Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL

OBESITAS

Nama : Kevin Natanael Kusuma


NPM : 21700054
Kelompok : B5
Nama Tutor : drg. W.D. Parmasari, Sp.Ort
Nama Pendamping : Noer Kumala, M.Si

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
TABEL DAN SKENARIO............................................................................................................3
Skenario....................................................................................................................................3
Tabel..........................................................................................................................................4
Mekanisme................................................................................................................................5
BAB 1 KATA SULIT....................................................................................................................6
BAB 2 DAFTAR MASALAH .......................................................................................................7
BAB 3 HIPOTESA........................................................................................................................8
BAB 4 PETA MASALAH.............................................................................................................9
BAB 5 TUJUAN PEMBELAJARAN..........................................................................................10
BAB 6 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................11
1. Metabolisme Tubuh.........................................................................................................11
2. Obesitas............................................................................................................................27
3. BHP..................................................................................................................................31
4. PHOP...............................................................................................................................32
BAB 7 PETA KONSEP...............................................................................................................34
BAB 8 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................36

TABEL DAN SKENARIO


SKENARIO
Langkah 1
Seorang wanita berusia 38 tahun dengan riwayat obesitas, diabetes tipe 2 dan
hipertensi berobat untuk manajemen penurunan berat badan secara medis di poliklinik rawat
jalan di Dukuh Kupang, Surabaya, Jawa Timur. Dia sangat menyadari hubungan antara
obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular dan merasa upaya ini adalah kesempatan
terakhirnya untuk mendapatkan bantuan untuk masalah kesehatannya.
Dia memiliki berat badan normal sebagai seorang anak dan remaja, hingga terjadi
kejadian yang membuatnya harus tergantung pada tongkat dan kursi roda. Hingga berat
badannya bertambah secara bertahap mulai usia dua puluhan.
Dia menikah, dan berat badannya makin bertambah setelah melahirkan anak-anaknya.
Dia juga menderita hernia pada perut yang parah, tetapi dia menolak operasi yang disarankan
dokternya karena masalah beratnya yang berlebihan.

Langkah 2
Setelah anak ke duanya lahir, dia menderita diabetes tipe 2 dan hipertensi. Dokternya
tidak terlalu memperhatikan masalah berat badannya dan hanya meresepkan obat anti
hipertensi dan diabetes untuk obatnya. Ketika dia datang ke dokter lagi untuk pemeriksaan
rutin, dokter hanya menyarankan dosis obat atau suntikan insulin yang lebih tinggi, tetapi dia
ragu-ragu untuk menuruti saran dokter.
Selama 5 tahun terakhir, pasien kurang aktivitas karena hernia perutnya. Dia
sebelumnya telah mencoba menurunkan berat badannya sendiri berkali-kali. Dia pernah
menyewa pelatih pribadi untuk membantunya berolah-raga, melakukan sesi mingguan
dengan ahli terapi fisik dan berbagai kegiatan lainnya, tetapi tidak ada yang berhasil.
Wanita ini memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat. Dietnya tinggi lemak dan
tinggi kalori, meskipun dia tahu tentang makanan sehat. Dia mengaku makan berlebihan
(binge eating), terutama saat sedang bad mood. Dia minum sekitar 2,5 liter soda diet dan jus
diet dalam sehari

Langkah 3
Pengukuran antropometrik pada pasien:
Berat :125 kg
Tinggi : 1,61 m
Indeks massa tubuh (BMI) : 48,2kg/m2 (morbidly obese)
Prosentase lemak tubuh (body fat percentage) : 52,2%
Bioelectrical impedance analysis (BIA) : 65 kg massa lemak
Resting Metabolic Rate (RMR) :1828 kcal
Tanita Body Composition Analyzer BC-418) untuk menganalisis komposisi tubuh, seperti
berat badan, Lean Body Mass (LBM), Total Body Water (TBW), Fat Free Mass (FFM) dan
Basal Metabolic Rate (BMR).
Dalam 2 bulan terakhir:
Hba1c : 8,8% sampai 11,7% (N:<5,7%)
Tekanan darah :160/95 mm Hg.
LDL-Kolesterol : 450 mg/dl (N : 150 -220 mg/dl),
Trigliserida : 650 mg/dl (N : 150 -250 mg/dl ).

Langkah 4 (Epilog)

Dokter merancang rencana diet 1200 – 1600 kkal dan pengaturan aktivitas fisik
untuknya, dengan harapan penurunan 400 kkal per hari. Secara teoritis, ini akan membuat
BBnya turun 0,5 kg dalam 2 minggu. Dia juga harus mengikuti program manajemen berat
badan di klinik dua kali seminggu selama enam minggu ke depan.
Karena penurunan asupan karbohidrat (simple carbohydrate), dia diminta untuk
memeriksa kadar gula darahnya 3 kali/hari, membuat catatan dan menyerahkan ke dokter
pada kunjungan berikutnya. Dia juga diajari bagaimana mengurangi dosis obat diabetesnya
berdasarkan kadar gula darahnya.

TABEL

PROBLEM HIPOTESA MEKANISME INFO LAIN SAYA TIDAK TUJUAN


TAHU PEMBELAJARAN
1. wanita 1. Obesitas *dibawah 1. BMI 1. Morbidly 1. Mampu
berusia 38 2. Riwayat obese memahami
tahun obat yang 2. Suntikan penyebab,
mempunyai menyeba insulin dampak, gejala,
riwayat bkan 3. Diet tinggi dan macam-
obesitas, obesitas lemak dan macam obesitas
diabetes 3. Suntikan kalori 2. Mengetahui dan
tipe 2 dan insulin 4. Binge eating memahami proses
hipertensi dan dosis 5. Body fat metabolisme dan
2. Saat remaja obat percentage bioenergy
berat tinggi (BIA) 3. Mengetahui dan
badannya 4. Vital sign 6. Resting memahami
normal dan 5. Total metabolic kebutuhan dan
meningkat daily rate (RMR) keseimbangan
setelah usia energy 7. Tania body energi yang
20 tahun expenditu composition dibutuhkan
dan setelah re (DEE) 8. Total body
melahirkan 6. Energy water (TBW)
3. Mengalami balance 9. Fat free mass
hernia pada (FFM)
perut yang 10. Basal
parah metabolic
4. Menolak rate (BMR)
operasi 11. Hba1c
karena 12. LDL-
kelebihan Kolesterol
berat badan
5. Kurang
aktivitas
6. Pola makan
tidak sehat
7. HbA1c
diatas
normal
8. Tekanan
darah
tinggi
9. LDL-
Kolestrol
diatas
normal
10. Trigliserida
diatas
normal

