12 Ordo Tanah
12 Ordo Tanah
Pencucian karbonat
Pencucian besi dan braunifikasi
Pembentukan epipedon okhrik (horizon A)
Pembentukan horizon albik
Pengendapan argillan
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah ini
mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, dan cadangan unsure hara tinggi.
Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi reaksi kimia berjalan lambat.
Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak daripada yang dibentuk
melalui proses pembentukan tanah.
Pengendapan secara terus menerus, menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat daripada
pengendapan.
Imobilisasi plasma tanah menjadi bahan inert.
Bahan induk yang sangat sukar melapuk (inert) atau tidak permeabel sehingga air sukar menyerap dan
reaksi-reaksi tidak berjalan.
Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain.
Diferensiasi oleh bahan organic tidak dapat terjadi.
Selalu jenuh air atau tergenang, dapat menghambat perkembangan horizon.
Waktu yang singkat tidak memungkinkan perkembangan tanah.
Perubahan yang drastis dari vegetasi.
Prolifirasi akar-akar rumput, yaitu penyebaran akar-akar ke dalam tanah profil tanah.
Pelapukan bahan organic di dalam tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil dan berwarna gelap
(polisakharida dan liat).
Pencampuran bahan organic dan bahan mineral tanah karena kegiatan organisme sehingg aterbentuk
kompleks mineral-organik yang berwarna kelam, krotovinas atau gundukan-gundukan.
Eluviasi dan iluviasi koloid organic dan beberapa koloid mineral melalui rongga-rongga tanahsehingga
terdapat selaput bahan organic yang berwarna hitam disekeliling struktur tanah.
Pembentukan senyawa lingo protein yang resisten sehingga warna tanah menjadi hitam meskipun telah
lama diusahakan untuk pertanian.
Bahan induk: bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan vulkanik masam.
Iklim: harus ckup panas dan basa, di daerah iklim sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8 Celcius,
sampai di daerah tropika.
Vegetasi: di daerah iklim sedang didominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.
Ralief: Berombak sampai berbukit.
Umur: Tua
12. Gelisol
Merupakan tanah mineral atau organik di daerah kutub yang mengalami cryoturbasi sehingga membentuk
horison yang tidak teratur, pencampuran horison, akumulasi bahan organik di atas dan di dalam permafrost, fragmen,
batuan teroriemtasi dan lapisan-lapisan yang diperkaya debu.
Proses crypedogenik yang menghasilkan bahan gelik disebabkan oleh perubahan volume dari air menjadi es,
perpindahan air sepanjang gradien termal dalam sistem yang membeku dan lain-lain.
Karena suhu yang sangat rendah sepanjang tahun (permafrost), maka tidak ada tanaman yang tumbuh di daerah ini.
(Hardjowigeno, 2003, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis)
MACAM-MACAM ORDO TANAH
1. Ultisols
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat
masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Seperti dibawah ini :
Fisik: Kimia:
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
1. Untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan ,
penambahan BO, dan penanaman tanaman adaptif.
2. Penerapan teknik budidaya tanaman lorong ( tumpang sari ), terasiring, drainase dan pengolahan tanah
yang seminim mungkin.
3. Memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput atau alang-alang.
4. Melakukan rotasi tanaman untuk menjaga ketersediaan unsur hara.
5. Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan
ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih
ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.
Lokasi/ Ha
Ultisol di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia (Subagyo et al. 2004).
1. Harus adanya penutup lahan agar tanah tidak terkena sinar matahari langsung seperti Pemberian mulsa,
berupa sisa-sisa tanaman, untuk mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi alian permukaan/erosi,
dan menambah bahan organik.
2. Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan
ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih
ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.
3. Penanaman pohon-pohon produktif, yang menghasilkan buah, getah dan produk lainnya, yang dapat
melindungi permukaan tanah dari terpaan air hujan dan aliran permukaan.
