92%laporan PJBL Psikologi Sosial
92%laporan PJBL Psikologi Sosial
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 2
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil observasi yang
penulis ucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
dari alam kebodohan hingga ke alam yang berilmu pengetahuan seperti adanya saat
sekarang ini.
Sekolah Universitas Negeri Padang (UNP). Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan hasil observasi ini,
1. Ibu Vevi sunarti,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
D. Waktu.....................................................................................................................
E. Tempat....................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
Permasalahan sosial dalam ruang lingkup keluarga mayoritas terjadi karena ketidak
harmonisan orang tua dalam rumah tangga. Masalah sosial ini cukup serius karena akan
menggangu atau mempengaruhi orang lain seperti kerabat, tetangga ataupun anak. Seorang anak
akan mempunyai masalah sosial dalam ruang lingkup individu akibat ruang lingkup keluarganya
sendiri bermasalah.
Masalah sosial dalam ruang lingkup keluarga dapat diatasi dengan musyawarah,
menyelesaikan masalah yang ada di dalam keluarga dengan kepala dingin dan bijak dalam
mengambil keputusan yang akan dipilih. Masalah sosial ini juga dapat di atasi dengan saran atau
masukan dari luar seperti kerabat ataupun keluarga yang berdampak positif.
ii
Pada dimensi faktor keluarga dan lingkungan pemenuhan perkembangan tumbuh
kembang anak usia dini tidak hanya didukung pada pengasuhan dari orang tua tetapi juga
dibutuhkan dukungan pendapatan keluarga (DOH, 2000; Iwaniec, 2006). Kasus kekerasan pada
anak dapat terjadi di semua kelas sosial, namun kondisi sosial yang buruk dan tekanan seperti
kurang mapannya pendapatan keluarga bisa menjadi pemicu orang dewasa melakukan kekerasan
Permasalahan perceraian orang tua merupakan salah satu masalah sosial dalam keluaga
yang cukup banyak terjadi dilingkungan kita saat ini. Masalah ini akan lebih menekan keadaan
sosial dari anak-anak nya dalam keluarga. Anak yang ayah dan ibunya berpisah biasanya akan
selalu menyendiri atau terkadang anak menjadi susah dikendalikan, alhasil anak-anak dari
keluaga tersebut akan lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan yang berada disekitarnya.
Contoh : Bani adalah anak dari keluarga yang orang tuanya berpisah. Karena hal itu Bani lebih
dibandingkan orang tuanya sehingga ia terbawa dengan temannya, ia mulai mengikuti temannya
seperti merokok. Dan pada akhirnya ia ikut-ikutan temannya mencoba narkoba sampai akhirnya
ia kecanduan narkoba. Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa perceraian orang tua
merupakan masalah sosial keluarga yang sangat mempengeruhi mental anak sehingga menjadi
lemah dan kehilangan akal sehatnya. Oleh sebab itu, orang yang mengalami seperti ini harus
diberikan perhatian khusus sehingga tidak terjebak dalam lingkungan sosialnya yang negatif.
ii
Permasalahan Perekonomian
Masalah Perekonomian merupakan salah satu faktor yang memicu masalah social dalam
keluarga. Keadaan ekonomi yang kurang menentu kadang membuat seluruh anggota keluarga
tersebut bertindak secara tidak rasional dan menghilangkan nilai moralnya. Contohnya : Redy
seorang anak dari keluarga yang bercukupan. Namun pada suatu hari ia ingin mengupgrade
komputernya.
Setelah itu ia meminta pada orang tuanya, namun sayang orang tuanya akhirnya
menolaknya dengan alasan hal tersebut tidak terlalu mendesak namun Redy memaksa. Namun
akhirnya ia hanya mendapatkan amarah orang tuanya yang sudah kelelahan mecari uang.
