Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH REMUNERASI, MOTIVASI PEGAWAI, DAN KINERJA PEGAWAI

TERHADAP KINERJA ORGANISASI

Hadiyanto
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
email: hadiyantodidiet1965@gmail.com

Abstrak
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan Unit Kerja di lingkungan pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas maka dibentuk Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). Pejabat Pengelola BLUD, Dewan Pengawas dan pegawai BLUD dapat diberikan
remunerasi sesuai dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
Pemberian remunerasi yang optimal dimaksudkan untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja
karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk untuk dapat mengetahui apakah kebijakan remunerasi telah meningkatkan
motivasi dan kinerja karyawan untuk meningkatkan kinerja rumah sakit. Metode yang digunakan
adalah Uji Non-Response Bias dilakukan untuk melihat karakteristik jawaban responden yang
memberikan jawaban dan tidak memberikan jawaban (non responden), Uji regresi berganda yaitu
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan Uji Asumsi Klasik Model
Regresi Berganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebijakan remunerasi, motivasi pegawai
dan kinerja pegawai berpengaruh nyata terhadap kinerja organisasi dan secara individu menunjukkan
perubahan. Kebijakan remunerasi masih berpengaruh negatif terhadap kinerja organisasi, sedangkan
motivasi dan kinerja pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi.

Kata kunci: kebijakan remunerasi, motivasi, kinerja individu, kinerja organisasi

Abstract
Regional General Hospital (RSUD) is a Work Unit within the regional government that was formed
to provide services to the community in the form of the supply of goods and/or services sold without
prioritizing profit-seeking, and in carrying out its activities based on the principles of efficiency and
productivity a Regional Public Service Agency (BLUD) was formed. BLUD Management Officers,
Board of Trustees and BLUD employees can be remunerated according to the level of responsibility
and professionalism required. Providing optimal remuneration is intended to motivate and improve
employee performance to improve overall hospital performance. The purpose of this study is to be
able to find out whether the remuneration policy has increased employee motivation and
performance to improve hospital performance. The method used is the Non-Response Bias Test
conducted to see the characteristics of respondents' answers that provide answers and do not provide
answers (non-responders), multiple regression test that is to determine the effect of independent
variables on the dependent variable, and Classical Assumption Test of Multiple Regression Models.
The conclusion of this study is the remuneration policy, employee motivation and employee
performance significantly affect organizational performance and individually show changes.
Remuneration policy still has a negative effect on organizational performance, while employee
motivation and performance has a positive effect on organizational performance.

Keywords: remuneration policy, motivation, individual performance, organizational performance

52
1. PENDAHULUAN RSUD adalah Unit Kerja di lingkungan
pemerintah daerah yang dibentuk untuk
Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
memberikan pelayanan kepada masyarakat
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
Umum Daerah (BLUD), BLUD adalah sistem
dijual tanpa mengutamakan mencari
yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
dinas/badan daerah dalam memberikan
didasarkan pada prinsip efisiensi dan
pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai
produktivitas sehingga dibentuklah BLUD.
fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-
sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
BLUD) adalah pola pengelolaan keuangan yang
daerah pada umumnya. Rumah sakit merupakan
memberikan fleksibilitas. Pola fleksibilitas
suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa
untuk BLUD adalah berupa keleluasaan untuk
pelayanan sosial di bidang medis klinis.
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat.
Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki
Tujuannya adalah untuk meningkatkan
keunikan tersendiri karena selain sebagai unit
pelayanan kepada masyarakat, memajukan
bisnis, usaha rumah sakit juga memiliki misi
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
sosial, disamping pengelolaan rumah sakit juga
kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari
sangat tergantung status kepemilikan rumah
ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada
sakit.
umumnya.
Rumah sakit pemerintah lebih tepat sebagai
Berdasarkan pasal 29 Permendagri Nomor
klasifikasi non bisnis, namun rumah sakit swasta
Nomor 79 Tahun 2018 disebutkan bahwa
juga tidak seluruhnya diklasifikasikan dalam
penerapan PPK BLUD harus memenuhi
kelompok non bisnis. Beberapa rumah sakit
pesyaratan substantif, persyaratan teknis, dan
masih memiliki kualitas jasa layanan yang masih
persyaratan administratif. Pemenuhan
memprihatinkan, hal ini antara lain disebabkan
persyaratan substantif yaitu apabila tugas dan
keterbatasan sumber daya baik sumber daya
fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan
keuangan maupun sumber daya non keuangan.
Daerah bersifat operasional dalam
RSUD mempunyai tugas melakukan upaya
menyelenggarakan pelayanan umum yang
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
menghasilkan semi barang/jasa publik.
dengan mengutamakan upaya penyembuhan,
Persyaratan teknis terpenuhi apabila
pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu
karakteristik tugas dan fungsi Unit Pelaksana
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
Teknis Dinas/Badan Daerah dalam memberikan
melaksanakan upaya rujukan; dan juga
pelayanan lebih layak apabila dikelola dengan
melakukan layanan bermutu sesuai standar
menerapkan BLUD sehingga dapat
layanan. RSUD mempunyai peran yang sangat
meningkatkan pencapaian target keberhasilan
penting dalam sistem kesehatan masyarakat
dan berpotensi meningkatkan pelayanan kepada
sehingga diperlukan pendekatan terpadu untuk
masyarakat dan kinerja keuangan. Persyaratan
melakukan kegiatannya secara ekonomis,
administratif terpenuhi apabila Unit Pelaksana
efisien, efektif agar mampu memberikan
Teknis Dinas/Badan Daerah membuat dan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat,
menyampaikan dokumen yang meliputi surat
disamping harus mampu mengembangkan
pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan
lembaganya menjadi mandiri secara ekonomi
kinerja, pola tata kelola, renstra, standar
untuk tumbuh dan berkembang.
pelayanan minimal, laporan keuangan atau
RSUD sebagai salah satu sub sistem
prognosis keuangan, dan laporan audit terakhir
penyelenggaraan peningkatan kesehatan
atau pernyataan bersedia untuk diaudit oleh
memiliki peran dalam menyelenggarakan
pemeriksa eksternal pemerintah.
pelayanan kesehatan melalui tenaga dokter yang
Kemudian berdasarkan pasal 51
profesional, peralatan medis, pelayanan
Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 disebutkan
laboratorium, farmasi, pelayanan perawatan,
bahwa Pendapatan BLUD dapat bersumber dari
penelitian dan pendidikan tenaga dokter dan
jasa layanan, hibah, hasil kerjasama dengan
paramedis.