4. Untuk tanaman pangan dilakukan pergiliran tanaman.
2. Entisols
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan
dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Entisol terjadi di
daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau
pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
Faktor Kendala
1. Iklim yang sangat ekstrim basah atau kering, sehingga perombakan bahan induk terhambat.
3. Adanya faktor erosi yang selalu menggerus epipedon, sehingga tidak pernah terbentuk horison iluviasi.
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
1. Entisol merupakan tanah yang tersebar luas di permukaan bumi mulai dari kutub sampai dengan daerah ekuator.
3. Jenis tanah ini bnyak ditemukan di Irian Jaya (5.6 juta ha)Kalimantan Tengah(1.54 juta ha),Sumatera
Selatan(1.27 juta ha) dan NTT (0.91 juta ha).
1. Untuk entisol yang disawahkan memerlukan upaya pemantauan dari satu periode ke periode lainnya,
dikhawatirkan timbulnya degradasi akibat budidaya
2. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini sebaiknya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan
sayuran/palawija
3. Entisol yang tergolong suborder Psamment di mana tekstur pasir sangat mendominasi, maka pemanfaatannya
diarahkan kepada kawasan lindung mutlak.
4. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini sebaiknya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan
sayuran/palawija
3. Histosols
2. Berwarna kroma mantap atau meningkat dengan bertambahnya kedalaman dan mempunyai warna kurang dari 3.
5. Tekstur beragam.
8. Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20%
(untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan
organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
Faktor Kendala
1. pH rendah.
2. Jenuh air.
3. Drainase jelek.
4. Air tanah dangkal.
5. Daya penyangga mekanis jelek.
6. Miskin unsur hara.
7. Mudah terbakar.
Cara Pengendalian
1. Pengapuran.
2. Pemupukan unsure makro dan mikro.
3. Pembuatan saluran drainase.
4. Dijadikan kawasan konservasi.
5. Tidak menebang dan membabat vegetasi didaerah tersebut.
Lokasi/ Ha
Histosols tersebar hampir diseluruh dunia meskipun hanya meliputi 2% dari luas dunia.Sebagaian besar tersebar di
Asia Selatan pada daerah tropika basah dan konsentrasi di sekitar flat sunda(Malaysia dan Kalimantan)lebih dari 20
juta ha .17 juta ha berada di Indonesia meliputi sumatera 9,7 juta ha dan Kalimantan 6,3 juta ha.
1. Padi sawah.
2. Tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibudidayakan pada lahan gambut tetapi yang paling
berhasil atau menunjukkan harapan adalah tanaman sayuran seperti : buncis, kacang panjang, bayam.
Tanaman buah-buahan (seperti nanas, pepaya dan rambutan). Dan tanaman perkebunan (terutama kelapa,
kelapa sawit, kopi dan karet)
4. Inceptisols
1. Tanah dengan horison bawah penciri kambik, telah terdapat proses pembentukan tanah alterasi.
2. Kenaikan liat pada horison B dan perubahan warna (hue dan croma bertambah tinggi)
3. Tekstur beragam dari kasar hingga halus (tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya)
4. Cukup subur.
5. Kedalaman efektif beragam dari dangkal hingga dalam.
6. Merupakan tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profilnya lebih lemah dibanding
dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
1. Memerlukan masukan yang tinggi baik masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P dan K) maupun
masukan organik (pengembalian sisa panen ke dalam tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau).
2. Memiliki tingkat kelerengan tinggi maka harus dengan pola tanaman tahunan atau agroforestry.
Lokasi/ Ha
Inceptisols ditemukan hampir diseluruh daratan Indonesia yaitu Irian Jaya(15.49 juta ha),Kalimantan Timur(6.12 juta
ha),Kalimantan Tengah(4.21 juta ha), dan Maluku(4.0 juta ha).
Pada umumnya inceptisols di Indonesia digunakan untuk pertanaman padi sawah dan sebaiknya untuk tanaman
budidaya yang semusim apabila didaerah yang kemiringannya datar. untuk bercocok tanam hortikultura tanaman
pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain
sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata.
5. Alfisols
Faktor Kendala
1. Pada beberapa tempat di jumpai kondisi lahan berlereng dan berbatu.
2. Horison B argilik dapat mencegah distribusi akar yang baik pada horison B bertekstur berat.
3. Rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium.
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Penyebaran alfisol di Indonesia terdapat dipulau Jawa,Sumatera,Irian Jaya,Bali,Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000 hektar. di Sulawesi lusa areal tanah Alfisol ini 2.930.000 hektar dan
juga ditemukan di Irian Jaya 106.000 hektar.
Penggunaan Alfisol di Indonesia diusahakan menjadi pesawahan (padi) baik tadah hujan atau pun
berpengairan,perkebunan(buah-buahan ),tegalan, hutan produsi(sengon) dan pedang rumput.
6. Vertisols
1. Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di
seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga
tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
2. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari
asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol
dengan ESP yang tinggi.
3. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH
yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi.
Faktor Kendala
1. Vertisol pada umumnya memiliki tekstur liat, kandungan liat berkisar antara 35% hingga 90% dari total
tanah. Kandunga liat di seluruh lapiran tanah bukan merupakan pross translokai melainkan berasal dari
bahan induk.
2. Terjadi rekahan saat musim kemarau.
3. Kejenuhan basa tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH
yang relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang.
4. Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara terbesar pada
Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm.
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Tanah-tanah ini banyak ditemukan kebanyakan di NTT(0.198 juta ha),Jawa Timur(0.96 juta ha),NTB(0.125 juta
ha),Sulawesi Selatan(0.22 juta ha),dan Jawa Tengah(0.4 juta ha).
1. Kapas,seringkali air melalui irigasi dan dapat tumbuh pada kisaran yang luas.
2. Sorgum,pensetum dan sesame, dapat tumbuh pada curah hujan 200mm/tahun atau lebih besar.
3. Padi dengan sistem irigasi yang sudah baik.
4. Tanaman-tanaman lain yang terdapat adalah jagung,rumput makanan ternak,bunga matahari,risius,gula
beet,tembakau.
7. Andisols
1. Berkembang dari bahan induk abu vulkan, batu apung (pumice) dan sinder.
2. Banyak mengandung mineral dalam tanah.
3. Potensi fiksasi fosfat tinggi.
4. Daya menahan air tinggi.
5. Porositas tinggi dan permeabilitas cepat.
6. Berat Isi tanah rendah.
7. Ketebalan solum antara 100 sampai 225 cm.
8. Warna hitam, kelabu sampai coklat tua.
9. Tanah mineral dengan sifat andik.
10. Tanah mineral yang tidak memiliki horison argilik, natrik, spodik dan oksik.
11. Mempunyai satu atau lebih dari : epipedon histik, molik, umbrik,
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Total luasan sekitar 5.39 juta ha atau 2.9% dari lahan yang ada di Indonesia dengan penyebaran Sumatera Utara
(1.06 juta ha),Jawa Timur(0.73 juta ha),Jawa Barat(0.50 juta ha),Jawa Tengah(0.45 juta ha),dan di Maluku(0.32 juta
ha).
Ø Usaha Pertanian Yang Cocok
Dari semua pemanfaat tersebut dilakukan kajian yang intesif terhadap kemiringan lahan agar tidak terjadi erosi yang
tinggi.
8. Oxisols
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan
liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-
batas horison yang tidak jelas. Tanah yang memiliki horizon oksik atau kandik dengan cadangan mineral yang
sedikit. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah
Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Diuraikan dibawah ini :
Fisik:
1. Tekstur oxisol sedang hingga halus, memiliki kandungan debu yang sangat rendah.
2. Rasio antara debu terhadap lempung atau liat pada suatu sample tanah berada di bawah 0,15.
3.
3. Bulk density rendah, berkisar antar 1-1,3 gr/cm
4. Kemampuan menahan airnya rendah jika di bandingkan dengan tanah yang lain.
Kimia:
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
1. Tidak menggangu tanaman alami pada tanah oxisols, didaerah yang berlereng.
2. Membuat irigasi untuk suplai air.
3. Pemupukan tanah agar suplai unsur hara yang di butuhkan tersedia.
4. Memperbaiki sifat kimia dengan cara pengapuran dan penambahan BO.
Lokasi/ Ha
Tanah-tanah sudah tua total luas tanah ini sekitar 14.11 juta ha atau 7.5% dari total lahan Indonesia dam menyebar
di Sumatera Selatan (2.82 juta ha),Irian Jaya (2.41 juta ha),Kalimantan Tengah(2.06 juta ha),Kalimantan Barat (1.79
juta ha),Jambi(1.14 juta ha) dan Lampung(1.01 juta ha).
