Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI PANCASILA DARI PERSPEKTIF KEBIJAKAN

PUBLIK DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL


(Studi Kasus Terhadap Pembangunan IKN)

Penyusun :

1. Aulia Giga Kristoferin (23215047)


2. Fajariana Eka Wati (23215048)
3. Yolanda Restu Silvia Amanda (23215049)
4. Mochamad Helmy Rizaldy (23215050)
5. Farenisa Putri Nugroho (23215051)
6. Dwi Kurniawan Syach (23215053)

Makalah ini disusun guna memenuhi persyaratan mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : ISWANTORO, S.H., M.H.

AKUNTANSI PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

‫ِهللا َو َبَر َك اُتُه َو َر ْح َم ُة َع َلْيُك ْم الَّس َالُم‬

‫ َر ُسوِل َعلَى َو الَّص َالُة َو الَّسَالُم ِهللا الـَحْم ُد ِهلل ِبْس ِم‬، ‫َبْعُد َو ِباهلل ِااَّل ُقَّو َة اَل َو َح ْو َل اَل‬

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
"Implementasi Pancasila dari Perspektif Kebijakan Publik dalam Rangka Pembangunan
Nasional" dengan tujuan untuk menjelajahi peran nilai-nilai Pancasila dalam merancang dan
melaksanakan kebijakan publik demi pembangunan bangsa.

Pancasila, sebagai ideologi negara, menjadi landasan kokoh bagi perumusan kebijakan yang
mempromosikan kesejahteraan masyarakat dan keselarasan pembangunan nasional. Dalam
karya ilmiah ini, penulis akan membahas secara mendalam bagaimana implementasi
Pancasila dari perspektif kebijakan publik, serta dampaknya terhadap pembangunan nasional
yang berkelanjutan.

Penulis menyadari bahwa pembahasan ini tidak terlepas dari kontribusi para pemikir, tokoh,
dan praktisi yang telah berperan aktif dalam membentuk landasan kebijakan yang berpijak
pada nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi
kepada semua pihak yang telah turut serta dalam perjalanan penulisan makalah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berharga, memberikan
wawasan yang mendalam, serta menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa masih banyak keterbatasan, namun dengan penuh kerendahan hati, penulis
menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sumbangsih kecil dalam upaya kita
bersama memajukan bangsa dan negara menuju cita-cita luhur Indonesia. Terima kasih.

Sleman, 09 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
1.3 METODE PENELITIAN.......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
1) Pengertian pancasila dan implementasinya dalam kebijakan publik.........................................6
2) Awal munculnya gagasan pemindahan IKN...............................................................................7
3) Kebijakan – kebijakan dalam pemindahan IKN..........................................................................9
4) Konflik Pro dan Kontra pembangunan ibukota baru di Nusantara IKN.....................................11
5) Dampak dari Pembangunan IKN..............................................................................................13
6) Penerapan Pancasila dalam pembangunan IKN.......................................................................17
BAB III..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
KESIMPULAN................................................................................................................................21
SARAN..........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1
Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan berbagai suku, agama, ras,
dan budaya, memiliki pondasi ideologi yang dijunjung tinggi, yaitu Pancasila sesuai
dengan ketetapan MPR No.XVII Tahun 1998 telah ditetapkan sebagai dasar negara,
ideologi nasional dan falsafah pandangan hidup bangsa. Pancasila menjadi dasar
negara yang mencerminkan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan
sosial. Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi landasan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila tersebut harus diimplementasikan
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pembangunan nasional.
implementasi Pancasila dalam kebijakan publik memiliki peran yang sangat penting
dalam merumuskan arah pembangunan nasional . Dalam hal ini memerlukan integrasi
dari sudut pandang pancasila dan kebijakan publik untuk pembangunan nasional agar
berjalan selaras dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
Namun, terdapat sejumlah tantangan dalam implementasi Pancasila dalam
kebijakan publik. Beberapa di antaranya adalah ketidaksesuaian antara nilai-nilai
Pancasila dengan kepentingan sektor dan perbedaan interpretasi terhadap nilai-nilai
Pancasila. Oleh karena itu, diperlukan kajian yang mendalam untuk mengidentifikasi
hambatan-hambatan tersebut dan merumuskan strategi implementasi yang efektif.
Untuk mendukung penelitian ini, dapat diacu pada karya-karya para pakar di bidang
ideologi Pancasila, kebijakan publik, dan pembangunan nasional. Beberapa referensi
yang relevan antara lain karya Bung Hatta, Prof. Dr. Soepomo, dan tokoh-tokoh lain
yang telah mengembangkan pemikiran terkait implementasi Pancasila dalam konteks
kebijakan publik.
Topik ini memiliki relevansi yang tinggi dengan perkembangan industri saat
ini. Dalam konteks globalisasi dan persaingan ekonomi yang semakin ketat,
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik dapat menjadi keunggulan
kompetitif bagi Indonesia. Selain itu, dengan memperkuat implementasi Pancasila,
negara dapat menciptakan pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan
sosial, sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang terwujud dalam Pembukaan

