Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Putu Cynthia Ananda Dewi

Mata Kuliah : Hospitality


NIM : Z11.2023.00103

Pelayanan dan Situasi Tempat Wisata Pura Taman Ayun


Oleh: Ni Putu Cynthia Ananda Dewi

Pelayanan yang dimiliki sebuah tempat wisata tentunya berbeda-beda. Tempat wisata rekreasi
tentunya akan menawarkan wahana dan sarana rekreasi yang menyenangkan, sedangkan
tempat wisata rohani pastinya akan menawarkan keindahan budaya dan suasana ibadah yang
menyejukkan bagi umatnya. Ada banyak sekali tempat ibadah yang dijadikan sebagai tempat
wisata karena memiliki suasana yang menyenangkan dan objek yang memikat mata, seperti
halnya Klenteng Sampookong di Semarang atau Masjid Raya Sheikh Zayed di Surakarta.
Salah satu objek wisata rohani berupa pura yang sangat indah dan memikat mata adalah Pura
Taman Ayun yang terletak di Bali.

Pura Taman Ayun merupakan salah satu objek wisata rohani yang sangat terkenal di Pulau
Bali hingga memikat wisatawan mancanegara. Pura Taman Ayun tidak hanya menawarkan
pemandangan arsitektur yang indah tetapi juga pelayanan yang sangat baik, sehingga bukan
sesuatu yang mengherankan bila pura ini menjadi destinasi favorit para wisatawan. Pura
Taman Ayun terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali dan berjarak 29 KM
dari Kota Denpasar yang memerlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan atau 31KM dari
Bandara Internasional Ngurah Rai yang memerlukan waktu lebih dari sejam. Pura Taman
Ayun merupakan Pura Paibon/Pedarman Raja Mengwi untuk memuja roh leluhur dari raja-
raja yang diwujudkan dengan dibangunnya sebuah gedong Paibon, serta dibangun pula meru-
meru untuk pemujaan dan persembahyangan kepada para Dewa bagi masyarakat kerajaan
Mengwi dalam memohon kesejahteraan.

Situasi di sana sangatlah asri dan sejuk, namun cukup ramai pengunjung karena hari raya.
Meskipun ramai, pelayanan yang diberikan bisa dibilang sangat bagus, karena ada banyak
pemandu yang sangat berkomitmen yang siap memandu para wisatawan berkeliling dan
berfoto. Saat baru sampai di lokasi, para petugas parkir dengan sigap membantu untuk
memarkir kendaraan di tempat parkir yang telah disediakan. Para petugas parkir juga
menyarankan untuk membawa barang-barang berharga dan mengunci stang motor, serta
mengunci helm di bawah sadel motor untuk menghindari adanya kehilangan. Petugas parkir
juga merapikan kendaraan bermotor yang ada di sana dengan memindahkannya dengan baik
ke posisi yang lebih rapi. Sehingga, lokasi parkiran tampak lebih luas dan bisa menampung
lebih banyak kendaraan milik pengunjung. Biaya parkir kendaraan hanya Rp2.000 untuk
sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil. Parkiran untuk kendaraan roda empat biasanya di
area belakang dari lokasi parkir kendaraan roda dua. Selain itu, ada juga parkiran untuk bus
atau minibus di area belakang yany biaya parkirnya Rp10.000 hingga Rp20.000 tergantung
ukuran bus tersebut. Setelah membayar parkir, akan diberikan karcis parkir yang harus
disimpan dengan baik dan tidak boleh dihilangkan.

Saat akan memasuki area pura, pengunjung harus berjalan sekitar 600 meter dari tempat
parkir ke area pura. Sembari berjalan para pengunjung juga bisa membeli makanan dan
minuman yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima yang berjualan di area tempat parkir
hingga area depan pura. Namun, makanan dan minuman yang telah dibeli tidak boleh dibawa
masuk ke area dalam pura untuk mencegah adanya sampah dari sisa makanan yang dibawa
pengunjung. Jadi, para pengunjung harus menghabiskan makanan dan minuman yang telah
dibeli terlebih dahulu agar bisa memasuki area pura, serta membuang bungkus makanan atau
minuman tersebut di tempat sampah yang telah disediakan di dekan gerbang masuk pura.
Tempat sampah tersebut dibersihkan sekitar 30 menit hingga 1 jam sekali, sehingga tempat
sampah tersebut tetap terlihat bersih dan tidak menggangu estetika pintu gerbang Pura Taman
Ayun.

