Anda di halaman 1dari 6

Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi

Volume 13, Nomor 1, Januari 2022


E-ISSN: 2656-2820
P-ISSN 1829-5762

DINAMIKA PELAKSANAAN ELECTRONIC GOVERNANCE


PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

Aswin1 *), Meti Mediyastuti Sofyan


1
Universitas Pasundan, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia
aswin.palls@unpas.ac.id
2
Universitas Muhammadiyah Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia
meti.media@umbandung.ac.id

ABSTRAK
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi terus berubah setiap tahun. Keberadaan internet membuatnya lebih
mudah bagi semua orang untuk menemukan sesuatu melalui perangkat elektronik mereka, terutama ponsel atau
komputer sebagai media. Pengguna internet di Indonesia dalam laporan terbaru, jumlah pengguna internet di
Indonesia mencapai 202 juta atau 73.7% dari total populasi 274.9 juta pada bulan Januari 2021. Hampir semua
populasi Indonesia menggunakan fasilitas internet, ini telah menjadi infrastruktur bagi masyarakat untuk
mencapai jaringan internet. Kondisi ini adalah kesempatan bagi media baru dalam proses p elayanan publik yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Eksistensi internet dan komputasi mobile dalam kegiatan pelayanan publik
yang identik dengan penggunaan kertas sekarang telah menjadi era baru, yaitu kertas tanpa kertas menjadi salah
satu efisiensi kegiatan Layanan Publik. Sumber daya yang ada dalam kegiatan e-pemerintah tidak hanya terkait
dengan fasilitas dan infrastruktur, tetapi juga sumber daya manusia PNS negara perlu memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan sistem e-pemerintah yang telah dirancang dengan cara seperti itu. Kemajuan menerapkan e-
pemerintah di Indonesia menghadapi beberapa tantangan dan masih memiliki kekurangan. Tantangan dan
kekurangan ini termasuk infrastruktur internet yang adil, sumber daya manusia untuk mengoperasikan fitur dan
layanan, dan budaya masyarakat terkait untuk literasi digital. Masih ada kebutuhan untuk perbaikan dalam
implementasi e-pemerintah di Indonesia untuk mencapai layanan publik yang sangat baik bagi masyarakat.

Kata Kunci: e-Pemerintah, Internet, Pelayanan Publik.

ABSTRACT
Developments in the realm of information technology continue to change every year. The existence of the internet
makes it easier for everyone to find something through their electronic devices, especially cellphones or computers
as a medium. Internet users in Indonesia in the latest report, the number of internet users in Indonesia reached
202 million or 73.7% of the total population of 274.9 million in January 2021. Almost all of the Indonesian
population uses internet facilities, this has become an infrastructure for the community to reach the internet
network. This condition is an opportunity for new media in a public service process carried out by the Indonesian
government. The existence of the internet and mobile computing in public service activities which are identical to
the use of paper has now become a new era, namely paperless being one of the efficiency of public service
activities. Existing resources in e-government activities are not only related to facilities and infrastructure, but
also human resources of state civil servants need to have the ability to operate an e -government system that has
been designed in such a way. The progress of implementing e-government in Indonesia is faced with several
challenges and still has shortcomings. These challenges and shortcomings include an equitable internet network
infrastructure, human resources to operate features and services, and community culture related to digital
literacy. There is still a need for improvement in the implementation of e-government in Indonesia in order to
achieve excellent public services for the community.

Keywords: E-Government, Internet, Public Service.

65
Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi
Volume 13, Nomor 1, Januari 2022
E-ISSN: 2656-2820
P-ISSN 1829-5762