53
pihak lain, Anggaran Pendapatan dan Belanja bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD
Daerah (APBD) dan lain-lain pendapatan BLUD dihitung berdasarkan beberapa indikator
yang sah. Pendapatan yang bersumber dari jasa diantaranya adalah pengalaman dan masa kerja,
layanan adalah berupa imbalan yang diperoleh keterampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku,
dari jasa layanan yang diberikan kepada risiko kerja, tingkat kegawatdaruratan, jabatan
masyarakat. yang disandang dan hasil/capaian kinerja. Dalam
Berdasarkan pasal 3 Permendagri Nomor membahas remunerasi jasa medis dan gaji upah,
79 Tahun 2018 disebutkan bahwa Sumber daya perlu dipahami makna dari tujuan remunerasi
manusia BLUD terdiri dari Pejabat Pengelola pada umumnya yaitu: memperoleh SDM yang
dan Pegawai. Pejabat Pengelola BLUD berasal qualified, mempertahankan karyawan yang baik
dari Pegawai Negeri Sipil; dan atau pegawai dan berprestasi serta mencegah turnover
pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai karyawan, mendapatkan keunggulan kompetitif,
dengan ketentuan perundang-undangan. memotivasi karyawan untuk memperoleh
Selanjutnya berdasarkan pasal 6 Permendagri perilaku yang diinginkan, menjamin keadilan
Nomor 79 Tahun 2018 disebutkan Pejabat antara satu karyawan dengan yang lainnya
Pengelola BLUD yang dimaksud dalam pasal 3 berdasarkan kinerja dan prestasi kerja,
terdiri dari pemimpin, pejabat keuangan dan mengendalikan biaya, sebagai sarana mencapai
pejabat teknis. Selain pejabat pengelola, juga sasaran strategis RS dan memenuhi peraturan
terdapat Pembina dan Pengawas BLUD yang pemerintah.
terdiri dari pembina teknis dan pembina Menurut Flippo EB, (1961), remunerasi
keuangan, satuan pengawas internal dan Dewan sesungguhnya adalah harga untuk jasa-jasa yang
Pengawas. Dewan Pengawas BLUD bertugas telah diberikan seorang kepada orang lain.
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian Remunerasi jasa medis merupakan bentuk
internal yang dilakukan oleh pejabat pengelola. kompensasi atas jasa (jasa medis) yang telah
Kemudian berdasarkan pasal 23 diberikan/dilakukan tenaga medis pada
Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 disebutkan pasiennya. Untuk memudahkan maka
bahwa Pejabat Pengelola BLUD, Dewan remunerasi dikonkritkan dalam bentuk nominal.
Pengawas dan pegawai BLUD dapat diberikan Jasamedis yang dilakukan oleh tenaga medis
remunerasi sesuai dengan tingkat pada hakikatnya berkaitan dengan layanan medis
tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme suatu rumah sakit, layanan tersebut dapat
yang diperlukan. Remunerasi tersebut dilakukan dengan dukungan unit-unit penunjang
merupakan imbalan kerja yang dapat berupa lain baik unit penunjang langsung (rekam medik,
gaji, tunjangan tetap, insentif, bonus atas radiologi, laboratorium, fisioterapi, gizi, dll)
prestasi, pesangon dan atau pensiun yang maupun unit penunjang tidak langsung (unit
ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan manajemen, marketing, sekuriti, perparkiran,
usulan yang disampaikan oleh pemimpin BLUD kebersihan dll). Beberapa unit penunjang
melalui Sekretaris Daerah. Penetapan langsung juga merupakan sumber pendapatan
remunerasi mempertimbangkan faktor-faktor RS, oleh karenanya bentuk jasa layanan yang
yang berdasarkan ukuran dan jumlah aset yang dilakukan tadi disebut sebagai Jasa Pelayanan
dikelola BLUD, tingkat pelayanan serta Rumah Sakit. Pada klinik dan RS yang cukup
produktivitas, pertimbangan persamaannya kecil dengan layanan terbatas, biasanya jasa
dengan industri pelayanan sejenis, kemampuan medis (congcruent) dengan jasa pelayanan
pendapatan BLUD yang bersangkutan dan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
kinerja operasional BLUD. Besaran remunerasi bahwa tujuan dan definisi remunerasi jasa medis
pemimpin BLUD ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah dengan mempertimbangkan uang yang diterima oleh tenaga medis sebagai
antara lain indikator keuangan, pelayanan, mutu kompensasi atas kinerja yang telah dilakukan
dan manfaat bagi masyarakat. berkaitan dengan risiko tanggung jawab profesi
Berdasarkan pasal 25 Permendagri Nomor gaji upah tenaga
79 Tahun 2018 disebutkan bahwa Remunerasi medis adalah nilai yang harus diterima oleh