Di saat hari raya atau peak season, Pura Taman Ayun memang sangat ramai dan membuat
para pengunjung harus mengantre tiket masuk di jembatan panjang menuju pintu masuk pura.
Ada lima orang petugas tiket yang bertugas di sana, tiga orang yang bertugas untuk bagian
pembagian tiket dan pembayaran, dua orang yang bertugas untuk menjaga keamanan dan
merapikan antrean para wisatawan, serta memeriksa barang bawaan wisatawan. Jika mereka
menemukan makanan, minuman atau senjata tajam, mereka akan menyita barang-barang
tersebut dan akan mengembalikannya setelah keluar dari area pura. Pelayanan yang diberikan
oleh para petugas bisa dibilang sangat baik, meskipun pura dalam keadaan ramai pengunjung,
para petugas tetap bisa memberikan pelayanan yang ramah sembari tersenyum. Bahkan, saat
menyita barang-barang milik pengunjung, mereka tetap berkomunikasi secara sopan dan
ramah.
Setelah membeli tiket, pengunjung akan bertemu dengan petugas kain atau kamen dan
selendang yang memberikannya kepada para pengunjung baik pria maupun wanita karena
menggunakan kain dan selendang adalah atribut yang wajib dilakukan saat akan memasuki
pura sesuai dengan fungsi utama Pura Taman Ayun dahulunya dibangun yaitu sebagai tempat
ibadah para raja Kerajaan Mengwi. Para wisatawan tidak perlu khawatir jika tidak bisa
menggunakan kain atau selendang karena para petugas yang berjaga di sana telah dengan
sigap membantu memakai kain dan selendang dengan sopan dan ramah. Jadi, pengunjung
tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan kepada para petugas di sana.

Memasuki area dalam pura, pengunjung akan disambut oleh para pemandu yang akan
memandu para wisatawan untuk memasuki area pura. Biasanya, satu pemandu wisata akan
memandu satu kelompok wisatawan yang terdiri dari 2 sampai 6 orang. Namun, karena
sedang peak season dan ramai pengunjung, satu pemandu wisata akan memandu 8 hingga 12
orang yang dicampur kelompoknya. Jumlah wisatawan yang boleh masuk ke dalam pura juga
dibatasi, saat satu kelompok keluar maka kelompok lainnya baru diijinkan masuk. Meskipun
kebanyakan para pemandu wisata tersebut adalah orang-orang yang berusia 50 tahun ke atas,
mereka masih mampu menjelaskan memandu dan memotret para wisatawan dengan baik.
Bahkan, banyak dari mereka yang mampu berbahasa Inggris dengan cukup baik dan bisa
dipahami.

Pura Taman Ayun menawarkan pemandangan arsitektur yang rapi, bersih dan terawat.
Ukiran-ukiran di tembok pura yang sangat indah dan estetik memiliki maknanya tersendiri
dan menggambarkan suatu kisah sejarah yang dijelaskan secara singkat oleh para pemandu
wisata. Pemandu wisata akan memandu para wisatawan mulai dari area terluar dari Pura
Taman Ayun karena pura ini memiliki tiga bagian dari yang terluar, tengah dan dalam.
Sebagaimana halnya pura-pura di Bali, Pura Taman Ayun dibagi pula menjadi tiga halama,
yaitu bagian yang paling suci disebut Utama Mandala (jeroan/dalam), Madia Mandala (Jaba
tengah/tengah) dan Nista Mandala (jabaan/luar). Pertama, pemandu wisata memandu para
wisatawan untuk berkeliling di area luar pura yang penuh hamparan rumput hijau, air mancur
dan arca suci. Pemandu wisata juga menjelaskan dengan sangat detail mengenai makna dari
arca suci dan air mancur tersebut. Pada halaman tersebut terdapat wantilan (semacam
pendapa) yang digunakan untuk melaksanakan acara dan juga sebagai tempat penyambung
ayam yang berkaitan dengan upacara di pura. Pemandu wisata juga tidak lupa untuk
memotret para wisatawan yang ingin berfoto di sana secara bergantian.
Setelah itu, pemandu wisata mengarahkan para wisatawan untuk berjalan menaiki anak
tangga menuju pintu masuk ke area tengah pura yang sangat luas. Di area tengah, ada banyak
meru-meru dan arca yang cukup besar dan memiliki maknanya tersendiri. Area tengah pura
atau Jaba Tengah merupakan halaman di bagian tengah pura dimana terdapat patung-patung
atau arca tradisional Bali yang menyimbolkan Dewata Nawa Sanga (9 Dewa Penguasa Mata
Arah Angin berdasarkan ajaran Hindu) dan juga ada beberapa bale atau meru diantaranya:
Bale Loji, Bale Gong, Bale Kulkul, dan Bale Parentanan (Dapur). Pemandu wisata juga
menjelaskan semua makna dan sejarah dari arca dan meru tersebut satu persatu dengan sangat
detail dan tentunya para wisatawan juga bisa bertanya tentang hal yang ingin diketahui lebih
jauh. Pemandu wisata juga memotret para wisatawan yang ingin berfoto di dekat meru atau
arca tersebut. Setelah semuanya selesai, para wisatawan diarahkan untuk menaiki tangga
menuju bagian terdalam pura yang merupakan bagian pura yang paling suci.

