Anda di halaman 1dari 8

SOAL ANALISIS KELAS XII

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


SEJARAH INDONESIA

Nilai
Nama Siswa/Presensi : Josia Jonathan Adisurya/17
Kelas : XII MIPA 2

A. URAIAN

1. Perhatikan informasi berikut!


Teori mengenai Dalang Peristiwa G 30 S
Ada lima teori yang menjelaskan tentang dalang peristiwa G 30 S. Kelima teori tersebut
sebagai berikut:
1. Gerakan 30 September 1965 merupakan Konflik Internal Angkatan Darat
Dua Sejarawan Amerika Serikat, yaitu B.R.O.G Anderson dan Ruth McVey menyatakan
peristiwa terjadi pada 30 September 1965 merupakan konflik internal Angkatan Darat.
Menurut kedua sejarawan tersebut, PKI hanyalah objek yang sengaja dikorbankan untuk
mengalihkan perhatian kepada pelaku utama yang sesungguhnya.
2. Gerakan 30 September 1965 berkaitan dengan Kepentingan Inggris dan
Amerika Serikat
Greg Pulgrain menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Inggris adalah dalang dari
peristiwa 30 September 1965. Menurutnya, Amerika Serikat dan Inggris memiliki niat yang
sama untuk menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno. Kedua negara tersebut
menganggap Presiden Soekarno berbahaya bagi kepentingan mereka. Presiden
Soekarno merupakan penentang utama kepentingan Inggris di Malaysia dan Brunei.
Adapun bagi Amerika Serikat, kedekatan Soekarno dengan paham komunis menjadi
ancaman terhadap scenario Perang Dingin Amerika Serikat melawan Uni Soviet.
3. Dalang Gerakan 30 September 1965 adalah CIA
Pernyataan tentang keterlibatan Central Intellegence Agency (CIA) dalam peristiwa 30
September 1965 diungkapkan oleh Peter Dale Scott dan Geoferry Robinson. Keterlibatan
CIA tidak lepas dari kekhawatiran Amerika Serikat terhadap perkembangan komunisme
di Indonesia. Oleh karena itu, CIA bekerja sama engan kelompok dalam Angkatan Darat
untuk memprovokasi PKI agar melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden
Soekarno.
4. Dalang Gerakan 30 September 1965 adalah PKI
Pada masa Orde Baru pemerintah menyatakan bahwa dalang peristiwa 30 September
1965 adalah PKI yang dibantu sejumlah oknum TNI. Akan tetapi, pernyataan tersebut
1 | Page
diragukan oleh beberapa pakar politik karena PKI sejak lama telah mendominasi
perkembangan politik di Indonesia.
5. Teori Chaos
Teori Chaos dikemukakan oleh John D. Legge. Menurutnya, tidak ada pelaku tunggal
dalam peristiwa gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut muncul sebagai imbas
dari perselisihan politik yang terjadi secara berkelanjutan sejak Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. John D. Legge juga menyatakan tidak ada skenario besar dalam peristiwa
gerakan 30 September 1965.
Keterangan:
- Silakan cantumkan jurnal/buku/ebook sebagai sumber literatur Anda

Menurut Anda, dari kelima teori tersebut, teori mana yang Anda anggap paling benar?
Paparkan data dan analisis menurut persepsi Anda!

Menurut literatur dan sumber-sumber yang saya pahami dan baca, saya meyakini bahwa
peristiwa G30S terjadi didasarkan pada Teori Chaos, dimana pelaku atau dalang dari
peristiwa pembantaian ini tidak dapat ditentukan secara tunggal. Namun, latar belakang dari
kejadian tersebut berikatan sehingga teori 1 - teori 4 berlaku secara bersama-sama dan
dirangkum sebagai imbas dari perselisihan politik Indonesia setelah Proklamasi
Kemerdekaan. Dalam hal ini saya akan mengambil perspektif dan menelisik dari masing-
masing spekulasi teori diatas yang saling berkaitan

