SOSIO ANTROPOLOGI BUDAYA MAKANAN TERHADAP GIZI DAN
KESEHATAN Andi Wulan Purnamasari.A*) (70200121101)
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Article Info Abstrak
Keywords: Sosio culture Pada artikel ini membahas tentang pola budaya, system Trust budaya, masalah yang terjadi, solusi dari masalah tersebut Anthropological literature dan antropologi budaya makanan terhadap gizi dan Health and nutrition kesehatan serta dimensi etis (etika makanan/food ethics) Food ethics terhadap pola perilaku/budaya makan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pola makan seseorang ternyata dibentuk dari latar belakang budaya yang dimilikinya dengan berbagai perubahan sosial-budaya yang terjadi. Kata Kunci: Sosial budaya Kepercayaan Literatur antropologi Kesehatan dan gizi Etika makanan
PENDAHULUAN melekat dalam kehidupan sosial. Sehingga
Indonesia terkenal dengan berbagai suku upaya yang harus dilakukan untuk dan budayanya, di Provinsi Sulawesi Selatan mengubah budaya ini adalah dengan terdapat empat suku besar yaitu Toraja, mempelajari budayanya dan menciptakan Mandar, Makassar, dan Bugis. Suku Toraja budaya yang inovatif sesuai dengan pola, didominasi oleh masyarakat Kristen dengan norma, dan benda yang dibuat oleh manusia. menganut kepercayaan Aluk Todolo. Budaya dan perilaku tidak hanya menjadi Sedangkan suku Makassar dan Bugis penghambat dan tantangan bagi kesehatan, mayoritas beragama Islam dan di antaranya tetapi juga dapat menjadi factor pendukung, Bulukumba. Factor keyakinan dan agama adanya sebuah penelitian menunjukkan tentunya akan berdampak pada pemikiran bahwa budaya tradisional masyarakat dan rangkaian pola perilaku yang berbeda. merupakan budaya yang diturunkan secara Hal ini juga akan mempengaruhi individu turun temurun. dan masyarakat dalam menjaga Kemudian mengenai pola makan, secara kesehatannya. Budaya perilaku kesehatan umum dipengaruhi oleh factor lingkungan yang ada di masyarakat beragam dan dan kebudayaan. Kebudayaan dan lingkungan sekitar menuntun orang dalam makanannya manis. Adanya bermacam jenis berperilaku dan memenuhi kebutuhan dasar nama dari makanan tersebut atau makanan biologisnya, termasuk kebutuhan terhadap khas berbeda untuk setiap daerah; pangan. (Satrianegara dkk., 2021) contohnya : soto Makassar berasal dari daerah Makassar-Sulawesi Selatan, dan Pola Budaya Terhadap Makanan jagung “Bose” dari daerah Timor-Nusa Kebudayaan adalah seluruh system Tenggara Timur. gagasan dan ras, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan Sistem Budaya Terhadap Makanan bermasyarakatyang dijadikan miliknya Berbagai system budaya memberikan dengan belajar. Selanjutnya dikatakan juga peranan dan nilai yang berbeda-beda bahwa wujud dari budaya atau kebudayaan terhadap makanan, misalnya bahan-bahan dapat berupa benda-benda fisik, sistim makanan tertentu oleh suatu budaya tingkah laku dan tindakan yang masyarakat dapat dianggap tabu atau terpola/sistim sosial, sistim gagasan atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi karena adat-istiadat serta kepribadian atau nilai- alasan sacral tertentu atau system budaya nilai budaya. yang terkait didalamnya. Di samping itu ada Dengan demikian pengaruh budaya jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi terhadap pangan atau makanan sangat ekonomi maupun sosial sangat tinggi tergantung kepada sistim sosial eksistensinya tetapi karena mempunyai kemasyarakatan dan merupakan hak asasi peranan yang penting dalam hidangan yang paling dasar, maka pangan/makanan makanan pada sesuatu perayaan yang harus berada di dalam kendali kebudayaan berkaitan dengan kepercayaaan masyarakat itu sendiri. Beberapa pengaruh pola budaya tertentu maka hidangan makanan tidak terhadap pangan/makanan adalah: Adanya diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi bermacam jenis menu makanan dari setiap golongan masyarakat tertentu. komunitas etnis masyarakat dalam mengolah Anggapan lain yang muncul dari sitem suatu jenis hidangan makanan karena budaya seperti dalam mengkonsumsi perbedaan bahan dasar/adonan dalam proses hidangan makanan di dalam keluarga, pembuatan. Contoh orang Sulawesi menu sebagai contoh pada system budaya makanan beragam yakni berasal dari beras, masyarakat di Timor yaitu apabila