“Tanyakanlah hati anda!”, seringkali dilontarkan oleh seseorang kepada temannya yang bimbang akan
suatu pilihan. Kalimat yang kerap dianggap tepat untuk membantu atau memecahkan suatu perkara yang masih
samar.
Namun, kalimat tersebut memberikan kesan; seolah orang yang ragu atau bimbang pada pilihannya;
jarang bertanya pada hatinya atau bahkan hanya melakukannya disaat genting saja. Padahal, hati merupakan
bagian yang tak mungkin lepas dari insan. Sebagian mungkin beranggapan, bahwa hal demikian dikarenakan
Maka, mereka mencoba untuk mengetuk kembali pintu hati tersebut untuk memastikan keberadaanya.
Tapi, tetap saja kalimat tersebut bukan bak mantra yang dapat secara instan menyihir suatu perkara lalu
menyelesaikannya.
Begitupun kalimat “Hati-hati dengan hati!” yang terdengar lebih kasar dan berlebihan dalam menyikapi
hati dan seakan ia bukan salah satu bagian dari insan, yang pada akhirnya memberikan kesan buruk terhadap
hati itu sendiri. Tentu pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
Berbeda halnya, jika yang dimaksud adalah agar kita tidak mengotorinya atau memasukkan hal negatif
di dalamnya lalu senantiasa memilah dan menyaring segala hal terlebih dahulu; tentu yang demikian adalah
benar. Walaupun, secara konteks masih kurang tepat untuk dijadikan pegangan.
Adapun pernyataan “jadilah pengendali hati” seolah menyamakan hati dengan sesuatu yang dapat
dikendalikan, baik mudah ataupun sulit melakukannya. Bahkan, terkesan merendahkan kedudukan hati tersebut
dan bertolak belakang dengan hakikatnya sebagai sesuatu yang suci dengan kata lain; memiliki kedudukan yang
tinggi dalam mengorganisir setiap sikap dan tingkah laku seorang insan.
Tentu kita sebagai pemilik hati tidak ingin dianggap asing olehnya sehingga kita ragu tuk bertanya,
atau menganggapnya sesuatu yang berbahaya sehingga takut tuk mendekatinya, apalagi merendahkannya
disaat kita butuhkan, yang tidak akan pergi disaat kita salah, karena ia akan meluruskan. Yang tanpa ditanya,
ia mampu memahami dan memberikan jawaban. Yang takkan menusuk dari belakang sehingga kita takut
merangkulnya. Yang tidak untuk dikendalikan atau mengendalikan, karena ia dan kita sama; tidak diatas
maupun dibawah. Yang bersama kita dalam ruang dan waktu, tak terlepas antara satu dan lainnya, karena kita
satu.
Terlebih dahulu kita kenali kembali hati kita, mulai dari apa yang disukainya sampai yang tidak disukai.
Karena hati merupakan bagian yang sangat penting bahkan yang paling diperhatikan oleh Allah SWT,
sebagaimana bunyi sebuah hadits; dari Abu Hurairah RA. Bahwasannya Rasulullah SAW berkata:
)ن الل ّه لا ينظر إلى صوركم وأموال كم ول كن ينظر إلى قلوبكم وأعمال كم (رواه مسلم
ّ إ
“Sesungguhnya, Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kamu. Tetapi, Allah melihat kepada hati dan amal
Maka, sebagai seorang muslim, seyogyanya kita senantiasa meningkatkan iman sebagai suplemen hati
yang akan menghasilkan dzikir di setiap kegiatan yang akan kita lalui. Nah, dzikir inilah yang paling disukai
hati, yang darinya akan menghadirkan taqwa lalu melahirkan berbagai akhlak mulia di kemudian hari. Dzikir
itu banyak dan beragam, yang intinya menyebut dan mengingat nama Allah SWT. sehingga Ia akan
ُ ۡ ُ ۡ ُ ُ ۡ ۡ ُُ ي
َِ ونَأذك ۡرك َۡمَوَٱشك ُرواََ ِِلَوَلَتكف ُر
١٥٢ون َ ِ فَٱذكر
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingatmu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
Agar hati kita tetap setia menjadi sahabat. Maka, kita harus menghindari dan meninggalkan apa-apa
yang tidak disukainya, seperti: iri, dengki, sombong, dsb. Karena yang demikian akan merusak hubungan kita
dengan hati. Iblis pun dikeluarkan dari surga disebabkan kesombongannya, Apalagi kita yang di dunia.