*mekanisme
Perempuan 38 tahun

Riwayat: Hipertensi,
obesitas dan diabetes
mellitus tipe 2
BAB 1

Diagnosis: Obesitas

Diet 1200-1600 kcal, mengecek gula


darah 3 kali sehari, diajarkan cara
mengurangi dosis obat
KATA SULIT
1. Obesitas : kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang sangat tinggi.
2. Hipertensi : istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi akibat jantung yang telalu
banyak memompa darah sehingga semakin menyempit pembuluh darah, semakin
tinggi darahnya.
3. Hernia : kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat melalui
jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah.
4. DEE : Suatu perhitungan Basal Metabolic Rate(BMR) yang ditambah dengan
frekuensi aktivitas dan keperluan tubuh untuk mensintesis kebutuhan lain
5. Morbidly obese : suatu keadaan ketika seseorang memiliki berat badan 100 pounds
lebih dari berat badan idealnya. Sangat gemuk, BMI>30
6. Isulin : hormon peptida yang diproduksi oleh sel beta oleh pankreas, dianggap sebagai
hormon anabolik utama tubuh. Ini mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein dengan membantu penyerapan glukosa dari darah ke dalam sel-sel hati, lemak
dan otot rangka
7. Binge eating : (Binge Eating Disorder (BED)) penyimpangan perilaku makan, di
mana penderitanya sering makan dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit menahan
dorongan untuk makan. Binge eating disorder berpotensi besar menimbulkan penyakit
serius, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan penyakit jantung.
8. Body fat percentage (BIA) : komponen penyusun komposisi tubuh selain massa
tulang, massa otot, dan kadar air tubuh. Persen lemak tubuh menggambarkan kondisi
berat atau massa lemak yang ada di tubuh seseorang secara umum, baik lemak
subkutan maupun lemak viseral (lemak yang terdapat pada organ).
9. Resting metabolic rate (RMR) : jumlah total kalori yang terbakar saat tubuh Anda
benar-benar beristirahat. RMR mendukung pernapasan, sirkulasi darah, fungsi organ,
dan fungsi neurologis dasar.
10. Total body water (TBW) : total air dari berat badan yang ada di tubuh. Rata-rata pria
dewasa manusia adalah sekitar 60-63% air, dan rata-rata wanita dewasa adalah sekitar
52-55% air. Ada variasi yang cukup besar dalam persentase air tubuh berdasarkan
sejumlah faktor seperti usia, kesehatan, asupan air, berat badan, dan jenis kelamin.
11. Fat free mass (FFM) : bahan komposit penyusun tubuh manusia yang tidak
mengandung timbunan lemak, seperti organ vital, tulang, jaringan ikat, dan air.
12. Basal metabolic rate (BMR) : jumlah kalori yang Anda bakar saat tubuh Anda
melakukan fungsi dasar (basal) yang menopang kehidupan. Biasa juga disebut sebagai
Resting Metabolic Rate (RMR), yaitu kalori yang terbakar jika Anda tetap di tempat
tidur sepanjang hari.
13. Hba1c : sebuah tes laboratorium untuk mengukur jumlah gula darah (glukosa) yang
melekat pada hemoglobin.
14. LDL-Kolesterol : jenis dari lipoprotein yang berfungsi untuk membawa kolesterol
keseluruh tubuh.

BAB 2
DAFTAR MASALAH
1. Bagaimana bisa terjadi obesitas?
2. Apa hubungan obesitas dengan hernia, diabetes melitus 2, dan hipertensi?
3. Bagaimana dengan metabolisme tubuh ibu tersebut?

BAB 3
HIPOTESA
Berdasarkan langkah 1, 2, dan 3, saya memiliki hipotesis bahwa ibu tersebut
mengalami Obesitas karena BMI yang menunjukan bahwa ibu tersebut obese didukung
dengan pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas.

BAB 4
PETA MASALAH

Perempuan 38 tahun

Riwayat: Hipertensi,
Diagnosis: Obesitas

BAB 5
Diet 1200-1600 kcal, mengecek gula
TUJUAN PEMBELAJARAN
darah 3 kali sehari, diajarkan cara
mengurangi dosis obat

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metabolisme energi


2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Bioenergi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Oksidasi Biologi dan siklus TCA
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Rantai respiratori dan Fosforilasi Oksidatif
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kebutuhan dan keseimbangan energi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penilaian antropometri
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang PHOP (pendidikan kesehatan tentang
obesitas)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang BHP (informasi kesehatan tentang risiko
obesitas)

BAB 6
TINJAUAN PUSTAKA

1. METABOLISME TUBUH
1.1 Definisi Metabolisme
Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali oleh
substratawal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel. Perlu
Andaketahui reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme)
danreaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadiperubahan
energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi kimiadalam bentuk
senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi energi gerakuntuk melakukan
suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain (Kistinnah, 2009).

1.2 Bioenergitika
Pengetahuan tentang perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia
Untuk manjalankan proses kehidupan : system biologis bersifat isotermik dan
memakai energi kimia : sistem non biologic memakai energi panas.

Perubahan gibbs pada energi bebas (∆G) :


Sebagian dari energi total dalam suatu sistem yang tersedia melakukan kerja
Energi bebas = energi yang berguna = petensial kimiawi

1.2.1 Hukum Termodinamika


Hukum-hukum termodinamika pada prinsipnya menjelaskan peristiwa
perpindahan panas dan kerja pada proses termodinamika.

1).Hukum termodinamika : total energi dari suatu sistem , termasuk


lingkunganya, adalah konstan/tetap tidak ada penambahan atau pengurangan
energi tetatpi energi tersubut dapat berpindah dari satu bagian ke bagian lain
dalam sistem ataupun berubah menjadi bentuk energi yang lain.

2). Hukum termodinamika : semua sitem akan mengalami perubahan spontan


menuju keadaan yang seimbang .
Entropi merupakan ukuran yang menyatakan seberapa jauh sistem dari
seimbang. Semakin acak suatu sistem makin Simbang dan nilai entropi makin
tinggi.

1.2.2 Energi Bebaas, Entalpi, Enthropi


Perubahan gibbs pada energi bebas (∆G) adalah Sebagian energi total
dalam suatu sistem yang tersedia untuk melakukan kerja.
Dengan kata lain energi bebas merupan energi yang berguna, disebut juga
potensial kimiawi.

1). Reaksi yang menghasilakan energi disebut reaksi eksergonik.