a. Keterikatan Konflik Internal AD dan Persaingan PKI dengan G30S


Dimulai dari teori pertama yaitu mengenai gerakan G30S yang dipelopori karena konflik
internal dalam Angkatan Darat kala itu. Peristiwa daripada konflik internal antar angkatan
darat sebenarnya terjadi diakibatkan oleh karena ideologi Soekarno yang condong berdikari
dan mandiri serta mencintai keadilan bagi masyarakat-masyarakat bawah, terlebih kala itu
posisi bangsa Indonesia masih merupakan negara baru dan Soekarno sendiri masih memiliki
sikap idealis tinggi untuk berdiri sendiri. Salah satu implementasi ideologi tersebut disalurkan
melalui kebijakan beliau yaitu NASAKOM yang dimulai pada tahun 1956 hingga 1965. Ideologi
NASAKOM ini mengungkapkan 3 pilar utama dari demokrasi terpimpin dalam pemerintahan
Indonesia yaitu pilar Nasionalis, pilar Agama, dan pilar Komunis.

Didalam pelaksanaannya, Soekarno terlihat cenderung dekat dengan ideologi marxisme.


Bukti dari kedekatan Soekarno terhadap komunisme ditunjukan pada konfrontasi Indonesia-
Malaysia sekitar tahun 1963-1966. Kala itu Soekarno memilih untuk memerangi Malaysia dan
2 | Page
dalam hal ini PKI (Partai Komunis Indonesia) mendukung besar akan Gerakan Ganyang
Malaysia tersebut. Akan tetapi, Achmad Yani yang menduduki posisi Letnan Jenderal
menolak konfontrasi tersebut dilatarbelakangi pada keyakinan bahwa posisi Indonesia kala
itu belum memadai untuk berperang dalam skala tersebut, terlebih Malaysia yang mendapat
dukungan dari Inggris. Kedekatan Soekarno dengan PKI pun terus berlanjut pada awal 1965,
dimana beliau mendukung ide D.N. Aidit bahwa dibutuhkan angkatan ke-5 independen dari
ABRI yang berupa petani bersenjata. Ide ini dilandaskan oleh kontribusi Angkatan Darat
dalam peperangan Malaysia-Indonesia yang dirasa setengah hati, alhasil kondisi PKI semakin
diperkuat. Namun, disisi sebaliknya TNI AD sangat menentang ide tersebut. Sementara itu,
PKI terus berkembang bahkan mewujudkan organisasi-organisasi yang berafiliasi seperti
Gerwani dan Lekra yang berjumlah sekitar 20 juta anggota. Berdasarkan rangkaian kejadian
tersebut, akhirnya mengakibatkan persaingan antara PKI dengan Non-PKI (Angkatan Darat)
dengan fraksi-fraksi yang ada didalamnya dan memuncak pada peristiwa G30S.

b. Keterkaitan dengan Kepentingan Amerika dan Inggris serta Campur Tangan CIA
dan hubungannya dengan Soeharto
Selanjutnya, keberadaan politik Indonesia kala itu dimana Soekarno sangat berideologi pada
konsep komunisme dan mendukung keberadaan PKI sangat mengusik Amerika dan Inggris.
Terlebih pada saat itu Amerika dan Inggris sedang berada pada posisi perang dingin dengan
Uni Soviet yang merupakan negara paling berpengaruh dalam paham komunismenya. John
F Kennedy, pemimpin Amerika Serikat kala itu berambisi dalam perang dinginnya untuk
menumpas habiskan paham komunisme di seluruh dunia. Salah satu langkah awal yang
diambil oleh Amerika kala itu adalah melakukan perang dengan Vietnam. Disisi lain, John F
Kennedy kala itu juga merupakan presiden yang pro-Soekarno dan dekat dengan Soekarno.
Salah satu bukti kedekatannya dapat dilihat dari keberhasilan Indonesia pada tahun 1963
dengan bantuan Amerika mengambil alih Papua Barat dari tangan Belanda. Walaupun
demikian, bentuk bantuan tersebut digadang memiliki maksud lain agar Indonesia dapat
berpihak pada Amerika dalam melancarkan aksi perang dingin. Namun demikian, Indonesia
kala itu mengambil aksi tegas untuk bergerak secara “bebas aktif” dengan tidak berpihak pada
kubu manapun dan mencanangkan perdamaian pada dunia.