1
Santoso, E. Implementasi Nilai Pancasila dalam Pembangunan Ekonomi;2018

1
UUD 1945. Contohnya dalam Pembangunan nasional IKN yang merupakan proyek
besar bangsa Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara
maju dan sejahtera. Pembangunan IKN tentunya membutuhkan perencanaan dan
pelaksanaan yang matang agar dapat mencapai tujuannya. Implementasi Pancasila
dalam pembangunan nasional IKN memiliki peran penting dalam mewujudkan
pembangunan yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berbudaya. Dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, pembangunan IKN diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk bagi masyarakat di
sekitar IKN.
Isu-isu penting yang dapat diangkat dalam makalah "Implementasi Pancasila
dari Perspektif Kebijakan Publik dalam Kerangka Pembangunan Nasional IKN"
adalah sebagai berikut:
 Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perencanaan pembangunan IKN
Pada tahap perencanaan, nilai-nilai Pancasila harus menjadi pertimbangan utama
dalam penyusunan rencana pembangunan IKN. Hal ini dapat dilakukan dengan
memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam dokumen perencanaan pembangunan IKN,
seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
 Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan pembangunan IKN
Pada tahap pelaksanaan, nilai-nilai Pancasila harus menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan IKN. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan
masyarakat dalam pembangunan IKN, serta dengan mengedepankan prinsip-prinsip
keadilan, keberlanjutan, dan kebudayaan.
 Tantangan dan peluang implementasi Pancasila dalam pembangunan nasional IKN
Terdapat beberapa tantangan dan peluang dalam implementasi Pancasila dalam
pembangunan nasional IKN.
Tantangan yang dihadapi antara lain adalah:
- Masih adanya pemahaman yang kurang tepat tentang nilai-nilai Pancasila
- Kurangnya komitmen dari para pemangku kepentingan untuk
mengimplementasikan Pancasila
- Masih adanya praktik-praktik pembangunan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
Sementara itu, peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah:
- Semangat nasionalisme yang tinggi di kalangan masyarakat Indonesia

2
- Kemajuan teknologi yang dapat memudahkan diseminasi nilai-nilai Pancasila
- Adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mengimplementasikan Pancasila

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perencanaan pembangunan IKN


dapat dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam dokumen
perencanaan pembangunan IKN, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Berikut adalah beberapa contoh implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perencanaan
pembangunan IKN:

1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila pertama, pembangunan IKN harus berlandaskan pada nilai-nilai
ketuhanan, seperti menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kepercayaan, menghargai
perbedaan agama dan kepercayaan, serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman bagi seluruh masyarakat.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kedua, pembangunan IKN harus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan,
seperti menjunjung tinggi hak asasi manusia, menciptakan keadilan sosial, serta
memajukan kesejahteraan umum.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Dalam sila ketiga, pembangunan IKN harus mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa, seperti menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan, serta
menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila keempat, pembangunan IKN harus melibatkan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan, serta
mengedepankan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila kelima, pembangunan IKN harus mengedepankan nilai-nilai keadilan
sosial, seperti pemerataan pembangunan, perlindungan bagi kaum rentan, serta
menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

3
Selain itu, dalam perencanaan pembangunan IKN juga perlu memperhatikan
prinsip-prinsip keadilan, keberlanjutan, dan kebudayaan. Prinsip keadilan bertujuan
untuk memastikan bahwa pembangunan IKN memberikan manfaat bagi seluruh
masyarakat Indonesia, termasuk bagi masyarakat di sekitar IKN. Prinsip
berkelanjutan bertujuan untuk menjamin bahwa pembangunan IKN tidak merusak
lingkungan dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Prinsip kebudayaan
bertujuan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam perencanaan pembangunan IKN,
diharapkan pembangunan IKN dapat mewujudkan pembangunan yang berkeadilan,
berkelanjutan, dan berbudaya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah :

1. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik untuk


mendukung pembangunan nasional ?
2. Bagaimanakah dampak bagi masyarakat mengenai kebijakan pembangunan
nasional IKN ?

1.3 METODE PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kepustakaan (library
research). Fokus peneliti pada berbagai sumber tertulis yang terdapat dalam buku,
jurnal dan bentuk dokumen lain yang memuat mengenai kebijakan-kebijakan publik,
kemudian pembangunan-pembangunan nasional, dan nilai-nilai Pancasila serta pada
substansi peraturan perundang-undangan. Penelitian yang dilakukan dengan cara
membaca buku-buku atau majalah dengan sumber data lainnya dalam perpustakaan.

Library research atau studi kepustakaan menurut pendapat dari Khatibah yaitu
dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan mengumpulkan
data dengan menggunakan metode/teknik tertentu guna mencari jawaban atas
permasalahan yang dihadapi dalam penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan
atau library research, yakni penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data
atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan objek penelitian atau pengumpulan data
yang bersifat kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu

4
masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap
bahan-bahan pustaka yang relevan. Dan alasan menggunakan library research karena
peneliti membutuhkan data-data dari berbagai sumber literatur baik berupa buku,
jurnal penelitian terdahulu sebagai sumber data penelitian guna untuk mendapatkan
landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti mengenai “bagaimana proses
pemilihan brand sesuai syariat dan bagaimana cara branding yang tepat dalam
perspektif islam”. Pendekatan penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang menggunakan pendekatan library research.
Sebelum melakukan telaah bahan pustaka, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu
secara pasti tentang dari sumber mana informasi ilmiah itu akan diperoleh. Adapun
beberapa sumber yang kami digunakan antara lain; Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan; Jurnal Abaska S tahun 2021 berjudul Implementasi Pancasila dalam
Perumusan Kebijakan; Jurnal Deny tahun 2019 berjudul Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas dan sebagainya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1) Pengertian pancasila dan implementasinya dalam kebijakan publik

Pancasila merupakan sebuah gagasan ideologi, bagi Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI), yang telah menempatkan nilai-nilai Ke Tuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia yang merupakan satu kesatuan yang utuh, tentu sangat naif, gegabah, dan
bernuansa provokatif, apabila ada gagasan lain yang ingin menempatkan paham Komunis
Ateisme ataupun Kapitalisme Sekuler ke dalam bingkai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang
diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersamaan dengan batang tubuh
UUD 1945. Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan
pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan
nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi
nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari Implementasi Pancasila Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus
mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini didasarkan pada kenyataan objektif
bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-
benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik
Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas

6
sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dan esensinya, sehingga praktek-praktek
politik yang menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.
2
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran
dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang
masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila. Kedua pokok pikiran
ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di Negara Republik Indonesia.
Pasal 26 (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (2) Penduduk
ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28A – 28J
ini membahas tentang hak asasi manusia mulai dari hak hidup, hak berkreasi dan hak hak
lainnya secara umum. sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan karena menurut pendapat Bakry (2010:
209), aliran yang sesuai dengan sifat dan pikiran masyarakat Indonesia. Berdasarkan
penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subjek pendukung pancasila, bahwa
yang berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah
manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan
merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem
politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia. Dengan kata lain, pembuatan
kebijakan publik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang
kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat.

2) Awal munculnya gagasan pemindahan IKN

Implementasi pancasila dalam perspektif kebijakan publik dalam kerangka pembangunan


nasional juga dapat dilihat dari proses pembangunan IKN. 3Pembangunan IKN sudah ada
perencanaan Pasca Indonesia merdeka, pada awal masa Presiden Soekarno alasan
pemindahan ibukota lebih kepada kondisi politik saat itu yang mana Jakarta banyak memiliki
simbol-simbol penjajahan Hindia-Belanda serta untuk mendistribusikan pembangunan yang
2
Abaska, S, Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan, 2021, 6-7
3
Herdiana, D, Pemindahan Ibukota Negara: Upaya Pemerataan Pembangunan ataukah Mewujudkan Tata
Pemerintahan yang Baik, 2022

7
merata bagi tiap-tiap wilayah, sehingga memunculkan nama Palangka Raya yang memiliki
letak geografis di tengah-tengah negara Indonesia sebagai lokasi strategis ibukota. Pada masa
Presiden Soeharto alasan pemindahan ibukota lebih kepada alasan internal Jakarta yang tidak
lagi dianggap representatif sebagai ibukota, sehingga membutuhkan kota baru yang mampu
mengakomodasi kegiatan pemerintahan tanpa menghilangkan Jakarta sebagai pusat
perekonomian nasional, kemudian Presiden Soeharto pada saat itu mengeluarkan Keputusan
Presiden Nomor 1 Tahun 1997 mengenai pengembangan daerah Jonggol Jawa Barat sebagai
kota mandiri yang diorientasikan menjadi ibukota baru.

Keinginan memindahkan ibu kota mencuat kembali saat era reformasi yang mana Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menggagas pemindahan ibukota di luar pulau Jawa.

Hal serupa dilakukan oleh Presiden Joko Widodo yang menilai perlu adanya pusat
pemerintahan baru di luar pulau Jawa yang terpisah dari pusat bisnis nasional yang
memunculkan wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara sebagai calon ibukota.
Alasan pemindahan ibukota tersebut ditambah dengan kondisi Jakarta yang sudah tidak
memungkinkan lagi untuk dikembangkan menjadi ibukota, baik menyangkut ketersediaan
lahan maupun situasi sosial kemasyarakatan yang tidak optimal dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga Jakarta hanya akan diorientasikan menjadi pusat
perekonomian nasional semata. Pada masa Reformasi, alasan pemindahan ibu kota
setidaknya didasarkan pada dua pertimbangan.

4
Pertama, adanya keinginan mengembangkan daerah di luar Pulau Jawa untuk menciptakan
pemerataan ekonomi dan pembangunan. Hal ini merupakan perpindahan ibu kota negara dan
upaya mewujudkan pemerataan pembangunan dan tata kelola pemerintahan yang baik. Hal
ini disebabkan sebagian besar kegiatan perekonomian terjadi di Pulau Jawa sehingga
menyebabkan adanya perbedaan pembangunan antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
Kedua, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan nasional berdasarkan tata kelola yang
baik, bersih, dan profesional, terdapat keinginan untuk menciptakan permodalan yang
menguntungkan dan responsif.

Alasan pemindahan ibu kota, selain karena faktor dalam negeri Indonesia, juga
mencerminkan keberhasilan pemindahan ibu kota yang dilakukan di beberapa negara, seperti
Amerika Serikat yang memindahkan ibukotanya dari New York ke Washington, DC, Brasil
memindahkan ibukotanya dari Salvador ke Rio de Janeiro. Jerman memindahkan ibukotanya
4
Deny, 2019; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, 2019; Kusuma, 2019 ; Rofik, 2019;
Wikaksono, 2019

8
dari Bonn ke Berlin. Negara ASEAN seperti Malaysia yang memindahkan ibukotanya dari
Kuala Lumpur ke Putrajaya juga dinilai berhasil. Keberhasilan pemindahan ibu kota yang
dilakukan di negara-negara tersebut diharapkan dapat tercermin pada pemindahan ibu kota
yang saat ini dilakukan di Indonesi. Latar belakang rencana perpindahan modal di atas pada
dasarnya mempunyai implikasi tersendiri. Alasan yang didasarkan pada pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan akan mempengaruhi kebijakan pemindahan ibu kota,
namun juga harus dibarengi dengan kebijakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pembangunan di seluruh Indonesia.