jagung, dan sagu; orang Jawa ada jenis dihidangkan makanan daging ayam, maka menu makanan berasal dari kedele; orang sang ayah akan mendapat bagian paha atau Timor jenis menu makanan lebih banyak dada sedangkan sang ibu dan anak-anak berasal dari jagung dan orang Ambon jenis akan mendapat bagian sayap atau lainnya. menu makanan berasal dari sagu. Hal ini menurut (Suhardjo, 1996) dapat Adanya perbedaan pola makan/konsumsi menimbulkan distribusi konsumsi pangan /makanan pokok dari setiap suku/etnis; yang tidak baik atau Maldistribution contoh : orang Timor pola makan lebih diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi kepada jagung dan orang Jawa lebih kepada belum dipahami oleh keluarga. Adapun beras. Adanya perbedaan cita rasa, aroma, kasus lain yang berhubungan dengan system warna dan bentuk fisik makanan dari setiap budaya adalah sering terjadi juga pada mas- Suku-etnis; contoh : makanan orang Padang yarakat di perkotaan yang mempunyai gaya cita rasanya pedis, dan orang Jawa hidup budaya dengan tingkat kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan. makanan maka tidak mungkin dapat Contohnya : pada ibu-ibu di daerah berakibat timbulnya masalah gizi kurang. perkotaan yang kurang dan tidak sering Gizi salah (malnutrition) dapat didefinisikan menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) sebagai keadaan sakit atau penyakit yang setelah melahirkan tetapi hanya diberikan disebabkan kekurangan relative atau mutlak formula susu bayi instant. Padahal kita tahu dan kelebihan satu atau lebih zat-zat bahwa ASI sangat penting untuk makanan esensial yang berguna dalam tubuh pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. manusia. Menurut bentuknya, gizi salah Selanjutnya gaya hidup mereka berasal dari diklasifikasikan oleh (Supariasa et al., 2002) golongan ekonomi atas (masyarakat elite sebagai berikut : kota), dalam hal makanan sering 1. Gizi kurang (Undernutrition), mengkonsumsi makanan yang berasal dari kondisi ini sebagai akibat dari produk luar negeri atau makanan instant konsumsi makanan yang tidak lainnya karena soal “gengsi”. Sedangkan memadai jumlahnya pada kurun makanan local kita hanya dikonsumsi oleh waktu cukup lama. Contoh : mereka yang berasal dari golongan ekonomi Kekurangan Energi Protein (KEP) menengah ke bawah karena ada anggapan dapat menyebabkan penyakit bahwa makanan dari luar negeri kaya akan marasmus dan kwashiorkor. nilai gizi protein dan makanan instant lebih 2. Gizi lebih (Overnutrition), keadaan praktis dikonsumsi sedangkan makanan ini diakibatkan oleh konsumsi local kita nilai gizinya lebih kepada makanan yang berlebihn untuk karbohidrat. Sehubungan dengan soal gengsi jangka waktu yang cukup lama maka ada kebiasaan masyarakat di Timor sebagai contoh : kegemukan. jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka 3. Kurang gizi spesifik (Spesific tamu tersebut selalu di hidangkan dengan Deficiency): keadaan ini disebabkan makanan yang berasal dari beras walaupun oleh kekurangan relative atau mutlak kesehariannya mereka selalu mengonsumsi pada zat-zat makanan tertentu. jagung, ubi kayu/singkong dan makanan Contohnya : kekurangan vitamin A local lainnya sehingga beras atau nasi telah yang dapat menyebabkan penyakit dinggap sebagai suatu citra bahan makanan Xeropthalmia dan Gangguan Akibat yang mempunyai nilai “prestise” yang tinggi. Kekurangan Iodium (GAKI) yang dapat menyebabkan penyakit gondok. Masalah Budaya Makanan Terhadap 4. Gizi tak seimbang (Inbalance); Gizi kondisi yang merupakan akibat dari Adanya kebiasaan dan system sosial tidak seimbangnya jumlah antara zat- masyarakat terhadap makanan seperti pola zat makanan esensial, dengan atau makan, tabu atau pantangan, gaya hidup, tanpa kekurangan zat makanan gengsi, dalam mengonsumsi jenis bahan tertentu. Contoh : gangguan makanan tertentu, ataupun prestise dari keseimbangan tubuh, sering loyo, bahan makanan tersebut yang sering terjadi dan lain-lain. (Banudi,SST, M.Kes & di kalangan masyarakat apabila keadaan Imanuddin,SP, M.Kes, 2017) tersebut berlangsung lama dan mereka juga Adapun kekurangan gizi yang belum memahami secara baik tentang menyebabkan timbulnya penyakit stunting, pentingnya factor gizi dalam mengonsumsi terutama pada balita Menurut WHO, Indonesia