Disusun Oleh:
Kelompok 1
P a g e 1 | 22
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan dan manfaat..........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian dan Fungsi Kebudayaan.................................................................................5
2.1.1 Pengertian Kebudayaan.............................................................................................5
2.1.2 Fungsi kebudayaan....................................................................................................9
2.2 Jenis dan Ragam Kebudayaan di Masyarakat..................................................................9
2.3 Fungsi Akal Dan Budi Manusia Dalam Pengembangan Budaya...................................11
2.4 Memperlakukan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar.............13
2.5 Proses dan Perubahan Kebudayaan................................................................................14
2.6 Problematika sosial kebudayaan....................................................................................16
BAB III.....................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................21
3.2 Saran...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22
P a g e 2 | 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah oleh Allah SWT berupa akal dan nafsu,
akal dan nafsu inilah yang mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang dapat
mewujudkan cita-cita atau penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut manusia
telah menciptakan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana sehingga sejak saat itu
kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu sains, teknologi, dan seni juga telah
mempengaruhi peradapan manusia dalam kehidupannya terutama dalam bidang budaya.
Manusia tidak dapat lepas dari kebudayaan, disebabkan kebudayaan merupakan cara
beradaptasi manusia dengan lingkungannya yang merupakan warisan sosial. Dan kebudayaan
itu sendiri bagi manusia berguna untuk mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah
masyarakat menuju taraf hidup tertentu yang lebih baik, manusiawi, dan berperi
kemanusiaan.
1. Bagaimana fungsi akal dan budi manusia dalam menanggapi pengembangan kebudayaan ?
P a g e 3 | 22
pengembangan kebudayaan, proses dan perubahan kebudayaan, serta problematika sosial
budaya.
Kita sebagai subyek yang berperan utama mempunyai peranan yang sangat penting
dalam aspek sebagai pelaku budaya. Dengan kita menjaga kelestarian budaya maka kita dapat
melestarikan kebiasaan-kebiasaan yang membentuk pribadi kita masing-masing. Budaya
merupakan ciri khas dari suatu daerah yang menggambarkan hubungan kebersamaan atau
panutan di antara masyarakat setempat.
Dari banyak ragam budaya yang ada masing-masing memiliki arti atau pengertian
masing-masing dari budaya tersebut. Dan cara melakukannya juga berbeda-beda, ini
menunjukkan bahwa budaya merupakan cerminan dari diri seseorang.
P a g e 4 | 22
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam rumusan ini , istilah warisan sosial disamakan dengan istilah kebudayaan.
Lebih jauh, model tersebut menyatakan bahwa kebudayaan atau warisan sosial lebih adaptif
baik secara sosial maupun individual, mudah dipelajari, mampu bertahan dalam waktu lama,
normative dan mampu menimbulkan motivasi. Namun tinjauan empiris terhadapnya
memunculkan definisi terbaru tentang kebudayaan seperti yang diberikan EB Taylor
Kebanyakan ilmuwan sosial membatasi definisi kebudayaan sehingga hanya mencakup aspek
tertentu dari warisan sosial. Biasanya pengertian kebudayaan dibatasi pada warisan sosial
yang bersifat mental atau non fisik. Sedangkan aspek fisik dan artefak sengaja disisihkan.
Hanya saja definisi yang terlanjur berkembang adalah definisi sebelumnya dimana
kebudayaan diartikan bukan sekedar istilah deskriptif bagi sekumpulan gagasan, tindakan dan
P a g e 5 | 22
obyek, melainkan juga merujuk pada entitas-entitas mentalyang menjadi pijakan tindakan dan
munculnya obyek tertentu.
Consensus yang kini dianut oleh para ilmuwan sosial masih menyisihkan aspek emosional
dan motivasional dari istilah kebudayaan, dan mereka tetap terfokus maknanya sebagai
himpunan pengetahuan, pemahaman atau proposisi. Namun mereka mengakui bahwa,
sebagian proposisikultural membangkitkan emosi dan motivasi yang kuat. Dalam kasus ini
proposisi tersebut dikatakan telah terinternalisasi.