Rehabilitas hati
Karena kita adalah manusia biasa, tentu tak luput dari salah dan dosa yang disebabkan oleh hawa nafsu.
Ketika kita menuruti hawa nafsu, hatipun akan tersakiti. Dan harus kita ingat, bahwasannuya, setiap penyakit
memiliki obat.
Da’ merupakan penyakit yang melekat pada lahir, seperti demam, pusing, dll. Yang dapat disembuhkan
dengan obat resep dokter yang dalam bahasa arab disebut dawa’ ()دواء.
Sedangkan maradh ( )مرضmerupakan penyakit batin atau yang melekat pada hati yang hanya bisa
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu; dan mereka mendapat azab yang pedih,
Maradh dapat disembuhkan dengan perbanyak dzikir dan Sholawat, berdzikir dengan membaca Al-
Qur’an dan mengamalkannya, saking luar biasanya mu’jizat Al-Qur’an, ia dapat menjadi obat penyakit batin
dan lahir.
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman,
sedangkan bagi orang yang dzalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian) QS. Al-Isra’: 82
Jika dengan membacanya saja mendapat rahmat dan obat. Maka, bagaimana dengan penghafal Qur’an?
Tentu mereka akan mendapat lebih dari itu. karena Al-Qur’an langsung dijaga oleh Allah dan hafalan mereka
merupakan bentuk penjagaan mereka juga terhadap Al-Qur’an. Maka, merekapun akan dijaga langsung oleh
ُ َّ ۡ ۡ ز ۡ َّ
َُ إِناََن ُنَن َّزۡلاَٱلِكرََِإَون
٩َاَلۥَلحَّٰفِظون
“sesungguhnya, Kami lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” QS. Al-
Hijr: 9
Tidak! Dengan tegas Allah menekankan kemudahan untuk menghafalkannya di dalam Al-Qur’an itu
sendiri, sebanyak 4 kali di ulang dalam surah Al-Qomar : 17, 22, 32, 40. Meski, suatu saat dalam proses
“Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan. Maka, adakah yang mau mengambil
pelajaran?”
Puncak dari Dzikir adalah Sholat, yang juga merupakan rukun islam yang ke-2. Begitu pentingnya
sholat sehingga diwajibkan bagi seluruh umat muslim tanpa terkecuali. karena, didalamnya terdapat Al-Qur’an,
takbir, tasbih, istighfar, sholawat dsb. Yang merupakan Dzikir kepada sang Rabb. Tidak lain semua itu agar kita
selalu dibimbing dalam mengarungi kehidupan di dunia dan yang akan mengantarkan kita ke akhirat kelak.
Sebab itu, mereka yang senantiasa memperbaiki sholatnya akan selalu merasa tenang dalam menghadapi setiap
permasalahan dan mampu menyelesaikan dengan cara yang paling mudah, yang demikian merupakan buah dari
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu
duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman” QS.
An-Nisa’: 103
Ayat diatas menyatakan. Bahwa, mereka yang benar sholatnya, akan selalu mengingat Allah dalam
setiap keadaan, sehingga mereka akan terhindar dari pebuatan keji dan munkar.
Sahabat sejati
Sahabat yang berbeda, yang tak serupa dengan manusia, yang adanya karena kita, yang membersamai
kita dalam ruang dan waktu, tak terlepas antara satu dan lainnya, karena kita sama. Bukan tenang karenanya.
ُ ُۡ َّ ۡ
َ ُ ّللَِت ۡطمئ ِ ُّنَٱلقل
٢٨وب
َّ ۡ ُ ُٱ َّلِينََءام ُنواَوت ۡطمئ ُّنَقُل
َ وب ُهمَبِذِكرَِٱ
َ ّللِهَأَلَبِذِك ِرَٱ ِ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
Semakin kuat dzikir kita, semakin erat pula persahabatan kita. Keeratan inilah yang akan membimbing
kita dalam setiap langkah lalu menjadikan kita pribadi yang istiqomah.
Wallahu A’lam…