9. Spodosol
1. Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan
Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang
berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
2. Adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu ( horizon albik ) di atas lapisan lempung berpasir
yang berwarna gelap
3. Terbentuknya tanah ini pada bahan induk pasir kuarsa dipercepat oleh adanya vegetasi yang menghasilkan
seresah masam.
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Luas penyebaran tanah darat lebih kurang 200 juta ha.dengan luas dan penyebaran kemapuan wilayah seluas
162,335 juta ha.atau81% tersebar di Sumatera(47,270 juta ha),Kalimantan (53,966 juta ha),Sulawesi(18,904 juta
ha)dan Irian Jaya(42,195 juta ha),Dari 162,335 juta ha.luas daratan tersebut 124,044 juta ha berwujud tanah kering
dan 38,291 juta ha berwujud tanah basah.
Tanah yang mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan organik yang tinggi.
Tanah ini kaya akan kation-kation basa, oleh karena itu tanah ini juga tergolong sangat subur. Mollisol secara
karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang sedang. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila
kering.
Sifat Fisik
1. Memiliki warna gelap, kroma velue kurang dari 3,5 (lembab) dan kurang dari 5,5 (kering).
2. Struktur gembur tidak keras, berbentuk prisma
3. Tekstur halus sampai sedang.
Sifat Kimia
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
1. Memanfaatka tanah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan ilmu pengetahuan
yang jelas.
2. Budidaya tanaman semusim yang akarnya tidak lebih dari 50cm.
Lokasi/ Ha
Irian jaya, NTT, Kalimantan timur, Sulawesi tangah, dan Jawa timur.
Cocok untuk usaha budidaya tanaman semusim yang memiliki akar pendek seperti jagung, kacang tanah, dan padi.
11. Aridisols
Reaksi-eaksi fisik, kimia dan biologi berjalan lambat karena kurangnya air. Akibatnya aridisol merupakan tanah yang
memiliki sifat hampir sama dengan bahan induknya. Aridisol memiliki KB tinggi karena rendahnya proses pencucian.
Aridisol memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan tidak adanya proses feritisasi. Serta tidak ditemukannya
horizon eluviasi. Pada beberapa aridisol, di permukaan tanah sering ditemukan adanya gravel pavement.
Ditemukanya caliche atau lapisan akumulasi karbonat, ini terjadi karena CaCO3 di endapkan oleh air perkolasi yang
mulai habis. Selain itu juga ditemukan horizon salik dan natrik
Faktor Kendala
1. Tanah-tanah yang berada di daerah-daerah dengan tingkat kekeringan yang ekstrem (sangat kering),
bahkan sekalipun untuk petumbuhan vegetasi-vegetasi mesopit (seperti rumput).
2. Selama musim kering biasanya terganggu oleh gundukan pasir serata erosi yang disebabkan arah angin
yang cepat.
3. Terjadinya pengerasan alga yang menyebabkan penurunan laju masuknya air (infiltrasi) bahkan dapat
mencapai nol, hal ini dapat meningkatkan besarnya run off, banjir bandang, erosi parit yang parah saat
musim penghujan yang berkepanjangan.
4. Ketersediaan air sedikit bahkan tidak ada.
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Di Indonesia tanah jenis ini hamper tidak ditemukan. Bahan induk tanah ini adalah batu kapur.Adapun di jumpai
hanya sedikit tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
karena lingkungannya yang kering, Aridisol termasuk sangat sulit dimanfaatkan sebagai lahan untuk bercocok tanam.
Tetapi dapat dilakukan budidaya tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi dan
membutuhkan air yang sedikit, misalnya tebu dan nanas.