termasuk ke dalam Negara ketiga khususnya terhadap kesejahteraan penduduk. dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Kondisi ini menyebabkan sebagian Tenggara / South-East Asia Regional masyarakat tidak mampu mengakses pangan (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting dan pada akhirnya berpengaruh terhadap di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%, keadaan gizi, terutama balita, serta ibu hamil sehingga persentase balita pendek di dan ibu menyusui. (Muhith & Wulandari, Indonesia masih tinggi. Menurut Riskesdas 2014) tahun 2018, provinsi Sulawesi Selatan masih berada di angka 35,4%, dengan Kabupaten Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Enrekang tertinggi ke-5 dengan persentase Kualitas gizi di Indonesia sangat 42%. Data PSG tahun 2018 menunjukkan memperihatinkan. Gizi merupakan bagian bahwa Kecamatan yang memiliki prevalensi penting dari kehidupan manusia yang tak stunting tertinggi yaitu Kecamatan Baraka dapat dilepaskan dari factor sosial budaya, sebesar 45,1%. Menurut MCA-Indonesia serta lingkungan di mana masyarakat (2015), stunting adalah masalah kurang gizi bertempat tinggal. Kebudayaan berpengaruh kronis yang disebabkan oleh asupan gizi pada pola makan dan gizi masyarakat. yang kurang dalam waktu cukup lama akibat Diketahui bahwa balita di Indonesia paling pemberian makanan yang tidak sesuai banyak mengalami gizi buruk dan gizi dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi kurang. Factor yang mempengaruhi status mulai janin masih dalam kandungan. gizi balita antara lain, kurangnya persediaan Stunting merupakan salah satu masalah gizi pangan dan kurang baiknya kualitas yang berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan. Adapun factor lain yang hidup anak dalam mencapai titik tumbuh mempengaruhi adalah kondisi ekonomi dan kembang yang optimal sesuai potensi budaya keluarga, tingkat pendidikan, dan genetiknya. Stunting dapat menghambat pekerjaan. proses tumbuh kembang pada balita. Nutrisi Indonesia memiliki keanekaragaman adalah bagian penting dari kehidupan budaya dengan latar belakang suku dan tata manusia. (Ibrahim dkk., 2021) Perbedaan kehidupan sosial budaya yang berbeda. budaya dan tingkat ekonomi berdampak Perbedaan budaya berdampak pada pada perubahan kebiasaaan makan keluarga. perbedaan pemiloihan bahan, cara Tingkat ekonomi yang baik membuat pengolahan, dan penyajian makanan. Para kelurga memiliki kesempatan yang lebih ahli sosiologi dan ahli gizi menyatakan besar untuk memenuhi kehidupan nutrisi. bahwa factor budaya sangat berperan Perbedaan budaya berdampak pada terhadap proses terjadinya kebiasaan perubahan bahan, cara pengolahan, dan makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang penyajian makanan. Tujuan utama menimbulkan berbagai masalah gizi apabila pembangunan nasional adalah peningkatan tidak diperhatikan baik. Masalah gizi pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang balita akan berdampak serius terhadap dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu kualitas generasi mendatang. factor penentu utama kualitas sumber daya Solusi Dari Masalah Budaya Dan manusia adalah gizi. Krisis ekonomi di Makanan Serta Gizi Yang Berkaitan Indonesia pada pertengahan 1997 telah Dengan Gizi Dan Kesehatan berpengaruh negative terhadap kondisi Masalah budaya dan makanan kita perekonomian secara menyeluruh, ketahui dapat menyebabkan masalah gizi yang berdampak pada kesehatan tubuh komunikasi informasi dan edukasi di bidang manusia, sehingga perlu secara cermat untuk pangan dan gizi masyarakat, serta intervensi memberdayakan masyarakat local dengan langsung kepada sasaran melalui Pemberian kearifan dan kecerdasan local (local wisdom Makanan Tambahan (PMT). Akan tetapi, and local genius) disamping terus hasilnya masih kurang signifikan terhadap melaksankan penyuluhan gizi sebagai penurunan masalah gizi di Indonesia. Oleh alternative mengtasi masalah budaya dan karean itu, perlu adanya strategi baru untuk makanan. mendukung upaya-upaya yang sudah Pendekatan yang paling utama adalah dilakukan tersebut. melalui perbaikan struktur sosial masyarakat tentang pandangan mereka terhadap bahan Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan makanan walaupun local tetapi kaya akan Perilaku makan suatu masyarakat yang nilai gizi. Langkah-langkah yang ditempuh banyak didominasi oleh pola budayanya dari seperti : sudut etika khususnya etika makanan (food 1. Perbaikan gizi keluarga dengan ethics). Kajian dari sisi etika membuka melakukan lomba menyiapkan kemungkinan untuk dikembangkannya hidangan makanan non beras (kasus dengan aspek lain, seperti munculnya peran budaya Timor). kapitalisme, teknologi, dan ilmu budaya. 