh harus dilihat
pengetahuan (transfer off knowledge) VHEDJDL VXDWX ³national guidelines´ VHEDJDL
tentang hukum dan bukan pula skedar ³national Standard, norm and principles´
pelatihan keterampilan (skills) untuk \DQJ VHNDOLJXV PHPXDW ³human rights and
menjalankan hukum, tetapi juga termasuk human responsibility´ Pancasila juga dapat
didalamnya pendidikan nilai-nilai (values) berfungsi sebagai margin of appreciation
yang menjadi basis sistem hukum nasional sebagai batas atau garis tepi penghargaan
yang hendak dibangun. Dan bagi bangsa terhadap hukum yang hidup dalam
Indonesia, nilai-nilai (values) tersebut masyarakat yang pluralistic (the living law)
adalah nilai-nilai Pancasila. sehingga dapat dibenarkan dalam
Pancasilaakan tetap lestari, bila tidak kehidupan hukum nasional;
kehilangan eksistensinya dalam sejarah Pada era globalisasi maka harus
kehidupan berbangsa dan bernegara dari mampu tercipta kondisi perpaduan
negeri ini, sehingga tidak kehilangan harmonis antara nilai-nilai globalisasi yang
kebermaknaannya.Dan dalam gerak telah memberikan pengaruh terhadap
dinamika perkembangan masyarakat harus kedaulatan negaranegara struktur politik,
mampu mengaplikasikan nilai-nilai ekonomi, dan sosial yang telah ada dengan
Pancasilasebagai produk luhur yang dapat muatan tata nilai Pancasila;
dijadikan pedoman tatanan berbangsa. Produk perundang-undangan yang
Pancasila secara utuh sebagai suatu diberlakukan tidak menutup kemungkinan
³national guidelines´ GDQ ³national mengandung muatan nilai-nilai global,
VWDQGDUG QRUP DQG SULQFLSOHV´, yang pada sebagai suatu implikasi yang tidak
sudut pandang lain Pancasila pula, berguna terbantahkan sebagai ekses yang harus
sebagai margin of appreciation dijadikan terjadi dari kondisi tatanan nilai yang telah
bahan acuan dan pedoman bagi upaya- mengglobal pada posisi borderless.
upaya membentuk regulasi yang tetap Demi terwujudnya hukum nasional
berpijak pada tatanan nilai-nilai pandangan yang mengelobal, diperlukan upaya
hidup bangsanya.Sudah sepatutnya produk harmonisasi hukum antara hukum yang
perundang-undangan yang dibentuk harus berasal dari niliai-nilai yang hidup dan
mampu mengharmonisasikan antara berkembang ditengah masyarakat dengan
kepentingan nilai-nilai nasional melalui hukum modern yang positivis.Untuk
ideologinegara sebagai sumber dari segala mendapatkan kepastian hukum dalam
sumber hukum yang diberlakukan. Hingga pelaksanaannya, partisipasi dan simpati
akhirnya mampu mengakomodir pemerinah harus ditingkatkan terutama
kepentingan global dengan mengedepankan dalam menggali hukum yang hidup
atau tidak mengesampingkan nilai-nilai ditengah masyarakat, demi mewujudkan
kearifan lokal yang dikandung dalam nilai- keadilan substansil.Bukan keadilan formal
nilai Pancasila. Dengan demikian Pancasila yang ada pada saat sekarang.Olek karena
tetap memegang peranan penting dalam itu, paradigma penegakan dan pembaharuan
penyusunan norma hukum. Bila hal ini KXNXP KDUXV GLUXEDK ³KXNXP XQWXN
terabaikan maka dapat menyebabkan semua PDQXVLD´ EXNDQ PDQXVLD XQWXN KXNXP
upaya untuk memastikan perlindungan hak-
hak ekonomi rakyat dan terjaminnya
demokrasi ekonomi, menemui jalan buntu.

