Anda di halaman 1dari 3

TUJUAN KHUSUS

CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan dengan paradigma, prinsip, langkah
dan pengujian dalam pengambilan keputusan di sekolah.

PELAJARAN YANG SUDAH SAYA PELAJARI DI MODUL 3.1

Kita sebagai guru sering di hadapkan situasi yang menuntut kita mengambil keputusan secara
tepat dan cepat. Dalam mengambil keputusan harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal,
berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan meskipun keputusan tersebut sangat
dilematis. Dalam pengambilan suatu keputusan terkadang terjadi pro dan kontra, sering kali
bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-
nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial,
bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.

Dilema etika merupakan dua keputusan yang sama - sama benar sedangkan Bujukan moral
adalah dua keputusan dimana salah satunya adalah keputusan yang salah. Disini tampak jelas
bahwa dilema etika adalah keputusan benar lawan benar, sedangkan bujukan moral keputusan
benar lawan salah.

Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan menjadi 4 yaitu :

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Ada 3 prinsip yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan yaitu :

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)


Berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Ada 9 langkah pengambilan keputusan yang meliputi : Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, Kumpulkan fakta-fakta yang
relevan dengan situasi ini, Pengujian benar atau salah, Pengujian Paradigma Benar lawan Benar,
Melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi Opsi Trilema, Buat Keputusan, Lihat lagi Keputusan
dan Refleksikan.

Ke 9 langkah tersebut merupakan panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam
penerapannya.

Hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-
nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid
MEMPRAKTIKKAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kasus yang saya hadapi

Bulan April 2023 Kepala sekolah mengadakan rapat bersama guru tentang kelulusan anak didik.
Kepala sekolah menghimbau agar anak yang sudah berusia 7 tahun bisa di luluskan dan bisa
melanjutkan jenjang Sekolah Dasar. Saya dan rekan guru yang lain segera mengecek siswa yang
sudah berusia 7 tahun. Ada anak bernama Kinan sudah berusia 6 tahun 5 bulan yang jarang
masuk sekolah, hampir 3 bulan terahir tidak masuk sekolah, dikarenakan orang tua sakit
sehingga tidak bisa ngantar sekolah. Anak tersebut tidak mau berangkat sekolah jika tidak di
antar ibunya. Baru satu minggu Kinan mulai masuk sekolah. Untuk kelulusan tahun ini orang
tuanya meminta agar Kinan di lulusakan dan bisa masuk jenjang SD. Orang tua Kinan juga
meminta agar Kinan tidak ketinggalan dengan kemampuan anak yang lain yang akan masuk
jenjang SD. Melihat situasi ini saya dilema karena Kinan belum berusia 7 tahun saat kelulusan,
serta secara kemamapuan dan sosial emosional Kinan belum mempunya kesiapan untuk masuk
SD. Segala aspek perkembangan masih ketinggalan jauh dengan teman yang lain.

ANALISIS KASUS

Paradigma yang saya gunakan yaitu

Keadlian lawan rasa kasihan : Benar jika Kinan perlu belajar lagi sebab secara kemampuan
akademik dan sosial emosional ketinggalan dibandingteman-teman yang lain, juga benar jika
Kinan di luluskan karena sudah mendekati usia 7 tahun
Jangka Panjang lawan jangka pendek : Benar jika di luluskan karena usia sudah mendekati 7
tahun dan bisa bersekolah dengan teman sebayanya, namun jika di biarkan akan berdampak
buruk pada sekolah karena membiarkan anak belum mampu sudah di luluskan.
Prinsip berpikir berbasis rasa peduli

Karena berempati dengan Kinan yang akan sekolah dengan teman sebayanya yaitu jenjang SD,
meski usia belum genap 7 tahun dan kemampuan belum setara dengan teman yang lain, tapi di
rumah tetap belajar dengan bimbingan dari orang tuanya.

Melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan :

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan: keadilan, kasihan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini : Kepala sekolah, guru, orang tua Kinan

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini:

Orang tua Kinan menginginkan Kinan lulus dan bisa masuk SD

Kinan 3 bukan tidak masuk sekolah mengkuti pelajaran di sekolah bersosialisasi dengan teman-
teman di sekolah
Kepala sekolah menghimbau meluluskan anak yang berusis 7 tahun

4. Pengujian benar atau salah

Uji legal : tidak ada pelanggaran hukum

Uji regulasi : Tidak ada pelanggaran kode etik

Uji intuisi : Orang tua Kinan menginginkan meskipun usia belum genap 7 tahun

Uji publikasi : Menimbulkan kecemburuan antar wali murid

Uji panutan : Memposisikan sebagai orang tua jika hal serupa terkadi pada anak sendiri
apakah sangggup anaknya mengulang di tahun berikutnya sedangkan teman sebayanya sudah
lulus dan memasuki jenjang SD

5. Pengujian paradigma benar-lawan benar : rasa keadilan lawan rasa kasihan

Guru benar meminta Kinan mengulang mengulang di tahun berikutnya mengingat dia
ketinggalan pelajaran dan belum mempunyai kematangan sosial emosional
Guru benar memberi ijin Kinan lulus di tahun ini supaya tidak ketinggalan dengan teman
sebayanya
6. Melakukan prinsip resolusi : Berpikir berbasis rasa peduli

7. Investigasi Opsi Trilema : Melakukan rapat antar kepala sekolah, guru dan orang tua murid
untk menemukan solusi, melakukan praktik coaching dan pendampingan secara berkala

8. Buat Keputusan : Kinan di luluskan di tahun ini

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan : Kinan di luluskan di tahun ini dengan
mepertimbangkan usia yang sudah masuk SD meskipun belum genap usia 7 tahun, dan Kinan
juga di dampingi secara berkala agar tidak ketinggalan kemampuan akademik dan sosial
emosional

Peajaran yang dapat diambil yaitu seluruh warga sekolah berkolabirasi mewujudkan pendiddikan
yang berpihak pada murid

Anda mungkin juga menyukai