2). Reaksi yang memerlukan energi disebut reaksi endergonik.
3). Ke 2 reaksi tersebut saling berkaitan (coupling reaction)

Alam semesta selalu cenderung kearah yang tidak beraturan dan meningkat,
dalam semua proses alamiah, intropi alam semesta meningkat. Dibawah
kondisi yang ada dalam system biologi (T dan P konstan), hubungan antara
energi bebas entalpi dan antropi adalah sebagai berikut:

∆G = ∆H-T∆S
∆G = perubahan energi bebas gibbs dari sistem reaksi
∆H = perubahan entalpi sistem
T∆S= perubahan enteropi sistem
∆G<0(proses eksergonik)
∆G>0 ( sistem endergonik)
∆G=0(sistem dalm kesetimbangan)

∆G : gabungan hukum termodinamika l & ll yang dirumuskan gibbs dan


helmboltz

∆G= ∆E-T.∆S ( suhu & tekanan konstan)


∆G<0: reaksi spontan ( reaksi eksogonik)
∆G>0 : reaksi tidak spontan ( reaksi endergonik) ∆G= 0 : reaksi seimbang
∆E = perubahan total energi internal suatu reaksi T = temperatur absolut
∆S= perubahan enteropi

∆G = ∆H - T∆S
Ket :
∆G : CHANGE IN FREE ENERGY
- energi yang tersedia untuk melakukan usaha
- Mendekati nol saat reaksi berlanjut ke kesetimbangan
- memprediksi apakah suatu reaksi menguntungkan
∆H : CHANGE IN ENTHALPY
- kalor yang dilepaskan atau diserap selama reaksi
- tidak memprediksi apakah suatu reaksi menguntungkan
∆S : CHANGE IN ENTROPHY
- ukuran keacakan
- tidak memprediksi apakah suatu reaksi menguntungkan

1.2.3 Macam-Macam Sistem Termodinamika


 System terisolasi
System yang terpisah dari sekitarnya, tidak ada pertukaran energi
maupun materi
 System tertutup
Adanya pertukaran energi dengan sekitarnya
 System terbuka
Adanya pertukaran energi maupun materi dengan sekitarnya

1.3 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau keton. Nama karbohidrat berasal
dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa golongan ini mempunyai rumus empiris,
yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”, dan memiliki
nisbah karbon terhadap oksigen sebagai 1: 2: 1. Sebagai contoh rumus eimpiris D-
glukosa adalah C6 H12O0 .(Murray,K.,2002).
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung
atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan
oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi
sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-
hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutahalung,
2004).
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai
pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam
susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O
melalui proses foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung
hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa
matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai (Hutagalung, 2004)

1.3.1 Pencernaan Karbohidrat


Pencemaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam
mulut; makanan dikunyah agar dipecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga
jumlah permukaan makanan lebih luas kontak dengan enzim-enzim
pencemaan.
Di dalam mulut, makanan akan bercampur dengan air ludah yang
mengandung enzim amilase (ptyalin) yang akan memecah karbohidrat rantai
panjang seperti amilum dan dextrin menjadi rantai pendek seperti maltosa.

Pencernaan dalam Lambung


Tidak sepenuhnya amilum dicernah di mulut, sehingga diteruskan ke
lambung dan akan bereaksi dengan asam lambung.
Pencernaan dalam Usus
Di usus halus, maltosa, sukrosa dan laktosa yang berasal dari makanan
maupun dari hasil penguraian karbohidrat karbohidrat kompleks akan diubah
menjadi mono sakarida dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat di usus
halus.
Maltase maltosa 2 (dua) molekul glukosa
laktase laktosa galaktosa dan glukosa
sukrase sukrosa fruktosa dan glukosa.

1.3.2 Metabolisme Karbohidrat


Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses
penyerapan ini terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran
darah dengan jalan transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para
ahli sepakat bahwa karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida.
Hal ini dibuktikan dengan dijumpainya maltosa, sukrosa dan laktosa dalam
urine apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhimya berbagai
jenis karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam
proses metabolisme. Proses metabolisme karbohidrat yaitu sebagai berikut:
1. Glikolisis
2. Dekarboksilasi Oksidatif
3. Siklus Krebs
4. Transfer Electron
1.3.3 Oksidasi Biologi
Dehidrogenase Substrat yang diikuti dengan pengangkutannya ke aseptor
terakhir yaitu oksigen melalui sistem sitokromdan enzim warburg/sitrom
oksidase.
Reaksi oksidasi biologi terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Glikolisis
2. Siklus krebs
3. Fosforilasi oksidatif & transfer electron
Enzim yang mengkatalisa proses oksidasi & reduksi disebut oksidoreduktase
yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Oksidase
Mengkatalisis transfer H dari substrat dengan oksigen sebagai
akseptor dan hasil akhirnya berupa air (H2O) atau hidrogen peroksida
(H2O2)
Contoh : sitokrom oksidase (mengandung Cu), L-amino acidoksidase
(mengandung FMN), xanthine oksidase (mengandung Mo), aldehyde
dehydrogenase (mengandung FAD, Mo, Fe non heme)
2. Dehidrogenase
Mentransfer hidrogen dari substrat ke substrat lain dalam redoks dan
komponen rantai respirasi yang mentransport elektron dari substrat ke
oksigen.
Contoh : sitokrom, dehidrogenase dependent koenzim nikotinamide,
dehidrogenase dependent riboflavin
3. Hidroperoksidase
Terbagi menjadi 2 jenis, peroksidase dan katalase yang berfungsi
melindungi tubuh terhadap senyawa peroksida yang berbahaya.
4. Oksigenase
Berhubung dengan sintesis atau degradasi bermacam-macam
metabolit. Mengkatalisisa penyatuan oksigen ke dalam molekul
substrat. Dibagi menjadi 2 kelompok yait dioksigenase dan
monooksidase
4.1 Monooksigenase : mengkatalisis penggabungan 1 atom O dari
molekul O2 ke dalam substrat, 1 atom O lain direduksi menjadi air.
Contoh : sitokrom
4.2 Dioksigenase : mengkatalisis 2 penyatuan atom oksigen ke dalam
substrat.
Contoh : enzim liver dan L-triptofan dioksigenase

a. Glikolisis
Glikolisis adalah reaksi pelepasan energi yang memecah satu molekul
glukosa (terdiri dari 6 atom karbon ) atau monosakarida yang lain
menjadi dua molekul asam piruvat ( terdiri dari 3 atom karbon), 2 NADH
(nicotinamide Adenin Dinucleotide H), dan 2 ATP (Murray, 2006).
Glikolisis merupakan tahapan pertama dari proses respirasi aerob
untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. ATP yang dihasilkan
dalam glikolisis akan digunakan untuk berbagai proses yang
membutuhkan energi, karena ATP merupakan molekul penyimpan
energi. Sedangkan NADH nantinya akan menjalani proses transfer
elektron untuk menghasilkan ATP. Sebuah molekul NADH dalam
transfer elektron akan menghasilkan tiga molekul ATP. Dalam tahap
awalnya, proses glikolisis membutuhkan dua ATP sebagai sumber energi.
Namun dalam tahap selanjutnya, glikolisis akan menghasilkan ATP yang
dapat digunakan untuk membayar hutang ATP yang telah digunakan tadi
dan masih ada sisa ATP yang dapat digunakan untuk fungsi yang lain.
Jadi dalam glikolisis, terjadi surplus ATP, lebih banyak ATP yang
dihasilkan daripada yang digunakan dalam proses tersebut.
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2
melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima

elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria


sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan ini
disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara glikolisis dengan
siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis
dari sitosol diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam
mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C) melepaskan
elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan
molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima
elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2
dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-
A. Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH
(Rochimah, 2009). Berikut gambar di bawah ini reaksi dekarboksilasi
oksidatif dan reaksinya.

c. Siklus Krebs
Merupakan serangkaian reaksi dalam mitokondria yang mengoksidasi
sebagian acetyl dari acetyl-CoA & mereduksi koenzim yang akan
direoksidasi kembali pada rantai transport elektro yang berkaitan
dengan pembentukan ATP. Merupakan jaur akhir bersama untuk
oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Anggota siklus krebs
berperan amfibolik (peran ganda)
a. Dapat dioksidasi lebih lanjut untuk menghasilkan energy
b. Sebagai sumber bahan untuk proses anabolisme.
Siklus krebs juga memiliki peran sentral dalam gluconeogenesis,
lipogenesis, dan interkonversi berbagai asam amino.

Berikut ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:


1. Asetil Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
2. Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan menerima H2O kembali.
3. Isositrat melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
4. - ketoglutarat melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor atau penerima elektron)
untuk membentuk NADH dan menghasilkan suksinil Ko-A (4 atom C).
5. Terjadi fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
6. Pembentukan fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
7. Fumarat terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom
C).
8. Pembentukan oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH. satu siklus Krebs
tersebut hanya untuk satu molekul piruvat saja.
Sementara itu, hasil glikolisis menghasilkan 2 molekul piruvat (untuk 1 molekul
glukosa). Oleh karena itu, hasil akhir total dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya.
Dengan demikian, diperoleh hasil sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat: jumlah
ini untuk katabolisme setiap 1 molekul glukosa).

d. fosforilasi Oksidatif dan Transfer Elektron


Pembentukan ATP terjadi melalui serangkaian reaksi reduksi oksidasi
berpasangan sehingga dikenal sebagai fosforilasi oksidatif. Sejumlah obat-
obatan 4 (contohnya amobarbital) dan racun (seperti sianida) diketahui dapat
menghambat proses fosforilasi oksidatif. Sebagian besar energi yang
dibebaskan selama proses oksidasi bahan makanan dalam glikolisis dan siklus
asam sitrat diubah ke bentuk ekivalen pereduksi (-H, sebagai pembawa
elektron), yaitu dalam bentuk molekul NADH dan FADH2. 8 Dalam proses
rantai transport elektron, ekivalen pereduksi tersebut (NADH dan FADH2)
dimanfaatkan dalam serangkaian reaksi reduksi oksidasi hingga akhirnya
dipakai untuk mereduksi O2 menjadi H2O.
Fosforilasi oksidatif adalah deretan reaksi redoks yang melibatkan
berbagai kompleks protein yang terikat pada membrane sebelah dalam dari
mitokondria. Dalam rangkaian reaksi redoks ini, elektron dari ekivalen
pereduksi (yaitu NADH dan FADH2) dipindahkan dengan tujuan akhir ke
molekul O2 melalui sejumlah gugus pembawa elektron yang terikat pada
kompleks protein (koenzim). Energi yang dibebaskan dalam proses redoks ini
diubah menjadi molekul berenergi tinggi yaitu ATP. Oleh karena melibatkan
proses reaksi redoks, pembentukan ATP dengan mekanisme ini disebut
sebagai fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif juga disebut rantai transport
elektron karena dalam proses ini melibatkan transfer elektron. Selain itu,
sering juga digunakan istilah rantai pernafasan karena melibatkan oksigen
sebagai tujuan akhir dari transfer elektron. Selain melalui fosforilasi oksidatif,
ATP juga dibentuk melalui mekanisme fosforilasi tingkat substrat.
1.4 Protein
Protein bersama karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi bagi tubuh.
Protein tersusun dari molekul-molekul yang disebut asam amino. Di dalam tubuh
mamalia asam amino terbagi menjadi dua bagian yaitu asam amino esensial dan non
esensial. Asam amino esensial ialah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh. Asam amino esensial dapat disintesis oleh tubuh namun tetap diperlukan
asupan dari makanan untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut di dalam
tubuh (Burnama, 2011).

1.4.1 Pencernaan Protein


Kebanyakan protein dicerna didalam usus halus, yaitu di duodenu dan
jejunum.
a. Endopeptidase : enzim peptida yang memotong atau membelah protein
dengan cara hidrolisis ikatan peptida antara asam amino tertentu diseluruh
molekul. (memotong dari dalam)
Contoh: Pepsin (jus lambung), tripsin, kemotripsin, dan elatase
(disekreksikan oleh pankreas)
b. Exopeptidase : enzim peptida yang memotong atau membelah protein
dengan cara menghilangkan satu per satu baik dari ujung asam amino atau
karboksil molekul dengan menghidrolisis ikatan peptida. Exopeptidase
terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Carboxypeptidase : disekresikan dalam jus pankreas, melepaskan
asam amino dari gugus karboksil bebas pada peptida
2. Aminopeptidase : disekresikan oleh sel-sel mukosa usus, melepaskan
asam amino dari terminal amino peptida.
Enzim pankreas proteolitik utama :
a. Tripsin dan kemotripsin : memecah molekul protein menjadi polipeptida
kecil
b. Carboxypolipeptidase : memecah asam amino dari karboksil
c. Proelastase : mengubah menjadi elastase yang kemudia mencerna serat
elastin yang sebagian menyatukan daging.
Hanya sebagian kecil dari protein yang dicerna sampai ke penyusunnya asam
amino oleh getah pankreas. Sebagian besar tetap sebagai dipeptida dan
tripeptida.
1.4.2 Metabolisme Protein
Metabolisme protein menurut Suparyanto (2010) dalam Mulasari dan Tri
(2013) yaitu:

a. Penggunaan Protein Untuk Energi

1. Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam
amino untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak.
2. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses
deaminasi atau transaminasi.
3. Deaminasi merupakan proses pembuangan gugus amino dari asam amino
sedangkan transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi
asam keto.

