Disusun Oleh :
Qamara Daffa NIM 13191047
Dosen Pengampu :
Muhammad Ma’arij Harfadli, S.T., M.T. NIP. 199002232019031004
1. Aerasi ................................................................................................................................................. 3
2. Transfer Gas...................................................................................................................................... 5
3. Transfer Gas Semprot ...................................................................................................................... 6
4. Aerator ............................................................................................................................................... 7
5. Aerator Semprot ............................................................................................................................... 9
5.1 Spray Aerator ............................................................................................................................ 9
5.2 Aerator Gelembung Udara ....................................................................................................... 9
6. Desain dan Karakteristik Operasi Aerator ................................................................................... 10
7. Definisi Koefisien Transfer Gas (K La) ........................................................................................... 11
8. Hubungan Aerasi dan Koefisien Transfer Gas (K La) ................................................................... 12
8.1 Suhu ......................................................................................................................................... 12
8.2 Karakteristik Air..................................................................................................................... 12
8.3 Turbulensi Air ......................................................................................................................... 13
8.4 Kejenuhan Oksigen ................................................................................................................. 13
9. Contoh Penerapan Proses Aerasi Secara Semprot ....................................................................... 14
9.1 Permasalahan .......................................................................................................................... 14
9.2 Metode Pengaplikasian ........................................................................................................... 16
9.3 Cara Kerja ............................................................................................................................... 17
9.4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................................................ 18
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................ 20
2
1. Aerasi
3
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah
melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk
gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung
halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang
digunakan.
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation
menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya
kontak antara air dengan udara.
Memantau konsentrasi DO sudah pasti sangat berkaitan dengan aerasi. Aerasi
yang dimaksud di sini mencakup suplai oksigen serta metode pelarutan oksigen ke dalam
sistem activated sludge (mixing).Mixing dapat dilakukan dengan berbagai cara. Akan
tetapi, dalam sistem activated sludge selalu diperlukan aerasi secara mekanik karena laju
aliran gas oksigen murni yang masuk ke dalam sistem terlalu lambat sehingga sulit untuk
menyeragamkan konsentrasi di dalam tangki.
Sebagai rule of thumb, kebutuhan oksigen dikatakan terpenuhi apabila
konsentrasi DO di dalam reaktor biologi mencapai minimal 2 mg/L. Memang hal ini bisa
saja berubah, tergantung kondisi limbah masing-masing instalasi. Saat konsentrasi DO
berada di bawah nilai optimalnya, indikator pertama adalah munculnya bakteri berbentuk
filamen dalam jumlah yang signifikan di dalam tangki aerasi. Komposisi mikroba akan
didominasi oleh bakteri jenis ini sehingga mempengaruhi kemampuan lumpur untuk
mengendap. Selama lumpur masih dapat dipisahkan dari efluen (di clarifier) maka masalah
masih dapat diatasi dengan “membasmi” bakteri filamentous tersebut. Jika konsentrasi DO
terus menurun, maka pertumbuhan bakteri filamen akan semakin meningkat lagi. Kondisi
lanjutan seperti ini dapat menurunkan efisiensi pengolahan karena efluen akan menjadi
keruh. Pada kondisi yang lebih parah, lumpur dapat berubah warna menjadi kehitaman dan
akan muncul bau busuk akibat kondisi tangki yang telah berubah menjadi anaerob.
Pengamatan visual merupkan indikator yang baik, akan tetapi akan lebih baik lagi
jika pemantauan konsentrasi DO dan kualitas efluen dilakukan sebagai tindakan
pencegahan. Perlu diingat, peralatan yang dipakai untuk pemantauan DO tidak bisa
diremehkan. Selalu gunakan alat ukur yang terawat dengan baik, bersih, dan rutin
dikalibrasi untuk menjamin akurasi pengukuran. Memberi aerasi semaksimal mungkin
4
memang akan menjamin tersedianya oksigen di dalam tangki. Namun, hal ini akan
berdampak besar pada tingginya biaya operasional instalasi.