Pertanyaannya kemudian adalah instrumen kebijakan apa yang akan diciptakan untuk
mencapai tujuan tersebut dan apakah transfer modal secara otomatis akan mengarah pada
keadilan ekonomi dan pembangunan yang merata. Rencana pemindahan ibu kota yang
dilandasi dengan membangun tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan profesional
masih belum didukung oleh landasan konsep yang kuat melalui berbagai kajian yang
dilakukan pemerintah. Sejumlah kajian mengenai pemindahan ibu kota telah dilakukan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Selain karena masih sedikitnya penelitian yang
dipublikasikan, penelitian-penelitian tersebut masih menjadi perdebata. Sementara itu,
berbagai penelitian yang mengkaji tata kelola pemerintahan Dian Herdiana menunjukkan
bahwa penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masih menghadapi berbagai
permasalahan umum, seperti masalah pelayanan publik dan seringnya korupsi dilakukan oleh
pejabat pemerintah.

3) Kebijakan – kebijakan dalam pemindahan IKN

5
Instrumen kebijakan-kebijakan publik yang muncul dalam pembangunan nasional IKN
meliputi bebarapa aspek antara lain :

1. Kepadatan Penduduk: Jakarta memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, mencapai


16.704 jiwa/km², sementara kepadatan penduduk Indonesia secara keseluruhan hanya
sekitar 141 jiwa/km²
2. Pertumbuhan Ekonomi: Pemindahan ibu kota diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata, terutama di wilayah Indonesia timur

5
Yovanda Balikpapan, Siapkan Payung Hukum, Otorita IKN Jamin Perlindungan Lingkungan dan Kearifan Lokal,
2023

9
3. Dampak Sosial, Budaya, dan Ekologi: Pemindahan ibu kota juga diharapkan dapat
mengurangi beban Jakarta, seperti kemacetan lalu lintas dan tekanan lingkungan, serta
menciptakan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia
4. Implementasi Kebijakan: Pemerintah telah melakukan kajian komprehensif dan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, akademisi, masyarakat lokal, dan
kesultanan di Kalimantan Timur dalam proses pemindahan ibu kota negara
5. Urgensi Pemindahan: Pemindahan ibu kota dianggap penting untuk menjawab
tantangan masa depan, seperti kepadatan penduduk dan kondisi objektif Jakarta yang
tidak lagi cocok sebagai ibu kota negara

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Badan Otorita IKN, Myrna
Asnawati Safitri mengatakan, masalah perlindungan lingkungan hidup menjadi fokus utama
dalam pembangunan IKN. Namun, perlindungan yang dimaksud tidak hanya ekosistem alam
saja, tetapi juga meliputi kebudayaan dan kearifan lokal. Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang PPLH, negara menjamin kelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal,
berupa nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Antara lain, melindungi
dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Dari luas wilayah darat sekitar 256.142
hektar, terbagi menjadi beberapa bagian. Masing-masing, 65 persen berupa kawasan lindung
dan 10 persen untuk produksi pangan. Untuk kawasan kota, akan dibagun seluas 56.180
hektar, yang 50 persen merupakan ruang terbuka hijau dengan desain bangunan
menggunakan konstruksi ramah lingkungan.

Hak guna usaha (HGU) di atas tanah milik pemerintah pusat dan Otorita Ibu Kota Nusantara
(OIKN) di Ibu Kota Nusantara (IKN) bisa mencapai 95 tahun. Hal itu diatur dalam
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan atas Undang-Undang (UU) Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN).

Pada Pasal 15A Ayat (1) disampaikan bahwa tanah di IKN terdiri dari empat kriteria (a)
barang milik negara, (b) barang milik Otorita Ibu Kota Nusantara, (c) tanah milik masyarakat,
dan (d) tanah negara

Tanah di IKN dengan ketentuan barang milik negara merupakan tanah yang dimiliki oleh
pemerintah pusat. Sementara itu, hak atas tanah (HAT) terdiri dari hak milik, hak guna usaha,
hak pakai dan tanah yang dikuasai oleh pihak yang berhak sesuai ketentuan perundang-
undangan di bidang pertahanan. Dalam Pasal 15 Ayat (6) disampaikan bahwa HAT itu bisa
dipakai di atas tanah milik negara, tanah hak milik, dan tanah pengelolaan. Kemudian Pasal

10
16A Ayat (1) mengatur tentang (HGU) di atas tanah milik pemerintah pusat dan OIKN
mencapai 95 tahun melalui satu siklus dan dapat diberikan kembali untuk satu siklus
berikutnya dengan jangka waktu yang sama berdasarkan kriteria dan proses evaluasi. Tapi,
pada bagian Penjelasan Pasal 16A Ayat (1) disampaikan bahwa ketentuan waktu HGU itu
sebagai berikut: a. pemberian hak, paling lama 35 tahun, b. perpanjangan hak paling lama 25
tahun, c. pembaruan hak, paling lama 35 tahun.

Dalam Pasal 42 RUU tersebut dinyatakan bahwa setiap Undang-Undang (UU) yang
bertentangan dengan kebijakan pembangunan IKN dinyatakan tidak berlaku. Klausul itu
tertuang dalam Pasal 42 ayat 1 huruf a dan b.

"Pada saat UU ini mulai berlaku dalam hal kegiatan persiapan, pembangunan, dan
pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggaraan Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara: a. seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan
kebijakan pelaksanaan kegiatan persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara,
serta penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara; dan b. peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah, dinyatakan tidak berlaku,"
demikian bunyi Pasal 42.

4) Konflik Pro dan Kontra pembangunan ibukota baru di Nusantara IKN

6
Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia sebelumnya sudah direncanakan pada presiden-
presiden sebelum Ir. Jokowi dan itu merupakan salah satu alasan mengapa Ibu Kota Negara
dipindah, dan pada masa pemerintahan presiden Jokowi Pemindahan ibu kota negara baru
dapat direalisasikan. pemindahan ibu kota negara memerlukan pertimbahan yang sangat
matang dan juga memerlukan lokasi yang strategis untuk pemindahan ibu kota tersebut.
Alasan selanjutnya mengapa Ibu Kota Negara dipindah karena beban Ibu Kota Negara saat
ini yaitu Jakarta sudah sangat berat dan belakangan ini juga udara di jakarta saat ini sudah
tidak baik lagi karena banyaknya penduduk di Ibu Kota dan mereka memilih untuk bepergian
menggunakan kendaraan bermotor yang mengakibatkan udara di Ibu Kota buruk. Dan alasan
ketiga adalah pemerintah Indonesia ingin mewujudkan pemerataan pembangunan
infrastruktur di luar pulau Jawa, karena memang pada masa pemerintahan Presiden Jokowi
terkenal akan pembangunan infrastruktur di pulau-pulau luar Jawa. Maka dengan selesainya

6
Pro dan Kontra Pemindahan Ibu Kota Negara, 2019

11
Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemindahan Ibu Kota pada awal September 2021,
pembangunan Ibu Kota Nusantara resmi dimulai pada Juli 2022.

Namun dalam rencana pemindahan Ibu Kota ke IKN banyak terdapat tantangan atau
hambatan, mulai dari pembangunan IKN pastinya memerlukan banyak modal. Dapat kita
ketahui bahwa pembangunan IKN mempunyai target anggaran pembangunan sebesar 446
Triliun Rupiah. Hal itu tentu saja memunculkan kontroversi dalam masyarakat yang
bertanya-tanya mengapa harus memindah Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur di tengah
hutan, sedangkan di Ibu Kota yang sekarang yaitu Jakarta sudah banyak infrastruktur yang
cukup bagus dan memadai.
7
Selain persoalan tersebut, dalam hal pembangunan IKN yang dipilihnya di sebuah
kawasan hutan di Kalimantan Timur. Masyarakat menganggap bahwa pembangunan IKN
dilakukan di kawasan hutan yang menjadi paru-paru dunia padahal pada kenyataannya
dibangun pada kawasan budidaya kehutanan yang memang pohon-pohon disitu sejenis yang
dibudidayakan dan bukan merupakan hutan paru-paru dunia yang dimaksud. 8Namun dengan
persoalan tersebut, masyarakat yang berada di wilayah sekitar kawasan tersebut khawatir
jika mereka direlokasi ke lokasi lain. Karena memang keberadaan masyarakat adat di sekitar
Kawasan IKN yang sudah turun temurun mempertahankan eksistensinya sejak generasi awal
dan mereka menggantungkan hidupnya di alam lingkungan sekitar. Hal tersebut tentunya
dapat menghambat pembangunan IKN.
Masyarakat juga khawatir akan bagaimana kualitas udara jika nantinya IKN sudah
berfungsi menjadi pusat pemerintahan dan juga pusat kota, jika nantinya udara yang ada akan
tercemar sama seperti di Jakarta mengapa harus dipindah jika pada nantinya akan mencemari
lingkungan. 9Namun pada dasarnya hal tersebut sudah dipikirkan secara matang oleh
pemerintah bahwa nantinya IKN akan menjadi kota yang ramah lingkungan yang mengusung
konsep Forest City, dimana di IKN kendaraan yang digunakan adalah harus kendaraan listrik,
dan juga energi yang digunakan itu merupakan energi yang dapat terbarukan seperti panel
surya. selain itu tanaman yang ditebang akan diperbaiki dan ditanami lagi pohon-pohon yang
mendukung pelestarian lingkungan.

7
Hidayat, R. (2023). Konflik Agraria Masyarakat Adat dalam Pemindahan Ibu Kota Negara. Prosiding
Konferensi Nasional Sosiologi (PKNS), 1(1), 140-151.
8
Djayanti, H. D., Sumertha, I. G., & Utama, A. P. (2022). Potensi Konflik Sosial Dalam Pemindahan
Ibukota Negara Republik Indonesia. Jurnal Damai dan Resolusi Konflik, 8(1), 1-15.
9
Anggraeni, D, Usung Konsep Forest City yang Modern dan Ramah Lingkungan, IKN Bakal Dihuni Mulai Agustus
2024, 2023

12
Diketahui juga bahwa nantinya ada sejumlah transmigrasi dari masyarakat ke IKN,
jadi penduduk yang ada tidak hanya berpusat di pulau Jawa jadi adanya pemerataan
penduduk. Namun hal tersebut tentu juga menjadi sejumlah permasalahan yaitu nantinya
akan ada ketimpangan sosial antara masyarakat pendatang dan penduduk lokal. Pada masa-
masa awal perpindahan masyarakat tentu saja mengalami culture shock dimana kehidupannya
yang sekarang berbeda dari yang sebelumnya. Hal tersebut tentunya juga dapat memunculkan
etnosentrisme dimana adat kebudayaan yang dibawa oleh suatu orang yang dianggapnya
lebih tinggi daripada kebudayaan lain yang dapat memunculkan suatu konflik. Karena
memang diketahui negara Indonesia adalah negara majemuk yang terdapat keberagaman di
dalamnya. Namun, hal tersebut tentu saja menjadi bahan pertimbangan dari pemerintah.
Dengan adanya konsep dan kebijakan ataupun penyelesaian masalah yang ada oleh
pemerintah maka terdapat sejumlah dukungan dari berbagai kalangan. Dengan
memperhatikan kondisi Jakarta saat ini yang menjadi kota padat penduduk dan dengan
diadakannya migrasi penduduk ke IKN nantinya. Dengan begitu beban kota Jakarta akan
sedikit berkurang karena tidak lagi menjadi kota padat penduduk selain itu polusi yang
ditimbulkan juga akan berkurang.
Selain itu dengan dipindahnya Ibu Kota Negara dan dengan adanya migrasi maka
dapat mewujudkan pemerataan Sumber Daya seperti SDM dan pemerataan Pembangunan
pihak Bappenas juga mengatakan bahwa pemindahan tersebut dapat mengatasi ketimpangan.
Karena memang tujuan dari pembangunan IKN ini tentunya untuk mewujudkan pemerataan
penduduk dan pembangunan negara agar tidak berpusat di pulau Jawa.
Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan juga dianggap strategis karena lokasinya yang
jarang dilalui gempa dibandingkan dengan pulau Jawa karena memang banyaknya gunung
berapi sehingga aman untuk dibangunnya suatu pusat pemerintahan. Hal-hal yang dijelaskan
tersebut diatas dapat menjadi argumen pendukung dalam sebuah pembangunan Ibu Kota.