akhirnya Redy mencuri uang orang tuanya secara diam-diam untuk membeli apa yang dia
inginkan. Dari contoh tersebut walaupun tidak secara langsung masalah terjadi dalam keluarga
namun salah anggota keluarga akan merasakan suatu tekanan sehingga ia akan berbuat tanpa
Permasalahan yang satu ini pasti akan dirasakan pada setiap keluarga. Setiap keluarga
pastinya akan melakukan interaksi pada lingkungan sosialnya. Lingkungan akan dengan cepat
menilai keadaan sosial dalam keluarga tersebut. Namun lingkungan sosial dapat membuat
masalah dalam sebuah keluarga. Contoh: keluarga Rezy merupakan keluarga yang baik dan
bermoral. Namun pada suatu saat keluarga tersebut pindah dalam suatu lingkungan yang kurang
baik. Setelah beberapa lama anak-anak dari Rezy menjadi pembantah semua, akhirnya sering
ii
Alasan kami dari kelompok 2 untuk memilih observasi ini tentang pengaruh keluarga
yang berharga bagi tiap individu yang terlibat dalam pengamatan tersebut. Kita
2. Dengan melihat banyaknya permasalahan pada anak dilingkungan sosial pada saat
sekarang ini yang tidak terkontrol, jadi kita sebagai kelompok yang mengamati ini
harus dilakukan dengan rasa hormat dan sensitivitas terhadap privasi dan
kebutuhan anggota keluarga. Penting juga untuk mendapatkan izin dan kerjasama
C. Tujuan
ii
1. Untuk mengurangi kriminalitas anak dibawah umur, seperti tawuran antar pelajar
atau remaja.
3. Untuk mengetahui juga pengaruh keluarga seperti apa yang kami amati terhadap
D. Waktu
Waktu kami melakukan observasi ini selama 7 menit, yaitu pada tanggal 11 mei 2023,
E. Tempat
Tempat kami melakukan observasi ini di Jl. Parkit 1 No. 1, Air Tawar Barat, Kec. Padang
Mengidentifikasi atau mengamati salah satu keluarga terhadap perkembangan sosial yang
ada.
https://goo.gl/maps/7wroi3fA3YbZHDxb8
ii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Menurut (Ajeng Rahayu Tresna Dewi,2018) Anak adalah individu yang unik dan
mengalami perkembangan yang pesat pada setiap aspek perkembangan yang akan mengalami
perubahan dalam aspek-aspek perkembangan. Anak usia dini juga disebut sebagai masa kritis,
sebab jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan,
pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya anak tidak dapat tumbuh dan
dipengaruhi oleh beberapa konteks sosial dan budaya yang termasuk keluarga, pengaturan
pendidikan, dan masyarakat yang lebih luas. Perkembangan mencerminkan pengaruh dari
sejumlah sistem lingkungan keluarga dan keluarga termasuk dalam sistem mikrosistem yaitu
lingkungan tempat tinggal hidup. Konteks ini meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah, dan
lingkungan sekitar, yang didalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung
dengan agen-agen sosial misalnya dengan orangtua, guru, dan teman sebaya.
Epstein (2009:9) menyatakan bahwa kemitraan dapat meningkatkan program dan iklim
kepemimpinan, menjalin hubungan dengan orangtua lain di sekolah dan dalam masyarakat, dan
membantu guru dalam pekerjaan mereka. Orangtua perlu mengetahui tentang keadaan dan
perilaku anak mereka selama berada di sekolah, dan manfaat untuk gurunya sendiri dapat
berkomunikasi dengan orangtua siswa tujuannya untuk memahami perilaku anak selama berada
ii
di rumah. Epstein (2009:10) menyatakan terdapat tiga konteks dalam teori overlapping of
influence yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Model ini terdiri dari praktek-praktek yang
sekolah, keluarga dan masyarakat lakukan secara terpisah untuk mempengaruhi anak-anak dalam
Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak, keluarga memiliki peranan
dan fungsi yang besar dalam mendukung perkembangan anak secara optimal. Hurlock (1987, p.