2. Transfer Gas
Pemberian udara ke dalam air dengan menambah kontak air dengan udara di
sekitamya sering dilakukan dengan penyemprotan air ke udara. Semprotan air yang lebih
tinggi dan dengan butir-butir yang lebih kecil mengakibatkan kontak antara air dan udura
semakin banyak dan proses kimia semakin efektif. Kedun cara acrasi yang terakhir,
walaupun sungat baik. tetapi membutuhkan tambahan energi, yaitu untuk menyemprotkan
air ke udara maupun menmberikan udara ke dalam air. Menyemprotkan air ke udara bebas
(mirip dengan menerjunkan air) membutuhkan energi tambahan, yaitu pormpa jika energi
air tidak tersedia. Jika energi air berlebih, maka air dapat disemprotkan ke udara menjadi
butir butir kecil dengan energinya sendiri Contoh sederhana ditunjukkain oleh Prof H
lardjono di Laboratorium Pusat Studi Sumber Daya Lahan UGM, energi air digunakan
untuk menietar kincir dari pipa PVC yang dilubangi pada saah satu sisinya. Saat air keluir,
maka terjadi perubahan momentum yang mampe menggerakkan kincir tersehut hingga
berputar Lubang pada pipa dapat diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh:
a) diameter butiran air yang dikehendaki (berpengaruh pada tingkat acrasi yang
dikehendaki):
b) kecepatan perputaran kincir yang dikehendaki. Semakin besar sudut lubang pada pipa
terhadap vertikal, semakin besar momentum horizontalnya sehingga kincir berputar
semakin cepat, Perputaran kincir dan keeepatan air yang keluar juga berpengaruh pida
posisi partikel air yang jatuh di sckitar kincir tersebut. Jika dipilib posisi lubang (A)
akibatnya adalah momentum relatif kecil, perputaran kincir lambat, dan jarak jatuh partikel
air jauh dari lokusi as kincir. Lubang (B) mengakibatkan perubahan mormentum ke arah
X besar, perputaran kincir lebih cepat, dan lokasi jatuh agak dekat dengan as kincir. Lubang
di lokasi (C) mengakibatkur momentum relatif kecil, perputaran kincir lambat, dan lekasi
jatuh paitikel air dekat ilengan ns kincir. Posisi lubang A. B. dan C hanyalah sebagai contoh
tetapi sudut yang dikehendaki dapat dutur dicoba) dengan mudah, yaitu dengan memutar
pia PVC sampai diperoleh posisi yang dikehendaki Semburan air dan jatuhnya air selana
kinear berputar merupakan keindahan tersendiri yang singat mengasyikkin untuk dilihat.
5
3. Transfer Gas Semprot
Metoda semprot adalah menyemprotkan butiran air ke udara melalui lubang atau
nozzle, baik yang bergerak maupun diam. Pada penelitian ini salah satunya direncanakan
menggunakan diffuser aerator. Udara yang terkompersi dimasukkan ke dalam tangki untuk
menghasikan gelembung-gelembung udara yang kemudian akan bergerak naik ke
permukaan air, dan menyebabkan turbulensi sehingga dapat terjadi pertukaran senyawa-
senyawa volatil dari gelembung udara ke air dan sebaliknya (AWWA, ASCE, CSSE,
1997). Pada saat udara yang terkompresi ini bergerak dari orifice naik ke atas dan mencapai
permukaan dan membawa suatu lapisan yang jenuh dengan oksigen maka proses transfer
oksigen terjadi (Popel, 1974).