54
tenaga medis dari nilai kompensasi ditambah merupakan aset yang sangat bernilai dalam
dengan besaran keuntungan lain (tangible dan sebuah organisasi. Sumber daya manusia yang
intangible). kompeten akan memberikan kontribusi yang
Berdasarkan Keputusan Bupati Pati Nomor sangat besar kepada sebuah organisasi. Strategi
900/1881/2009 tanggal 1 September 2009, pengembangan sumber daya manusia diperlukan
RSUD RAA Soewondo Pati telah ditetapkan untuk memelihara dan meningkatkan kinerja
statusnya dengan Pola Pengelolaan Keuangan sumber daya manusia itu sendiri. Penilaian
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). kinerja merupakan acuan pemberdayaan sumber
Tugas pokok RSUD RAA Soewondo Pati adalah daya manusia. Kinerja dapat diartikan suatu hasil
membantu Bupati dalam penyelenggaraan kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
pemerintah daerah di bidang kesehatan melalui kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
upaya kegiatan peningkatan, pencegahan, dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
penyembuhan dan pemulihan kesehatan serta masing individu, dalam rangka mencapai tujuan
melaksanakan upaya rujukan. organisasi secara legal, tidak melanggar hukum
Kebijakan Remunerasi pada RSUD RAA dan sesuai dengan moral dan etika. Tenaga kerja
Soewondo Pati ditetapkan berdasarkan merupakan faktor produksi yang dinamis yang
Peraturan Bupati Pati Nomor 6 Tahun 2012 memiliki kemampuan berpikir dan motivasi
tanggal 22 Pebruari 2012 dan perubahan kerja, apabila pihak manajemen perusaaan
peraturan Bupati Nomor 47 tahun 2012 tanggal mampu meningkatkan motivasi mereka, maka
4 Agustus 2012. Penetapan dan pemberlakuan produktivitas kerja akan meningkat.
tim penyusun remunerasi di RSUD RAA Berdasarkan makalah Adie E. Yusuf tahun
Soewondo Pati ditetapkan dengan keputusan 2008 yaitu Pengaruh Motivasi terhadap
Direktur RSUD RAA Soewondo Pati Nomor Peningkatan Kinerja disebutkan bahwa Motivasi
445/08/2012 tanggal 16 Januari 2012 dan adalah kondisi ataupun tindakan yang
hasilnya adalah Nota Kesepakatan hasil mendorong seseorang untuk melakukan suatu
formulasi remunerasi. pekerjaan atau kegiatan semaksimal mungkin
Pada beberapa RSUD di Jawa Tengah yang berbuat dan berproduksi. Peranan motivasi
telah dilakukan penelitian oleh penulis adalah untuk mengintensifkan hasrat dan
diantaranya RSUD Pemalang, RSUD Kebumen, keinginan tersebut, oleh karena itu dapat
RSUD Kabupaten Tegal, dan RSUD Kabupaten disimpulkan bahwa usaha peningkatan semangat
Brebes terjadi ketidakpuasan atas kebijakan kerja seseorang akan selalu terkait dengan usaha
remunerasi. Ketidakpuasan disebabkan beban memotivasinya sehingga untuk mengadakan
kerja setiap karyawan yang berbeda terutama motivasi yang baik perlu mengetahui kebutuhan-
karyawan yang diakui sebagai profit center kebutuhan manusia yaitu kebutuhan prestasi,
(tenaga medis yaitu dokter dan paramedis) dan kebutuhan afiliasi dan kebutuhan kekuasaan.
cost center (tenaga non kesehatan). Penerapan Kurangnya motivasi dan meningkatnya kinerja
kebijakan remunerasi yang ada diperlukan untuk pegawai disebabkan kebijakan remunerasi
peningkatan motivasi dan kinerja dengan kepada pegawai (khususnya dokter dan
memperhatikan karakteristik pekerjaan. paramedis) dirasakan kurang proporsional dan
Pemberian remunerasi yang optimal tidak sesuai dengan beban kerja.
dimaksudkan untuk memotivasi dan Pada ilmu akuntansi keperilakuan dengan
meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat mempertimbangkan hubungan antar perilaku
meningkatkan kinerja rumah sakit secara manusia dan sistem akuntansi, mencerminkan
keseluruhan. dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu
Suatu organisasi harus mampu menyusun organisasi. Secara umum lingkup akuntansi
kebijakan yang tepat untuk mengatasi setiap keperilakuan dapat menjadi 3 bidang yaitu
perubahan yang akan terjadi. Penyusunan pengaruh perilaku manusia berdasarkan disain,
kebijakan yang menjadi perhatian adalah konstruksi dan penggunaan sistem akuntansi,
manajemen yang menyangkut pemberdayaan pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku
sumber daya manusia. Sumber daya manusia

