Bab 4-Suparmoko
• Kelangkaan SDA berarti permintaan terhadap SDA lebih tinggi dari
penawaran SDA tsb.
• Pengukuran kelangkaan SDA mjd penting krn adanya kelompok
otimis dan pesimis terhadap ketersediaan SDA (Klpk pesimis :
Malthus, Ricardo dan The Club of Rome; Klpk Optimis : Para
penganut teknologi, Barnnet dan Morse).
• Pengukuran kelangkaan SDA dapat dilakukan dg secara fisik lewat
persediaan.
• Persediaan adalah volume SDA yg sudah diketahui dan dapt
dieksploitasi dengan mendatangkan keuntungan pd tkt biaya dan
harga tertentu.
• Pengukuran kelangkaan secara ekonomi dengan melihat : harga
barang sumberdaya, biaya produksi rata-rata, dan scarcity rent.
Semakin mahal harga barang sumberdaya, semakin tinggi biaya
produksi rata-rata serta makin tinggi scarcity rent, maka semakin
langka persediaan SDA.
• Menurut Barnnet dan Morse SDA tdk semakin langka
karena adanya faKtor-faktor yg menghambat proses
tjdnya kelangkaan tsb, yaitu : adanya barang substitusi
(penemuan baru), perdagangan internasional dan adanya
teknologi (recycling).
• Economic rent dan tingkat harga riil memiliki kelemahan
juga sebagai alat pengukur kelangkaam SDA karena SDA
juga dipakai utk kepentingan umum, tdk ada future
market dan SDA memiliki sifat barang public.
• Perkiraan lama penggunaan SDA dapat didekati dg rumus
Geometrik yaitu : Pt=Po(1+r)t . Misalnya jika penggunaan
SDA meningkat 5% per tahun maka tkt penggunaan itu
menjadi 2 x lipat dalam waktu 14 tahun.
• Pt =Po (1 + r)^t
• (1 + r)^t = pt/po=2
• t log (1 + r) = log 2
• t log (1,05) = log 2
• t x 0,02118929907 = 0,3010299957
• t = 0,3010299957/0,02118929907 = 14
• Teknik yang digunakan dalam pengukuran ketersediaan
sumberdaya alam didasarkan atas kelompok
sumberdaya alam itu sendiri. Untuk sumberdaya alam
yang merupakan stok (sumberdaya alam yang tidak
dapat diperbaharui) dapat digunakan beberapa konsep
pengukuran yaitu sumberdaya hipotetikal, spekulatif,
cadangan kondisional dan cadangan terbukti.
Sedangkan untuk jenis flow (sumberdaya yang dapat
diperbaharui) pengukuran antara lain menggunakan
teknik potensi maksimum sumberdaya, kapasitas
lestari, kapasitas penyerapan, dan kapasitas daya
dukung (Fauzi, 2004).
• Kelangkaan sumberdaya alam terjadi karena terbatasnya
sumberdaya alam sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan wilayah tertentu. Kelangkaan ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelangkaan absolut dan
kelangkaan relatif. Indikator yang digunakan dalam
mengukur kelangkaan sumberdaya menurut Tietenberrg
dalam Yakin (2004) adalah Indikator fisik, harga
sumberdaya, biaya pemakaian, biaya ektraksi marginal, dan
biaya penemuan marginal. Sedangkan Hanley et al. dalam
Fauzi (2004) menyarankan menggunakan pengukuran
moneter dengan cara menghitung harga riil, unit cost, dan
rente ekonomi sumberdaya. Tingginya harga barang
mencerminkan kelangkaan dari sumberdaya tersebut.
Pengukuran dengan unit cost didasarkan pada prinsip
bahwa jika sumberdaya makin langkah biaya ektraksinya
menjadi makin mahal. Peningkatan nilai scarcity rent
menunjukkan tingkat kelangkaan sumberdaya alam.
• Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang ada di
dalam dan di atas bumi yang bukan buatan manusia,
ada yang telah diketahui dan ada yang belum
diketahui. Sumberdaya alam yang belum diketahui
dibedakan menjadi sumberdaya alam yang tidak
dimengerti sama sekali dan yang secara hipotesis dan
spekulatif diketahui.