202) menyatakan bahwa sikap orangtua yang positif akan memberikan dampak yang positif dan
baik terhadap perilaku anak. Tetapi sebaliknya jika sikap orangtua yang kurang memberikan
sikap acuh pada anak maka anak akan cenderung tidak bertanggung jawab serta memiliki
perilaku yang kurang baik. Seperti dalam penelitian Nokali, Bachman & Drzal (2010, p. 1)
bahwa anak dari orangtua yang terlibat lebih tinggi dalam fungsi sosial akan lebih sedikit
memiliki masalah perilaku. Kusuman, Sutadji & Tuwoso (2014, p. 2) menyatakan bahwa
Anak selama hidupnya akan selalu mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah dan
masyarakat luas. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh bagi anak. Oleh karena itu
lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pengembangan pribadi
anak. Di dalam lingkungan keluargalah tempat dasar pembentukan watak dan sikap anak.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Gunarsa (2009:5) bahwa “lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam
ii
bagi anak”. Pendapat lainnya tentang lingkungan keluarga menurut Hasbullah (2008:3) yaitu
“lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan
sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam
keluarga”. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan, tingkah lalu dan sosial emosianal anak.
Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya.
diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku. Perkembangan emosi berkaitan
dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.emosi anak perlu dipahami para guru dan orang
tua agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial.
erikson, namun disini kita hanya akan membahas 4 tahap pertama perkembangan psikososial
erikson yaitu,
ii
Erikson mendefinisikan basic trust sebagai rasa percaya terhadap orang lain dan diri
sendiri. Perasaan ini dapat muncul pada bayi ketika dari sisi ibu memiliki rasa percaya. Percaya
bahwa dirinya adalah orang tua dan dirinya memiliki arti peran pengasuhan yang dilakoninya.
Rasa ini dapat merangsa si bayi sehingga bayi juga mengembangkan rasa percaya terhadap
Dengan perkembangan neurologis dan otot yang pesat, anak kemudian mampu berjalan,
bicara, dan mengontrol BAK dan BAB-nya. Namun, di saat bersamaan, anak pun mengalami
kecemasan untuk berpisah dari orang tuanya, takut tidak dapat mengontrol BAK dan BAB, serta
kehilangan harga diri (self-esteem) ketika mengalami kegagalan. Untuk itu, penting bagi orang
tua untuk menciptakan atmosfer yang mendukung sehingga anak dapat mengembangkan kontrol
diri tanpa kehilangan harga diri, Dan dapat menetralisir rasa shame and doubt atau perasaan malu
Pada masa ini anak mencari tahu ingin menjadi orang seperti apa ia kelak, masa ini biasa
disebut dengan masa meniru. Dan pilihannya sampai pada keinginan untuk menjadi seperti orang
tua. Nah, pada masa ini perilaku orang tua sangat diperhatikan oleh anak , jadi bersikaplah positif
Pada masa ini juga anak akan lebih kritis, akan banyak berinisiatif, memiliki banyak
rencana, pilihan dan imajinasi. Peran orang tua pada masa ini harus bisa menanggapi dan
mengarahkan anak secara positif dan penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Jangan sampai
guilt lebih menguasai anak yaitu sifat selalu bersaing, berusaha mencapai sesuatu dalam upaya
ii
menjadi orang yang berharga. Sifat guilt juga penting, namun jika terlalu condong pada sifat
guilt anak hanya akan memiliki rasa persaingan yang tinggi tanpa adanya rasa persaudaraan.
Pada masa ini anak mulai memasuki dunia pengetahuan yang lebih luas. Pada masa ini
pula, anak-anak terekspos pada teknologi yang berkembang di masyarakat. Disinilah peran orang
tua menjadi sangat, sangat penting, dan tidak hanya menjadi orang tua kita harus bisa menjadi
teman, sahabat bagi anak-anak kita. Membuat anak-anak kita nyaman dengan kita, sering
menanyakan bagaimana aktivitasnya dan perasaannya hari ini, berikan solusi, saran dan arahan
pada mereka ketika mereka mengungkapkan perasaannya, sampaikan dengan penuh kasih
sayang.
Karena jika orang tua tidak mempedulikan atau tidak memperhatikan anak di masa ini,
apalagi jika orang tua berpendapat “bahagianya anak karena tercukupinya semua kebutuhannya”.
Itu dapat merusak moral anak, karena tanpa adanya hubungan antara orang tua dan anak, kita
tidak akan tahu dengan siapa mereka bergaul apa saja yang dilakukannya, itu dapat merusak
anak di masa sekarang dan yang akan datang. Dari uraian di atas sudah sangat jelas bahwa
pengaruh lingkungan keluarga pada perkembangan sosial emosional anak sangat, sangat penting.