PENDAHULUAN
Perkembangan di ranah teknologi informasi setiap tahunnya terus mengalami perubahan.
Adanya internet memudahkan semua orang untuk mencari sesuatu melalui alat elektroniknya,
khususnya handphone atau komputer sebagai medianya. Dewasa ini gadget seolah menjadi jendela
dunia, dengan kehadiran internet apapun yang dicari akan muncul dan bisa kita temui di internet. Tidak
hanya itu seiring berjalannya waktu, pembayaran, pesan makanan, pesan tiket transportasi bisa melalui
gadget. Benda ini merubah dunia yang jauh menjadi dekat. Semua pihak terus mengembangkan dan
melakukan inovasi-inovasi terbaru di bidang teknologi. Pemerintahan dalam rangka mencapai
pelayanan publik yang prima dewasa ini selalu memberikan inovasi selaras dengan perkembangan
zaman khususnya di bidang teknologi. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik disebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Rukayat (2017) menjelaskan bahwa pemerintah sebagai penyedia layanan publik
yang dibutuhkan oleh masyarakat harus bertanggung jawab dan terus berupaya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik demi peningkatan pelayanan publik, disisi lain kepuasan masyarakat adalah
tolak ukur dari keberhasilan pelayanan publik yang diberikan oleh penyedia layanan publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik selaras dengan adanya perkembangan zaman menuntut pemerintah
sebagai pelayan publik perlu memberikan pelayanan terbaiknya dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada. Penggunaan jaringan internet yang semakin luas penyebarannya di Indonesia, memungkinkan
untuk setiap daerah otonomi melaksanakan kegiatan pelayanan publiknya dengan memanfaatkan
teknologi.
Menurut data HootSuite pengguna internet di Indonesia pada laporan terbarunya jumlah
pengguna internet di Indonesia mencapai 202 juta atau 73,7% dari total populasi sebesar 274,9 juta jiwa
pada Januari 2021. Data tersebut menggambarkan bahwa penduduk Indonesia kebanyakan
menggunakan fasilitas internet, hal tersebut menjadi sebuah infrastruktur bagi masyarakat. Kondisi
tersebut merupakan sebuah peluang media baru dalam sebuah proses pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh pemerintahan Indonesia. Bukan hanya itu langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan
pelayanan publik oleh sebuah pemerintahan sudah dilaksanakan dan dikenal dengan nama electronic
government. The World Bank Group (2001), menerangkan bahwa electronic government atau e-
goverment mengacu pada penggunaan oleh lembaga informasi pemerintah teknologi seperti internet,
dan komputasi seluler yang memiliki kemampuan untuk mengubah hubungan dengan warga negara,
bisnis, dan cabang lainnya pemerintah. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa ada pemanfaatan dalam
kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan internet atau komputasi seluler. Kegiatan tersebut
merupakan sebuah adaptasi yang dilakukan seiring perkembangan zama n terhadap internet dan
komputasi seluler. Adaptasi yang dilakukan menjadi sebuah produk dalam hubungan serta keterkaitan
antara pemerintah dan masyarakatnya melalui pelaksanaan pelayanan publik. Pemberian pelayanan
dalam kegiatan pelayanan publik memberikan dampak yang cepat dan akurat apabila menggunakan
pendekatan e-government. Bahkan dengan adanya internet dan komputasi seluler dalam kegiatan
pelayanan publik yang identik dengan penggunaan kertas kini menjadi era baru yaitu paperless menjadi
salah satu efisiensi dari kegiatan pelayanan publik. Sumber daya yang ada pada kegiatan e-government
tidak hanya berkaitan dengan sarana dan prasarana, namun juga sumber daya manusia para aparatur
sipil negara perlu memiliki kemampuan dalam mengoperasikan sistem e-government yang telah
dirancang sedemikian rupa . Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas maka terdapat tiga
masalah yang dibahas dalam tulisan ini yaitu:

65
Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi
Volume 13, Nomor 1, Januari 2022
E-ISSN: 2656-2820
P-ISSN 1829-5762

1) Bagaimana dinamika pelaksanaan electronic government pemerintahan daerah di Indonesia?


2) Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan electronic government pemerintahan daerah
di Indonesia?

METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Sugiyono (2012)
berpendapat bahwa penelitian ini dilakukan pada obyek alamiah di mana kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada objek tersebut, tetapi dengan menganalisis, memotret dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah studi dokumentasi.

