Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM NONRENEWABLE BERBASIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN EKONOMI

Angsukma Putri Dewayanti 081011032

PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA APRIL 2013

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik yang bersifat dapat diperbarui (renewable) dan tidak dapat diperbarui (nonrenewable). Sumberdaya alam merupakan sumberdaya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ketersediaan sumberdaya alam semakin sedikit akibat dari eksploitasi sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan (unsustainable). Sumberdaya alam merupakan salah satu modal dasar dalam kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dengan tetap memperhatikan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut. Sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang menjelaskan sumberdaya alam dengan rumusan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui atau sumberdaya terhabiskan adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi secara biologis. Sumberdaya alam ini terbentuk melalui proses geologi yang memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumberdaya alam yang siap diolah atau siap pakai. Apabila dieksploitasi sebagian, maka jumlah yang tinggal tidak akan pulih kembali seperti semula (Marilang, 2011). Sumberdaya alam tidak dapat diperbarui menjadi perhatian penting melihat kuantitasnya tidak akan berubah, dan sumberdaya alam ini sangat dibutuhkan di berbagai kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, sumberdaya alam tidak dapat diperbarui wajib dikelola secara bijak agar dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan berkelanjutan demi kemakmuran rakyat, baik generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut bagaimana pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui dengan prinsip berkelanjutan dan ekonomi.

1.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan ekonomi.

1.2 Tujuan Tujuan dalam makalah ini adalah mengetahui pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat tanpa harus menghilangkan atau merusakkan kelestariannya.

1.3 Manfaat Manfaat yang didapat dalam makalah ini adalah memberikan informasi deskriptif pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui dengan memperhatikan prinsip berkelanjutan dan ekonomi.

BAB II ISI

2.1 Sumberdaya Alam Rees (1990) dalam Fauzi (2004), sesuatu dapat dikatakan sebagai sumberdaya, jika: (1) Ada pengetahuan, teknologi, atau keterampilan untuk memanfaatkannya, dan (2) harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut. Sumberdaya alam adalah faktor produksi yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Secara umum sumberdaya alam dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: 1. Kelompok stok (nonrenewable) Sumberdaya eksploitasinya ini dianggap memiliki cadangan terbatas, sehingga

terhadap

sumberdaya stok

tersebut

akan tidak

menghabiskan diperbarui

cadangansumberdaya,

sumber

dikatakan

dapat

(nonrenewable) atau terhabiskan (exhaustible). 2. Kelompok flow Jenis sumberdaya ini dimana jumlah dan kualitas fisik dari sumberdaya berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang, bisa mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya di masa mendatang. Sumberdaya ini dikatakan dapat diperbarui (renewable) yang regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak. Salah satu sumberdaya alam yang patut dijaga kuantitasnya adalah yang tidak dapat diperbarui atau kelompok stok. Dibutuhkan waktu ribuan bahkan miliaran tahun untuk mengadakan sumberdaya alam tersebut, sehingga tidak mungkin manusia menyediakannya kembali. Untuk mengukur ketersediaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui, Rees (1990) dalam Fauzi (2004) memiliki konsep pengukuran ketersediaan yang digunakan antara lain: 1. Sumberdaya hipotekal, adalah konsep pengukuran deposit yang belum diketahui namun diharapkan ditemukan pada masa mendatang berdasarkan survei yang dilakukan saat ini. Pengukuran sumberdaya ini biasanya dilakukan

dengan mengeksploitasi laju pertumbuhan produksi dan cadangan terbukti (proven reserve) pada periode sebelumnya. 2. Sumberdaya spekulatif. Konsep pengukuran ini digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin ditemukan pada daerah yang sedikit atau belum dieksplorasi, dimana kondisi geologi memungkinkan ditemukan deposit. 3. Cadangan kondisional (conditional reserves), adalah deposit yang sudah diketahui atau ditemukan namun dengan kondisi harga output dan teknologi yang ada saat ini belum bisa dimanfaatkan secara ekonomis. 4. Cadangan terbukti (proven resource), adalah sumber daya alam yang sudah diketahui dan secara ekonomis dapat dimanfaatkan dengan teknologi, harga, dan permintaan yang ada saat ini. Permintaan akan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui sangat tinggi, khususnya yang tergolong cadangan terbukti, seperti bahan bakar fosil dan tambang logam. Permintaan yang tinggi tersebut membuat. Hal yang menjadi kontradiksi adalah persediaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui sangat terbatas, sedangkan permintaan akan sumberdaya ini tinggi. Hal tersebut akan membuat permintaan akan sumberdaya ini tinggi, sehingga dari segi ekonomi, sumberdaya alam tidak dapat diperbarui dapat menjadi sumber keuntungan ekonomi sebesarbesarnya tanpa memerhatikan aspek lingkungan.