55
manusia, dan metode untuk memprediksi dan pegawai karena hanya mengerjakan tugas
strategi untuk mengubah perilaku manusia. pekerjaan yang telah menjadi rutinitasnya saja.
Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas,
merupakan pengukuran kemajuan pekerjaan perlu dilakukan peningkatan kinerja pegawai di
terhadap tujuan yang telah ditentukan RSUD RAA Soewondo Pati dengan
sebelumnya, termasuk efisiensi penggunaan memperhatikan karakteristik pekerjaan,
sumber daya dalam menghasilkan barang dan mengoptimalkan kompensasi/remunerasi dan
jasa, kualitas barang dan jasa yang dihasilkan, menciptakan kepuasan kerja sehingga dapat
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud meningkatkan kinerja pegawai dan organisasi.
yang diinginkan dan efektivitas tindakan Hal tersebut disebabkan adanya ketidakpuasan
pencapaian tujuan. Pengukuran kinerja RSUD pegawai unit penunjang tidak langsung (unit
didasarkan pada Kinerja Keuangan dan Non manajemen, sekuriti, marketing, kebersihan, dan
keuangan yang terdiri dari Aspek Pelayanan dan lainnya) dan pegawai unit penunjang langsung
Aspek Mutu Pelayanan dan Aspek manfaat bagi (rekam medik, radiologi, laboratorium,
masyarakat. Pengukuran kinerja Aspek Mutu fisioterapi, gizi dan lainnya) serta pegawai medis
Pelayanan dapat ditentukan melalui Standar (dokter, paramedis).
Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit yang
Kajian Literatur dan Pengembangan
telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Hipotesis
Penelitian oleh FX Juliantoro pada tahun
2010 menyebutkan bahwa Kinerja pegawai yang Penelitian mengenai pengaruh remunerasi
tinggi sangat diharapkan oleh suatu organisasi. telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian
Kepuasan pegawai dapat meningkatkan kinerja yang pernah dilakukan antara lain:
pegawai. Kepuasan dipengaruhi oleh faktor 1. Penelitian oleh FX Juliantoro (2010)
internal dan eksternal yang semuanya dapat Penelitian dilakukan untuk menganalisis
mempengaruhi dalam pencapaian tujuan pengaruh remunerasi, motivasi kerja dan
organisasi. Dengan meningkatkan tingkat budaya kerja terhadap kinerja organisasi
kepuasan pegawai akan memacu semangat yang dilakukan pada Kantor Wilayah
dalam pelaksanan tugas sehingga dapat Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Utara.
meningkatkan kinerja pegawai pada organisasi Dalam penelitiannya, FX Juliantoro
secara keseluruhan. menguji 3 variabel yaitu variabel
Penelitian oleh Nofrinaldi, Andreasta remunerasi, motivasi dan budaya kerja
Meliala dan Adi Utarini tahun 2006 pengaruhnya terhadap kinerja pegawai.
menyebutkan bahwa perhatian pegawai terhadap Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya meningkatkan kinerja pegawai perlu
tidak optimal dan maksimal, misalnya dengan ditingkatkan remunerasi, motivasi kerja dan
penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu yaitu budaya kerja secara bersama-sama
laporan kinerja tahunan, klaim keuangan sehingga akan diperoleh hasil nyata dalam
program jamkesmas dan jamkesda. Kurangnya menyelesaikan perkerjaan berupa kualitas,
kepuasan kerja karena pembagian insentif jasa kuantitas, efisien dan efektivitas pekerjaan
pelayanan (remunerasi jasa pelayanan) yang pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
dirasakan kurang proporsional dan tidak sesuai Pajak Jakarta Utara.
beban kerja pegawai. 2. Penelitian oleh Herlin Susilaningtyas
Pengelolaan administrasi rumah sakit harus (2011)
semakin baik, hal ini ditunjukkan dengan Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
sedikitnya keluhan pasien dan komplain dari mengevaluasi pengaruh motivasi,
pasien pada saat menyelesaikan administrasi. kemampuan dan kompensasi terhadap
Pelayanan administrasi yang lama dan harus kinerja pegawai Dinas Kehutanan Provinsi
antri dapat mengurangi kredibilitas dan kinerja Jawa Timur. Dalam penelitian tersebut diuji
rumah sakit. Kurang responsif dan kreatifnya Motivasi, Kemampuan, Kompensasi,
Kinerja Pegawai. Analisis yang digunakan