b. Pemecahan protein
1. Transaminasi yaitu mengubah alanin dan alfa ketoglutarat menjadi
piruvat dan glutamate.
2. Diaminasi yaitu mengubah asam amino dan NAD+ menjadi asam keto
dan NH3. NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang
oleh ginjal. Maka harus diubah dulu menjadi urea (di hati) agar dapat
dibuang oleh ginjal.

c. Ekskresi NH3
NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal dan harus diubah dulu menjadi
urea oleh hati. Jika hati ada kelainan (sakit) maka proses pengubahan NH3
akan terganggu dan akan terjadi penumpukan NH3 di dalam darah yang
menyebabkan terjadinya uremia. NH3 bersifat meracuni otak yang dapat
menyebabkan koma. Jika hati telah rusak maka disebut koma hepatikum.

d. Pemecahan protein
Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein
menjadi zat yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs. Zat-zat yang dapat
masuk adalah alfa ketoglutarat, suksinil Ko-A, fumarat, oksaloasetat, dan
sitrat.

e. Siklus Krebs
Siklus ini merupakan proses perubahan asetil Co-A menjadi H dan
CO2. Proses ini terjadi di mitokondria. Pengambilan asetil Co-A di
sitoplasma dilakukan oleh oksaloasetat. Proses pengambilan ini terus
berlangsung sampai asetil Co-A di sitoplasma habis. Oksalo asetat berasal
dari asam piruvat. Jika asupan nutrisi kekurangan karbohidrat maka juga
akan kekurangan asam piruvat dan oksaloasetat.

f. Rantai Respirasi
Hydrogen hasil utama dari siklus krebs ditangkap oleh carrier NAD
menjadi NADH. Hydrogen dari NADH ditransfer ke flavoprotein, quinon,
sitokrom b, sitokrom c, sitokrom a3, terus direaksikan dengan O2
membentuk H2O dan energy.

g. Fosforilasi Oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energy yang tinggi, energy
tersebut ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi
ATP.

h. Kreatin dan Kreatinin


Keratin disintesa di hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot
rangka difosforilasi fosforilkreatin (simpanan energy). Fosforilkreatin
dapat mejadi kreatinin dan gerak urine.

1.5 Lemak
Lipida atau lemak adalah segolongan senyawa yang berasal dari makhluk
hidup relatif tidak larut dalam air, akan tctapi larut dalam zat-zat pelarut nonpolar.
Berlainan dengan karbohidrat atau protein, yang masing-masing memiliki struktur
dasar yang sama, lipida terdiri atas bermacam-macam senyawa heterogen dengan
struktur yang berbeda satu dengan yang lain. Tiap-tiap jenis lipida dapat mempunyai
fungsi sendiri dalam tubuh (Albert,L. Lehninger., 2000).
Lemak menyumbang sekitar 60% dari total energi yang diperlukan, selain itu
ketika mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, maka akan terjadi
penyimpanan dalam tubuh. Selain itu jika terdapat kelebihan konsumsi protein dan
karbohidrat, maka kedua zat ini akan dikonversi menjadi lemak. Namun, reaksi ini
tidak terjadi sebaliknya, lemak tidak dapat diubah kembali menjadi protein dan
karbohidrat.

1.5.1 Metabolisme Lemak


Metabolisme Lemak terdiri dari 3 fase, yaitu:
 alfa oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A
 Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
 Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O + ATP

Alur Metabolisme Lemak

1. Di mulut, lemak mulai mengalami tahapan pencernaan, terjadi penyesuaian suhu


tertentu pada saat lemak dikunyah di mulut.
2. Pada lambung, lemak mengalami proses pencernaan dengan bantuan asam dan
enzim menjadi bentuk yang lebih sederhana.
3. Selanjutnya lemak akan memasuki hati, empedu, dan masuk ke dalam usus kecil.
4. Dari kantung empedu lemak akan bergabung dengan bile yang merupakan
senyawa yang penting untuk proses pencernaan pada usus kecil. Selanjutnya hasil
pemecahan tersebut akan diubah oleh enzim lipase pankreas menjadi asam lemak
dan gliserol
5. Kelebihan lemak kemudian disimpan dalam tubuh, dan sebagai akan bergabung
dengan senyawa lain seperti fiber yang akan di keluarkan melewat usus besar.

1.5.2 Penyimpanan Lemak dalam Tubuh

Lemak yang disimpan dalam tubuh dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
lemak subkutan. Lemak subkutan terdapat tepat dibawah jaringan kulit.
Lemak visceral terdapat di dekat organ tubuh bagian dalam. Lemak visceral
ini berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh bagian dalam.
Kedua jenis lemak tersebut dapat dikurangi dengan cara yang berbeda. Lemak
visceral dapat dikontrol dengan menjaga pola makan lemak yang tidak
berlebihan, sementara lemak yang terdapat langsung dibawah kulit dapat
dikurangi dengan berolahraga. Kelebihan lemak ini biasanya akan menumpuk
pada bagian tertentu pada tubuh seperti perut, pinggul, dan paha, namun yang
paling jelas terlihat pada bagian perut. Faktor lain yang juga mempengaruhi
penumpukan lemak tersebut adalah stress. Stress dapat mempengaruhi selera
makan dan dapat menyebabkan penumpukan lemak semakin meningkat,
secara mudah mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut: Stress
merupakan stimulus yang dikirimkan ke otak dan kemudian otak akan
mengirimkan sinyal ke tubuh untuk meningkatkan nafsu makan. Hasilnya,
kecenderungan untuk mengonsumsi makanan akan mengalami peningkatan
(Tika, 2011).

1.5.3 Fungsi Lemak


Lemak merupakan nutrisi yang berfungsi sebagai:
 Sumber cadangan energi yang disimpan dalam tubuh
 Media untuk transportasi beberapa vitamin yg larut dalam lemak (vitamin
A, D,E, dan K)
 Membantu menekan lasa rapar dengan mekanisme memperlambat
pengosongan pada lambung sehingga rasa kenyang dapat bertahan lebih
lama.
 Merupakan zat gizi yang menambah citarasa pada makanan
 pembentukan sel,
 sumber asam lemak esensial,
 menghemat protein,
 sebagai pelumas, dan
 memelihara suhu tubuh (Tika, 2011).