PEMBAHASAN
1. Dinamika Pelaksanaan Electronic Government Pemerintahan Daerah di Indonesia
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengamanatkan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
UU No. 25 Tahun 2009 mendasari dalam segala kegiatan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah
kepada masyarakatnya, hal tersebut merupakan pertanda keseriusan pemerintah dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan publik di Indonesia. Pelayanan publik di Indonesia terus melakukan berbagai
inovasi baru di berbagai bidang, mulai dari barang, jasa dan pelayanan administrasi. Hal ini memberikan
dampak positif dari kiprah pelayanan publik di Indonesia, dengan berbagai adaptasi yang dilakukan
pemerintah dalam upaya mencapai pelayanan publik yang prima mengingat era New Public Service.
Pada era ini dalam tata kelola pemerintahan dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima dalam
melaksanakan pelayanan pada masyarakat. Menurut Sinambela (2008) pada dasarnya tujuan pelayanan
publik adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima
yang tercermin dari: 1) Transparansi; 2) Akuntabilitas; 3) Kondisional; 4) Partisipatif; 5) Kesamaan
hak; 6) Keseimbangan hak dan kewajiban. Transparansi berkaitan dengan pelaporan dan kegiatan yang
diberikan oleh pemerintah pada masyarakat. Prinsip ini berkaitan dengan birokrasi, perizinan, syarat,
laporan dan biaya dalam pelaksanaan pelayanan publik. Selanjutnya prinsip yang diterapkan dalam
pelayanan publik berkaitan dengan ketertiban serta integritas yang harus dijaga agar dapat konsisten
dalam pemberian pelayanan yang prima. Sehingga pada akhirnya perlu meninjau pada kondisi eksisting
agar upaya dalam mempermudah pelayanan pada masyarakat dapat tercapai.
Partisipatif pada interaksi dalam pelayanan antara pemerintah sebagai pelayan publik dan
masyarakat sebagai yang diberikan pelayanan harus dapat terlaksana, semua masyarakat yang diberikan
pelayanan perlu secara inklusif dan tidak memandang variabel lain sebagai pembeda. Selain kesamaan,
pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan publik perlu ada dalam kondisi seimbang antara
pemberi pelayanan dan yang dilayani khususnya dalam konteks hak dan kewajiban. Pada pelaksanaan
pelayanan publik merupakan sebuah implikasi dalam pelaksanaan pekerjaan pemerintah pada
masyarakat secara langsung. Maka dari itu karena berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan publik
secara langsung maka sinambela berpendapat bahwa perlu ada prinsip dalam mencapai pelayanan yang
prima. Inovasi yang terus dilakukan selaras dengan perkembangan teknologi informasi yang terintegrasi
dengan jaringan internet, dibalik itu dalam pelayanan di Indonesia yang masyarakatnya memegang
teguh akan budaya dan tatakrama maka ada hal yang tidak bisa dihilangkan dari penilaian masyarakat.

66
Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi
Volume 13, Nomor 1, Januari 2022
E-ISSN: 2656-2820
P-ISSN 1829-5762