56
adalah analisis Structural Equation karyawan, dan variabel lama bekerja
Modeling. Berdasarkan hasil analisis memoderasi kepuasan kerja terhadap
Structural Equation Modeling dapat kinerja karyawan, sedangkan variabel lama
disimpulkan bahwa peningkatan bekerja tidak berhasil memoderasi motivasi
kemampuan dan kompensasi tidak kerja terhadap kinerja.
memberikan kontribusi nyata terhadap
2. METODE PENELITIAN
peningkatan kinerja pegawai, sedangkan
peningkatan motivasi memberikan Penelitian ini untuk mengetahui apakah
kontribusi nyata terhadap peningkatan kebijakan remunerasi telah meningkatkan
kinerja pegawai, sehingga hipotesis motivasi dan kinerja karyawan untuk
penelitian ini sebagian teruji kebenarannya. meningkatkan kinerja rumah sakit pada RSUD
3. Penelitian oleh Nofrinaldi, Andreasta RAA Soewondo Pati. Jenis penelitian adalah
Meliala dan Adi Utarini (2006) penelitian lapangan yaitu penelitian yang
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk dilakukan dengan cara survei untuk
mengevaluasi dampak revisi sitem insentif mengumpulkan data di lapangan guna
di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Madani memperoleh gambaran tentang pengaruh
Sulawesi Tengah dan korelasi antara kebijakan remunerasi. Penelitian ini termasuk
persepsi dan kinerja karyawan setelah pengujian hipotesis. Disain penelitian yang
dilakukan revisi sistem insentif di RSJ digunakan dalam penelitian ini bersifat
Madani Sulawesi Tengah. Dalam penelitian penjelasan (eksplanatory research) karena
tersebut diuji variabel bebas yaitu revisi merupakan penelitian yang menjelaskan
sistem pembagian jasa pelayanan dan hubungan kausal antar variabel melalui
variabel terikatnya yaitu kinerja dokter, pengujian hipotesis. Unit analisis dalam
kinerja paramedis dan karyawan sebelum penelitian ini adalah karyawan yang ada di
dan sesudan revisi jasa pelayanan terhadap rumah sakit meliputi tenaga medis yaitu dokter
kinerja karyawan. Hasil penelitian dan paramedis, tenaga paramedis non
menunjukkan bahwa revisi sistem keperawatan, tenaga non medis non keperawatan
pembagian jasa pelayanan menimbulkan yaitu tenaga pada bagian administrasi keuangan.
penurunan persepsi terhadap sistem Populasi dalam penelitian ini adalah
pembagian jasa pelayanan secara signifikan karyawan pada rumah sakit yang terdiri dari
sedangkan kinerja karyawan relatif tetap. tenaga medis yaitu dokter dan paramedis, tenaga
4. Penelitian Deewar Mahesa (2010) paramedis non keperawatan, tenaga non medis
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk non keperawatan yaitu tenaga pada bagian
mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan administrasi keuangan yang jumlah
motivasi kerja yang dimoderasi lama keseluruhannya sebanyak 753 orang, sedangkan
bekerja terhadap kinerja karyawan. Dalam yang akan dijadikan sampel sebanyak 125 orang
penelitian tersebut diuji kepuasan kerja dan atau 16,60%.
motivasi kerja sangat berkaitan langsung Pengambilan sampel dilakukan dengan
dengan kinerja karyawan. Kepuasan kerja metode purposive sampling yaitu pengambilan
dan motivasi kerja yang dirasakan oleh sampel berdasarkan pertimbangan peneliti
karyawan dapat menurunkan kinerja dengan kriteria karyawan RSUD RAA
ataupun meningkatkan kinerja karyawan. Soewondo Pati yang mempunyai masa kerja
Karyawan yang merasa puas dengan lebih dari 3 tahun. Pada masa kerja 3 tahun maka
pekerjaan yang diperoleh akan termotivasi seseorang pegawai sudah mengetahui tugas
untuk meningkatkan kinerja sehingga akan pokok dan fungsinya dalam organisasi.
berdampak pada meningkatnya kinerja
Variabel Penelitian
perusahaan secara keseluruhan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel Penelitian yang dilakukan merupakan
kepuasan kerja dan motivasi kerja penelitian empiris yang membuktikan pengaruh
berpengaruh positif terhadap kinerja variabel kebijakan remunerasi, motivasi kerja

