Anda di halaman 1dari 2

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Innal hamdulillahi nahmaduhu wa nasta

'eenuhu wa nastaghfiruhu wa na 'uuzhu Billaahi min shuruuri anfusinaa wamin sayyi 'aati
a'maalina. Mayyah dihillaahu falaa mudilla lahu wa mayyud lilhu falaa haadiya lah.

Ash hadu al laa ilaaha illallaahu wahdahu laa shariika lah, wa ash hadu anna Muhammadan
'abduhuu wa Rasuuluh.

Bismillahir Rahmanir Raheem. Ya Ay-yuhal-ladheena 'aamanut taqul-laaha, haqqa tuqaatihee


wala tamu tun-na, il-la wa antum Muslimoon.

Jamaah Sholat Tarawih Mushola Attakwa yang dirahmati oleh Allah,

Alhmdulillah ,Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,, Atas nikmat Iman, nikmat sehat,
nikmat sempat , dan nikmat nikmat yang lain yang tidak terhitung jumlah nya yang kita rasakan
saat ini…

Kemudian,

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW ,beserta
keluarga beliau, para sahabat beliau dan para pengikut , yang sikoh terhadap sunnah sunnah
beliau.

Jamaah Rahimakunullah,
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan hadist yang sangat populer setiap Bulan Ramadhan

Hadis dari Abu Hurairah ra. menyampaikan pesan Nabi saw.:

َ َ‫ َمنْ ق‬:]‫غ ِف َرْ لَ ْهُ َما تَقَد ََّْم ِمنْ ذَن ِب ِْه [وفي رواية‬
ْ‫ام‬ ُ ‫سابًا‬
َ ‫ضانَْ ِإي َمانًا َواح ِت‬ َ ‫ام َر َم‬
َْ ‫ص‬
َ ْ‫َمن‬
]‫غ ِف َرْ لَ ْهُ َما تَقَد ََّْم ِمنْ ذَن ِب ِْه [رواه البخاري ومسلم‬ ُ ‫سابًا‬ َ ِ‫ضانَْ ِإي َمانًاْ َواحت‬
َ ‫َر َم‬
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala serta ridha
Allah, pasti diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." ]Dalam riwayat lain[: "Barangsiapa yang melakukan
qiyam (mengerjakan salat malam) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala serta
ridha Allah, pasti diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." ]HR Bukhari dan Muslim[

Penjelasan ulama terhadap hadis ini, seperti yang diuraikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, menyatakan
bahwa "Iman" dalam konteks ini merujuk pada keyakinan akan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan.
Sementara "Ihtisab" mengacu pada usaha mencari pahala dari Allah Subhanahu wa Taala. "Ihtisab"
berarti tekad, yaitu berpuasa dengan harapan mendapatkan pahala-Nya, tanpa merasa berat atau
melihat puasa sebagai beban.

Ibnu Al Jauzi menambahkan penjelasannya terkait hadis tersebut dengan menggambarkan bahwa ketika
Nabi saw. menyebutkan "Iman]an[" dan "Ihtisab]an[," artinya seseorang berpuasa dengan keyakinan yang
mendalam pada kewajiban berpuasa dan pahala yang dijanjikan Allah, dan juga dengan harapan dan
tekad sungguh-sungguh untuk meraih pahala-Nya. Dalam konteks ini, "Iman" mengandung makna
pengakuan dan keyakinan atas kebenaran perintah Allah untuk berpuasa.

Ibn Jauzi menekankan bahwa iman ini mencakup pemahaman akan keutamaan puasa dan kesadaran
akan kewajiban melaksanakannya. Seseorang yang berpuasa dengan iman yang kokoh meyakini bahwa
puasa adalah perintah Allah yang harus dipatuhi, dan bukan sekadar tindakan rutin atau formalitas
semata.

Sementara itu, "Ihtisab" menekankan pada tekad yang kuat dan niat yang tulus untuk meraih pahala
Allah. Ibnu Al Jauzi menjelaskan bahwa puasa yang dilakukan dengan ihtisab bukanlah semata-mata
untuk menunjukkan kepada orang lain atau karena faktor eksternal, tetapi dilakukan dengan penuh
keikhlasan, tanpa melibatkan motif riya' (pamer) atau motif lain yang dapat mengurangi kesucian niat.

Dengan penekanan ini, Ibnu al Jauzi mengajarkan bahwa seseorang harus memahami bahwa berpuasa
tidak hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi lebih pada pengabdian dan ketaatan
kepada Allah. Iman dan ihtisab menjadi dasar yang kuat untuk menjadikan puasa sebagai amalan yang
benar-benar menghantarkan pada ampunan dosa-dosa yang lalu, karena dilakukan dengan kesadaran
dan keinginan kuat dan tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Jamaah yang dirahmati oleh Allah,

Saya ingin memberikan wasiat kepada diri pribadi dan kepada seluruh jamaah. Di bulan yang penuh
berkah ini, saat pintu-pintu ampunan, pintu kebaikan dibuka lebar oleh Allah, mari kita maksimalkan
ibadah dengan iman nan dan ikshtisaban sebagai bekal menuju akhirat.

Untuk urusan dunia saja, yang batas waktunya sudah di ketahui,setiap manusia pasti akan berusaha
serius mempersiapkan segela sesuatunya agar tidak terlambat dan menyesal,..

Padahal kalo urusun dunia, .... katanya...akan selalu ada lembaran baru....

Sementara untuk urusan Ajal dan kematian, yang batas waktunya tidak pernah kita ketahui, maka
seyogyanya kita harus Persiapkan Lebih maksimal, lebih serius, dan lebih sungguh sungguh dibandingkan
persiapan kita dalam urusan dunia.

Tidak dikatakan maksimal jika seseorang yang tidak dalam keadaan udzur tapi lebih memilih
menunda sholat dan sholat sendiri dirumah dibandingkan datang tepat waktu ke Masjid untuk
melakukan sholat berJamaah

Tidak dikatakan serius jika seseorang mampu bangun malam namun menyianyiakan malam hanya
untuk tongkrong dan guyonan dan bukan untuk melaksanan Qiyamul Lail / Sholat Malam

Juga Tidak dikatakan bersungguh sungguh , jika seeorang masih lebih memilih menggunakan waktu
luangnya untuk berselancar dan bersosmed dunia maya dibandingkan berusaha mengkhatamkan Al
Quran

Jangan sia-siakan kesempatan yang Allah berikan pada kita, di bulan yang mulia ini.

Akhirat --- berasal dari bahasa arab : al akhir yg berarti ( ujung dari sesuatu ) ditambah ta marbutoh
belakangnya menjadi – --- al akhirah...sehingga bermakna.....ujung sesuatu yang tidak akan ada
ujungnya lagi........akhir dari sesuatu yang tidak akan ada lembaran baru lagi...

Sehingga Mari Sekali lagi,kita maksimalkan dan kita persiapkan bekal untuk akhirat sebaik mungkin.

Terakhir,

Semoga setiap amalan hingga saat ini yang kita lakukan menjadi amal shaleh dan membawa kita lebih
dekat kepada Ridha Allah SWT.

Amin. Ya rabbal alamin...

Apabila ada benar nya semua hanya Milik Allah dan jika ada salah kata semata adalah karena kebodohan
saya sebagai manusia... Hadnallah akhirul kalam wassalam wr wb

Anda mungkin juga menyukai