Dilansir dari buku Incubus of Intervention : Conflicting Indonesia Strategies of John F Kennedy
and Allen Dulles menyatakan bahwa bertepatan dengan keberhasilan ambil alih Papua Barat,
masyarakat Indonesia menganggap John F Kennedy sebagai pahlawan. Nahasnya,
masyarakat Indonesia tidak banyak mengerti dan sadar bahwa penolakannya terhadap
keberpihakan tersebut akan berdampak besar pada persepsi Amerika terhadap Indonesia.
3 | Page
Dari kejadian inilah mulai muncul keterlibatan CIA sebagai bagian dari Amerika. Allen Dulles
yang kala itu untuk berperan sebagai kepala bidang CIA memiliki persepsi yang sangat
bertolak belakang dengan John F Kennedy, dimana John F Kennedy sebagai presiden tetap
menginginkan Soekarno menjabat sebagai presiden, akan tetapi Allen Dulles menginginkan
pergantian. Salah satu alasan dibalik keinginan seorang Dulles dalam mengganti Soekarno
adalah menginginkan kekayaan mineral di Indonesia, dimana jika ditarik benang merah Dulles
juga merupakan perwakilan dari pemiliki pertambangan emas Papua (PT. Freeport) yaitu
keluarga Rockefeller. Pernyataan ini kemudian diperkuat dengan penemuan Rockefeller
brothers akan papua sebagai simpanan emas terbesar di dunia.

Namun, untuk menguasai sumber daya alam tersebut, Dulles sadar bahwa pemerintahan
kolonial Belanda harus disingkirkan terlebih dahulu. Ketika pemerintahan kolonial Belanda di
Hindia Belanda berakhir pada tahun 1949, Belanda tetap mempertahankan Papua dan tinggal
di sana selama dua belas tahun lagi. Akhirnya, Dulles membantu Kennedy pada tahun 1962
untuk memilih antara pemerintahan Belanda atau Indonesia atas rakyat Papua. Kemudian, ia
memilih pilihan kedua dengan memastikan pilihan PBB tidak akan terjadi. Opsi PBB
melibatkan diskusi rahasia pada tahun 1961 antara Kennedy dan Sekretaris Jenderal PBB,
Dag Hammarskjold. Kennedy lebih menyukai intervensi PBB karena hal ini berarti ia tidak
harus memilih antara Indonesia (yang ia butuhkan sebagai sekutu Perang Dingin di Asia
Tenggara) dan Belanda (yang merupakan sekutu NATO). Hammarskjold akan menyangkal
klaim kedaulatan Belanda dan Indonesia dan malah memberikan kemerdekaan kepada rakyat
Papua. Kejadian itu pun benar terjadi adanya dimana Indonesia sempat tidak terikat dengan
PBB.

Pilihan sengketa PBB yang digagas oleh Dag Hammarskjold pun tidak terjadi. Allen Dulles
mencegahnya dan tewasnya Dag Hammarskjold pada 1961 merupakan insiden tragis yang
terjadi ketika rencana JFK mengunjungi ke Jakarta terhenti di Dallas. Sebenarnya, kematian
Hammarskjold sangat berkaitan dengan aksi yang ingin dilakukan oleh Dulles, dapat diketahui
bahwa jika Hammarskjold berhasil mengumumkan mengenai intervensi Indonesia secara
langsung “strategi Indonesia” akan gagal. Bersamaan dengan hal tersebut, Dulles
berpemikiran bahwa dengan Papua Barat yang masih berada dibawah kekuasaan Soekarno,
maka kekayaan emas dan tambang di Papua akan dipergunakan sepenuhnya untuk
kepentingan Indonesia. Namun, dengan kekuasaan dibawah Jendral Soeharto akan
mempermudah kontrak daripada Rockefeller, Freeport di Indonesia terhadap tambang emas
tersebut.

4 | Page
Kemudian, Poulgrain sebagai pencetus teori ini juga menyatakan bahwasannya terdapat
keterlibatan besar Soeharto dalam peristiwa G30S. Mulanya, Jendral Abdul Latief yang ikut
serta dalam Gerakan 30 September menyatakan bahwa membunuh para Jendral Angkatan
Darat (daripada menculik dan membawa mereka ke Sukarno untuk menjelaskan rumor
kudeta) tidak termasuk dalam agenda. Membunuh para jenderal akan mengubah segalanya
dan mengubah sejarah Indonesia terutama pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh
Soekarno. Kejadian ini secara langsung akan berefek pada naiknya Soeharto untuk
mengambil alih kekuasaan menimbulkan kekacauan yaitu pembantaian massal terbesar pada
abad ke-20 pada para penyintas dan pendukung PKI pasca G30S.