64 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


DAFTAR PUSTAKA Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan berparadigma Ganda
Buku-Buku : (Terjemahan Alimandan), Rajawali
Ali, Achmad, 2002, Keterpurukan Hukum Press, Jakarta.
di Indonesia, (Penyebab dan Rahardjo, Satjipto, 1983, Aneka Persoalan
solusinya), Penerbit Ghalia, Jakarta. Hukum dan Masyarakat, Alumni,
Capra, Pritjof, 2004, The Hidden Bandung.
Connections, Strategi Sistemik -------------, 2000.Ilmu Hukum , Alumni,
Melawan Kapitalisme Baru, Jalasutra Bandung.
Yogyakarta. «««« Membedah Hukum
Dimyati, khudzaifah-Wardiono, kelik Progresif, Penerbit Buku Kompas,
(Editor), 2000, Problema Globalisasi Jakarta.
Perspektif Sosiologi Hukum, Ekonomi -------------,2009, Pendidikan Hukum
dan Agama, Muhammadiyah Sebagai Pendidikan Manusia, Genta
University Press, Surakarta. Publishing, Yogyakarta.
-----------------,2010,Teorisasi Hukum, Studi -------------, 2009, Lapisan-lapisan dalam
Tentang PerkembanganPemikiran Studi Hukum, Bayumedia Publishing,
Hukum di Indonesia 1945-1990, Malang.
Genta Publishing,Yogyakarta. Rasjidi, Lili-Putra, IB Wyasa, 2003, Hukum
Freidman, Lawrence, M. 1975, The Legal Sebagai Suatu Sistem, Mandar Maju,
SistemA Social Science perspective, Bandung. Suriasumantri, Jujun S.
Russel Sage Foundation, New York. 1984, Ilmu Dalam Perspektif,
Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teologi Yayasan Obor Indonesia &
Pembangunan Dan Globalisasi, Insist LEKNAS-LIPI, Jakarta.
Press Press, Yogyakarta. Simandjuntak, Djisman S. -Pangestu, Mari
Gunawan, Ahmad-5DPDGKDQ 0X¶DPPDU E. 1994, GATT, 1994 Peluang dan
(penyunting), 2006, Menggagas Tantangan, Dokumen dan Analisis,
Hukum Progresif Indonesia, Pustaka Sekolah Tinggi Manajemen, Prasetia
Pelajar, IAIN Walisongo dan PDIH Mulya, Jakarta.
Ilmu Hukum Undip, Semarang Sidharta, Bernard Arief, 1999, Refleksi
Hirst, paul-Thompson, Grahame, 2001, tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar
Globalisasi Adalah Mitos, Yayasan Maju, Bandung.
obor Indonesia, Jakarta. Salam, Burhanuddin, 2003, Logika Materiil
Hartono, Sri redjeki, 2007, Orientasi ke Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rineka
Arah Pengelolaan Investasi (Sebuah cipta, Jakarta.
landasan Pemikiran Awal), dalam Tanya, Bernard L dkk, 2010, Teori Hukum
Permasalahan Hukum Investasi di Strategi Tertib Manusia LintasRuang
Era Global, Universitas Lampung, dan Generasi, Genta Publishing,
Bandar Lampung., Yogyakarta.
Kusumaatmadja, Mochtar, 1996, Fungsi Winarno, Budi, 2004, Globalisasi Wujud
dan Perkembangan Hukum dalam Imperealisme Baru Peran Negara
Pembangunan Nasional, Binacipta, Dalam Pembangunan, Tajidu, Press,
Bandung. Yogyakarta.
Khor, Martin, 2002, Globalisasi Perangkap
Negara-negara Selatan, Cidelaras Makalah, Jurnal, Hasil Penelitian :
Pustaka Rakyat Cerdas, Yogyakarta. Arief, barda Nawawi, Pokok-pokok
MD, Mahfud, 2010,MembangunPolitik Pemikiran Supremasi Hukum (Dari
Hukum,Menegakkan Konstitusi,Raja Aspek Kajian Yuridis), Seminar
grafindo Persada, Jakarta. nasional FH UNDIP Semarang, 27
Juli 2000.

Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi (Zuhraini) 65


Husodo, Siswono Yudohusodo, Konsep Bacaan Calon Doktor Undip, No. 13,
Negara Kesejahteraan Dalam 2007.
Pembangunan Sistem Kenegaraan Warassih, Esmi, Bahan Referensi
Indonesia, Seminar Nasional Dalam Paradigma, Teori dan Metode
Rangka Dies Natalis ke-40, Penelitan Hukum, Program Doktor
Universitas Pancasila, Jakarta 07 Ilmu Hukum KPK UNDIP-UNILA,
desember 2006. 2010.
Rahardjo, Satjipto, Membangun Negara Wiranata, I. Gede A.B, Bahan Refrensi
Hukum Pancasila, Pidato Orasi Pembangunan Hukum Nasional,
Ilmiah Universitas Swadaya Gunung Program Doktor Ilmu Hukum KPK
jati Cirebon, 23 Mei 1996. UNDIP-UNILA, 2010.
--------------, Pancasila, Hukum dan Ilmu Pokok-Pokok Hasil Penelitian tentang
Hukum, Seminar nasional Dalam nilai-nilai Pancasila Sebagai Nilai
Rangka Dies Natalis ke-40, Dasar Pengembangan Ilmu Hukum
Universitas Pancasila, Jakarta 07 Indonesia, Tim Peneliti Fakultas
desember 2006. Hukum UGM dan Fakultas Hukum
----------------, Senjakala Ilmu Universitas Pancasila, Seminar
HukumTradisional danMunculnya Nasional Dalam Rangka Dies Natalis
Ilmu Hukum Baru, Makalah Bahan ke-40, Universitas Pancasila, Jakarta
07 desember 2006.

66 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai