Kejahatan THD Negara
Kejahatan THD Negara
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kejahatan Terhadap Negara
Disusun oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Kejahatan
Terhadap Negara yang berjudul "Kejahatan Oleh Pemegang Kekuasaan” dengan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Layyin Mahfiana, S.H, M.Hum selaku
pengampu mata kuliah Kejahatan Terhadap Negara yang telah memberikan arahan terkait tugas
ini sesuai dengan format yang telah ditentukan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Semoga makalah ini berguna bagi pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…….2
DAFTAR ISI……………………………………………………..…………………………..3
BAB I
A. Latar Belakang………………………………….………………………………………3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………5
C. Tujuan……………………………...……………………………………...……………5
BAB II
BAB III
A. Kesimpulan…………………...………………………………………………………..20
B. Saran……………………………….………………………………………..…………20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyalahgunaan kekuasaan saat ini menjadi trending topik di media massa maupun di
media elektronik. Penyalah gunaan kekuasaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seorang pejabat publik atau penguasa dengan kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan
individu, kelompok, ataupun kepentingan koorporasi. Jika tindakan tersebut dapat merugikan
perekonomian negara, maka tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan korupsi. Istilah
tersebut, mengatakan bahwa kekuasaan dekat dengan korupsi. Kekuasaan yang tidak terkendali
pada akhirnya akan berujung pada penyimpangan. Makin besar kekuasaan itu, maka makin
besar pula kemungkinan untuk melakukan korupsi. Wewenang yang diberikan sebagai sarana
untuk melaksanakan tugas, akan dipandang sebagai kekuasaan pribadi. Karena itu, dapat
dipakai untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, pejabat yang menduduki posisi penting dalam
sebuah lembaga negara merasa mempunyai hak untuk menggunakan wewenang yang
diperuntukan baginya secara bebas. Makin tinggi jabatannya, makin besar kewenangannya.
Dalam keadaan Dimana Masyarakat lemah karena miskin, buta hukum, buta administrasi,
korupsi berjalan dengan cepat. Pemerintah di suatu negara merupakan komponen penting
dalam pembentukan negara yang baik. Pemerintah yang baik akan terwujud bila ada sinergitas
antara rakyat dan pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator yang melaksanakan tanggung
jawab dengan transparan dan demokratis 1.
Namun, ini tidak berlaku untuk kejahatan di mana pelakunya adalah pejabat negara atau
pegawai negeri. Misalnya, seorang polisi dengan sengaja melakukan pembunuhan dengan
1 Raden Imam Al Hafis, “Abuse Of Power”, Vol.3, PUBLIKa, 2017, hlm 80-88.
menembak korban dengan senjata yang dia miliki. penggunaan senjata api, yang seharusnya
melindungi warga dari kejahatan, tetapi digunakan untuk melakukan kejahatan dengan sengaja.
Pasal 52 mengatur tindakan pelaku sebagai pemberatnya dengan ancaman pidana 20 tahun
penjara. Namun, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaku yang bukan anggota polisi,
hanya Pasal 338 KUHP yang berlaku, dengan ancaman pidana maksimum 15 tahun 2.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kejahatan oleh pemegang kekuasaan?
2. Apa saja jenis-jenis kejahatan oleh pemegang kekuasaan?
3. Apa dasar hukum kejahatan oleh pemegang kekuasaan?
4. Apa saja unsur-unsur pidana yang terdapat dalam kejahatan oleh pemegang
kekuasaan?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan kejahatan oleh pemegang
kekuasaan
2. Untuk menganalisis apa saja jenis-jenis kejahatan oleh pemegang kekuasaan
3. Untuk menjelaskan apa saja dasar hukum kejahatan oleh pemegang kekuasaan
4. Untuk menganalisis apa saja unsur-unsur pidana yang terdapat dalam kejahatan
oleh pemegang kekuasaan
2Warih Anjari, “Kejahatan Jabatan Dalam Perspektif Negara Hukum Pancasila”, Vol.1, Jurnal Ilmiah, 2017, hlm
122-133.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertama, dari sudut pandang hukum (pelanggaran dari sudut pandang hukum).
Dari sudut pandang ini, batas kejahatan adalah setiap tindakan yang melanggar hukum
pidana. Sepanjang tindakan itu tidak dilarang dalam perudang-udangan pidana, tindakan itu
tetap dianggap sebagai tindakan yang bukan kejahatan. Salah satu contoh nyata dalam hal ini
adalah tindakan seorang wanita yang melacurkan dirinya sendiri. Karena melacurkan diri tidak
dilarang dalam perundangan pidana Indonesia, tindakan wanita tersebut bukan kejahatan
menurut definisi hukum. Dari sudut pandang agama, adat istiadat, kesusilaan, dan lain-lain,
perbuatan melacurkan diri sangat buruk. Namun, karena tidak melanggar undang-undang yang
berlaku, perbuatan itu tetap bukan kejahatan menurut definisi hukum.
Kedua, dari sudut pandang sosiologis (pelanggaran dari sudut pandang masyarakat).