57
dan kinerja pegawai terhadap kinerja RSUD remunerasi yang diterima sesuai dengan jumlah
RAA Soewondo Pati seperti yang telah yang proporsional dan sesuai dengan kinerja,
dirumuskan dalam hipotesa. Data yang asuransi kesehatan yang diterima, kesempatan
dipergunakan untuk menganalisa variabel pelatihan, prestasi kerja mendapatkan
diperoleh melalui metode pengumpulan data. pengakuan dari organisasi dan indikator
Dalam penelitian ini digunakan pengukuran kenaikan pangkat dan kompensasi sesuai dengan
variabel bebas (independent variable) yang peraturan yang ada. Terdapat 9 item pertanyaan
terdiri dari: kebijakan remunerasi (X1), motivasi pada variabel remunerasi.
kerja (X2), kinerja pegawai (X3) dan variabel Motivasi kerja adalah skor penilaian dari
terikat kinerja organisasi (Y). Penelitian ini jawaban responden melalui instrumen penelitian
adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan yang mengukur dimensi keinginan dan tindakan
menguji pengaruh antara variabel-variabel mencapai tujuan melalui indikator kedisiplinan,
kebijakan remunerasi, motivasi kerja dan kinerja kesempatan untuk membantu orang lain,
pegawai secara simultan dan parsial terhadap lingkungan kerja yang baik dengan rekan
kinerja di lingkungan RSUD RAA Soewondo seprofesi, mendorong mencapai kepuasan
Pati. pegawai dan peraturan atau kebijakan yang
Keempat variabel tersebut diukur dengan membantu pelaksanaan pekerjaan. Terdapat 13
skala Likert, yang menyatakan persepsi item pertanyaan pada variabel motivasi kerja.
responden atas pertanyaan dan pernyataan dalam Kinerja pegawai adalah skor penilaian dari
kuesioner. Keempat variabel tersebut diukur jawaban responden melalui instrumen penelitian
dalam skala Interval, yaitu skala dimana jarak yang mengukur tingkat dimensi penyelesaian
antara data dengan data lain tidak sama, tidak atau hasil nyata dalam pekerjaan melalui
mempunyai nilai nol mutlak. Nilai Jawaban dan indikator kalitas, kuantitas, efisiensi, efektivitas
Pembobotan skala Likert: dan produktivitas . Terdapat 9 item pertanyaan
1. Sangat Tidak Setuju (STS) pada variabel kinerja pegawai.
2. Tidak Setuju (TS) Kinerja Organisasi adalah skor penilaian
3. Ragu-ragu (R) dari jawaban responden melalui penelitian yang
4. Setuju (S) mengukur tingkat dimensi penyelesaian atas
5. Sangat Setuju (SS) hasil nyata organisasi dalam mencapai visi dan
misi melalui indikator keuangan, pelayanan dan
Sebelum dilaksanakan pengujian hipotesis
mutu layanan dan manfaat bagi masyarakat.
dilakukan pengujian validitas dan reabilitas alat
Terdapat 6 pertanyaan pada variabel kinerja
ukur item-item pernyataan yang berkaitan
organisasi.
dengan data, pendapat dan sikap pada variabel
Sedangkan pemecahan masalah yang
bebas: remunerasi (X1), motivasi (X2), kinerja
timbul memerlukan data-data yang berhubungan
individu (X3) dan variabel terikat Kinerja
dengan objek penelitian guna mempermudah
Organisasi (Y). Validitas adalah tingkat
pemecahan masalah. Data yang diperlukan
kemampuan suatu instrumen sebagai
dalam penelitian yaitu:
pengukuran instrumen tersebut. Sedangkan
1. Data primer yakni data yang diperoleh
reabilitas adalah kemampuan stabilitas hasil
secara langsung dari sumbernya dari hasil
pengamatan dengan instrumen. Instrumen yang
wawancara dan isian kuesioner yang
reliabel berarti apabila digunakan beberapa kali
didapat dari responden.
untuk mengukur obyek yang sama akan
2. Data sekunder yakni data yang diperoleh
menghasilkan data yang sama.
secara tidak langsung berupa data-data
Definisi Operasional pendukung yang berkaitan dengan aturan
Remunerasi adalah skor penilaian dari remunerasi dan data kinerja rumah sakit.
jawaban responden melalui instrumen penelitian Metoda pengumpulannya dengan
yang mengukur dimensi imbalan dengan wawancara dan mempelajari dokumentasi
indikator remunerasi yang diterima, dimensi yang ada.
balas jasa dengan indikator tunjangan