Penilaian tersebut berkaitan dengan tata krama dan kebiasaan senyum, sapa, salam dan sopan santun.
Berkenaan dengan hal tersebut dalam pelayanan publik yang dikemukakan Albrow (1989) bahwa esensi
dari birokrasi adalah pekerjaan menjalankan pemerintahan oleh orang-orang yang memerintah secara
profesional. Pemerintahan seperti itu mengakumulasi pengalaman, memerlukan latihan yang baik dan
tatakrama tradisional yang dipandang baik. Dan mensyaratkan pengetahuan praktis yang tepat. Yang
dengan orang yang memiliki tingkah laku bekerja yang sesungguhnya. Hal tersebut menggambarkan
bahwa dengan adanya e-government pelaksanaan tata kelola pemerintahan dinilai lebih efektif dan
efisien dalam pelaksanaannya namun ada hal dibalik itu yang kemudian lambat laun menghilang.
Pelayanan secara tatap muka langsung menjadi jarang dilakukan karena birokrasi yang ditempuh hari
ini dalam organisasi pemerintahan bisa dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring). Pelayanan
yang berbasis daring memberikan kepada beberapa pihak yang memiliki akses dan fasilitas yang
mendukung pelaksanaan e-government di Indonesia namun dibalik itu ada beberapa pihak yang tidak
memiliki akses dan fasilitas untuk menjangkau pelayanan tersebut. Tidak jarang dalam pelaksanaan
pelayanan, untuk mendapatkan sebuah pelayanan secara tatap muka perlu melakukan lan gkah secara
daring terlebih dahulu, pada akhirnya menuntut masyarakat untuk menggunakan teknologi yang
disediakan berkaitan dengan e-government. Faktanya tidak seluruh masyarakat tahu dan memiliki
fasilitas dan aksesnya. Maka dari itu kondisi pelayanan akan terhambat pada masyarakat yang
mengalami hal tersebut. Dapat tergambar dalam kondisi tersebut bahwa untuk beberapa pihak e-
government bukan mempermudah namun yang dialami adalah kondisi sebaliknya.
Selain permasalahan budaya yang ada di masyarakat, karakteristik pemimpin dalam
pemerintahan akan berpengaruh dan membawa dampak dalam pelaksanaan e-government.
Kepemimpinan yang menjadi sebuah sosok pembatasan dan perumusan kebijakan perlu memiliki sikap
sebagai pemimpin yang mau beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Transisi akan dialami oleh
para pemimpin yang terbiasa dengan hal konvensional apabila bergerak pada arah digital. Kendala
tersebut merupakan sebuah tantangan bagi seorang pemimpin yang beranjak pada sebuah tatanan sistem
baru yakni tata kelola pemerintahan berbasis teknologi informasi yang terkoneksi melalui jaringan.
Transisi dari kebiasaan konvensional ke arah digital juga berkaitan dengan fasilitas pendukung
pelaksanaan pelayanan publik yang harus menyesuaikan dengan standarisasi dari konsep e-government.
Fasilitas ini merupakan sebagai infrastruktur dalam pelaksanaan e-government karena berbasis
teknologi informasi yang terkoneksi pada jaringan maka perlu ada hal pendukung lainnya selain
perangkat. Perangkat seperti komputer, gawai, laptop dan koneksi internet merupakan sebuah alat
dalam pelaksanaan e-government. Perlu disadari sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan dan
mengembangkan alat tersebut tidak banyak tersedia khususnya dalam lingkup pemerintahan. Ini
merupakan sebuah tantangan lain dalam perwujudan pelaksanaan e-government yang paripurna.
Langkah transisi kearah digital dalam upaya pencapaian e-government yang diidamkan bukan berarti
menghilangkan pelayanan secara konvensional, karena hakikat dari pelayanan publik adalah k egiatan
manusia. Ditambah dengan melekatnya budaya kemasyarakatan di Indonesia yang menjunjung tinggi
senyum, sapa dan sopan santun. Maka perlu tersedia pelayanan secara konvensional yang didalamnya
berisikan sumber daya manusia yang handal dan terlatih dalam pemberian pelayanan publik.

2. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Electronic Government Pemerintahan


Daerah di Indonesia
Pada pelaksanaan sebuah organisasi selalu ada yang menjadi sebuah kendala dalam
pelaksanaannya, karena didalamnya berkaitan dengan banyak orang dan kondisi sosial yang dinamis.
Zaman yang serba cepat menuntut organisasi untuk beradaptasi dengan adanya sebuah perubahan

67
Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi
Volume 13, Nomor 1, Januari 2022
E-ISSN: 2656-2820
P-ISSN 1829-5762

sehingga terus berkembang dan mengalami kemajuan. Organisasi pemerintahan yang berkaitan dengan
pelayanan publik pun mengalami dampak dari kemajuan zaman khususnya teknologi. Proses adaptasi
dalam tata kelola pemerintahan yang berbasis teknologi informasi yang kemudian terkoneksi pada
jaringan internet tidak mudah pelaksanaanya. Sehingga dalam pelaksanaan hal tersebut terdapat
beberapa kendala dalam proses adaptasinya. Budaya merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebiasaan yang menjadi budaya di masyarakat sudah melekat
dan tidak dapat terpisahkan selain menjadi sebuah keunggulan ini merupakan variabel yang dapat
menghambat proses pelaksanaan e-government.
Implikasinya budaya masyarakat yang terbiasa dengan pelayanan publik secara konvensional
akan sulit beralih pada pelayanan yang berbasis digital. Hal ini tidak jarang terjadi di Indonesia sehingga
pelayanan dapat terhambat. Budaya melek digital yang menjadi salah satu program yang diberikan
untuk masyarakat merupakan salah satu langkah untuk menanggulangi hal ini. Kepemimpinan
merupakan sebuah karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi.
Pemimpin yang memiliki karakteristik adaptasi terhadap teknologi terbaru belum banyak di Indonesia,
hal tersebut melatarbelakangi perkembangan era e-government lambat terwujud di Indonesia.
Pemimpin daerah yang beri sebagian kewenangan dari pusat memiliki peranan penting bagi e-
government di daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten atau Kota. Maka dari itu karakteristik
pemimpin yang memiliki tingkat adaptasi terhadap zaman dan teknologi diperlukan di setiap daerah
sehingga pelaksanaan e-government dapat terlaksana secara masif dan terstruktur. Infrastruktur dalam
e-government merupakan sebuah pendukung dalam pelaksanaanya, khususnya yang berkaitan dengan
komputer, gawai, laptop dan jaringan serta sumber daya manusia yang menjalankannya. Dua hal
tersebut menjadi sangat krusial dalam pelaksanaan e-government. Pada implikasinya perangkat
pemerintah daerah di Indonesia belum seluruhnya memiliki infrastruktur tersebut. Keterbatasan
terhadap infrastruktur pada pemerintahan daerah di Indonesia baik alat dan sumber daya manusia perlu
menjadi bahan evaluasi. Selain itu juga sumber daya manusia organisasi perlu diberikan pemahaman
terkait pengoperasian dan pelaksanaan kegiatan organisasi karena akan selalu berkaitan dengan sebuah
sistem yang terintegrasi pada jaringan. Kendala tersebut perlu segera dievaluasi oleh seluruh
pemerintahan daerah di Indonesia agar dapat mewujudkan e-government tanpa menghilangkan hakikat-
hakikat yang ada pada pelaksanaan pelayanan publik.