2.2 Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Pembangunan akan selalu membawa perubahan. Pembangunan yang ada selama ini bertujuan setingkat demi setingkat mengubah keseimbangan lingkungan ke arah kualitas lingkungan yang dianggap lebih tinggi. Dari sisi ekologi, pembangunan sebenarnya adalah suatu gangguan. Pembangunan tidak dapat melestarikan lingkungan atau keseimbangan lingkungan. Yang harus dilakukan adalah melestarikan kemampuan lingkungan. Menjaga kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan merupakan usaha untuk mencapai pembangunan jangka panjang yang mencakup jangka waktu antargenerasi, yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Untuk melaksanakan pembangunan tersebut, harus diinvestasikan modal, baik uang, tenaga kerja, maupun waktu. Modal itu harus produktif dan makin lama makin besar. Tetapi jika pembangunan

tidak berkelanjutan, modal itu akan menjadi mubazir. Agar pembangunan berkelanjutan, pembangunan haruslah berwawasan lingkungan dengan

menggunakan sumberdaya secara bijaksana (Soemarwoto, 2009).

2.3 Sumberdaya Alam Tidak Dapat Diperbarui dan Pertumbuhan Ekonomi Sumberdaya alam tidak dapat diperbarui membutuhkan waktu ribuan bahkan miliaran tahun untuk mengadakan sumberdaya ini. Sifat tersebut menyebabkan masalah eksploitasi sumberdaya alam tidak dapat diperbarui berbeda dengan ekstraksi sumberdaya yang dapat diperbarui. Kombinasi berbagai faktor produksi untuk menentukan produksi yang optimal, dan juga seberapa cepat stok harus diekstraksi dengan kendala stok yang terbatas. Beberapa perbedaan pokok antara pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui dengan model ekonomi konvensional (Fauzi, 2004): Tabel 1. Perbedaan pokok antara pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui dengan model ekonomi konvensional Parameter Model Ekonomi Kompetitif Model Sumberdaya Nonrenewable Maksimasi Penerimaan marjinal (p) sama Stok yang tidak diekstraksi keuntungan dengan biaya marjinal (BM) mempunyai nilai (maksimasi atau p = BM opportunity, P = BM + profit, n) Ekstraksi Investasi karena nilai rente Terkendala stok, pada waktu sumberdaya sumberdaya terkait waktu. tertentu (terminal period), Penentuan rente/keuntungan stok akan habis. Peran tidak dihitung masa kini juga waaktu sangat krusial, masa sekarang intertemporal Menurut Sahat 1997, informasi mengenai letak dan jumlah kandungan sumberdaya alam merupakan suatu hal yang sangat berharga dan vital, baik bagi pemilik sumberdaya (pemerintah) maupun kontraktor (penambang). Jika pemilik tidak mengetahui berapa jumlah dan nilai sumberdaya yang dimiliki, maka perusahaan pertambangan akan menekan harga sewa atau bagi hasil tambang tersebut. Bisa juga dengan menaikan nilai tambang melebihi nilai sebenarnya, sehingga pemilik atau orang lain mau menanamkan modalnya pada usaha patungan yang akan dibuat. Kasus pendugaan stok tambang tembaga (yang sebenarnya lebih banyak kandungan emasnya) di Tembagapura Timika merupakan salah satu contoh

ketidakmampuan kita untuk mengetahui jumlah dan jenis kandungan tambang yang ada secara tepat.

