Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ariel Akbar Novenza

Nim : 08031382328085
Kelas : Kimia A
Fakultas : FMIPA
Mata Kuliah : Dasar Kimia Analisa
Dosen Pengampu : Dra. Fatma, M.Si

TUGAS
1. Carilah contoh soal terkait penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) dengan
menggunakan metode titrasi bikromatometri!
2. Cantumkan atau carilah struktur indikator metil orange dan metil merah!
3. Berikan contoh penggunaan titrasi bromatometri untuk bidang apa saja dan jelaskan
penggunaannya!
4. Carilah struktur indikator redoks yang ada di halaman 14 di table berikan struktur
indikatornya selain yang sudah ada di ppt!
JAWAB :
1. Penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) dengan Metode Titrasi
Bikromatometri

Metode titrasi bikromatometri digunakan untuk menentukan kadar Chemical


Oxygen Demand (COD) dalam sampel air. COD merupakan parameter yang
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
yang terdapat dalam air.

Prinsip:
Metode ini didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi antara bahan organik dalam
sampel air dengan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam suasana asam. K2Cr2O7
bertindak sebagai oksidator kuat yang akan mengoksidasi bahan organik menjadi
CO2 dan H2O. Jumlah K2Cr2O7 yang dikonsumsi diukur dengan titrasi terhadap
larutan standar fero ammonium sulfat (FAS).

Alat dan Bahan:


1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Reaktor
3. Pipet ukur
4. Buret
5. Labu Erlenmeyer
6. Kertas saring
7. Larutan standar K2Cr2O7 0,025 M
8. Larutan standar FAS 0,025 M
9. H2SO4 pekat
AgNO3 1%
10. Aquadest
Prosedur:
1. Penyiapan sampel: Saring sampel air dan ambil 10 mL sampel into a clean
Erlenmeyer flask.
2. Penambahan reagen: Tambahkan 10 mL larutan K2Cr2O7 0,025 M, 15 mL
H2SO4 pekat, dan 2 tetes AgNO3 1% ke dalam labu Erlenmeyer.
3. Pencernaan: Panaskan campuran dalam reaktor pada suhu 150°C selama 2 jam.
4. Pendinginan: Biarkan campuran mendingin hingga suhu ruangan.
5. Titrasi: Titrasi larutan hasil pencernaan dengan larutan standar FAS 0,025 M
hingga perubahan warna dari jingga menjadi hijau.
6. Perhitungan: Hitung kadar COD dengan rumus berikut:
COD (mg/L) = [(V1 x N1) - (V2 x N2)] x 8000 / Vsampel
V1 = Volume larutan FAS yang digunakan untuk titrasi sampel (mL)
N1 = Normalitas larutan FAS (mol/L)
V2 = Volume larutan FAS yang digunakan untuk titrasi blank (mL)
N2 = Normalitas larutan FAS (mol/L)
Vsampel = Volume sampel yang digunakan (mL)
8000 = Faktor konversi (mg/mol
2. a.) Struktur Indikator Metil Orange

Metil orange adalah senyawa azo dengan rumus kimia C14H14N3NaO3S. Indikator
ini berwarna merah pada larutan assam dan kuning pada larutan basa. Rentang pH
3,1- 4,4.
b.) Struktur Indikator Metil Merah

Metil merah adalah senyawa azo dengan rumus kimia C15H15N3O2. Indikator
ini berwarna merah pada larutan asam dan kuning pada larutan basa. Rentang
pH 4,2 – 6,2.

3. Titrasi bromatometri adalah metode analisis kimia yang menggunakan larutan baku
kalium bromat (KBrO3) untuk menentukan kadar suatu zat. Berikut beberapa
contoh penggunaan titrasi bromatometri dalam berbagai bidang:
1.) Kimia Analisis:
a) Penetapan kadar antioksidan: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
menentukan kadar antioksidan dalam sampel makanan, minuman, atau obat-obatan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi,
sehingga dapat membantu mencegah kerusakan sel dan penyakit kronis.
b) Penetapan kadar vitamin C: Vitamin C adalah antioksidan penting yang berperan
dalam menjaga kesehatan tubuh. Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
menentukan kadar vitamin C dalam jus buah, sayuran, dan suplemen makanan.
c) Penetapan kadar sulfit: Sulfit merupakan senyawa yang ditambahkan pada makanan
dan minuman sebagai pengawet. Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
menentukan kadar sulfit dalam makanan dan minuman, untuk memastikan bahwa
kadarnya tidak melebihi batas aman.
2. Industri Kimia:
a) Penetapan kadar senyawa organik: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
menentukan kadar senyawa organik dalam air, limbah industri, dan produk kimia.
b) Kontrol kualitas bahan baku: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
mengontrol kualitas bahan baku dalam industri kimia, seperti petrokimia, farmasi,
dan makanan.
3. Bidang Farmasi:
a) Penetapan kadar obat-obatan: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
menentukan kadar obat-obatan dalam sediaan farmasi, seperti tablet, kapsul, dan
sirup.
b) Kontrol kualitas bahan baku obat: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
mengontrol kualitas bahan baku obat, seperti ibuprofen, paracetamol, dan aspirin.
4. Bidang Lingkungan:
a) Penetapan kadar pencemar air: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk
menentukan kadar pencemar air, seperti fenol, klorida, dan nitrat.
b) Pemantauan kualitas air: Titrasi bromatometri dapat digunakan untuk memantau
kualitas air di sungai, danau, dan laut.
Keuntungan Titrasi Bromatometri:
1) Akurat dan presisi
2) Relatif mudah dilakukan
3) Biaya relatif murah
4) Dapat digunakan untuk berbagai jenis sampel
Kekurangan Titrasi Bromatometri:
1) Membutuhkan larutan baku yang stabil
2) Berbahaya jika tidak dilakukan dengan hati-hati
3) Tidak dapat digunakan untuk semua jenis sampel

4. Struktur Indikator Redoks


1.) 5-nitro-1,10-phenathroline iron (II) sulphate (nitroferroin)
2.) 1,10-phenanthroline iron (II) sulphate (ferroin)

3.) 2,2-bipyridyl iron (II) sulphate

4) 5,6-Dimethylferroin (C14H12N2)

5.) n-phenylanthranilic acid


6.) 4,7-dimethyl-1,10-phenanthroline iron (II) sulphate (4,7-dimethylferroin)

7.) diphenylaminesulphonic acid

8.) diphenylbenzidine

9.) diphenylamine

10.) 3,3’-dimethylnaphthidine

11.) Methylene blue

Anda mungkin juga menyukai