Dari sudut pandang ini, kejahatan adalah setiap perbuatan yang melanggar norma-
norma yang ada di masyarakat. Misalnya, meminum minuman keras sampai mabuk adalah
dosa dari sudut pandang masyarakat Islam, tetapi dari sudut pandang hukum bukan kejahatan.
Beberapa definisi jabatan menurut para pakar Hukum Administrasi Negara, yaitu:
1. I Gede Astawa: Memberikan pengertian jabatan adalah lingkungan kerja tetap yang berisi
fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan akan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu
organisasi.
2. E. Utrecht: Jabatan adalah sebagai pendukung hak dan kewajiban, sebagai subjek hukum
(person) berwenang melaukan perbuatan hukum (rechtshandelingen) baik menurut hukum
publik maupun menurut hukum privat. Ditambahan lagi bahwa jabatan dapat menjadi pihak
dalam suatu perselisihan hukum (process party) baik diluar maupun pada pengadilan perdata
dan administrasi.
3. W. Riawan Tjandra: Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorag Pegawai negeri dalam suatu organisasi Negara.
Kejahatan jabatan adalah kejahatan yang dilakukan oleh pegawai negeri/pejabat dalam
masa pekerjaannya dan kejahatan mana termasuk salah satu perbutan pidana yang tercantum
dalam Bab XXVIII buku kedua KUHP3.
Jabatan publik sebagai suatu jabatan yang diselenggarakan oleh pejabat publik
merupakan kelembagaan (institusi) yang diberikan kewenangannya menyelenggarakan tugas,
fungsi dan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Konsep dan
pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisisnya bertitik tolak dari 2 (dua) aspek yakni
aspek pertama, jabatan publik pada lingkungan lembaga eksekutif, dan jabatan publik di
lingkungan penyelenggara negara. Jabatan publik di Aparatur Sipil Negara (ASN) pada
dasarnya berkaitan dengan jabatan publik di lembaga eksekutif. Di sisi lain, sebagai aspek
kedua, jabatan publik di penyelenggara negara lebih luas daripada jabatan publik di Aparatur
Sipil Negara, karena pejabatnya dapat berasal dari lembaga legislatif, yudikatif, atau eksekutif.
Selain korupsi umumnya, gratifikasi yang dianggap suap dapat didefinisikan sebagai
perilaku pegawai negeri atau penyelenggara negara yang bertentangan dengan standar
masyarakat dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Baik yang legal maupun
ilegal, pemberian gratifikasi sendiri telah lama ada dalam masyarakat Indonesia. Pemberian ini
juga disebut sebagai pemberian upeti, uang lelah, atau pemberian sebagai bentuk terima kasih,
dan telah berkembang menjadi bentuk pemberian yang melanggar hukum.
Pada dasarnya, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri (Peraturan Pemerintah tentang Disiplin PNS), dalam penjelasan Pasal 4 angka 8,
menyatakan bahwa adalah ilegal bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara untuk
menerima hadiah yang diketahui atau diperkirakan berhubungan dengan jabatannya.
Kejahatan jabatan hanyalah kesalahan yang hanya dapat dilakukan oleh pegawai negeri
atau individu yang memiliki karakteristik tertentu. Selanjutnya, menurut pembentuk Undang-
Undang, kejahatan jabatan dapat dikaitkan dengan berbagai kepentingan hukum, termasuk
kepentingan hukum masyarakat dan individu. Salah satu ciri khas dari kejahatan tersebut
adalah bahwa mereka ditujukan kepada kepetingan hukum Negara 4.
3 Sidiq Fiqi Raharjo, Skripsi “Kejahatan Yang Dilakukan Pada Masa Jabatan”, UIN Alauddin Makassar, 2017, hlm
15-20.
4 Ibid, hlm 25.
C. Dasar Hukum Kejahatan Oleh Pemegang Kekuasaan
Di dalam undang-undang dasar sementara tahun 1950 (yang sejak tanggal 5 juli
1959 dalam Pasal 106 dapat ditemui pengertian kejahatan jabatan, yakni: “presiden,
wakil presiden, menteri-menteri, ketua, wakil ketua dan anggota dewan pengawas
keuangan, presiden bank sirkulasi dan juga pegawai-pegawai anggota-anggota majelis
tinggi dan pejabat-pejabat lain yang ditunjuk dengan undang-undang, diadili dengan
tingkat pertama dan tertinggi juga oleh Mahkamah Agung, pun sudah mereka berhenti
berhubung dengan kejahatan dan pelanggaran jabatan serta kejahatan dan pelanggaran
lain yang ditentukan dengan undang-undang n yang dilakukan dalam masa
pekerjaannya kecuali ditetapkan lain dengan undang-undang”.