SIMPULAN
Pelayanan publik merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan pemerintah baik pusat maupun
daerah dalam pemenuhan kepentingan publik berupa barang dan jasa. Segala kegiatan yang dilakukan
pemerintah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat merupakan kegiatan pelayanan publik.
Pelayanan publik bukan hanya berbentuk jasa namun juga berupa barang. Kaitan antara pelayanan
publik dan kepentingan publik memiliki kaitan secara simultan, pelayanan publik disediakan oleh
pemerintah sebagai pelayan masyarakat dan kepentingan publik merupakan sebuah keinginan publik
yang perlu dipenuhi oleh pemerintah. E-Government menjadi cita-cita bagi Indonesia dalam
perkembangan birokrasi sebagai upaya pencapaian pelayanan publik yang prima. Kiprah pelaksanaan
e-government di Indonesia dihadapkan dengan beberapa tantangan dan masih memiliki kekurangan.
Tantangan dan kekurangan tersebut antara lain infrastruktur yang jaringan internet yang merata, sumber
daya manusia untuk mengoperasikan fitur dan layanan, dan budaya masyarakat terkait literasi digital.
Masih perlunya penyempurnaan dalam pelaksanaan e-government di Indonesia guna mencapai
pelayanan publik yang prima bagi masyarakat.

68
Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi
Volume 13, Nomor 1, Januari 2022
E-ISSN: 2656-2820
P-ISSN 1829-5762

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus. 2015. Manajemen Pelayan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press. Hal 14.
Erick S Holle. 2011. Pelayanan Publik Melalui Electronic Government: Upaya Meminimalisir Praktek
Maladministrasi Dalam Meningkatkan Public Service. Jurnal Sasi Vol.17 No. 3
Forman, M. 2005. Using IT to Transform the Effectiveness and Efficiency of Government. Journal E-
Government and Information Technology, Pg. 27.
Hartono, D.U. dan Mulyanto, E. 2010. Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan dan
Potensi Desa Berbasis Web. Jurnal Teknologi Informasi (6) 1.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi. kedua. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN. Yogyakarta. Hal 22
Martin Albrow. 1989. Birokrasi. Yogyakarta. PT. Tiara Wacana.
Peoplesoft White Paper Series. 2001. Guideline for Building e-Government, Best Practices for
eGovernment Implementations.
Putra, Fadhilla. 2012. New Public Governance. Malang: UB Press
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 246
Rukayat, Yayat. 2017. Kualitas Pelayanan Publik Bidang Administrasi Kependudukan Di Kecamatan
Pasirjambu. Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi (JIMIA) No.2 Tahun XI. Hal: 56-65
Sanapiah Azis. 2000. Pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan masyarakat. Jurnal Administrasi
Negara Vol 6 Nomor 1.
Sugiyono 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: ALFABETA
World Bank. 2002. New Economy Sector Study, Electronic Government and Governance: Lesson for
Argentina.
UU N0 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

69

Anda mungkin juga menyukai