1.6 Rantai Respirasi

Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Didalam


mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari
oksidasi respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan prosespembentukan
intermediat berenergi tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi
oksidatif memungkinkan organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat
respiratorik dalam proporsi jauh lebih besar daripada organisme anaerob.
Rantai respirasi terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Glikolisis
b. Siklus krebs
c. Fosforilasi oksidatif dan transfer elektron
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria.

1.6.1 Membran Mitokondria

Membran mitokondria terdiri dari dua lapisan, yaitu:

 membrane sebelah luar yang bersifat permeable terhadap molekul kecil


dan ion.
 membrane sebelah dalam bersifat tidak permeable.
Pada membran sebelah dalam terdapat berbagai kompleks protein yang
terlibat dalam rantai pernafasan, termasuk di dalamnya adalah ADP-ATP
translocase dan ATP sintase (F0 F1). Kompleks tersebut terlibat dalam
transport electron ke O2. Sebagai contoh, dalam 1 sel hati, membrane sebelah
dalam mitokondria-nya mengandung lebih dari 10 000 set system transport
elektron dan molekul-molekul ATP sintase, yang terdistribusi pada bagian
permukaan membrane sebelah dalam mitokondria.

1.6.2 Ruang Antarmembran

Pada ruang antar membrane terdapat enzim adenilil kinase and creatine
kinase.c. matriks: di dalamnya mengandung sejumlah besar enzim yang
terlibat dalam siklus asam sitrat (siklus Krebs). Juga terdapat enzim-enzim
yang berperan dalam oksidasi asam-asam amino dan asam-asam lemak. Selain
itu, di dalam matriks juga terdapat kompleks piruvat dehydrogenase.
Karenanya, jalur metabolisme oksidasi bahan makanan terjadi di matriks,
kecuali glikolisis yang terjadi di sitosol.

1.7 Kebutuhan dan Keseimbangan Energi


Makanan yang kita makan selalu mengandung karbohidrat, protein, dan
lemak. Karbohidrat, protein, dan lemak yang nantinya akan dicerna akan berfungsi
membentuk sel atau energi dan cadangan makanan bagi tubuh kita.
a. Karbohidrat
Menghasilkan 4 kcal/g dengan cara mengoksidasinya menjadi CO2 dan
H2O.
b. Lemak
Menghasilkan 9 kcal/g dengan cara mengoksidasinya menjadi CO2 dan
H2O.
c. Protein
Menghasilkan 4 kcal/g dengan cara mengoksidasinya menjadi CO2, NH4
dan H2O.
d. Alkohol
Menghasilkan 7 kcal/g dengan cara mengoksidasinya menjadi CO2 dan
H2O.
1.7.1 Mengukur Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi dapat diperkirakan dengan mengukur energi yang
dikeluarkan. Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Secara langsung : mengukur panas yang keluar dari tubuh
b. Secara tidak langsung : mengukur kebutuhan O2.
Setiap 3,500 kalori lebih banyak dari makanan yang masuk akan
menyebabkan cadangan makanan diambil dari jaringan adiposa dan
menyebabkan berat badan menuruk 0,45 kg

1. Daily Energy Expenditure (DEE)


BMR + E for physical activity + E cost of synthesizing

Energy Requirement Estimation : berat badan, umur, gender, level


aktivitas fisik.

a. Basal Metabolic Rate (BMR)


Setara dengan Resting Energy Expenditure (REE) dan dalam keadaan
tidak tidur.
- Kondisi suhu ruangan terkontrol
- Dilakukan +- 12-18 jam setelah makan terakhir
- Dituliskan dalam kcal/day

b. Energi Aktivitas Fisik


- Physial activity ratio (PAR) atau Metabolic equivalent of the task
(MET)
- Aktivitas tetap : 1.1-1.2 x BMR
- Aktivitas besar (memanjat tebing, mendaki gunung, dll) : 6-8 x BMR
- Level aktivitas (PAL) : (Σ different activities PAR x time taken)/ 24
jam

c. Energi saat makan


saat makan akan menaikkan 10% energi dan menaikkan rate
metabolisme.

Energy Balance

Makanan masuk > energi yang dikeluarkan = obesitas


Makanan masuk< energi yang dikeluarkan =malnutrisi

Penghitungan BMI
1.8 Antropometri

Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status


gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri
Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai
dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5
tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun.
Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam
bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai
umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak umur 0-24 bulan
yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur dengan posisi
berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada anak umur di atas 24
bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan diukur
dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan
0,7 cm.

1.8.1 Indeks Standar Antropometri

Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan


panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)


Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan
dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat
badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi
tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat
gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah,
kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi
dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.
2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau


tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi
anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted),
yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit.
Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat
diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi
sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang
terjadi di Indonesia.
3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan


anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi
buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih
(possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh
penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun
yang telah lama terjadi (kronis).

4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk,


gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang
sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih
dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi
lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi
lebih dan obesitas.

1.8.2 Pengukuran Antropometri


a. Pada Bayi
- Lingkar kepala
- Lingkar lengan atas (LILA) dengan alat ukurnya yaitu pita lila
- Panjang badan
- Berat badan
b. Pada Anak
- Lingkar lengan atas (LILA)
- Tinggi badan
- Berat badan
c. Pada Dewasa
- Tinggi badan
- Berat badan
- Lengan atas (LILA)
- Lingkar perut

2. OBESITAS

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal


yang dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya
obesitas yaitu ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran
energi (Betty, 2004). Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan
keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang
akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al
2011). Sehingga obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh
yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila
nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes,2010).

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat


akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang.
Bila seseorang bertambah berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah
besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak. Obesitas merupakan suatu
kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energy yang
dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik diketahui sangat
berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan
sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di
jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini,
terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena
keterkaitannya dengan sindrom metabolic atau sindrom resistensi insulin yang terdiri
dari resistensi insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis,
hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009).

2.1 Penghitungan Obesitas

Pada kasus pasien, pasien memiliki BMI yaitu 48,2 kg/m2 yang dapat
digolongkan kelompok obesitas yaitu obesitas kelas III
2.2 Etiologi Obesitas
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor
lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga
bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik
dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional (Guyton, 2007).
Faktor-faktor Obesitas :
a. Genetik
b. Hormonal
c. Aktivitas fisik
d. Perilaku makan
e. Neurogenik
f. Dampak penyakit lain
g. Obat-obatan
Pada kasus pasien, pasien mengalami obesitas dikarenakan kurangnya
aktivitas dan perilaku makan yang tidak sehat.