Pada permukaan air juga terjadi proses aerasi, yaitu dengan terbentuknya
turbulensi yang pada saat gelembung udara naik menuju ke permukaan. Aerator diffuser
biasanya memiliki waktu aerasi yang lebih lama dibandingkan dengan aerator terjunan. Ini
merupakan salah satu keuntungan dari aerator terdifusi. Aerator udara terdifusi adalah
aerator yang paling efisiensi untuk proses transfer oksigen. Di dalam diffuser ini, udara
yang bertekanan dihasilkan dari kompressor dan dimasukkan ke dalam air dari dasar tangki
melalui orifice atau nozzle dari sistem perpipaan sehingga terjadi distribusi yang seragam
pada seluruh air. Gelembung-gelembung udara yang naik menuju ke permukaan air
menghasilkan turbulensi sehingga terjadi transfer gas antara gelembung udara dengan air
dan antara air dengan udara pada interfase (Faust dan Aly, 1989).
Ukuran dan bentuk tangki aerasi Ukuran dan bentuk tangki aerasi serta peletakan diffuser
di dalam tangki aerasi mempengaruhi pola aliran air di dalam tangki dan Vw.
Letak diffuser di dalam tangki aerasi Letak diffuser dalam tangki aerasi pada prinsipnya
menentukan efisiensi aerasi, dimana proses aerasi dianggap paling efisien jika mampu
menghasilkan nilai Vw paling kecil.
Kecepatan transfer gas oksigen per unit diffuser Kecepatan transfer oksigen per unit
diffuser mempengaruhi kecepatan transfer oksigen di dalam tangki. Kecepatan udara per
6
unit diffuser harus sekecil mungkin agar dapat menghasilkan gelembung-gelembung
dengan ukuran yang kecil sehingga memberikan efisiensi yang besar.
Kecepatan transfer oksigen ini dapat ditentukan dari tekanan udara yang
dibutuhkan orifice untuk menghasilkan gelembung udara. Sehingga hal ini tergantung pada
struktur diffuser dan tipe diffuser yang ada. Diameter gelembung udara yang dihasilkan
pada diffuser bermacam-macam,yaitu (Degremont, 1979):
1. Coarse bubble (diameter >6 mm), udara diinjeksikan secara langsung melalui pipa
ataupun melalui diffuser dengan lubang yang besar.
2. Medium bubble (diameter 4 hingga 6 mm), ukuran gelembung udara diperkecil dengan
berbagai cara, misalnya dengan menggunakan orifice.
3. Fine bubble (diameter < 3mm), dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui media
berpori (pori berukuran 50 mikron). Efisiensi yang dapat dicapai dengan fine bubble
aerator adalah 8-12%, sedangkan untuk coarse bubble aerator adalah 4-8%. Periode aerasi
berkisar antara 10-30 menit dengan suplai udara 0,1-1 m3 /menit per m3 volume tangki
(Masduqi dan Slamet, 2001). Dari beberapa jenis aerator yang telah dijelaskan diatas, dapat
dibuat suatu tabel perbandingan kemampuan penyisihan dari masing-masing aerator
tersebut.
4. Aerator
Aerator adalah alat yang digunakan pada kolam atau tambak yang berfungsi
untuk melakukan aerasi atau membantu melarutkan oksigen yang ada di udara ke
dalam air. Efektivitas aerasi (peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air) tergantung pada
seberapa luas permukaan air yang bersinggungan langsung dengan udara. Aerasi, selain
dapat digunakan untuk melarutkan oksigen ke dalam air serta melepas kandungan gas-gas
yang terlarut dalam air juga punya fungsi untuk menghilangkan oksidasi besi dan mangan
dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui proses nitrifikasi.
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan
cairan dengan udara guna menaikkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air buangan
sehingga berguna bagi kehidupan Agar perpindahan sesuatu zat / komponen dari satu
medium ke medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah
terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface yang
7
stagnan/diam antara cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju perpindahan terhenti.
