menimbulkan mual di perut. Afif tidak sabar lagi dengan bau busuk itu. Ia kemudian membuka kedua matanya dan melihat bahwa kedua tangannya sudah dipenuhi dengan tetesan darah.
Pandangannya kini beralih ke Ridwan
yang masih terus membaca bacaan tersebut. Afif terkejut bahwa di kedua tangan Ridwan telah terisi potongan kepala pocong yang terus menerus dipegangnya. ‘’SEETAAAAAAAAAANNN!’’ Afif berteriak kencang. Ridwan yang tahu jika Afif melarikan diri, dia segera membuka kedua matanya dan menyaksikan banyaknya sosok penghuni makam tersebut yang sudah mengepungnya. ‘’LAA HAULAA WAA LAA QUWWATA ILLAA BILLAH….’’ Ridwan perlahan mundur dan melarikan diri menyusul Afif. Ridwan (19 Tahun), menyantri di sebuah pesantren yang ada di Jawa Barat. Tak hanya belajar terkait dengan ilmu agama, Ridwan juga tertarik untuk belajar ilmu kebathinan kepada salah satu ustaz yang dia jadikan sebagai guru ma’rifatnya. Bersama dengan Afif, Ridwan berziarah ke makam-makam kyai yang ada di sekitaran desa. Dalam prosesnya, Ridwan dan Afif selalu mendapatkan gangguan seperti; Ditampakkan sosok kuntilanak di pepohonan, ada sosok pocong yang ikut duduk di belakang mereka berdua saat sedang melakukan tawassul dan terakhir, saat dimana dirinya sedang berdo’a, dimana saat kedua tangan sedang menengadah ke atas, tiba-tiba, ada sepotong kepala yang terjatuh tepat di kedua tangannya. Lewat proses tersebut, hanya Ridwan yang berhasil melewatinya. Afif tidak sanggup untuk melanjutkan lelakon itu sampai 40 harinya. Bukan hanya itu saja, Ridwan juga kerap melakukan sebuah lelakon seperti puasa mutih, ngeruwat dan lain sebagainya. Atas usahanya itu, Ridwan mendapatkan sebuah penglihatan yang tidak bisa dilihat oleh banyak orang lain. Ridwan bisa melihat sosok-sosok tak kasat mata di sekitaran pesantren. Keinginan besarnya kembali memuncak ketika dia mengetahui akan sebuah makam angker yang dipercaya sebagai makam orang sakti di desa sekitaran pesantren tersebut. Makam itu adalah makam Mbah Samudji. Mbah Samudji adalah orang sakti yang dipercaya oleh warga sekitar sebagai penganut ilmu hitam. Lewat Mbah Samudji, konon, orang-orang akan mendapatkan keinginan yang dia mau seperti kesaktian, kebal senjata, dan lain sebagainya. Pihak pesantren sebenarnya sudah melarang untuk siapapun santri mengunjungi makam Mbah Samudji. Namun, Ridwan melanggarnya. Lambat laun, langkah Ridwan mulai berbelok ke arah yang salah. Ridwan yang awalnya berziarah dan bertawassul ke para kyai, kini dirinya sering berziarah dan bertawassul ke Mbah Samudji. Akibatnya, banyak kejadian-kejadian aneh yang kerap terjadi di sekitaran pesantren. Dia juga kerap melihat banyak santri yang mendapatkan gangguan dari jin sekitar pesantren yang usil. Salah satunya adalah ruangan di tempat dimana dirinya sering mengaji. Di ruangan itu, tidak boleh cahaya lampu dimatikan. Bila mana cahaya lampu dimatikan, maka, akan ada santri yang terkena celaka.