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana
mereka hidup, berkembang dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali
diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan
Menurut Effendi (1995) keluarga memiliki peranan utama didalam mengasuh anak, di
segala norma dan etika yan berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat
ii
diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan
sumber daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada
setiap individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga menjadi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting serta sangat
mempengaruhi perkembangan sikap dan intelektualitas generasi muda sebagai penerus bangsa.
Keluarga, kembali mengmbil peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Berbagai aspek pembangunan suatu bangsa, tidak dapat lepas dari berbgai aspek yang saling
mendukung, salah satunya sumber daya manusia. Terlihat pada garis-garis besar haluan negara
bahwa penduduk merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi
pembangunan nasional.
Menurut Diana Baumrind, (Desmita, 2012 : 144-145) sangat dikaitkan dengan apek-
aspek yang berbeda dalam tingkah laku anak, yaitu sebagai berikut:
1) Pola asuh otoritatif (authoritative parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan yang
memperlihatkan pengawasan ektra ketat terhadap tingkah laku anak, tetapi orang tua juga
2) Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) adalah suatu gaya pengasuhan yang
ii
3) Pola asuh permisif (permissive parenting) yaitu gaya pengasuhan yang dibedakan
dalam dua bentuk, yaitu : (a) pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan
dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau
kendali atas mereka. (b) pengasuhan permissive-different, yaitu gaya pengasuhan dimana orang
Menurut Diana Baumrind (Iriani Indri Hapsari : 2016) dampak gaya pengasuhan orang
Dampak positif
Pola asuh ini lebih banyak memiliki dampak negatif, akan tetapi pola asuh ini pun
memiliki dampak positif. Dampak positifnya adalah anak akan lebih disiplin karena orang tua
Dampak negatif Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan ini sering terlihat tidak
bahagia, dan cemas dengan perbandingan antara mereka dengan anak lain, gagal dalam inisiatif
Dampak positif
Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan ini sering terlihat ceria, memiliki
pengendalian diri dan kepercayaan diri, kompetn dalam bersosialisasi, berorientasi prestasi,
ii
mampu mempertahankan hubungan yang ramah, bekerja sama dengan orang dewasa, dan
Dampak negatif
Walaupun pola asuh demokratis lebih banyak memiliki dampak positif, namun terkadang
juga dapat menimbulkan masalah apabila anak atau orang tua kurang memiliki waktu untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu,diharapkan orang tua tetap meluangkan waktu untuk anak dan
tetap memantau aktivitas anak. Selain itu, emosi anak yang kurang stabil juga akan
Dampak positif Orang tua akan lebih mudah mengasuh anak karena kurangnya kontrol
terhadap anak. Bila anak mampu mengatur seluruh pemikiran, sikap, dan tindakannya dengan
baik, kemungkinan kebebasan yang diberikan oleh orang tua dapat dipergunakan untuk
mengembangkan kreatifitas dan bakatnya, sehingga ia menjadi seorang individu yang dewasa,
inisiatif, dan kreatif. Dampak positif tergantung pada bagaimana anak menyikapi sikap orang tua
yang permisif.
Dampak negatif Dampak dari gaya pola asuh permisif adalah anak mengembangkan
perasaan bahwa orang tua lebih mementingkan aspek lain dalam kehidupan daripada anaknya.
Oleh karenanya, anak banyak yang kurang memiliki kontrol diri dan tidak dapat mengatasi
kemandirian secara baik. Mereka memiliki harga diri yang rendah, tidak matang, dan mungkin
ii
BAB III
TEMUAN LAPANGAN
Kami dari kelompok 2 mengobservasi salah satu keluarga yang ada di Jl. Parkit 1 No.1
Kelurahan air tawar barat, Padang Utara. Dimana keluarga tersebut terdiri atas: suami, istri, dan
3 anak laki-laki mereka. Dimana ke 3 anak laki-laki mereka tersebut diantaranya: anak pertama
berumur 13 tahun, anak ke-2 berumur 12 tahun, anak ke-3 berumur 6 tahun.