58
Teknis Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji asumsi ini dimaksudkan untuk
Uji Non-Response Bias dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi,
melihat karakteristik jawaban responden yang
variabel dependen dan variabel independen
memberikan jawaban dan tidak memberikan
keduanya berdistribusi normal atau tidak
jawaban (non responden). Uji dilakukan dengan
(Imam Ghozali, 2002). Model regresi yang
cara mengelompokkan data menjadi dua
baik adalah memiliki distribusi data yang
kelompok penting. Kelompok pertama disebut
normal atau mendekati normal. Deteksi
dengan kelompok awal (early response) yaitu
normalitas melihat penyebaran data (titik)
kelompok yang memberikan jawaban sampai
pada sumbu diagnal P P Plot. Dasar
dalam batas waktu optimal yaitu waktu yang
pengambilan keputusan yaitu sebagai
diperkirakan responden memberikan jawaban
berikut:
sampai pada batas tanggal pengembalian.
a. Jika data menyebar di sekitar garis
Kelompok kedua disebut sebagai kelompok
diagonal dan mengikuti arah garis
akhir (late response) yaitu kelompok reponden
diagonal maka model regresi
yang memberikan jawaban melewati batas
memenuhi asumsi normalitas.
waktu optimal sampai dengan waktu terakhir
b. Jika data menyebar jauh dari garis
yang ditentukan. Kemudian hasil rata-rata skor
diagonal dan tidak mengikuti arah
jawaban dari kedua kelompok dilakukan
garis diagonal, maka model regresi
pengujian, ada tidaknya yang signifikan antara
tidak memenuhi asumsi normalitas.
kedua kelompok responden tersebut dengan t-
2. Uji Heterokedasitas
test. Apabila pengujian menunjukkan hasil yang
Uji asumsi ini bertujuan menguji apakah
tidak signifikan (p-value > 0.05) berarti tidak ada
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
perbedaan antara dua kelompok responden dan
varians dari residual satu pengamatan ke
sebaliknya.
pengamatan lain. Jika varians dari residual
Kemudian untuk mengetahui pengaruh
satu pengamatan yang lain tetap, maka
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
disebut homokedastisitas, dan jika berbeda
menggunakan analisis model regresi berganda
disebut heterokedastisitas. Model regresi
sebagai berikut:
yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk
Dimana: mengetahui keberadaan heterokesdastistas,
Y = Kinerja Organisasi maka dalam penelitian ini digunakan uji
X1 = Remunerasi informal dengan melakukan plot antara
X2 = Motivasi Pegawai residual dengan waktu. Jika plot
X3 = Kinerja Individu menunjukkan adanya pola tertentu maka
= Konstanta dapat diambil kesimpulan terdapat masalah
ß1 ß2 ß3 = Koefisien regresi variabel heteroskedastisitas, namun sebaliknya jika
independen plot antara residual dengan waktu tidak
e = Error (kesalahan) menunjukkan adanya pola tertentu, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
Dalam melakukan estimasi model regresi, estimasi tidak mengalami masalah
terdapat asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar heterokesdastisitas.
agar hasil estimasinya dapat digunakan sebagai 3. Korelasi serial
dasar analisis. Masalah yang sering muncul yang Untuk menguji apakah dalam model regresi
dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya asumsi linear ada korelasi antara kesalahan
dasar (klasik) yaitu Multikolinieritas, pengganggu pada periode t dengan
Heterokedasitas dan Korelasi Serial. Dalam kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
penelitian ini akan dilakukan uji terhadap ada Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
tidaknya gangguan Multikolinieritas, problem autokorelasi.
Heterokedasitas dan Korelasi Serial.