5) Dampak dari Pembangunan IKN

Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara dan Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, merupakan proyek besar yang telah dimulai sejak tahun
2022. Pembangunan ini diperkirakan akan berlangsung selama 15 tahun, dan akan berdampak
pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik secara positif maupun negatif. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN/Bappenas) menghimpun masukan publik terkait aspek sosial budaya dan

13
sosial ekonomi dalam Dialog Nasional Ibu Kota Negara yang ke-7. Pemindahan Ibu Kota
Negara bertema “Membangun Kualitas Kehidupan Sosial Budaya” di Balai Purnomo Prawiro
pada hari Selasa (25/02). Pemindahan Ibu Kota Negara akan berdampak besar bagi struktur
masyarakat, cara hidup, serta aspek sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

 Dampak positif pembangunan IKN


Dampak positif pembangunan IKN dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu dampak
ekonomi dan dampak sosial.
a) Dampak ekonomi
Pembangunan IKN diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap
perekonomian nasional, antara lain:
 Meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur
dan sekitarnya
 Meningkatkan distribusi pembangunan dan pemerataan ekonomi di luar
Jawa
 Menciptakan lapangan kerja baru
 Meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional
b) Dampak sosial
Pembangunan IKN juga diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap
masyarakat, antara lain:
 Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di Kalimantan Timur
 Meningkatkan kesempatan kerja dan pendidikan
 Meningkatkan aksesibilitas dan infrastruktur
 Menciptakan integrasi sosial dan budaya antardaerah

 Dampak negatif pembangunan IKN


Selain dampak positif, pembangunan IKN juga diperkirakan akan menimbulkan
dampak negatif, antara lain:
a) Dampak lingkungan
Pembangunan IKN akan berdampak pada lingkungan, antara lain:
 Menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan
 Meningkatkan pencemaran air dan udara

14
 Meningkatkan risiko bencana alam
b) Dampak sosial
Pembangunan IKN juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat,
antara lain:
 Meningkatkan konflik sosial, terutama antara masyarakat lokal dan
pendatang
 Meningkatkan kesenjangan sosial, terutama antara masyarakat kaya dan
miskin
 Meningkatkan urbanisasi yang tidak terkendali

 Upaya mitigasi dampak negatif pembangunan IKN


Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memitigasi dampak negatif
pembangunan IKN, antara lain:
 Melakukan penanaman kembali hutan yang ditebang untuk pembangunan IKN
 Membangun infrastruktur sanitasi dan pengelolaan limbah yang ramah
lingkungan
 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
 Melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat lokal

Presiden Joko Widodo telah membuat keputusan untuk memindahkan Ibu Kota Negara (IKN)
ke Kalimantan Timur yang disampaikan dalam konferensi pers di Istana Negara pada tanggal
26 Agustus 2019. Berbagai faktor menjadi pertimbangan perlunya dilakukan pemindahan
IKN. Faktor sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan kemanan, bahkan sampai
dengan potensi bencana alam menjadi pertimbangan pentingnya IKN dipindahkan dari
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Kepadatan penduduk yang tidak merata dan
cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa telah berdampak pada kesenjangan dalam berbagai
aspek dan stagnasi ekonomi yang tidak kunjung dapat diperbaiki.

Kesenjangan sosial ekonomi dan kependudukan merupakan salah satu faktor pendorong
rencana pemindahan IKN Republik Indonesia. Sekitar 57,4% penduduk Indonesia
terkonsenterasi di Pulau Jawa. Sementara sebaran penduduk di Sumatera sebesar 17,9%, Bali
dan Nusa Tenggara 5,5%, Kalimantan 5,81%, Sulawesi 7,31%, Maluku dan Papua 2,61%.
Padatnya jumlah penduduk di Pulau Jawa menunjukkan adanya aglomerasi pembangunan

15
dan kemajuan yang tinggi di Jawa dan sebaliknya ketertinggalan di wilayah lainnya.
Pemindahan IKN ke luar Jawa bertujuan untuk mengurangi beban ekologis kota Jakarta yang
sudah sangat berat. Jakarta telah mengalami kemacetan parah, serta polusi dan air yang
semakin buruk.

Penetapan perpindahan ibu kota ke wilayah Timur Indonesia diharapkan dapat mengurangi
kesenjangan dan mewujudkan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan, serta
mewujudkan ibu kota baru yang sesuai dengan identitas bangsa. Secara spesifik, lokasi inti
yang ditetapkan sebagai IKN baru terletak di sebagian wilayah dari dua kabupaten, yaitu
Kabupaten Penajem Paser Utara (PPU) dan Kabupaten Kutai Kertanegara (KuKar). Ibu Kota
Negara Baru mempunyai lima visi, yaitu sebagai simbol identitas bangsa; sebagai kota yang
smart, green, beautiful dan sustainable; modern dan berstandar internasional; tata kelola
pemerintahan yang efisien dan efektif; serta sebagai pendorong pemerataan ekonomi di
Kawasan Timur.

Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata, MCRP, Ph.D selaku Deputi Bidang Pengembangan
Regional Bappenas, menjelaskan “total luas wilayah Ibu Kota Negara adalah 256.142,72
hektar. Terdiri dari 5.664 hektar rencana kawasan Inti Pusat Pemerintah, 56.180,87 hektar
rencana kawasan Ibu Kota Negara dan selebihnya rencana kawasan perluasan Ibu Kota
Negara”.

Bappenas mengkajian, mengumpulkan data dan melakukan analisis yang difokuskan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis aspek-aspek kehidupan masyarakat lokal meliputi,
Karakteristik sosial-budaya, karakteristik sosial-ekonomi. Analisis permasalahan dan dampak
negatif yang mungkin timbul dari pemindahan dan kehadiran IKN terhadap masyarakat lokal.
Rumusan pegangan prinsip (guiding principles) kebijakan sosial pemindahan IKN.

“Perkiraan kondisi sosial dan budaya yang akan terjadi nantinya di Ibu Kota Negara Baru,
keberagaman budaya makin meningkat bukan hanya etnis tapi ekonomi dan tingkat
pendidikan, urbanisasi dan mengarah munculnya kota metropolitan, terbukanya peluang
usaha dan bekerja yang dapat memicu konflik sosial antar kelompok etnis serta keberadaan
simbolisasi nasional dan kekayaan budaya lokal di Ibu Kota Negara” tambah Rudy
Soeprihadi.

16
10
Pemindahan IKN diharapkan dapat menguatkan ketahanan masyarakat Kalimantan, baik
secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya sehingga tidak menyebabkan terpinggirnya
masyarakat lokal oleh pendatang. Pendatang tidak hanya ASN namun juga keluarga dan
pelaku ekonomi lainnya. Dalam rencana pemindahan aparatur sipil negara (ASN),
berkembang dua skenario yang memperkirakan perpindahan sebesar 182.462 orang ASN dan
118.513 orang ASN (jika dibatasi umur hingga 45 tahun).

Perpindahan ASN tersebut akan diikuti dengan keluarga dan pelaku ekonomi lainnya, yang
diperkirakan sebesar 1,5 juta orang di masa mendatang. Masyarakat berharap agar integrasi
kehidupan masyarakat yang berkeadilan dapat terjadi sehingga manfaat pembangunan IKN
dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalimantan khususnya dan Indonesia umumnya.

Lokasi inti IKN direncanakan akan menempati sebagian wilayah Kabupaten PPU dan
Kabupten KuKar. Saat ini, penduduk di Kabupaten PPU berjumlah 160,9 ribu jiwa, dan di
Kabupaten Kukar berjumlah 786,1 ribu jiwa. Sedangkan total penduduk Kalimantan Timur
saat ini berjumlah 4.448.763 jiwa. Mayoritas penduduk Kalimantan Timur saat ini didominasi
oleh pendatang yang berasal dari Jawa, Bugis, dan Banjar, serta berbagai etnis lainnya dalam
jumlah yang relatif lebih kecil.

6) Penerapan Pancasila dalam pembangunan IKN

11
Berdasarkan Lampiran Angka 2 UU No. 12/2011, landasan filosofis merupakan
pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan perwujudan dari cita hukum yang
meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan
dari falsafah tersebut maka Rancangan Undang-Undang tentang IKN telah sesuai atau tidak
bertentangan dengan Pancasila dan Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

10
Natalis Dies, Tantangan Membangun Ibu Kota Negara Baru, 2020

11
Ghafur Jamaludin, Indonesia Darurat Peraturan; Landasan Filosofis, 2018

17
12
Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara ini adalah upaya untuk
mewujudkan 2 dari 4 tujuan nasional sebagaimana yang termaksud dalam Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Landasan filosofis pemindahan IKN
harus sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila, diantaranya yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, pemindahan IKN diharapkan bisa menjaga keselarasan
hubungan, keserasian, dan keseimbangan antar umat beragama dan antara masyarakat
dengan Sang Pencipta.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. IKN diharapkan bisa memperlakukan dan
mengakui harkat dan martabat manusia tanpa dipengaruhi oleh SARA
3. Persatuan Indonesia, IKN diharapkan bisa menjadi tempat berlindung bagi seluruh
lapisan rakyat Indonesia, serta mampu mengedepankan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan. Diharapkan kepemimpinan IKN dapat menghargai
setiap orang tanpa membedakan apapun. Dengan itikad baik menerima dan
bertanggung jawab atas hasil musyawarah mufakat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia IKN diharapkan dapat menjalankan
pemerintahan yang adil, jujur, dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Meskipun demikian, masih belum ada penjelasan yang ilmiah dan rinci terkait pertimabangan
apa saja yang menjadi dasar dibutuhkannya RUU ini. Di dalam naskah akademik hanya
menjelaskan tidak adanya poin yang melanggar sila Pancasila. tetapi tidak serta merta
menjadikannya telah memenuhi landasan filosofis. Menurut Kaelan, dalam upaya aktualisasi
Pancasila sebagai landasan filosofis terdapat nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.
Oleh karena itu, untuk dapat menghubungkan bagaimana maksud dari RUU IKN perlu
dihubungkan dengan nilai tersebut agar landasan filosofis secara akademik dapat
diterjemahkan dengan baik.