2. Sebagian ilmuwan sosial bahkan berusaha membatasi lagi pengertian istilah kebudayaan
tersebut hingga hanya “mencakup bagian-bagian warisan sosial yang melibatkan representasi
atas hal-hal yang dianggap penting, tidak termasuk norma-norma atau pengethauan
procedural mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan” (Schneider, 1968)
3. Sementara itu ada pula yang membatasi pegertian kebudayaan sebagai makna-makna
simbolik yang mengandung muatan representasi dan mengkomunikasikannya dengan
peristiwa nyata. Geertz menggunakan makna ini secara eksklusif sehingga ia tidak saja
mengesampingkan aspek-aspek afektif, motivasional, dan normative dari warisan sosial
namun juga mempermasalahkan penerapan makna kebudayaan dalam individu. Menurutnya,
“kebudayaan hanya berkaitan dengan makna-makna public yang terus berlaku meskipun
berada diluar jangkauan pengetahuan individu ; contohnya mungkin adala lajabar yang
dianggap selalu benar dan berlaku, meski sedikit saja orang yang menguasainya”.
5. Tidak banyak bukti yang mendukung dugaan akan adanya pola tunggal hubungan tersebut
seperti yang dikemukakan oleh Ruth Benedict dalam bukunya Pattern of Culture (1934)
P a g e 6 | 22
kesatuan koheren, maka yang harus diperhitungkan adalah fakta bahwa warisan sosial
senantiasa melebur dalam suatu masyarakat. Sebaliknya jika kita menganggap kebudayaan
itu sebagai suatu kesatuan koheren, maka kumpulan elemen-elemennya bisa dipisahkan dan
dibedakan satu sama lain.
7. Kerancuan tersebut lebih jauh membangkitkan minat untuk menelaah koherensi dan
integrasi kebudayaan, mengingat dalam kenyataannya pengetahuan anggota
masyarakattentang kebudayaan mereka tidaklah sama. Hanya saja tidak ada metodeyang
telah terbukti handal untuk mengukur sejauh mana koherensi dan integrasi sebuah
kebudayaan. Bahkan muncul bukti-bukti yang menunjukkan bahwa elemen-elemen budaya
cenderung dapat digolongkan menjadi dua bagian besar. Pertama adalah sejumlah kecil
elemen yang hampir dipunyai oleh semua anggota masyarakat sehingga diantara mereka
dapat tercipta suatu hubungan yang saling pengertian. (misalnya lampu merah berarti tanda
berhenti), sedangkan yang kedua adalah elemen-elemenkultural yang hanya diketahui oleh
sebagian anggota masyarakat yang menyandang status sosial tertentu.(misalnya, pelanggaran
ketentuan kontrak tidak bisa diterima)
8. Dibalik kerancuan definisi ini terdapat masalah-masalah penting lainnya yang juga harus
dipecahkan. Keragaman definisi kebudayaan itu sendiri dapat dipahami sebagai giatnya
upaya mengungkap hubungan kausalitas antara berbagai elemen warisan sosial. Sebagai
contoh , dibalik pembatasan definisi kebudayaan pada aspek-aspek presentasional dari
warisan sosial itu terletak hipotesis yang menyatakan bahwa norma-norma, reaksi emosional,
motivasi dan sebagainya sangat ditentukan oleh kesepakatan awal tentang keberadaan,
hakekat dan label atas sesuatu hal. Misalnya saja norma kebersamaan dan perasaan terikat
dalam kekerabatan hanya akan tercipta jika ada system kategori yang membedakan kerabat
dan non kerabat. Demikian pula definisi cultural kerabat sebagai ‘orang-orang yang memiliki
hubungan darah’ mengisyaraktkan adanya kesamaan identitas yang memudahkan
pembedaannya. Jika representasi cultural memang memiliki hubugan kausalitas dengan
norma-norma, sentiment dan motif, maka pendefinisian kebudayaan sebagai representasi
telah memusatkan perhatioan pada apa yang paling penting. Hanya saja keuntungan dari
focus yang tajam itu dipunahkan oleh ketergantungan definisi itu terhadap asumsi-asumsi
yang melandasinya, yang acap kali kelewat sederhana.
• Individu
P a g e 7 | 22
• Masyarakat
• alam
Dari catatan Supartono, 1992, terdapat 170 definisi kebudayaan. Catatan terakhir
Rafael Raga Manan ada 300 buah, beberapa diantaranya :
• Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
• Robert H Lowie
• Keesing
• Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya
Kebudayaan adalah cara khas manusia beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara
manusia membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan hidupnya, yang
dilihat sebagai proses humanisasi.
10. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah.
P a g e 8 | 22
2.1.2 Fungsi kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti
kekuatan alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu sendiri untuk
mempertahankan kehidupannya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan baik
dibidang materiil maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas, untuk sebagian
besar dipenuhi oelh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Hasil karya
masyarakat menghasikan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan
utama melindungi masyarakat terhadap lingkungan. Pada masyarakat yang taraf
kebudayaannya lebih tinggi, teknologi memungkinkan untuk pemanfaatan hasil alam bahkan
munghkin untuk menguasai alam. Di sisi lain karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-
nilai sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakatnya.
P a g e 9 | 22
g. Sistem pengetahuan
Cultural universals tersebut dapat dijabarkan lagi kedalam unsure-unsur yang lebih
kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity.
Sebagai contoh cultural universals pencaharian hidup dan ekonomi antara lain
mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakan, system produksi, dll. Kesenian
misalnya meliputi kegiatan seni tari, seni rupa dll. Selanjutnya Ralph Linton merinci
kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsure-unsur yang lebih kecil lagi yang
disebutnya trait-complex. Misalnya kegiatan pertanian menetap meliputi unsure-unsur irigasi,
sistem pengolahan tanah dengan bajak, system hak milik atas tanah, dan sebagainya.
Selanjutnya trait complex mengolah tanah dengan bajak akan dapat dipecah ke dalam unsure
yang lebih kecil umpamanya hewan-hewan yang menarik bajak, teknik pengendalian bajak,
dan sebagainya.
Akhirnya sebagai unsur kebudayaan yang terkecil membentuk trait adalah items. Bila
diambil contoh alat bajak terdiri dari gabungan alat-alat yang lebih kecil yang dapat
dilepaskan, tetapi pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Apabila salah satu bagian bajak
tersebut dihilangkan, maka tak dapat menjalankan fungsinya sebagai bajak.
Ciri Kebudayaan :
• Bersifat menyeluruh
Wujud kebudayaan:
• Sarana hidup
Sifat kebudayaan
P a g e 10 | 22
• Beraneka ragam
• Dapat dijabarkan :
– Biologi
– Psikologi
• Mempunyai nilai
Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan
sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala
sesuatu.
Jadi jelas bahwa fungsi akal dan budi manusia adalah menunjukkan martabat manusia
dan kemanusiaan sebagai pemegang amanah makhluk tertinggi di alam raya ini.
Kegiatan-kegiatan yang dipelajari itu merupakan salah satu bagian dari kebudayaan
masyarakat secara keseluruhan. Didalamnya juga termasuk artefak dan berbagai kontruksi
proporsi kompleks yang terekspresikan dalam system symbol yang kemudian terhimpun
dalam bahasa. Melalui symbol-simbol itulah tercipta keragaman entitas yang sangat kaya
yang kemudian disebut sebagai obyek konstruksi cultural sepoerti uang, system kenegaran,
pernikahan, permainan, hukum, dan sebagainya, yang keberadaannya sangat ditentukan oleh
kepatuhan terhadap system aturan yang membentuknya. System gagasan dan simbolik
P a g e 11 | 22
warisan sosial itu sangatlah penting karena kegiatan-kegiatan adaptif manusia sedemikian
kompleks dan beragam sehingga mereka tidak bisa mempelajari semuanya sendiri sejak awal.
Serta manusia juga memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
Dengan kadar intelegensia yang dimiliki manusia mampu belajar sehingga menjadi
cerdas, memiliki pengetahuan dan mampu menciptakan teknologi. Intuisi menurut Supartono
sering setengah disadari, tanpa diikuti proses berfikir cermat, namun bisa menuntun pada
suatu keyakinan.
Perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal dari
rangsangan di dalam atau diluar dirinya. Emosi adalah rasa hati, sering berbentuk perasaan
yang kuat, yang dapat menguasai seseorang, tetapi tidak berlangsung lama
• Kemauan
Kemauan adalah keinginan, kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Kemauan dalam arti positif adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan hidup yang
dikendalikan oleh akal budi.
• Fantasi
Fantasi adalah paduan unsur pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia untuk
menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati.
• Perilaku
Perilaku adalah tabiat atau kelakuan, merupakan jati diri seseorang yang berasal dari
lahir sebagai factor keturunan yang kemudian diwarnai oleh factor lingkungannya.
Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia sendiri adalah produk kebudayaan. Peter L Berger menyebutnya
sebagai dialektika fundamental yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
• Tahap eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri manusia secara terus menerus kedalam
dunia melalui aktifitas fisik dan mental
P a g e 12 | 22
• Tahap obyektifitas, yaitu tahap aktifitas manusia menghasilkan realita obyektif, yang berada
diluar diri manusia
• Tahap internalisasi, yaitu tahap dimana realitas obyektif hasil ciptaan manusia dicerap oleh
manusia kembali.
Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan. Kebudayaan adalah ekspresi
eksistensi manusia didunia.
-Keadilan
Keadilan adalah salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan mengacui
pada suatu tindakan baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
-Penderitaan
Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi cirri paradoksal
yang menandai eksistensi manusia didunia.
-Cintakasih
Cintakasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas kasihan. Cinta
merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusi menemukan
bentuknya yang khas manusiawi
-Tanggungjawab
-Pengabdian
-Pandangan hidup
P a g e 13 | 22
-Keindahan
Eksistensi manusia didunia diliputi dan digairahkan oleh keindahan. Manusia tidak
hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
-Kegelisahan
a. Internalisasi
b. Sosialisasi
c. Enkulturasi
d. Difusi
e. Akulturasi
Akulturasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran
itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
P a g e 14 | 22
f. Asimilasi
a. faktor intern
¯ Pemberontakan / revolusi
b. faktor ekstern
• Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
• Orientasi ke depan
o Hambatan ideologis
o Kebiasaan
o Sikap pasrah
Dalam maksud yang sederhana, budaya unggul akan bisa memulihkan harga diri dan
martabat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak mudah dilecehkan dan diharapkan mampu
mengatasi krisis berkepanjangan dan seterusnya. Jika budaya unggul bisa didiskusikan
bersama seiring dengan manusia unggul, setidaknya apa yang dinyatakan oleh Covey sebagai
manusia dengan predikat greatness membawa ingatan kita pada apa yang oleh filosof Jerman,
Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900), dinyatakan sebagai uebermensch yang dalam
bahasa Inggris sering diterjemahkan sebagai superman. Kebudayaan merupakan identitas dari
manusia.
Untuk melahirkan budaya unggul, terlebih dahulu manusia harus bisa menjawab
tantangan yang ada dalam dirinya sendiri. Manusia unggul tidak lahir dari situasi statis,
melainkan dari proses dinamis. Tidak saja dalam pengertian bagaimana upaya menemukan
talenta terbaik dalam diri seseorang, melainkan upaya untuk terus-menerus menjadi manusia
yang lebih (over).
Dalam pengertian ini, Ignas Kleden (2004) menyatakan bahwa manusia hanya akan
berhasil menjadi manusia melalui proses ueberwindung atau overcoming (dalam bahasa
Inggris). Anjuran untuk berproses menjadi manusia unggul sudah dinyatakan dengan amat
jelas dalam Also Sprach Zarathustra. Jelas sekali ketika Nietzsche menulis bahwa pertanyaan
pertama dan satu-satunya yang dianjurkan oleh Zarathustra adalah Wie Wird der Mensch
ueberwubden (bagaimana caranya manusia mengatasi manusia).
Manusia bukanlah suatu konsep abstrak sebagaimana dipahami oleh kaum idealis atau
juga kaum materialis. Keduanya sering melahirkan pandangan-pandangan dunia yang bersifat
statis. Padahal, hidup dan kehidupan itu sendiri merupakan sesuatu yang dinamis dan
bergerak terus-menerus. Bukankah Nietzsche sendiri menyatakan, man is something that is to
P a g e 17 | 22
be surpassed (Manusia adalah sesuatu yang harus dilampaui). Atau dengan yakin ia
menyatakan, what is great in man is that he is a bridge and not a goal; what is lovable in man
is that he is an over- going and down-going ( Apa yang agung dalam diri manusia adalah
bahwa dia adalah jembatan dan bukan tujuan; apa yang patut dicinta dalam diri manusia
adalah bahwa dia adalah perjalanan naik dan turun ).
Seorang pejabat akan bernilai lebih jika setiap saat dia berhasil mengawasi dan
menekan nafsu korupsinya. Dalam mengarungi bahtera kehidupan yang nyata itulah manusia
diberi kuasa untuk memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri. Dia harus menciptakan
nilai-nilai untuk dirinya sendiri pada saat perjalanan kehidupan tersebut.
Di sini dapat dipahami mengapa Nietzsche amat membenci pada mereka yang mudah
menyerahkan diri pada skema nilai-nilai yang diciptakan di luar dirinya sendiri. Nietzsche
menyebut mereka sebagai “manusia bermoral gerombolan” atau “bermoral budak”. Mereka
adalah para pengecut yang hanya bisa berlindung di balik nilai-nilai yang menjerat
kedigdayaannya.
“The ignorant, to be sure, the people-they are like a river on which a boat floateth
along; and in the boat sit the estimates of value, solemn and disguised”. Mereka seperti
sebuah sungai yang di atasnya mengambang sebuah perahu; dan di dalam perahu itu duduk
nilai yang dihargai, penuh kemeriahan dan samaran.
Manusia unggul, jika mau merujuk pada Nietzsche, bisa lahir dan dilahirkan dari
manusia yang tak lagi menggantungkan diri segala tekanan dari luar. Dengan tidak
memperpanjang segala kontroversi pendapat Nietzsche, budaya unggul dalam perspektif ini
bisa dijadikan rujukan untuk mengembalikan jati diri dan martabat kebangsaan yang hancur
di tengah keserakahan modal, penguasa, utang luar negeri, bahkan terorisme.
P a g e 18 | 22
2) Komodifikasi kebudayaan
Kedua, berkebalikan dengan yang pertama, yaitu jalur keprihatinan terhadap budaya
bangsa. Dia mendapat ekspresi dalam dua sub lagu yang bersama menghasilkan paduan suara
atau duet harmoniselite yang prihatin. Sub lagu yang pertama disebut lagu museum ; unsure-
unsur positif warisan budaya bangsa perlu dilestarikan. Disini termasuk pakaian nasional,
tari-tarian, sopan santun ketimuran, kekeluargaan, gotong royong dan lain-lain. Dengan
menetapkan apa yang termasuk budaya bangsa, elite menetapkan kelakuan masyarakat yang
mana sesuai dan yang mana tidak sesuai.
Sub-lagu yang kedua mau melindungi budaya nasional terhadap pengeruh buruk dari
luar. Elite yang menganggap diri berwenang untuk menetapkan sikap-sikap mana yang tidak
sesuai dengan budaya bangsa. Disini kita mendengarkan bahwa bangsa Indonesia tidak
mengenal oposisi, bahwa masyarakat kita bermusyawarah daripada memperjuangkan hak-
haknya, tidak bersikap konfrontatif, bahwa bertindak berdasarkan keyakinan sendiri adalah
individualisme, dan oleh karena itu asing.
Hal-hal diatas secara tegas menyatakan bahwa demi budaya bangsa elitelah yang
sebaiknya menentukan arah pembangunan.
3) Tantangan Kebudayaan
Masyarakat kita yang berbudaya akan beruntung apabila mengenal dan akrab dengan
beberapa kebudayaan barat. Sama dengan orang barat yang mengenal dan mencintai
kebudayaan-kebudayaan Timur. Pertemuan dengan kebudayaan lain selalu memperkaya kita
sendiri. Mengagumi karya karya seni Italia, atau menelusuri filsafat Perancis bagi orang timur
P a g e 19 | 22
pasti sangat rewarding. Yang pasti menarik, pelancongan ke dalam kebudayaan lain tidak
cenderung memiskinkan persepsi tentang kebudayaan sendiri, melainkan memperkaya.
P a g e 20 | 22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan adalah salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum,
kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Dari pembahasan diatas kami dapat simpulkan bahwa manusia berhubungan erat
dengan kebudayaan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Karena kebudayaan tersebut
merupakan cara beradaptasi untuk mengatur hubungan antar manusia sebagai wadah
masyarakat menuju taraf hidup tertentu.
Dengan demikian, budaya patokan cara hidup manusia di tempat dia berada. Selain itu
dalam kebudayaan mengajarkan tentang keimanan
3.2 Saran
Kita sebagai mahluk berbudaya semestinya melestarikan budaya yang kita punya,
jangan sampai budaya yang kita punya tidak kita lestarikan dan sampai punah. Karena siapa
lagi jika bukan kita penerus bangsa yang melestarikan?
Kita lestarikan baik-baik budaya yang telah kita punya agar tidak diakui oleh bangsa lain.
P a g e 21 | 22
DAFTAR PUSTAKA
D’Andrade, R, Culture dalam Jessica Kuper, & Adam Kuper,, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial,
2000
Swartz, M. (1991) The Way The World is : Cultural Processes and Sosial Relations among
the Mombassa Swahili, Berkeley, CA.
D’Andrade, R, Ibid
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setagkai Bunga Sosiologi, edisi pertama,
yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1964, hal 155
Kluckhohn C, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, edisi ke-4, Rajawali
Pers, 1990
Linton, R, A Study of Man, an introduction, Appleton Century-Croft. Inc., New York, 1936,
hal 397
P a g e 22 | 22