Berdasarkan dari hasil temuan observasi kami dari kelompok 2, bahwasanya kami
mengunjungi suatu keluarga yang usia anak nya masih tingkatan SD, jadi kenakalan yang kita
temukan tidak terlalu banyak, seperti pada keluarga yang usia anak nya sudah SMP dan SMA.
Disini kita menemukan tingginya tingkat kekangan pada anak untuk eksplor ke luar sehingga
anak tersebut tidak berbaur keluar dan hanya bediam di rumah bersama saudaranya dengan
Dengan penjelasan diatas tadi kemungkinan keluarga yang kami observasi ini bisa
berdampak buruk atau baik terhadap lingkungan anaknya tersebut. Ada 5 dampak mental jika
1. Anak tersebut merasa tidak punya kebebasan dan lebih gampang bosan di rumah
Alasan pertama mengapa mengekang anak itu tidak baik adalah dirinya bisa merasa tidak
punya kebebasan, dan hal itu bisa berdampak pada tingkat stres anak. Hal ini tentu bukanlah
sesuatu yang bisa kita anggap sepele, karena kalau sejak kecil dia mudah stres maka tingkat
emosinya juga tidak akan stabil, dalam artian ketika dewasa bisa mengakibatkan dia menjadi
ii
2. Kaku dan tidak pandai bergaul
Alasan kedua ialah karena anak bisa menjadi sosok yang tak pandai bergaul. Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, dan apa jadinya jika dia dewasa nanti malah tidak
bisa beradaptasi dengan orang-orang di lingkungan kerjanya? Dampak dari kekangan orangtua
memang tidak akan langsung terlihat, tapi itu akan sangat mempengaruhi dirinya di masa depan.
Selanjutnya adalah jika anak di kekang maka akan berdampak pada pembentukan
karakternya yang bisa saja menjadi sangat suka kesendirian atau introvert, atau malah menjadi
individualis. Dia jadi terlalu nyaman dengan dunia yang dia miliki sendiri dan tentu saja itu
bukanlah hal baik untuknya, sebab ada saat-saat dimana ia membutuhkan orang lain dan
4. Tidak bisa mandiri sebab tidak berwawasan luas tentang dunia luar
Lalu anak juga bisa menjadi seseorang yang tidak bisa mandiri, karena sejak kecil
orangtuanya terlalu overprotective, mengawasi dan menemaninya kemana saja. Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa melepas anak akan membuat orangtua mana saja khawatir, tapi
percayalah bahwa anak juga butuh waktu untuk dibiarkan bersaha sendiri dan mengeksplorasi.
Ketika anak sering ditekan atau dibatasi dalam melakukan kegiatan atau mengambil
keputusan, mereka mungkin kehilangan kepercayaan pada kemampuan dan potensi mereka
sendiri. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan keyakinan diri yang
berkelanjutan.
ii
Penting untuk diingat bahwa setiap anak bereaksi secara berbeda terhadap pengekangan,
dan dampaknya dapat bervariasi. Namun, penting bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat. Jika
Anda mengalami kesulitan dalam menghadapi pengekangan orang tua atau khawatir tentang
dampaknya pada kesejahteraan mental Anda, disarankan untuk mencari bantuan dari profesional
kesehatan mental atau konselor yang dapat memberikan dukungan dan nasihat yang tepat.
Dari Hasil Observasi Yang telah kami lakukan juga ditemukan beberapa indicator baik
mengapa orang tua anak tersebut memilih anaknya untuk tetap bergaul didalam rumah Bersama
1. Keamanan
Orang tua mungkin merasa lebih tenang dan yakin tentang keamanan anak-anak
mereka saat mereka bermain di rumah. Mereka dapat mengawasi mereka dengan
lebih baik dan menghindari risiko yang mungkin terjadi di luar, seperti kecelakaan
lalu lintas atau interaksi dengan orang asing yang tidak diinginkan.