59
4. Multikolinieritas 2. Secara individu menunjukkan perubahan
Asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar kebijakan remunerasi masih berpengaruh
adalah bahwa masing-masing variabel negatif terhadap kinerja organisasi
penjelas (independent variable) harus sedangkan motivasi dan kinerja pegawai
independen, tidak boleh saling berkorelasi berpengaruh positif terhadap kinerja
satu dengan lainnya. Jika salah satu atau organisasi.
beberapa variabel penjelas saling
5. REFERENSI
berkorelasi maka dikatakan bahwa hasil
regresi mengalami masalah Achmad Gani, 2009, Analisis Faktor-faktor yang
multikolinieritas. Konsekuensi dari adanya Mempengaruhi Kinerja Pegawai Kantor
multikolinieritas yang tinggi adalah standar Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Kota
error cenderung menjadi tinggi dan sebagai Makassar, Makassar : Jurnal Aplikasi
akibatnya koefisien regresi menjadi bias. Manajemen LIPI/ Volume 7 Nomor 1 bulan
Untuk mengetahui keberadaan multi Februari 2009, Universitas Muslim
kolinieritas maka akan dilakukan pengujian Indonesia Makassar.
korelasi antara masing-masing variabel Adie E. Yusuf, 2008, Pengaruh Motivasi
bebas. Jika korelasinya tinggi maka dapat terhadap Peningkatan Kinerja, Makalah.
dikatakan terjadi multikolinieritas. Arfan Ikhsan, Muhammad Ishak. 2005,
Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jakarta.
Dari 6 hipotesa yang diuji menunjukkan hal Anoki Herdian Dito, 2010, Pengaruh
sebagai berikut: Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan
1. Hasil uji korelasi antara remunerasi dan PT Slamet Langgeng Purbalingga dengan
motivasi pegawai menunjukkan korelasi Motivasi Kerja sebagai Variabel
positif dan signifikan. Intervening, Skripsi, Universitas
2. Hasil uji korelasi antara remunerasi dan Diponegoro Semarang.
kinerja organisasi tidak signifikan, dengan Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan
demikian ada kecenderungan positif atau Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
tidak ada korelasi antara keduanya. 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
3. Hasil uji korelasi antara remunerasi dan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
kinerja pegawai menunjukkan korelasi Jakarta.
negatif dan tidak signifikan, dengan Departemen Keuangan, 2008, Peraturan Menteri
demikian kecenderungannya positif atau Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang
tidak ada hubungan antara keduanya. Pedoman Akuntansi dan Pelaporan
4. Hasil uji korelasi antara motivasi dengan Keuangan Badan Layanan Umum, Jakarta.
kinerja pegawai menyatakan korelasi F.X Juliantoro, 2010, Analisis Pengaruh
positif dan sangat signifikan. Remunerasi, Motivasi Kerja dan Budaya
5. Hasil uji korelasi antara kinerja pegawai Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada
dengan motivasi pegawai adalah positif. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta
6. Hasil uji antara motivasi dan kinerja Utara, Tesis, UPN Veteran Jakarta.
organisasi menunjukkan positif dan sangat Hari Purnama Kertadikara, 2010, Makalah,
signifikan. Komite Medik RSUD Kabupaten Bekasi.
Departemen Dalam Negeri. 2018. Peraturan
4. KESIMPULAN
Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
Kesimpulan dari 6 (enam) hipotesa tersebut 2018 tentang Badan Layanan Umum
adalah: Daerah. Jakarta.
1. Secara bersamaan kebijakan remunerasi,
motivasi pegawai dan kinerja pegawai
berpengaruh nyata terhadap kinerja
organisasi.

60

Anda mungkin juga menyukai