2.3 Tipe-tipe Obesitas


Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe
(Purwati, 2001) yaitu :
1. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran
sel normal terjadi pada masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi
normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.
2. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe
hiperplastik.
3. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan
ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan
terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada
tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi
penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:

1. Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhanlemak yang
berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka.
Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak
yang menumpuk adalah lemak jenuh.
2. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh
perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
2.4 Dampak Klinis Obesitas
Konsekuensi obesitas terhadap kesehatan sangat bervariasi mulai dari
kematian premature sampai kualitas hidup yang rendah. Umumnya obesitas dikaitkan
dengan “ Non Communicable Diseases” seperti CVD, kanker, dan berbagai gangguan
psikososial. Untuk memberi gambaran yang jelas dikelompokkan sebagai berikut
(Soegih, 2009) :

Tabel 2.3. Resiko Relative (RR) terjadinya Masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan
Obesitas
Resiko relatif Resiko relatif Resiko relatif
meningkat tajam meningkat sedang meningkat ringan
RR ≥ 3 RR 2-3 RR >1-<2

- Diabetes mellitus - PJK - Kanker

- Resistensi insulin - Osteoartritis - Abnormal hormone reproduksi

- Hipertensi - Hiperurisemia - Sindrom polikistik ovarium

- Dislipidemia - Gout - Defek pada bayi dari ibu yang obesitas

- Sleep apnoe - Gangguan fertilitas

- Kandung - Low back pain


empedu

Pada kasus, pasien mengalami Hipertensi dan Diabetes Melitus 2 sebagai


dampak dari obesitas yang dia idap.
a. Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap
Penyakit hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia
20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang
hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat Badan normal
(Wirakusumah, 1994). badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan
kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh lebih
besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada
usia yang lebih tua (Purwati, 2010). Hubungan antara Hipertensi dan Obesitas
adalah karena bertambahnya berat badan maka jantung akan berusaha untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh, semakin berat suatu berat badan maka
semakin keras usaha jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh, semakin
keras usaha jantung maka semakin menyempit saluran darah sehingga
mengakibatkan tekanan darah tinggi.
b. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi
tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih
dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita
kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang
abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin
menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi
bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan
tinggi serat (Purwati, 2001). Hubungan diabetes melitus 2 dengan obesitas
adalah obesitas menyebabkan resistensi insulin sehingga menyebabkan
glukosa tidak bisa masuk kedalam sel sehingga dikeluarkan melalui urin.
2.5 Pencegahan Obesitas

Mencegah overweight menjadi obesitas seharusnya lebih mudah dan lebih


efektif daripada mengatasi seseorang yang sudah terlanjur obesitas. Sesorang yang
berat badannya hanya sedikit berlebih , terkadang tidak mempunyai motivasi dalam
menurunkan beran badannya. Berikut ini pencegahan terjadinya obesitas yaitu :
1. Mengubah pilihan makanan menjadi lebih sehat dan seimbang.
2. Menurunkan asupan energi total sehingga sebanding dengan keluaran energi.
3. Mengatur konsumsi cemilan atau makanan yang lebih sehat.
4. Melakukan lebih banyak aktivtas fisik, dan mengurangi sedentary time.
Berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam
seminggu.
5. Memeriksa Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui berat tubuh remaja
normal atau obesitas serta kesadaran dini mengenai perlunya melakukan
sesuatu untuk menurunkan berat badannya.

Dapat disimpulkan, pasien mengalami obesitas dikarenakan pola makan yang tidak
sehat dan kurangnya aktivitas ditambah lagi adanya hernia di perut yang membuat
pasien semakin jarang beraktivitas. Penyakit DM 2 dan Hipertensi merupakan
oenyakit efek dari obesitas yang ia alami. Sehingga untuk mengurangi berat badan,
pasien dianjurkan untuk melakukan diet sehat dan olahraga yang teratur.
3. BHP
a. Autonomi
• Merancang rencana diet 1200 – 1600 kkal dan pengaturan aktivitas fisik.
• Pasien juga harus mengikuti program manajemen berat badan di klinik dua kali
seminggu selama enam minggu ke depan.
• memeriksa kadar gula darahnya 3 kali/hari, membuat catatan dan menyerahkan
kedokter pada kunjungan berikutnya.
• Dia juga diajari bagaimana mengurangi dosis obat diabetesnya berdasarkan kadar
gula darahnya.
b. Benefience
Memberikan pelayanan terbaik dan memberikan daftar makanan opsional untuk
melakukan diet seimbang.
c. Justice
Dokter mengobati dengan tidak pilih-pilih dan berilaku adil pada keseluruhan pasien.
Dokter juga memberikan informed consent sebelum memberikan terapi.

d. Non Maleficence

Pasien disarankan untuk mengontrol nafsu makannya ketika mood swing.


Pasien bisa melakukan hal-hal seperti dibawah ini yaitu :
 Perbanyak konsumsi makanan tinggi serat
Tidak hanya baik untuk pencernaan, kandungan serat dalam makanan
juga membuat perut kenyang lebih lama. Beberapa jenis makanan tinggi serat
di antaranya kacang-kacangan, gandum, agar-agar, serta buah dan sayur.
Selain banyak mengandung serat, makanan-makanan tersebut juga
mengandung banyak nutrisi lain yang baik untuk kesehatan tubuh.
 Konsumsi makan secara perlahan
Saat sedang makan, diperlukan waktu sekitar 20 menit bagi tubuh
untuk memunculkan sensasi rasa kenyang. Jika Anda makan secara perlahan,
maka akan memberikan waktu bagi otak untuk menangkap sinyal bahwa Anda
sudah kenyang sembari membatasi jumlah kalori yang dikonsumsi. Dengan
demikian, Anda bisa mengurangi asupan kalori yang masuk sekaligus
mengendalikan nafsu makan.
 Perbanyak minum air putih
Berbagai penelitian menyatakan bahwa membiasakan diri untuk banyak
minum air putih dapat menekan rasa lapar, sehingga mengurangi dorongan
untuk ngemil atau makan berlebih.
 Jangan lewatkan sarapan
Hindari melewatkan sarapan di pagi hari. Selain membuat Anda
kenyang sepanjang pagi, sarapan juga mencegah Anda makan berlebihan pada
siang harinya. Pastikan Anda mengonsumsi menu sarapan sehat yang
mengandung karbohidrat kompleks, serat, protein, dan sedikit lemak.

