Anda di halaman 1dari 9

PEMBERONTAKAN

REPUBLIK
MALUKU
SELATAN

Tri, Daffa, Zia, Nathasya, Naila, Rajiv


LATAR
BELAKANG
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah
gerakan separatis yang menginginkan
kemerdekaan dari Indonesia. Gerakan ini
muncul setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945. Para pemimpin RMS percaya
bahwa wilayah Maluku harus menjadi
negara merdeka berdasarkan perjanjian
dengan pemerintah kolonial Belanda
sebelumnya.
01
ALUR
PERISTIWA
ALUR
Latar Belakang
Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda pada tahun
1945, beberapa wilayah, termasuk Maluku, memiliki ambisi untuk
menjadi negara merdeka yang terpisah dari Indonesia. Aspirasi ini
dipengaruhi oleh perjanjian yang dibuat dengan pemerintah
kolonial Belanda sebelumnya, yang menyatakan bahwa Maluku
dapat menjadi bagian dari negara terpisah setelah kemerdekaan
Indonesia atau bisa disebut Republik Indonesia Serikat sesuai
dengan konsensus KMB bersama Belanda.

Perbedaan Pandangan
Salah satu perbedaan pandangan yang muncul adalah terkait
bentuk negara Indonesia. Pemerintah pusat Indonesia menganut
sistem negara kesatuan, di mana semua wilayah menjadi bagian
integral dari Indonesia dan memiliki pemerintahan yang diatur
oleh pemerintah pusat. Namun, sebagian di Maluku mendukung
sistem negara federasi, di mana wilayah-wilayah memiliki
otonomi lebih besar dan memiliki pemerintahan sendiri.
ALUR
Proklamasi Kemerdekaan
Pada 25 April 1950, Dr. Chris Soumokil menyatakan secara
resmi proklamasi kemerdekaan Maluku Selatan sebagai
Republik Maluku Selatan. Dia menjadi presiden pertama
RMS. Namun, pemerintah Indonesia menolak klaim
kemerdekaan ini dan menganggap Maluku sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Indonesia.

Pemberontakan & Konflik


Penolakan pemerintah Indonesia terhadap klaim
kemerdekaan RMS menyebabkan konflik bersenjata.
Pasukan RMS melakukan pemberontakan untuk
mencapai kemerdekaannya, tetapi pemerintah Indonesia
menindak tegas gerakan ini dengan menggunakan
militer.
ALUR
Upaya Penyelesaian
Pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikan konflik ini melalui dialog dan
upaya diplomatik. Pada tahun 1950-an, upaya perundingan antara RMS dan
pemerintah Indonesia dimulai, tetapi tidak mencapai hasil yang signifikan.

Pengakhirkan Gerakan RMS


Gerakan RMS mengalami penurunan setelah ditangkap dan dieksekusi oleh
pemerintah Indonesia pada tahun 1966. Eksekusi Dr. Chris Soumokil menjadi
pukulan besar bagi gerakan ini.

Konflik Berlanjut
Meskipun Dr. Chris Soumokil dieksekusi, beberapa kelompok terus
memperjuangkan kemerdekaan Maluku Selatan hingga saat ini. Konflik ini belum
sepenuhnya terselesaikan dan masih menjadi perdebatan dan tantangan bagi
pemerintah Indonesia.
Dampak Peristiwa

Konflik RMS menyebabkan banyak korban


dan kerugian di wilayah Maluku.
Pertempuran dan kekerasan menyebabkan
penderitaan bagi banyak warga sipil, serta
kerusakan infrastruktur dan ekonomi.
02
PENYELESAIAN
KONFLIK
Penyelesaian
Konflik
Konflik RMS belum sepenuhnya terselesaikan. Namun,
pada tahun 1966, Dr. Chris Soumokil ditangkap dan
dieksekusi oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu, gerakan
RMS mengalami penurunan, tetapi beberapa kelompok
tetap aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan
Maluku Selatan.

Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengatasi


konflik ini melalui dialog dan program pembangunan
untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi di
wilayah Maluku. Namun, isu-isu terkait kemerdekaan
RMS masih menjadi perdebatan dan tantangan bagi
kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai