Anda di halaman 1dari 2

Penilaian Piutang (Valuation of Account Receivable)

Penilaian piutang dilakukan untuk menentukan nilai yang wajar dari piutang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada tanggal neraca. Tujuan dari penilaian piutang adalah
untuk memastikan bahwa nilai piutang yang tercatat di laporan keuangan mencerminkan nilai
yang sebenarnya yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari piutang tersebut.

Piutang Yang Dapat Dinilai

Piutang yang dapat dinilai adalah piutang yang diyakini dapat dipulihkan atau dilunasi
dengan nilai tertentu di masa mendatang. Piutang semacam ini umumnya dianggap sebagai
aset dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis piutang yang
dapat dinilai:
Piutang Dagang: Piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa kepada pelanggan
dengan pembayaran yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu. Nilai piutang dagang
adalah jumlah yang diharapkan akan diterima dari pelanggan.
Piutang Usaha: Klaim atas pihak lain yang timbul dari transaksi lain selain penjualan barang
atau jasa, misalnya pinjaman kepada pihak lain atau piutang atas penyewaan aset. Nilai
piutang usaha adalah jumlah yang diharapkan akan diterima dari pihak yang meminjam.
Piutang Wesel: Piutang yang timbul dari penerimaan wesel atau cek yang diberikan kepada
perusahaan. Nilai piutang wesel adalah nilai nominal dari wesel atau cek tersebut.
Piutang Pajak: Klaim atas pihak lain yang timbul dari pembayaran pajak oleh perusahaan
yang kemudian akan dikembalikan atau dikreditkan. Nilai piutang pajak adalah jumlah pajak
yang diharapkan akan dikembalikan oleh otoritas pajak.
Piutang Asuransi: Klaim atas pihak lain yang timbul dari kerugian yang tercakup oleh polis
asuransi. Nilai piutang asuransi adalah jumlah yang diharapkan akan diterima dari perusahaan
asuransi sebagai pembayaran atas klaim.
Piutang Karyawan: Piutang yang timbul dari pemberian pinjaman kepada karyawan. Nilai
piutang karyawan adalah jumlah pinjaman yang diharapkan akan dikembalikan oleh
karyawan.
Piutang Lain-lain: Klaim atas pihak lain yang tidak termasuk dalam kategori di atas,
misalnya piutang atas subsidi pemerintah atau piutang atas pendapatan yang belum direalisasi
sepenuhnya. Nilai piutang lain-lain adalah jumlah yang diharapkan akan diterima dari pihak
lain yang berutang.
Dalam laporan keuangan, piutang yang dapat dinilai biasanya dilaporkan dengan nilai
bersih setelah dikurangi dengan estimasi kerugian piutang yang tidak tertagih. Estimasi ini
memperhitungkan faktor-faktor seperti kemampuan pelunasan, kondisi keuangan pelanggan,
dan risiko tertagih.

Piutang Tak Tertagih

Salah satu tujuan dari penjualan kredit adalah untuk menarik minat pembeli terhadap
barang yang ditawarkan. Sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Disamping itu
penjualan kredit juga mengandung resiko bagi penjual, yaitu apabila debitur tidak dapat
membayar sebagaimana mestinya maka perusahaan akan menanggung kerugian akibat tak
tertagihnya sejumlah piutang. Jumlah-jumlah yang tak dapat ditagih harus diantisipasikan
karena beban-bebannya terkait pada periode penjualan. Beban tersebut akan dilaporkan
sebagai beban penjualan atau beban umum dan administrasi, dan perkiraan penyisihan akan
ditunjukkan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dinilai pada
jumlah bersih yang dapat direalisasikan.
Untuk itu diperlukan adanya pengendalian terhadap piutang tak tertagih ini. Usaha
tersebut adalah dengan menyisihkan sebagian dari total piutang yang dimiliki oleh
perusahaan sebagai penyisihan piutang tak tertagih. Ada dua macam metode yang dipakai
untuk mengakui piutang tak tertagih, yaitu metode cadangan atau metode penyisihan
(allowance method) dan metode penghapusan langsung (direct write of method) dalam
metode ini mengakui beban hanya pada saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih
lagi.

Anda mungkin juga menyukai