 Berolahraga secara teratur


Saat tubuh baru menjalani aktivitas fisik atau olahraga, maka biasa
nafsu makan memang sedikit meningkat. Namun, jika dilakukan secara rutin,
olahraga justru terlihat dapat membantu tubuh untuk menahan nafsu makan.
Rutin berolahraga dipercaya mampu mengurangi aktivitas bagian otak yang
mengendalikan nafsu makan dan mengurangi kadar hormon yang memicu rasa
lapar.
 Cukupi waktu istirahat
Tidur malam setidaknya selama 7 jam ternyata dapat memengaruhi
produksi hormon leptin dan ghrelin yang mengendalikan nafsu makan. Jika
Anda cukup tidur, hormon tubuh akan bekerja dengan baik dan tubuh lebih
mampu mengendalikan nafsu makan.
 Hindari mengonsumsi camilan
Jika merasa lapar dan ingin ngemil, coba pilih cemilan sehat, seperti
buah, sereal, granola, telur rebus, dan yoghurt rendah lemak. Anda juga bisa
mencampurkan madu pada camilan sehat tersebut.

4. PHOP
Sehat menurut UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan jika
arti sehat adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual, dan sosial, memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut
teori Blum 1981, sehat itu dapat dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor
perilaku masyarakat, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan.

Berdasarkan teori tersebut, jika dikaitkan dengan kasus wanita obesitas, maka
wanita itu terlihat sehat, akan tetapi dalamnya sakit. Beberapa penyakit yang dialami
wanita tersebut yaitu kelebihan berat badan, hipertensi, dan hypercholesterolemia.
Seseorang dapat dikatakan sehat juga harus sesuai dengan standart BMI. Ditinjau
menurut teori Blum, pada faktor lingkungan sangat mendukung wanita tersebut
sampai obesitas. Kondisi setelah melahirkan yang memerlukan banyak asupan sebagai
ASI yang tidak dikontrol, dan ditambah dengan senang mengkonsumsi makanan yang
tinggi karbohidart, lemak dan protein mempercepat penambahan berat badan. Faktor
perilaku masyarakat, masih mempercayai jika wanita hamil sedang mengidam maka
harus dituruti karena jika tidak maka anaknya akan suka ngiler. Oleh karena itu
wanita hamil akan menuruti apa saja yang dia inginkan. Pada faktor pelayanan
kesehatan wanita tersebut sudah mengunjungi spesialis nutrisi (ahli gizi) untuk
konsultasi masalah program diet. Obesitas jiga bisa jadi karena memiliki keturunan
yang semuanya obesitas, padahal dengan cara mengontrol dan menyeimbangkan
antara intake dan output dapat mengendalikan berat badan.

Gaya hidup adalah suatu gaya hidup yang memperhatikan faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi kesehatan antara lain makanan dan olahraga. Selain itu, gaya hidup
seseorang jika mempengaruhi tingkat kesehatan (Aden, 2010)
Hal-hal yang mempengaruhi gaya hidup sehat
1. Berolahraga secara rutin
2. Konsumsi makanan sehat
3. Istirahat cukup

Sangat bertolak belakang antara faktor yang mempengaruhi gaya hidup sehat dengan
gaya hidup wanita pada kasus yang diangkat. Pada kasus, wanita tersebut jarang
berolahraga setelah melahirkan meskipun ia adalah mantan seorang atlet. Senang
mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, lemak dan protein, contohnya nasi
padang komplit, keripik pedas, pastry, cakes, cookies, dan candies. Mengkonsumsi
makanan tersebut secara terus menerus tanpa diimbangi ngan berolahraga, maka
intake akan lebih besar dari pada output. Demikian dapan menyebabkan lemak
tertimbun dan menjadi obesitas.

Cara melakukan gaya hidup sehat, (Proverawati dan Eni, 2012)


1. Udara bersih, parupun sehat
2. Banyak minum air putih
3. Konsumsi menu bergizi dan seimbang
4. Seimbang antara melakukan aktivita, olahraga dan istirahat
5. Tidur dan istirahat cukup
6. Kontrol kerja otak
7. Menggunakan suplemen bergizi

Faktor yang mempengaruhi gaya hidup sehat


1. Gaya perilaku
2. Perubahan gaya hidup
Dapat disimpulkan bahwa perlunya edukasi terhadap masyarakat tentang
pentingnya untuk menjaga pola makan dan hidup sehat serta banyak melakukan aktivitas,
memberikan edukasi tentang obesitas, faktor, dan bahaya atau resiko dari obesitas
BAB 7
PETA KONSEP

Konsumsi makanan berkalori tinggi


Energy intake:
Energy output:
 Makanan tinggi lemak Peningkatan berat badan
dan tinggi kalori  Aktivitas rendah
 Binge eating
 Rantai respirasi
 Fosforilasi oksidatif
 Bioenergetika
 Oksidasi biologi
 TCA Cycle8
BAB

KETIDAKSEIMBANGAN ENERGI

OBESITAS

HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS 2

1) Diet 1200-1600 kalori

2) Pemeriksaan berat badan


3) Pemeriksaan gula darah secara rutin
4) Penurunan dosis obat

PHOP BHP

- Konseling nutrisi ke ahli gizi - Memberikan edukasi bagaimana


- Pola hidup sehat caranya menurunkan berat badan dan
- Edukasi pasien tentang mengatur pola makan (beneficence)
pentingnya mempertahankan BB - Memberikan gambaran agar pasien
dan nutrisi yang akan di makan mau menjalani terapi penurunan berat
badan (autonomi)
- Memberikan pasien edukasi
supaya kondisi pasien tidak
memburuk, menjelaskan tentang
dampak/efek samping dari obesitas
dan terapinya
BAB 8
DAFTAR PUSTAKA

Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkunganya.
33-34.
Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta

Dr. Ir. Sri Wahjuni, M.Kes. 2013. Metabolisme Biokimia. Udayana University Press:
Denpasar

Tika. 2011. Makalah Metabolisme Lemak. Universitas Andalas: Padang

Adnyana, Ketut. 2005. Obesitas Sebagai Masalah Kesehatan. Bandung : Departemen


Farmasi FMIPA ITB pp. 30-35

Guyton, Arthur C & Hall Ph.D, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Hipertensi Primer.
Jakarta :EGC pp.239

Noer Kumalasari S.Si, M.Si. 2021. Revolutionary uses of solar energy. Presentasi
PowerPoint.

Noer Kumalasari, S.Si., M.Si. 2021. Anthropometry Assesment. Presentasi PowerPoint.

Dr. Masfufatun, S.Si., M.Si. 2021. Siklus Asam Sitrat. Presentasi PowerPoint.

Dr. Masfufatun, S.Si., M.Si. 2021. Oksidasi Biologi. Presentasi PowerPoint.

dr Olivia Herliani, M.Si. 2021. Energy Requirements & Energy Balance. Presentasi
PowerPoint

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009 No. 144. Jakarta: Sekretariat Negara

Anda mungkin juga menyukai