Saat memasuki bagian dalam pura, para wisatawan diarahkan untuk tidak sembarangan
memotret arca atau meru yang ada di sana, serta para wisatawan wajib mengatakan
salam/permisi sesuai bahasa masing-masing guna menghormati arwah-arwah yang
bersemayam di pura tersebut. Bagian dalam pura ini adalah tempat yang digunakan para raja
Kerajaan Mengwi pada jaman dahulu untuk berdoa dan memohon petunjuk kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Kuasa menurut kepercayaan Hindu. Menurut
informasi yang didapat dari pemandu wisata, setelah para raja Kerajaan Mengwi beribadah
dan memohon petunjuk kepada Tuhan, maka keajaiban pun muncul sesuai permintaan positif
dari raja tersebut. Jika doa yang dilontarkan oleh para raja tersebut merupakan doa negatif
atau doa yang bertujuan buruk, maka Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan mengabulkan doa
tersebut meskipun raja tersebut telah menghaturkan banyak persembahan. Bahkan, di bagian
dalam pura ini juga masih ada peninggalan wadah yang terbuat dari batu atau tanah liat yang
digunakan sebagai wadah atau tempat untuk menghaturkan persembahan kepada Tuhan dan
para makhluk halus yang bersemayam di Pura Taman Ayun.

Secara fisik, bagian dalam pura merupakan halama utama yang mempunyai bentuk persegi
panjang yang membentang dari selatan ke utara dengan tembok batu di setiap sampingnya
dan dapat juga dijumpai kolam yang berbentuk seperti parit besar yang mengelilingi di
bagian sisi pura. Seperti sebelumnya, pemandu wisata langsung menjelaskan sejarah dan
makna dari setiap arca dan meru yang ada di sana secara rinci dan detail, serta menjelaskan
bagian mana saja yang boleh dipotret. Pemandu wisata juga menjelaskan alasan mengapa
beberapa objek tidak boleh difoto agar para wisatawan tidak merasa penasaran. Salah satu
alasannya ketika tidak diperbolehkan memotret arca yang berbentuk wanita yang bertelanjang
dada karena arca itu melambangkan Dewi Durga yang sedang murka dan jika dipotret dan
disimpan di galeri ponsel, dipercaya akan mendatangkan malapetaka dan ketidakharmonisan
rumah tangga menurut kepercayaan Hindu. Pemandu wisata menjelaskan semuanya dengan
sangat ramah dan sopan, serta dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh para wisatawan.

Sesuai dengan arahan dari pemandu wisata, ada beberapa bagian pura berupa bagunan yang
boleh dimasuki tetapi para wisatawan harus melepaskan alas kaki terlebih dahulu sebelum
memasuki bangunan atau ruangan tertentu dalam pura tersebut. Alasannya, selain agar
bangunan tersebut tidak kotor, melepaskan alas kaki juga bertujuan untuk menjaga kesucian
bangunan bangunan tersebut karena para raja Kerajaan Mengwi di jaman dahulu pun juga
melepas alas kaki mereka pada saat akan melakukan persembahyangan. Biasanya, dalam
bangunan atau ruangan suci tersebut terdapat banyak sekali persembahan berupa canang,
dupa wangi, banten, daksina, dan persembahan berupa makanan, serta ada juga persembahan
yang berupa aksesoris seperti, kalung karangan bunga kamboja, perhiasan dari manik-manik
dan kain atau kamen yang telah direndam air wewangian. Dupa wangi yang telah dinyalakan
juga diganti setiap 6 jam sekali oleh para petugas di sana guna menghormati kepercayaan
masyarakat Mengwi dan menjaga peninggalan yang telah dipercaya oleh masyarakat
Mengwi.

Setelah para wisatawan mengelilingi pura dan berfoto, pemandu wisata akan memandu para
wisatawan ke area belakang dalam pura untuk keluar ke area parkir karena bagian dalam pura
bagian belakang langsung tembus ke area parkir kendaraan. Para wisatawan hanya perlu
berjalan sebentar untuk menuju tempat parkir yang tidak sejauh perjalanan awal menuju area
pintu masuk pura. Di sekitar pintu keluar ini juga ada para pedagang yang siap menjajakan
dagangannya. Ada pedagang makanan hingga aksesoris seperti gantungan kunci, kipas, jepit
rambut dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan oleh para pedagang di sana juga bisa dibilang
baik karena kita tidak perlu menunggu lama untuk membeli makanan berupa sate ayam
dengan pelayanan yang cepat dan harga yang standar. Pelayanan dari para pedagang aksesoris
pun juga tak kalah baiknya, di mana para pedagang mengijinkan para wisatawan untuk
mencoba barang yang akan dibeli terlebih dahulu dengan sopan dan ramah. Harga barang dan
makanan untuk wisatawan domestik bisa dibilang standar dan untuk wisatawan asing
kemungkinan sedikit lebih mahal.

Setelah selesai berbelanja, para wisatawan bisa naik ke kendaraan dan keluar dari area parkir
dengan menunjukkan karcis parkir yang tadi diberikan. Jika karcis parkir tersebut hilang,
maka akam dikenakan denda sebesar Rp30.000 sesuai dengan peraturan yang telah tertulis di
depan area parkir. Saat mengeluarkan kendaraan petugas parkir dengan sigap membantu
mengarahkan dan membantu kendaraan untuk menyebrang. Jadi, bisa disimpulkan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh petugas yang bertugas di Pura Taman Ayun sangatlah baik.

Anda mungkin juga menyukai