2. Kontrol
Bermain di rumah memberikan orang tua lebih banyak kendali atas lingkungan di
aman, nyaman, dan sesuai dengan nilai-nilai keluarga. Orang tua dapat membatasi
akses anak-anak ke konten yang tidak pantas atau tidak sesuai untuk usia mereka.
ii
Di rumah, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang terstruktur dan
atau kegiatan yang mendukung pembelajaran, kreativitas, dan interaksi sosial yang
4. Ikatan keluarga
kerjasama, dan rasa saling peduli. Orang tua mungkin menganggap ini penting untuk
Keluarga adalah wadah individu untuk berinteraksi dan berkomunikasi, setiap peran yang
dilakukan oleh anggotanya paling tidak akan memberikan pengaruh pada anggota keluarga
lainnya. Ahmadi (1997) menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi keluarga,
yaitu:
Misalnya, anak yang berasal dari keluarga berkecukupan mendapatkan kesempatan yang lebih
luas dalam mengembangkan berbagai macam kecakapan karena anak tersebut memiliki materi
yang cukup.
ii
Keutuhan keluarga juga merupakan faktor lainyang dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Keutuhan keluarga berarti bahwa struktur keluarga masih lengkap. Disamping itu juga, keutuhan
interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainjuga menentukan perkembangan
anak.
Sikap dan kebiasaan orang tua akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Misalnya, sikap
orang tua yang otoriter membuat anak-anaknya menjadi manusia yang pasif, kurang percaya diri,
ragu-ragu, penakut, dan lain sebagainya. Demikian pula kebiasaan yang baik akan dicontohan
Beberapa temuan lapangan yang tentang pengaruh keluarga terhadap perkembangan social anak ,
diantaranya :
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan, bahwa Anak-anak yang sering
kali ditekan atau dibatasi oleh orang tua cenderung memiliki keterampilan sosial yang
terhambat. Mereka mungkin merasa tidak percaya diri dalam berinteraksi dengan orang
lain, memiliki kesulitan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat, atau mengalami
ii
Orang tua yang sering mengekang anak dapat membuat anak kesulitan dalam
mengekspresikan diri secara bebas. Anak-anak ini mungkin merasa takut atau khawatir
bahwa mereka akan dihukum atau ditolak jika mereka berbicara atau mengungkapkan
pendapat mereka. Akibatnya, mereka mungkin menahan diri dan mengalami kesulitan
mengembangkan rasa takut dan kecemasan sosial yang lebih tinggi. Mereka mungkin
menjadi sangat sadar diri, takut melakukan kesalahan, atau takut dievaluasi oleh orang
lain. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi secara bebas dan
sosial. Akibatnya, anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi
Penekanan yang berlebihan oleh orang tua dapat menciptakan ketegangan dan
konflik dalam hubungan keluarga. Anak-anak mungkin merasa tidak terhubung secara
ii
emosional dengan orang tua mereka, dan hubungan antara saudara-saudara juga dapat
terpengaruh. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak dalam konteks
Temuan-temuan pada Observasi ini menunjukkan bahwa pengkekangan oleh orang tua
dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial anak. Orang tua perlu menyadari pentingnya
memberikan kebebasan dan dukungan yang tepat agar anak-anak dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang sehat dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
ii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
ii
DAFTAR RUJUKAN
Suteja, J. (2017). Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional
https://doi.org/10.24235/awlady.v3i1.1331
ii
Hulukati, W. (n.d.). PERAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN
ANAK. https://media.neliti.com/media/publications/114008-ID-peran-lingkungan-
keluarga-terhadap-perke.pdf
https://adcadesign.wordpress.com/2010/10/05/masalah-sosial-keluarga/
afifah hanim. (2019, September 21). 5 Dampak Mental Jika Orang Tua Sering Mengekang
https://www.idntimes.com/life/family/afifah-hanim/5-dampak-mental-jika-orang-tua-
sering-mengekang-anak-c1c2?page=all
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Kegiatan
Link Video :
ii
https://drive.google.com/file/d/1eE4PQIGD_9QwSAzbs3isei5DYxsW__oB/view?
usp=drivesdk
ii
2. Peta Lokasi
https://goo.gl/maps/9zofRy2zQqmRf7up8
3. Pedoman Wawancara
ii