Anda di halaman 1dari 3

NOTULENSI KELOMPOK 3

1. Idola Kurnia 2110722028


2. Ima Riwana 2110721008
3. Naili Izzati 2110723032
4. Puja Kusuma 211072014

Pertanyaan

1) Anindita Rahayu: Apakah mobilitas pekerja dapat mempengaruhi kepunahan bahasa?


 Kepunahan bahasa terjadi ketika sebuah bahasa tidak lagi digunakan secara luas
oleh komunitas atau generasi baru, dan akhirnya, bahasa tersebut punah. Mobilitas
pekerja dapat menjadi faktor yang berkontribusi pada kepunahan bahasa karena:
1. Perpindahan Populasi: Jika individu atau kelompok besar orang bermigrasi dari
suatu daerah yang menggunakan bahasa tertentu ke daerah yang menggunakan
bahasa lain, bahasa asli mereka mungkin tidak dipertahankan oleh generasi
berikutnya di lingkungan baru.
2. Asimilasi Bahasa: Ketika orang-orang yang bermigrasi mulai mengadopsi
bahasa mayoritas atau bahasa resmi di daerah baru mereka, bahasa asli mereka
dapat tergeser dan pada akhirnya punah karena kurangnya penggunaan.
3. Pengaruh Media dan Pendidikan: Mobilitas pekerja juga dapat mempengaruhi
penggunaan bahasa melalui pengaruh media massa dan sistem pendidikan. Jika
bahasa mayoritas digunakan secara eksklusif dalam media dan pendidikan di
daerah baru, bahasa minoritas atau lokal dapat terpinggirkan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua mobilitas pekerja berujung
pada kepunahan bahasa. Banyak faktor lain, seperti kebijakan bahasa, dukungan
komunitas, dan identitas budaya, juga memainkan peran penting dalam
mempertahankan bahasa minoritas atau lokal. Selain itu, upaya untuk
mempromosikan multilingualisme dan keberagaman bahasa juga dapat membantu
mencegah kepunahan bahasa.

2) Arya Delvanata: Bagaimana teori sosial kognitif dapat diterapkan dalam konteks
pendidikan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan pengembangan
keterampilan sosial?
 Teori sosial kognitif memiliki beberapa aplikasi yang dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran dan pengembangan keterampilan sosial dalam konteks
pendidikan. Berikut adalah beberapa cara penerapannya:
1.Modeling (Pemodelan): Guru dapat menggunakan teknik pemodelan untuk
menunjukkan kepada siswa bagaimana mengatasi tantangan, menyelesaikan
masalah, atau menunjukkan keterampilan sosial tertentu. Ini membantu siswa
belajar melalui observasi dan meniru perilaku yang diinginkan.
2.Feedback dan Penguatan Positif: Memberikan umpan balik yang konstruktif dan
penguatan positif kepada siswa ketika mereka menunjukkan perilaku yang
diinginkan dapat membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka
dan meningkatkan motivasi untuk belajar.
3.Peningkatan Self-Efficacy: Guru dapat membantu siswa mengembangkan
keyakinan diri (self-efficacy) dengan memberikan tantangan yang sesuai dengan
tingkat kemampuan mereka, memberikan dukungan saat mereka menghadapi
kesulitan, dan memberikan umpan balik yang membangun.
4.Pemberian Tugas Kolaboratif: Melalui kerja kelompok atau proyek kolaboratif,
siswa dapat belajar dari pengalaman satu sama lain dan mengamati keterampilan
sosial yang dimiliki teman sekelas mereka, seperti kerja tim, komunikasi efektif,
dan resolusi konflik.
5.Menggunakan Teknologi Edukasi: Penggunaan teknologi seperti simulasi,
permainan pembelajaran, atau platform daring dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang interaktif dan mendukung perkembangan keterampilan sosial,
sambil memberikan umpan balik langsung dan kesempatan untuk berlatih.
6.Pengembangan Metakognisi: Mengajarkan siswa untuk memahami dan
mengatur proses belajar mereka sendiri dapat membantu mereka menjadi
pembelajar yang lebih efektif dan mandiri. Ini mencakup memahami strategi
belajar yang efektif, mengatur waktu dengan baik, dan mengembangkan
pemahaman tentang tujuan belajar mereka.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam pengajaran, guru dapat


menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan kognitif,
sosial, dan emosional siswa, sambil meningkatkan efektivitas pembelajaran dan
pengembangan keterampilan sosial.
3) Khaiqal Fahrezi Meraxa
 Teori kontak bahasa adalah bidang studi yang mempelajari interaksi antara
bahasa-bahasa yang berbeda dalam situasi kontak. Dalam konteks ini, peran teori
kontak bahasa dapat memicu perubahan fonologi, morfologi, dan sintaksis sebagai
berikut:
1. Perubahan Fonologi: Kontak bahasa dapat menyebabkan perubahan dalam
sistem bunyi suatu bahasa. Ketika dua bahasa bertemu, ada kemungkinan
terjadinya transfer fonologis, yaitu pengaruh suara dari satu bahasa ke bahasa lain.
Misalnya, pengucapan suara yang tidak ada dalam bahasa asli dapat dipinjam dari
bahasa lain. Selain itu, ada juga kemungkinan terjadinya perubahan fonologis
melalui proses seperti asimilasi, lenisasi, atau penyederhanaan fonem.
2. Perubahan Morfologi: Kontak bahasa juga dapat mempengaruhi struktur
morfologi suatu bahasa. Dalam situasi kontak, ada kemungkinan terjadinya
peminjaman kata atau morfem dari bahasa lain, yang dapat mempengaruhi sistem
morfologi bahasa asli. Selain itu, kontak bahasa juga dapat menyebabkan
perubahan dalam pembentukan kata, seperti penggunaan afiks atau perubahan
dalam pola reduplikasi.
3. Perubahan Sintaksis: Kontak bahasa dapat mempengaruhi struktur kalimat dan
tata bahasa suatu bahasa. Ketika dua bahasa bertemu, ada kemungkinan terjadinya
transfer sintaksis, yaitu pengaruh struktur kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain.
Misalnya, penggunaan konstruksi sintaksis yang tidak ada dalam bahasa asli dapat
dipinjam dari bahasa lain. Selain itu, kontak bahasa juga dapat menyebabkan
perubahan dalam urutan kata, penggunaan partikel, atau perubahan dalam pola
penggunaan kata ganti.
Perubahan fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam situasi kontak bahasa dapat
terjadi secara bertahap dan melibatkan proses-proses seperti peminjaman, transfer,
adaptasi, dan perubahan internal dalam bahasa-bahasa yang terlibat. Peran teori
kontak bahasa adalah untuk memahami dan menjelaskan dinamika perubahan ini
dalam konteks interaksi bahasa.

Anda mungkin juga menyukai