2. Perbaikan budaya masyarakat Peran makanan dalam kebudayaan dengan pengaruh utama gender merupakan kegiatan ekspresif yang terutama di tingkat keluarga. memperkuat kembali hubungan-hubungan 3. Memperluas areal pertanian dengan dengan kehidupan sosial, sanksi-sanksi, menanam berbagai komoditi yang agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, mempunyai nilai gizi yang tinggi teknologi dengan berbagai dampaknya. sebagai bahan pangan/makanan Dengan kata lain, kebiasaan makan atau seperti kedelai (kasus budaya Jawa). pola makan tidak hanya sekedar megatasi 4. Pemberian makanan tambahan yang tubuh manusia saja, melainkan dapat bernilai gizi baik bagi anak-anak, memainkan peranan penting dan mendasar balita, dan orang lanjut usia. terhadap ciri-ciri dan hakikat kebudayaan. 5. Penyuluhan gizi terpadu dan (Meliono Budianto, 2004) konsultasi gizi bagi masyarakat. 6. Melakukan pengkajian/penelitian Kesimpulan dan riset untuk melihat pengaruh Dominasi kebudayaan manusia menjadi budaya terhadap makanan itu sendiri sangat berperan terutama dalam pola dengan berbagai implikasi yang makanannya. Makanan terkategorisasi terkait di dalamnya. menjadi makanan yang boleh dan tidak Upaya penanggulangan masalah gizi boleh dimakan. Makanan yang dianggap telah dilakukan pemerintah melalui nutriment belum tentu menjadi makanan pemberdayaan keluarga untuk menjaga yang boleh dimakan. Begitu sebaliknya, ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, makanan yang boleh dan tidak boleh peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu, dimakan belum tentu memiliki nilai gizi dan pengembangan system rujukan dari ti- yang memadai. Dengan demikian kategor ngkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), makanan, pola makanan, dan system budaya puskesmas, rumah sakit, peningkatan Itu sangat berkaitan dengan budaya atau Ibrahim, I., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. kepercayaaan yang ada di setiap daerah yang dimana dapat menimbulkan adanya I., & Fadlan, M. (2021). Hubungan kekurangan gizi pada balita, anak-anak, dan Sosial Budaya Dengan Kejadian orang lanjut usia. Dan terkait dengan stunting, dari sebuah penelitian Stunting pada Balita Usia 24-59 menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan sosial budaya dengan kejadian Bulan Di Desa Bone-Bone stunting, dan juga tidak terdapat hubungan kepercayaan makanan dengan kejadian Kecamatan Baraka Kabupaten stunting, dimana hanya terdapat hubngan Enrekang Tahun 2020. 1(hubungan dukungan keluarga dengan kejadian stunting terutama pada balita. sosial budaya dan stunting di Dimensi etis muncul ketika makanan berada di tangan konsumen, produsen, dan kabupaten enrekang), 16–26. lingkungan manusia. Interaksi antar konsumen dengan produsen memnculkan https://doi.org/10.24252/algizzai.v1i1 . aspek etis, yaitu hak dan kewajiban serta 19079 tanggungjawab moral. Kemudian adanya persepsi tentang konsep penyakit, kesehatan Meliono Budianto, V. I. (2004). Dimensi Etis dan keragaman jenis ritual yang ada di setiap daerah terbentuk melalui proses Terhadap Budaya Makan dan sosialisasi secara turun temurun diyakini Dampaknya pada Masyarakat. kebenarannya. Disini perlu diperhatikan bahwa 8(Dimensi etis terhadap budaya masyarakat bukan objek dari suatu perubahan tetapi masyarakat adalah subjek makan), 65–70. dari perubahan. (Zalfendi, 1999) https://doi.org/10.7454/mssh.v8i2.90 Daftar Pustaka Muhith, A., & Wulandari, L. (2014). Kondisi Banudi,SST, M.Kes, Dr. L., & Ekonomi dan Budaya Keluarga Imanuddin,SP, M.Kes, I., SP, M. dengan Status Gizi Balita. Jurnal Kes. (2017). SOSIOLOGI DAN Ners, 9(Ekonomi dan status gizi), 1– ANTROPOLOGI GIZI (1 ed.). 157. Forum Ilmiah Kesehatan Satrianegara, M. F., Juhannis, H., H.R. Lagu, (FORIKES). Abd. M., Habibi, H., Sukfitrianty, S.,