• Dengan melihat pada gambar di bawah, maka dapat
disimpulkan bahwa semakin ke kiri letak sumberdaya
alam, akan semaki tinggi derajat kepastian geologis
sumberdaya alam dan semakin ke atas letak
sumberdaya alam semakin tinggi kelayakan
ekonominya.
Total Sumberdaya alam
Diketahui dan
Belum diketahui
terbukti
Ekonomi Persediaan/
SD hipotetis
Cadangan terbukti Tidak
dan
Cadangan dimengerti
Sub Ekonomi spekulatif
kondisiomal
Bahan/Material Ambang Potensi Ekonomi
tidak ekonomi
Ambang Mineralogi barang-barang dibumi lainnya
y – y1 y2 – y1
--------- = -------------
X – X1 X2 – X1
Rumus fs penawaran : y – y1 = m (x – x1), di mana m =
gradien
100
5,12
X2 X1
Jml Pengunjung
6. Metode yg Menggunakan Prinsip Biaya Oprtunitas
(Opportunity Cost)
➢ Metode ini biasa digunakan dlm kondisi konflik antara
“melestarikan” atau “membangun”.
➢ Mis. Di daerah hutan yg di bawahnya terdpt deposit
mineral yg kaya, maka penambangan berarti
pemusnahan hutan, sebaliknya pelestarian berarti
hutan tetap utuh dan mineral tdk dpt dimanfaatkan.
➢ Utk membuat keputusan apakah “membangun” atau
“melestarikan”, metode biaya oprtunitas dpt
digunakan.
➢ Biaya oportunitas dr seluruh kegiatan merupakan manfaat tertinggi
yg hrs dikorbankan utk melaksanakan kegiatan tsb.
➢ Bila kita ingin melestarikan alam dan mengetahui biaya oprtunitas
dr pelestarian lingkungan tsb maka perlu dilakukan hal-hal sbb.:
a) Daftarkan semua alternatif kegiatan yg mungkin dpt diperoleh dr
lokasi tsb.
b) Perkirakan keuntungan bersih dari setiap alternatif kegiatan tsb.
c) Biaya oprtunitas dr tdk memanfaatkan lingk. Alam tsb kemudian
mjd estimasi manfaat tertinggi.
➢ Apabila kita memutuskan utk melindungi sebuah habitat yg
khusus, maka keputusan tsb secara tdk langsung merupakan nilai
dari tempat itu, yg sekurang-kurangnya sama dg biaya oprtunitas
dr lokasi tsb.
➢ Misalnya sebelum kegiatan penambangan dik.
Bhw daerah itu sdh ditetapkan sbg kawasan
perlindungan dg 75% pohon eukaliptus, maka kita
dpt mengatakan bahwa nilai lingkungan sebagai
masukan (input) dlm kegiatan penambangan
sekurang-kurangnya sama dengan biaya utk
mengadakan kembali 75% pohon eukkaliptus di
daerah itu.
➢ Dikatakan “sekurang-kurangnya” karena biaya itu
belum termasuk biaya cagar alam yg telah
terganggu karena kegiatan penambangan tsb.
7. Metode Proksi (Substitusi).
➢ Prinsip-prinsip yg mendasari metode ini adalah bahwa kita dpt
menemukan nilai lingkungan alam dengan mencari nilai substitusi
yg dekat.
➢ Mis. Hubungan harga rumah dg pencemaran. Harga rumah di
daerah yg tercemar (dekat lokasi industri) harganya lebih murah
dari rumah yg tdk tercemar di dalam kawasan tsb. Selisih antara
harga rumah yg tdk tercemar dg yg tercemar merupakan nilai
lingkungan alam yg melekat pada rumah tsb.
➢ Cth lainnya misalnya pencemaran air sungai. Nilai dari
pencemaran tsb adalah “sekurang-kurangnya” sebesar biaya yg
dikeluarkan oleh masyarakat utk mendapatkan air bersih.