2.4 Pengelolaan Sumberdaya Alam Tidak Dapat Diperbarui Pengelolaan sumberdaya alam seharusnya dilakukan dengan pendekatan ekonomi sumberdaya alam. Tujuan dari ekonomi sumberdaya adalah efisiensi (antarpenduduk), optimality (antarsumberdaya), dan sustainability (antargenerasi). Ekonomi sumberdaya dilandasi suatu sistem etika yang termasuk dalam teleological ethic, yakni utilitarianism bahwa sumberdaya alam haruslah membeikan kesejahteraan (utilitas) untuk sebagian besar masyarakat (Sahat, 2006). Agar pemanfaatan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui secara optimal harus meningkat sesuai suku, sepanjang waktu, dan sepanjang jalur optimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengelolaan harusnya dipegang oleh BUMN dan lembaga yang berorientasi pada kemakmuran masyarakat, dan bukanlah peusahaan asing yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Seluruh kegiatan pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui memiliki dampak penting di lingkungan sekitar sehingga diperlukan studi AMDAL. Setelah dilakukan studi AMDAL seharusnya pemerintah melakukan pengawasan pihak perusahaan. Pendekatan valuasi ekonomi dapat dipakai untuk menghitung manfaat ekonomi sumberdaya sebelum diadakannya eksploitasi untuk menentukan kemakmuran yang dirasakan oleh masyarakat sebelum, sedang, dan setelah kegiatan usaha eksploitasi. Agar memperoleh lingkungan yang sehat, diperlukan kesediaan warga untuk rela berkorban mengeluarkan sejumlah biaya untuk memperoleh kembali lingkungan yang bersih atau lingkungan yang tidak mengalami pencemaran. Keharusan seseorang membayar barang dan jasa lingkungan untuk memperoleh kualitas lingkungan yang lebih baik dari semula disebut konsep WTP (Wilingness To Pay) (Eriyati dan Rita, 2011). Konsep ini dapat diterapkan jika masyarakat sadar akan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan. Industri yang mengelola sumberdaya alam tidak dapat diperbarui perlu memasukkan biaya eksternalitas lingkungan dalam harga produksi, sehingga tidak ada perbedaan

signifikan tehadap harga produksi. Dalam aspek sosial, indutri harus memberikan program Corporate Social Responsibility (CSR), yakni program yang bertanggung jawab mengintegrasikan perhatiannya terhadap lingkungan dan sosial masyarakat.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Sumberdaya alam tidak dapat diperbarui menjadi perhatian mutlak karena kuantitasnya semakin menipis akibat eksploitasi. Sumberdaya alam ini terbentuk melalui proses geologi yang memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumberdaya alam yang siap diolah atau siap pakai, sehingga harus dikelola berbasis pembangunan berkelanjutan dan ekonomi. Pengelolaan sumberdaya alam berbasis pembangunan berkelanjutan dan ekonomi meliputi pendekatan ekonomi sumberdaya yang memiliki tujuan adalah efisiensi (antarpenduduk), optimality (antarsumberdaya), dan sustainability (antargenerasi); pengelolaan dipegang oleh BUMN dan lembaga yang berorientasi pada kemakmuran rakyat; pembuatan AMDAL yang transparan dan pengawasan selama kegiatan eksploitasi berlangsung; penerapan konsep WTP dan biaya eksternalitas; serta program CSR yang terintegrasi.

3.2 Saran Untuk menerapkan pengelolaan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui harus ada kerjasama baik pemerintah, perusahaan, masyarakat, dan pakar lingkungan, sosial, dan ekonomi secara transparansi dan memiliki akuntabilitas.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, -. Undang-Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen. Eriyati dan Rita Yani Iyan. 2011. Dampak Ekonomi dan Lingkungan Penambangan Emas Liar di Desa Kebun Lado Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Ekonomi, vol 19, 137. Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Marilang, 2011. Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang. Al Risalah, vol 12, 3-4. Nahib, Irmadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Tidak Pulih Berbasis Ekonomi Sumberdaya (Studi Kasus: Tambang Minyak Blok Cepu). Jurnal Ilmiah Geomatika, vol. 1. 1-14. Sahat MHS. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam Kelautan .Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (tidak dipublikasikan). Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Jogjakarta. Gadjah Mada University Press. 24-27.

Anda mungkin juga menyukai