Globalisasi bukan satu hal yang harus ditolak atau ditentang, tetapi
dengan hukum yang kuat justru akan memberikan kemanfaatan bagi
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.5
2.4 Budaya Hukum
4
Soediro. (2017).Hubungan Hukum dan Globalisasi: Upaya mengantisipasi Dampak
Negatifnya.Jurnal Kosmik Hukum. Vol 17(1). Hlm 37-38
5
Agustiwi, Asri. Hukum Sebagai Instrumen Politik Dalam Era Globalisasi. Jurnal Rechtstaat
Nieuw.Vol 1(1). Hlm 49-52
A. Pengertian Budaya Hukum
Pada dasarnya pembangunan hukum meliputi pembangunan substansi
hukum, struktur hukum, dan kultur hukum. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Lawrence M.Friedman bahwa komponen-komponen yang terkandung
dalam hukum meliputi:
1. Komponen Struktur , yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem
hukum.
2. Komponen Substansi, berupa norma-norma hukum, baik peraturan-
peraturan, keputusan-keputusan, dan lainnya yang dipergunakan oleh
penegak hukum dan oleh mereka yang diatur.
3. Komponen Kultural, terdiri dari ide-ide, sikap-sikap, harapan, dan
pendapat tentang hukum.
7
Abidin, E.Zainal. (1997). Budaya Hukum di Peradilan di Indonesia. Jurnal Hukum. Vol 6(9). Hlm
48-49
8
Ismayawati, Any. (2011). Pengaruh Budaya Hukum Terhadap Pembangunan Hukum di Indonesia
(Kritik Terhadap Lemahnya Budaya Hukum di Indonesia). Jurnal Pranata Hukum. Vol 6(1). Hlm 60-
62
hubungan berbangsa dan bernegara. Sejatinya “etika moral” bukan suatu kata
yang memiliki satu arti. “Etika Moral” berasal dari penggabungan dua kata yang
berbeda, yaitu etika dan moral. Keduanya pun memiliki arti yang berbeda. Untuk
lebih jelasnya, kita perhatikan pendapat dari Robert Kreitner dan Angelo Kinicki
(2010) bahwa:
Ethics involves the study of moral issues and choices. It is concerned with right
versus wrong, good versus bad, and the many shades of gray supposedly black-
and white issues. Moral implication spring from virtually every decussion, both
on and of the job.
Etika tidak terlepas dari pilihan-pilihan dan isu-isu moral yang berkaitan
dengan kaidah benar versus salah, baik versus buruk. Implikasi etika dan moral
banyak muncul disetiap kondisi baik masyarakat dan dunia pekerjaan. Jadi etika
merupakan standar moral perilaku benar dan salah. Etika seseorang tercermin
dalam perilaku menyikapi lingkungan sesuai dengan norma masyarakat yang
berlaku.
Norma-norma sosial merupakan peraturan dasar yang berfungsi
mengawasi dan mengendalikan berbagai cara berbuat individua tau kelompok
dalam hubungan sosial antar sesamanya. Nilai sosial dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan ukuran kepantasan, kelaziman, atau kelayakan dalam
bersikap dan berperilaku, baik menurut pandangan pribadi maupun masyarakat.
Nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi bersama oleh individu atau
kelompok identik dengan nilai-nilai etika atau moral. Nilai-nilai etika atau moral
itu adalah ketentuan-ketentuan atau cita-cita dari apa yang dinilai baik atau benar
oleh masyarakat luas.
Di dalam kehidupan masyarakat terdapat nilai inti yang keberadaannya
tidak wajib diikuti tetapi anggota masyarakat secara keseluruhan menjunjung
tinggi, sehingga nilai tersebut menjadi landasan dasar bagi perilaku sosial.
Bertrand memperinci nilai-nilai inti (Score Values) menjadi 15 macam, yaitu:
1) Hasil Usaha dan Keberhasilan
2) Orientasi moral
3) Mores kemanusiaan
4) Efesiensi dan keraktisan
5) Aktivitas dan kerja
6) Kemajuan
7) Kekayaan materil
8) Persamaan derajat
9) Kebebasan
10) Penyesuaian diri terhadap dunia luar
11) Penggunaan rasio atau ilmu pengetahuan
12) Patriotism kebangsaan
13) Demokrasi
14) Kepribadian yang individual
15) Telah rasial dan superioritas kelompok.
Secara umum kedudukan dan peranan individu demikian besar artinya bagi
terciptanya stabilitas kehidupan masyarakat. Dalam usaha mencapai
keberhasilan dan keuntungan yang sebesar-besarnya individu tetap harus
memperhatikan rambu-rambu norma sosial dan hukum agar nilai-nilai
persepsi pribadi tetap selaras dengan nilai-nilai kepentingan bersama.9
9
Yuhelson. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. Gorontalo:Ideas Publishing.