Bukti akan keterlibatan Soeharto dalam G30S pun juga diperkuat oleh Buku John Roosa, yaitu
Dalih Pembunuhan Massal yang menegaskan peran Sjam (ketua biro khusus) dan kaitannya
dengan Biro khusus (Sebuah kelompok rahasia PKI yang dibentuk Aidit pada akhir 1964 untuk
berteman dengan orang-orang di angkatan bersenjata yang mendukung PKI). Pengalaman
militer Sjam dalam melawan Belanda pada tahun 1945-1949 melibatkan kontak dekat dengan
Soeharto. Kemudian, Soeharto juga memiliki kekerabatan dekat dengan Letkol Untung
sebagai salah satu pelaksana G30S dimana pada tahun 1962 Untung pernah bertugas dalam
kampanye Nugini untuk mengusir Belanda dengan Soeharto sebagai komandannya.

Soeharto sebagai salah satu aktor dalam G30S juga diasumsikan memiliki hubungan
terhadap CIA dimana beliau mendukung penanaman modal asing Rockefeller di Papua Barat.
Sjam dan Soeharto sempat mengunjungi komandan sekolah militer di Bandung (SESKOAD).
Nama komandan yang dikunjungi adalah Komandan Suwarto yang memiliki kekerabatan
dekat dengan CIA. Suwarto memiliki kekerabatan dengan Guy Pauker yang dikenal juga
sebagai teman dekat dari Allen Dulles. Sempat dipertanyakan mengenai persoalan Pauker
apakah pernah bertemu dengan Soeharto? akan tetapi beliau menyangkalnya. Argumen
mengenai keterlibatan Soeharto dalam G30S semakin diperkuat dengan pernyatan Poulgrain
Sebagai seorang Pangkostrad seharusnya menjadi tidak mungkin bahwa beliau tidak
mengerti perencanaan mengenai penculikan para jenderal dan bahkan akhirnya PKI menjadi
alat kambing hitam nya. Poulgrain berpendapat bahwa Soeharto juga terlibat dalam
merencanakan g30s dimana bersama dengan Sjam, ia memastikan akan terjadi penculikan
para Jenderal (sesuai perencanaan Latief, Untung, dan Supardjo), dan melalui posisi Sjam
sebagai ketua biro khusus PKI dengan Aidit akan terjadi penumpahan darah.

Mengenai keterlibatan CIA dan Amerika Serikat beserta Inggris dapat dibuktikan dengan
munculnya sebuah dokumen palsu yang menjadi salah satu pemicu terjadinya G30S yaitu
5 | Page
kemunculan dokumen Gilchrist. Menurut buku Inside Indonesia Intelegence Service,
menjelaskan bahwa dokumen Gilchrist dibuat oleh Dinas Intelijen Cekoslowakia (DIC) dengan
kambing hitam kepada Bill Palmer (seorang Amerika yang dibuat-buat seakan bagian dari
CIA). Awal mula terbentuknya dokumen ini bermula pada permasalahan keterbatasan film
Indonesia yang tidak dapat tayang di bioskop kelas satu. Bill Palmer kala itu menjabat sebagai
kepala America Motion Picture Association of Indonesia (AMPAI) dilobby oleh Menteri Luar
Negeri kala itu. Namun, keberadaan AMPAI di Indonesia saat itu mendapat perlawanan keras
dari sisi kiri (komunis dan pki), salah satunya lekra yang menyerukan pemboikotan film-film di
Indonesia.

Aksi pemboikotan dan situasi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh DIC untuk membentuk
sebuah dokumen yang berlandaskan pada rencana oleh Mayor Louda agar dapat
melancangkan gerakan anti-Amerika dan memilih Bill Palmer sebagai korban atas rencana
ini. DIC Menyusun rencana itu dalam satu berkas yang disebut operasi Palmer. Tidak berhenti
dari situ, dokumen gilchrist juga dibentuk dengan isi rencana Amerika-Inggris yang ingin
menyerbu Indonesia. Hal ini memicu laporan dari kedutaan besar Inggris di Jakarta kala itu
kepada kemenlu Inggris dan digunakan sebagai barang bukti. Dokumen ini dikenal sebagai
dokumen gilchrist karena duta besar inggris di Indonesia kala itu Bernama Andrew Gilchrist.