Untuk memperoleh keadaan tersebut terdapat beberapa prinsip dasar alat aerasi yaitu :
a. Aerator Spray
b. Aerator Cascade
c. Aerator Multiple-Tray
e. Aerator Mekanik
g. Aaerator spray. Air dipaksa masuk melalui nozzle, seperti pada air mancur.
h. Aerator Cascade. Air disebarkan dengan cara mengalirkan pada lempengan tipis yang
disusun seperti tangga atau sekat agar terjadi turbulensi untuk mencampur udara yang
terabsorpsi dalam cairan dan agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi
kontak dengan udara
i. Aerator Multiple Tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap tray yang
berisi butiran medium seperti arang batu atau butiran keramik. Air teraerasi saat
mengalir melalui medium yang ada pada tray, dan kumudian cairan jatuh dari tray
j. Aerasi Difusi Udara , udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan diaerasi dalam
bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan tersebut. Ukuran gelembung
bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada alat aerasinya. Alat
aerasi yang umum adalah diffuser porous, diffuser non-porous dan diffuser U-tube.
k. Aerator Mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air limbah secara
mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar, maka terjadi
perpindahan oksigen dari atmosfer ke dalam air. Pada sistem ini digunakan turbin
system hybrid yang melibatkan impeller dan sumber udara. udara yang keluar dan
bagian bawah impeler ,dipecah menjadi gelembung yang halus dan merembes
keseluruh tangki akibat gerakan pompa pada impeler. Pada pengolahan air limbah
proses aerasi diterapkan untuk menghilangkan senyawa organik dan non organik yang
volatil, memberikan oksigen untuk proses biologi, dan meningkatkan kandungan
oksigen pada air yang diolah.
8
5. Aerator Semprot
Aerator semprot terdiri dari 2 jenis berikut:
5.1 Spray Aerator
Terdiri atas nosel penyemprot yang tidak bergerak (Stationary nozzles)
dihubungkan dengan kisi lempengan yang mana air disemprotkan ke udara disekeliling
pada kecepatan 5-7 m /detik. Spray aerator sederhana dierlihatkan pada gambar, dengan
pengeluaran air kearah bawah melalui batang-batang pendek dari pipa yang panjangnya 25
cm dan diameter 15 -20 mm. piringan melingkar ditempatkan beberapa centimeter di
bawah setiap ujung pipa, sehingga bisa berbentuk selaput air tipis melingkar yang
selanjutnya menyebar menjadi tetesan-tetesan yang halus. Nosel untuk spray aerator
bentuknya bermacam-macam, ada juga nosel yang dapat berputar-putar.
9
Gambar 2. Aerator Gelembung Udara
10
Kecepatan aliran 0,3 m/detik
Tinggi = 1,2-9 m
KLa merupakan koefisien transfer gas secara keseluruhan dan memiliki satuan
per watu (time -1). Nilai KLa dapat ditentukan dalam skala percobaan dengan melakukan
integrasi terhadap persamaan :
dc dt = - KLa (Cs– C)
Dimana : KLa = Koefisien transfer gas, jam-1 Cs = Konsentrasi gas jenuh, mg/l
C = Konsentrasi gas di cairan, mg/l Dari persamaan 2.1 diatas maka diperoleh persamaan
garis lurus sebagai berikut :
Ln(Cs – Ct) = Ln (Cs – Ci) - KLa.t
11
Dari data percobaan dengan konsentrasi awal oksigen Cs dan konsentrasi oksigen
dalam interval waktu percobaan C, kemudian dapat di plot ke dalam grafik ln (Cs –C) Vs
time (t), maka diperolehgaris lurus dengan besarnya sudut arah (slope) adalah KLa
(Benefield, 1980). Untuk lebih jelasnya hubungan antara Ln (Cs-C) terhadap waktu, untuk
mendapakan nilai koefisien transfer gas (KLa) dapat dilihat pada Gambar berikut.
8.1 Suhu
Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena
suhu dalam air akan mempengaruhi 18 tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan
air. Kemampuan difusi oksigen meningkat dengan peningkatan suhu, sedang tegangan
permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu.
12
8.3 Turbulensi Air
Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju perpindahan
massa oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian permukaan bidang kontak, yang
berakibat pada defisit oksigen tetap terjaga konstan, serta akan meningkatkan nilai
koefisien perpindahan oksigen (KLa).
1 23 8,68
2 24 8,53
3 25 8,38
4 26 8,22
5 27 8,07
6 28 7,92
7 29 7,77
8 30 7,63
13
P menyatakan tekanan barometrik dalam mmHg dan menyatakan tekanan jenuh
uap air pada suhu air yang diaerasi. Tekanan jenuh uap air pada suhu air yang diaerasi.
Tekanan jenuh uap air pada berbagai suhu ditampilkan selengkapnya pada Tabel berikut:
Tekanan Uap
No. Suhu (°C)
jenuh (mmHg)
1 0 4,5
2 5 6,5
3 10 9,2
4 15 12,8
5 20 17,5
6 25 23,8
7 30 31,8
14
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah
menetapkan standar kualitas air minum, yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat syarat dan Pengawasan
Kualitas Air serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, yang mengatur
kandungan mineral yang diperbolehkan dalam kadar tertentu diantaranya kandungan Fe
dan Mn dalam air minum. Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Fe yaitu 1,0 mg/l
dan Mn yaitu 0,4 mg/l. Secara fisika, air bersih juga harus tidak keruh, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa.
Untuk menanggulangi masalah tersebut di atas, perlu dipikirkan teknologi yang
dapat mereduksi kadar besi dan mangan dalam air sumur gali, sehingga dapat memenuhi
standar mutu yang berlaku. Penerapan metode pengolahan air yang sesuai dengan kondisi
sumber air baku setempat sangat diperlukan. Upaya penurunan kadar besi dan mangan
dalam air sumur gali telah banyak dilakukan penelitian dengan metode yang berbeda-
beda, antara lain: metode koagulasi, pengendapan, aerasi (Hartini, 2012), filtrasi
(Selintung dan Syahrir, 2012), dan lain-lain. Metode alternatif juga dapat dilakukan
dengan cara menggabungkan 2 atau lebih dari metode-metode tersebut, seperti metode
koagulasi-sedimentasi, metode koagulasi-filtrasi dan metode aerasi-filtrasi (Daud dkk.,
2013).
Berdasarkan pada beberapa metode yang sudah dilakukan oleh para peneliti,
diperoleh bahwa metode aerasi filtrasi dapat menurunkan kadar besi dan mangan dengan
tingkat penurunan yang signifikan (Permatasari, 2016). Namun, waktu yang dibutuhkan
dalam proses tersebut masih terlalu lama, yakni 40 menit bahkan sampai 3 jam. Oleh
karena itu, Jamila (2017) telah melakukan penelitian tentang pengolahan air sumur gali
menggunakan metode aerasi-filtrasi bertingkat. Penggunaan metode aerasi-filtrasi
bertingkat ini mampu meningkatkan kualitas air sumur gali dalam waktu yang lebih
singkat dengan sistem yang relatif lebih sederhana dengan efektivitas pengolahan
mencapai 98,98%.
15
9.2 Metode Pengaplikasian
16
dibangun. Pelatihan meliputi teknik pengoperasian, recovery filter (pembersihan/back
wash dan atau penggantian filter) dan teknik distribusi air bersih hasil aerasi-filtrasi.
Cara kerja instalasi ini dimulai dengan memompa air sumur menggunakan pompa
air yang digerakkan mesin kemudian mengalami proses aerasi bertingkat (spray-tray
aerator) sebelum masuk ke tabung filtrasi bertingkat (gravity flow filtration and up flow
17
filtration). Air yang hasil pengolahan kemudian ditampung pada tabung penampung air
bersih dan siap untuk digunakan. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan PKM ini
diuraikan sebagai berikut:
a. Partisipasi dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan: Masyarakat di RT 06 /W 03
Kelurahan Kambu dilibatkan dalam proses sosialisasi baik sebagai masyarakat sasaran
maupun sebagai masyarakat mitra. Hal ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pola pikir
tentang pentingnya mengkonsumsi air bersih dan bagaimana menerapkan metode aerasi-
filtrasi bertingkat untuk mendapatkan air bersih.
b. Partisipasi dalam pembangunan instalasi sistem aerasi-filtrasi bertingkat: Seluruh
proses pembangunan instalasi mulai dari perancangan sampai pada pemasangan dan
pengoperasian melibatkan masyarakat secara aktif. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
transfer ilmu dan keterampilan secara baik kepada masyarakat sehingga diharapkan
teknologi ini dapat dibangun dan dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat setempat
dan dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat yang lain.
18
yang digunakan adalah karbon tempurung kelapa. Air hasil aerasi yang masuk ke dalam
tabung filtrasi mula-mula disaring oleh pasir silika, selanjutnya oleh pasir aktif, dan
akhirnya oleh karbon aktif.
Gambar 5. Kondisi air baku dan air bersih hasil pengolahan dengan metode aerasi-
filtrasi bertingkat
Terlihat perbedaan yang sangat menyolok antara air baku yang berasal dari dalam
sumur yang berwarna kuning dengan air hasil pengolahan dengan metode aerasi-filtrasi
bertingkat yang sangat jernih/bening. Berdasarkan hasil penelitian Jamila (2017) bahwa
air hasil pengolahan dengan metode aerasi-filtrasi bertingkat memiliki kandungan besi
dan mangan yang jauh lebih kecil di bawah standar kesehatan dengan efektifitas
pengolahan di atas 90%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa air bersih yang
diperoleh dari hasil pengolahan dengan metode aerasi-filtrasi bertingkat dalam kegiatan
ini sudah memenuhi standar kesehatan sebagai air bersih.
19
Daftar Pustaka
Aba, La, Eso, Amiruddin, Sahiddin, La Ode. 2020. Penerapan Sistem Pengolahan Air
Bersih Menggunakan Metode Aerasi-Filtrasi Bertingkat untuk Meningkatkan
Derajat Kesehatan Masyarakat di Kelurahan Kambu Kota Kendari. Vol. 2, No. 2,
hal. 49-56.
Benefield, L.D., Randall, C.W., 1980. Biological Process Design for Wastewater
Treatment: Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs.
Daud, N.N.N, Izehar, N. H., Yusuf, B., Mohamed, T.A., and Ahsan, A., 2013, Groundwater
Quality Improvement by Using Aeration and Filtration Methods, International
Journal of Environmental, Chemical, Ecological, Geological and Geophysical
Engineering Vol:7, No:6, 2013, pp. 309-313
Degremont. 1979. Water Treatment Handbook, Sicth Edition. France: Lavoisier.
Faust, S.P., and Aly, O.M., 1989. Plant Stress from Air Pollution. New York: John Willey
& Sons.
Lutfihani, Aizar. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) Dengan Menggunakan Tray
Aerator dan Diffuser Aerator. Jurusan Teknik Lingkungan ITB.
Permatasari, C. I., 2016, Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam Air
Sumur Gali dengan Metode Aerasi Filtrasi Menggunakan Aerator Sembur/Spray
dan Saringan Pasir Cepat, Skripsi, (Pembimbing Utama: Dr. La Aba, S.Si., M.Si.),
Jurusan Fisika, FMIPA UHO, Kendari.
Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat Standar Kualitas
Air Bersih dan Air Minum, Jakarta.
Puspitasari, Nevy; Ambar, Nur Fauziyyah; Latipah, Nurul. 2013. Laboratorium
Pengolahan Limbah Industri. Progam Studi Diploma III Analisis Kimia. Jurusan
Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung.
Triatmadja, Radianta. 2019. Teknik Penyediaan Air Minum Perpipaan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Qasim, S.R., 2000. Water Works Engineering: Planing, Design and Operation. Prentice
Hall: PTR. Upper Sadle.
20