Menurut Pasal 106 undang-undang dasar sementara Tahun 1950 tersebut
kejahatan dan pelanggaran jabatan yang dilakukan mereka, yang dimaksud dengan
kejahatan dalam Pasal 106 undang-undang dasar Tahun 1950 adalah salah satu dari
kejahatan-kejahatan yang disebutkan dalam pasal 413 sampai dengan 437 KUHP. Lain
daripada itu di dalam KUHP pasal 7 juga disinggung mengenai kejahatan jabatan yang
berbunyi “aturan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap pejabat
(pegawai negeri) di luar Indonesia yang melakukan salah satu perbuatan pidana tersebut
dalam Bab XXVIII buku kedua KUHP. Pasal 7 KUHP tersebut mengatur mengenai
kejahatan jabatan yang dilakukan oleh pegawai negeri/pejabat Indonesia di luar negeri,
termasuk pegawai negeri/pejabat Indonesia juga orang asing yang bekerja ddi
perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri, di samping itu juga banyak pegawai
negeri/pejabat Indonesia yang karena jabatan atau tugasnya banyak berada di luar
negeri.
Definisi kejahatan jabatan hanyalah kejahatan yang hanya dapat dilakukan oleh
pegawai negeri atau oleh orang-orang yang mempunyai sifat yang khusus. Selanjutnya
menurut pandangan pembentuk Undang-Undang kejahatan jabatan dapat ditunjukkan
kepada berbagai kepentingan hukum, baik kepentingan hukum merupakan kepentingan
hukum dari masyarakat maupun kepentingan hukum dari individu-individu. Suatu cirri
yang bersifat umum dari kejahatan tersebut juga ditujukan kepada kepetingan hukum
dari Negara.
Berbagai kejahatan jabatan pegawani negeri sipil diatur dalam KUHP Bab
XXVIII - Kejahatan Jabatan, dijelaskan sebagai berikut:
1. Penggelapan uang atau surat berharga oleh pegawai negeri berdasarkan
jabatannya. Perumusannya terdapat dalam Pasal 415 KUHP.
2. Pengacauan Administrasi/pembukuan oleh pegawai negeri.
3. Penggelapan perusahaan atau pemalsuan surat-surat oleh pegawai
negeri. Mengenai peraturannya diatur dalam pasal 417 KUHP.
4. Kejahatan jabatan yang dilakukan oleh pegawai negeri yang berupa
menerima hadiah atau janji (suap).
5. Kejahatan jabatan yang dilakukan oleh pegawai negeri berupa menerima
atau janji.
6. Kejahatan jabatan yang dilakukan oleh hakim, penasehat hukum, yang
berupa menerima hadiah atau janji.
7. Penyalahgunaan jabatan oleh pegawai negeri atau pejabat.
8. Pemerasan oleh pegawai negeri.
9. Kejahatan jabatan oleh pegawai negeri atau pejabat yang ikut serta
dengan pemborongan, penyerahan ddan persewaan yang pengawasan
dan pengurusannya diarahkan kepadanya. 5
1. Pasal 413
Penolakan untuk menggunakan kekusaan yang berada di bawah perintahnya
atas permintaan yang sah dari kekuasaan sipil yang berwenang. 2 Unsur-unsur
tindak pidana yang tercantum pada pasal ini adalah:
a. Unsur subjektif: dengan sengaja.
b. Unsur-unsur objektif:
1) Komandan angkatan bersenjata
2) Menolak
3) Mengabaikan
4) Permintaan yang sah menurut undang-undang
5) Kekuasaan sipil yang berwenang
6) Menggunakan kekuatan yang berada di bawah perintahnya.
2. Pasal 414
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sudut pandang batas kejahatan adalah Setiap tindakan yang melanggar
hukum pidana. Sepanjang tindakan itu tidak dilarang dalam perundang-undangan
pidana tindakan itu tetap dianggap sebagai tindakan yang bukan kejahatan. Bisa disebut
juga kejahatan adalah setiap perbuatan yang melanggar norma-norma yang ada di
masyarakat. Kejahatan jabatan adalah kejahatan yang dilakukan oleh pegawai negeri
atau pejabat dalam masa pekerjaannya dan kejahatan mana termasuk salah satu
perbuatan pidana yang tercantum dalam Bab XXVIII buku kedua KUHP.
Konsep dan pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisisnya bertitik
tolak dari dua aspek yaitu jabatan publik pada lingkungan lembaga eksekutif dan
jabatan publik di lingkungan penyelenggara negara. Menurut pembentukan undang-
undang kejahatan jabatan dapat dikaitkan dengan berbagai Kepentingan hukum
termasuk Kepentingan hukum masyarakat dan individu.
Dasar hukum kejahatan oleh pemegang kekuasaan diatur di dalam undang-
undang dasar sementara tahun 1950 yang sejak tanggal 5 Juli 1959 dalam pasal 106.
Serta disebutkan dalam pasal 413 sampai dengan 437 KUHP. Lain daripada itu di dalam
kuhp pasal 7 juga Disinggung mengenai kejahatan jabatan.
B. Saran
Demikian makalah ini dapat disampaikan dengan maksimal. Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna serta banyak kekurangan, baik secara teknis
maupun secara referensi. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar menambah wawasan kami
sebagai penulis.