Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aurelia Anjani

NIM : 215154040
Kelas : 3B AC
Matkul : Internal Audit

Tugas Governance

1. Bacalah kasus Enron dan Wordcome di Internet, carilah dari kasus tersebut, penyebab
mengapa ke dua kasus tersebut memperkasai Good Corporate Governance di dunia dan
Indonesia?
Jawaban:
Kasus Enron dan WorldCom telah menjadi sorotan yang memperkuat pentingnya Good
Corporate Governance di dunia, termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa penyebab
utama yang mendorong perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan yang baik:
1. Manipulasi Keuangan: Di kedua kasus tersebut, terjadi manipulasi keuangan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menutupi kerugian atau untuk
meningkatkan laporan keuangan perusahaan secara tidak jujur. Misalnya, Enron
menggunakan berbagai metode akuntansi kreatif dan entitas luar biasa (SPV) untuk
menyembunyikan utang yang besar dari laporan keuangan, sementara WorldCom
melakukan praktik yang serupa dengan menginflasi pendapatan perusahaan.
2. Ketidaktransparan: Kedua perusahaan tersebut tidak memberikan informasi yang
transparan kepada publik dan regulator mengenai kondisi sebenarnya perusahaan. Hal
ini menyebabkan investor dan pemangku kepentingan lainnya sulit untuk melakukan
evaluasi risiko dengan benar.
3. Kegagalan Pengawasan: Dewan direksi dan komite audit di Enron dan WorldCom
gagal melaksanakan tanggung jawab pengawasan mereka dengan baik. Mereka tidak
mampu atau tidak mau menanyakan pertanyaan yang kritis terhadap manajemen
perusahaan, atau bahkan terlibat dalam praktik-praktik yang melanggar etika.
4. Kepemimpinan yang Buruk: Kedua kasus tersebut juga menyoroti masalah
kepemimpinan yang buruk di dalam perusahaan. Para eksekutif kunci di Enron dan
WorldCom terlibat dalam perilaku yang tidak etis, seperti penggunaan informasi
internal untuk keuntungan pribadi, konflik kepentingan, dan penyalahgunaan
kepercayaan.
5. Luasnya impact skandal: Skandal yang melibatkan Enron dan WorldCom tidak hanya
berdampak pada perusahaan itu sendiri, tetapi juga menciptakan dampak yang luas di
pasar keuangan, termasuk menurunkan kepercayaan investor dan merusak reputasi
pasar modal. Ini memicu tuntutan untuk perbaikan regulasi dan penerapan standar
GCG yang lebih ketat.
2. Apa yang dimaksud dengan Risk Apetite, Risk Tolerance, Inhern risk, dan Residual Risk.
Berikan pula contohnya?
Jawaban:
1. Risk Appetite mengacu pada tingkat risiko yang sebuah organisasi atau individu
bersedia terima atau toleransi dalam mencapai tujuannya. Ini mencerminkan keputusan
strategis tentang jumlah dan jenis risiko yang entitas tersebut bersedia ambil atau
pertahankan. Risk Appetite biasanya ditentukan oleh faktor-faktor seperti tujuan
organisasi, kemampuan manajemen risiko, persyaratan regulasi, dan industri di mana
entitas tersebut beroperasi.
Contoh: Sebuah perusahaan teknologi mungkin memiliki risk appetite yang tinggi
karena ingin terus berinovasi dan bersaing di pasar, sehingga cenderung untuk
mengambil risiko dalam pengembangan produk baru.
2. Risk Tolerance merujuk pada kemampuan individu atau organisasi dalam menanggung
fluktuasi nilai investasi mereka atau terjadinya risiko. Ini mencerminkan kesediaan
untuk menerima tingkat ketidakpastian atau kerugian potensial yang terkait dengan
investasi atau keputusan. Risk Tolerance sering dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
kapasitas keuangan, jangka waktu, tujuan investasi, dan temperamen emosional.
Contoh: Seorang investor muda dengan waktu investasi yang panjang mungkin
memiliki risk tolerance yang tinggi karena mereka memiliki lebih banyak waktu untuk
pulih dari kerugian dan menerima fluktuasi nilai investasi.
3. Inherent Risk mengacu pada tingkat risiko yang terkait dengan aktivitas, proses, atau
investasi tertentu tanpa mempertimbangkan efektivitas kontrol atau tindakan
manajemen risiko apa pun yang ada. Ini mencerminkan risiko yang ada secara bawaan
dalam suatu situasi sebelum tindakan apa pun dilakukan untuk mengurangi atau
mengelolanya. Inherent Risk ditentukan oleh faktor-faktor seperti sifat aktivitas,
lingkungan eksternal, kompleksitas, dan volatilitas.
Contoh: Investasi saham memiliki inherent risk yang tinggi karena fluktuasi pasar dan
ketidakpastian ekonomi, bahkan tanpa mempertimbangkan upaya manajemen risiko
yang mungkin dilakukan oleh investor.
4. Residual Risk mengacu pada tingkat risiko yang tetap setelah strategi mitigasi risiko
atau manajemen telah diimplementasikan. Ini mencerminkan risiko yang tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan melalui langkah-langkah kontrol dan upaya pengurangan
risiko lainnya. Residual Risk dinilai untuk memastikan bahwa risikonya berada dalam
tingkat yang dapat diterima sesuai dengan selera risiko dan toleransi organisasi.
Contoh: Setelah sebuah perusahaan menerapkan berbagai langkah untuk mengurangi
risiko kegagalan proyek, masih ada risiko residual yang mungkin terjadi, seperti
keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang tidak dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai