Anda di halaman 1dari 3

Nama : SALAHUDIN

Nim : 2114120544
Kelas/Prodi : 6 C/Ekonomi Syariah
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Dosen Pengampu : Bpk. Sofyan Hakim, MM., MAP

TUGAS RESUME MATERI KELOMPOK 3


KELANGKAAN SUMBER DAYA ALAM
Menurut teori ekonomi, jika kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa publik
tertentu tidak terpenuhi, maka seluruh sumber daya alam, termasuk barang dan jasa
lingkungan hidup, akan menjadi langka. Misalnya saja, cagar alam kurang memiliki manfaat
lingkungan dan manfaatnya dipertanyakan.1
Kelangkaan sumber daya alam tercermin dalam melonjaknya harga bahan mentah,
“royalti” dan “sewa tanah”. Sewa adalah harga bayangan satu unit barang sumber daya dalam
persediaan (gudang). Bagi mereka yang tertarik pada kelangkaan, “sewa” sebagai alat ukur
lebih bersifat tetap. Namun jika ingin mengetahui seberapa besar pengorbanan yang
diperlukan untuk memperoleh barang dari sumber daya alam, harga merupakan indikator
yang lebih baik karena sudah termasuk biaya produksi dan sewa lahan. Terlebih lagi, karena
harga sewa sangat sulit untuk diamati, maka “harga” lebih sering digunakan sebagai indikator
untuk mendeteksi kelangkaan dan pengorbanan dalam produksi sumber daya alam.2
Untuk mengetahui apakah sumber daya alam itu langka, para ekonom menggunakan
berbagai metode dan instrumen di lapangan. Penilaian ini memperhitungkan harga produk
dan nilai sewa ekonomi atau biaya produksi satuan produk. Kelangkaan juga dapat
ditentukan oleh nilai izin dan elastisitas substitusi.3
Dalam upaya selanjutnya, Brown dan Field mengusulkan alat lain. Hal ini
mempertimbangkan elastisitas substitusi antara faktor-faktor produksi, khususnya modal dan
tenaga kerja, ketika sumber daya alam langka. Oleh karena itu, dengan mempelajari betapa
mudahnya mengganti sumber daya alam yang relatif meningkat dengan faktor produksi
lainnya. Faktanya, tidak ada alasan untuk takut akan menipisnya sumber daya alam selama
1
Eka Intan Kumala Putri, “Valuasi Ekonomi Lingkungan,” Pustaka.Ut.Ac.Id (2009): h. 4,
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MSLK5107-M1.pdf.
2
Rizky Arifahrizal, “Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan,” h. 8-9,
https://id.scribd.com/upload-document?archive_doc=546676996&escape=false&metadata=%7B%22context
%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D.
3
Almasdi Syahza, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Alam (Pekan Baru: UR Press Pekanbaru, 2017),
h. 38.
sumber daya yang jumlahnya semakin meningkat dapat dengan mudah digantikan dengan
sumber daya lain yang secara kuantitas lebih besar. Oleh karena itu, dalam hal ini sumber
daya alam bukanlah suatu kemajuan asalkan kita mencari penggantinya. Oleh karena itu,
ukuran kelangkaan dapat diperoleh dari elastisitas substitusi, yang mencerminkan respon
perubahan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya alternatif terhadap perubahan
harga.4
Ada delapan isu penting yang berkaitan dengan sumber daya alam yaitu persediaan
untuk kebutuhan manusia, lokasi persediaan, pergeseran ketersediaan sumber daya alam,
kebijakan penggunaan, peranan sumber daya alam dan lingkungan, kualitas, kerusakan
lingkungan dan mekanisme pasar.5
Harga bahan baku dijadikan tolok ukur kelangkaan sumber daya alam.
1. Harga riil suatu barang lebih berorientasi masa depan dan mencerminkan biaya yang
diharapkan di masa depan.
2. Kemajuan teknologi mengubah tanda-tanda penipisan sumber daya alam, seperti yang
ditunjukkan oleh harga riil barang-barang sumber daya.
3. Harga riil tidak menunjukkan kecenderungan meningkatnya kelangkaan sumber daya alam
yang terdapat substitusinya.
4. Harga riil suatu sumber daya dapat naik atau turun, yang menunjukkan kelangkaan atau
kurangnya kelangkaan.
Kelemahan harga komoditas sumber daya alam adalah sebagai berikut.
1) Harga pasar tidak mencerminkan penilaian sumber daya alam yang sebenarnya karena
sebagian sumber daya alam berfungsi untuk memenuhi kepentingan umum.
2) Tidak ada pasar sumber daya alam di masa depan, sehingga tingkat harga di masa depan
hanya ditentukan oleh ekspektasi.
3) Sumber daya alam mempunyai aspek barang publik, yang mengkonsumsinya tidak harus
mengecualikan mereka yang tidak mampu membayar (prinsip pengecualian tidak
berlaku), dan hal ini tidak berkurang ketika barang tersebut dikonsumsi; dikonsumsi.
Harga pasar tidak terlalu representatif karena dapat dikonsumsi.6

DAFTAR REFERENSI
Arifahrizal, Rizky. “Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan.”
https://id.scribd.com/upload-document?
4
Arifahrizal, “Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan,” h. 11.
5
M Suparmoko, “Peranan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Dalam Pembangunan” (2019): h. 16.
6
Syahza, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Alam, h. 41.
archive_doc=546676996&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform
%22%3A%22web%22%7D.
Putri, Eka Intan Kumala. “Valuasi Ekonomi Lingkungan.” Pustaka.Ut.Ac.Id (2009): 1–42.
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MSLK5107-M1.pdf.
Suparmoko, M. “Peranan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Dalam Pembangunan”
(2019): 1–31.
Syahza, Almasdi. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Alam. Pekan Baru: UR Press
Pekanbaru, 2017.

Anda mungkin juga menyukai