12
Ulhaq Z J M, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 3
Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara, 2022

18
Dalam menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang baik dan ideal perlu
dilandasi oleh asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan agar terhindar dari
kecacatan dan kesalahan dalam pembentukan norma. Asas-asas pembentuk peraturan
perundang-undangan terbagi menjadi dua yaitu asas formal dan materiil. Asas-asas formal
meliputi asas tujuan yang jelas demi keadilan, asas lembaga yang tepat untuk membentuk
undang-undang, asas perlu pengaturan, asas dapat dilaksanakan, dan asas konsensus. Yang
termasuk asas materiil meliputi asas terminologi dan sistematika yang benar, asas dapat
dikenali, asas perlakuan yang sama dalam hukum, asas kepastian hukum, dan asas
pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual.

13
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik, yaitu :

1. Asas kejelasan tujuan, asas ini memiliki arti bahwa setiap pembentukan peraturan
perundangan-undangan harus memiliki tujuan yang jelas atas apa yang ingin dicapai.
Tujuan dari UU IKN ini adalah menciptakan ibu kota negara sebagai kota yang
berkelanjutan, menjadi penggerak ekonomi negara di masa depan, serta menjadi
identitas nasional
2. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas ini memiliki arti bahwa
setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau
pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang, Peraturan
Perundangundangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang. UU IKN ini sudah dibuat
oleh lembaga yang berwenang, yaitu legislatif (DPR)
3. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas ini memiliki arti
bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-Undangan. Jenis dan hierarki UU IKN berada pada tingkat ketiga yaitu
Undang-Undang. Materi muatan yang termuat dalam UU IKN mencakup beberapa
asas, diantaranya yaitu :

13
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan

19
 Asas Ketuhanan, materi muatan UU ini memberikan perlindungan dan
penghormatan atas kebebasan beragama dan menjalankan ibadah bagi
masyarakat khususnya di IKN.
 Asas Pengayoman, materi muatan UU ini memberikan perlindungan dan
menciptakan ketentraman masyarakat.
 Asas Kemanusiaan, materi muatan UU ini mencerminkan perlindungan dan
penghormatan HAM serta harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara maupun dalam pelaksanaan kegiatan
persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara.
 Asas Kebangsaan, materi muatan UU ini senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

20
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pancasila merupakanlah pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia, dalam hal
ini Pembangunan Publik harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia memanglah sudah digagas oleh presiden-presiden
yang menjabat sebelum Presiden Jokowi, dan memang pemindahan Ibu Kota tersebut barulah
bisa terealisasikan pada masa pemerintahan Presiden Jokowi. Dengan disahkannya RUU
pemindahan Ibu Kota maka Pembangunan IKN resmi dimulai.
1. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik untuk mendukung pembangunan
nasional
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik untuk mendukung
pembangunan nasional melibatkan berbagai aspek, termasuk politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan pertahanan keamanan. Pancasila harus menjadi acuan utama dalam merumuskan
kebijakan, menginspirasi, dan mengarahkan isi, proses, dan hasil kebijakan. Implementasi
Pancasila dalam kebijakan publik mencakup menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur
budaya bangsa, mengembangkan potensi ekonomi, serta memastikan partisipasi dan peran
aktif masyarakat. Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan sejak proses awal hingga
akhir pembentukan peraturan perundang-undangan, melibatkan partisipasi masyarakat, dan
memerlukan upaya yang berkelanjutan.
2. Dampak bagi masyarakat mengenai kebijakan pembangunan nasional IKN
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara dan Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, diperkirakan akan memberikan dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya meliputi peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kualitas hidup masyarakat, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan aksesibilitas
dan infrastruktur. Sementara itu, dampak negatifnya mencakup deforestasi, pencemaran
lingkungan, konflik sosial, dan urbanisasi yang tidak terkendali.

SARAN

Dalam menyusun makalah ini, kelompok kami menyadari sepenuhnya bahwa isi dari
makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah berikutnya. Dan alanglah

21
baiknya jika Pembangunan di negri ini berlandaskan dengan nilai-nilai Pancasila agar
berjalan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Pancasila Bapak Iswantoro, S.H., M.H. yang telah memberi kami tugas
kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk bangsa dan negara.

22
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, E. Implementasi Nilai Pancasila dalam Pembangunan Ekonomi 2018


Abaska, S, Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan, 2021, 6-7
Herdiana, D, Pemindahan Ibukota Negara: Upaya Pemerataan Pembangunan ataukah
Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik, 2022
Yovanda Balikpapan, Siapkan Payung Hukum, Otoritas IKN Jamin Perlindungan Lingkungan
dan Kearifan Lokal, 2023
Pro dan Kontra Pemindahan Ibu Kota Negara, 2019
Hidayat, R. (2023). Konflik Agraria Masyarakat Adat dalam Pemindahan Ibu Kota Negara.
Prosiding Konferensi Nasional Sosiologi (PKNS), 1(1), 140-151.
Djayanti, H. D., Sumertha, I. G., & Utama, A. P. (2022). Potensi Konflik Sosial Dalam
Pemindahan Ibukota Negara Republik Indonesia. Jurnal Damai dan Resolusi Konflik,
8(1), 1-15.
Anggraeni, D, Usung Konsep Forest City yang Modern dan Ramah Lingkungan, IKN Bakal
Dihuni Mulai Agustus 2024, 2023

Natalis Dies, Tantangan Membangun Ibu Kota Negara Baru, 2020


Ghafur Jamaludin, Indonesia Darurat Peraturan; Landasan Filosofis, 2018
Ulhaq Z J M, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia Berdasarkan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara, 2022
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan

23

Anda mungkin juga menyukai