Dokumen ini kemudian ditemukan di rumah Bill Palmer, setelah aksi penyerbuan pemuda
pada tanggal 1 April 1965. Pada tanggal 15 Mei 1965 Soebandrio sebagai Kepala BPI
menerima dokumen tersebut. Staf intelejen pun dikerahkan untuk memeriksa dokumen
tersebut dan didapati hasil bahwa dokumen tersebut otentik. Akan tetapi, Soebandrio
menegaskan bahwa dokumen tersebut adalah bentuk upaya untuk memprovikasi Angkatan
Darat dan situasi politik Indonesia terlebih PKI yang sedang tidak stabil. Tepat pada 26 Mei
1965 Soebandrio melaporkan dokumen Gilchrist kepada Soekarno.

c. Kematian JFK dan G30S yang berdekatan serta Soeharto sebagai Pelancar Aksi CIA
dalam mendirikan PT. Freeport
Jika dilihat secara kronologis, kematian John F Kennedy yang dibunuh memiliki jarak kurang
dari setahun dengan G30S. Hal ini memicu keterkaitan dengan kepentingan Allen Dulles kala
itu yang ingin menggulingkan Soekarno. Seperti yang diketahui, imbas dari peristiwa ini
adalah lengser nya Soekarno yang digantikan dengan Soeharto. Hal ini tentu menjadi selaras
dengan argumen Poulgrain yang mengatakan bahwa Soeharto terlibat dalam peristiwa ini.
Dapat dikatakan Amerika dan CIA lah yang menjadi salah satu sumber dalam terjadinya

6 | Page
G30S. Namun, Soeharto lah yang menjadi mediator dengan para pelaksana aksi G30S (Letkol
Untung, Latief, Supardjo) dengan tudingan PKI sebagai kambing hitamnya.

Secara tidak langsung, dengan naiknya Soeharto sebagai Presiden hal ini akan
mempermudah keinginan Rockefeller dengan bantuan Allen Dulles untuk menjadikan Papua
Barat sebagai bentuk investasi terhadap tambang dan emas. Keselarasan ini pun terjadi
ketika diresmikan nya Undang-undang mengenai penanaman modal asing tanggal 10 Januari
1967. Sedemikian UU No. 1 Tahun 1967 ayat 2 berbunyi “alat-alat untuk perusahaan,
termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan
dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan
devisa Indonesia” . Kemudian tepat pada tahun yang sama yaitu 7 April 1967, PT. Freeport
berdiri dan menjadi perusahaan pertama yang melakukan investasi asing di Indonesia.

d. Kesimpulan

Berdasarkan teori chaos ini dapat disimpulkan bahwa memang dalang G30S tidak dapat
berporos atau bertumpu pada satu tokoh saja. Namun, yang dapat diketahui adalah terjadinya
G30S berlatar belakang pada masalah politik yang terjadi kala masa itu dimana ideologi
mengenai komunisme sedang gencar diberlakukan . Munculnya permasalahan politik tersebut
akhirnya memicu pihak eksternal dan internal yang kemudian ingin melaksanakan beberapa
kepentingan yang berbeda. Pada akhirnya beberapa kepentingan berbeda tersebut
berpuncak menimbulkan chaos pada peristiwa Gerakan 30 September dengan penculikan
dan pembunuhan 7 perwira tinggi militer Indonesia.

Sumber :
Conboy, Kenneth. (2004) Intel : Inside Indonesia's Intelligence Service / Ken Conboy. Jakarta:
Equinox Publishing.

Curtin, E., & Poulgrain, G. (2020) The CIA’s Involvement in Indonesia and the Assassinations of
JFK and Dag Hammarskjold.

Murtianto, T. B. (2011). Prolog G.30S 1965: Asal-usul Dokumen Gilchrist, Pemainan Intelijen
Cekoslowakia Berdasarkan Pengakuan Ladislav Bittman.Insan Merdeka.

Rossa, John. (2008) . Dalih Pembunuhan Massal . Jakarta Selatan: Hasta Mitra.

Scott, Peter Dale. (2019). CIA & penggulingan bung karno (edisi revisi). Yogyakarta: Media
Pressindo

7 | Page
Soebandrio, Haji. (2001). Kesaksianku tentang G-30-S. Jakarta: Forum pendukung reformasi
total

8 | Page

Anda mungkin juga menyukai