Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI MASSA

MODEL ALIR BANYAK TAHAP


(MULTI STEP FLOW MODEL)

DISUSUN OLEH :
FEBY GRACE ADRIANY
147045003

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi saat ini menjadikan dunia bergerak sangat cepat, arus
informasi yang sangat masif dan digitalisasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Kecanggihan ini pun berdampak pada semakin berkembangnya media massa yang ini
muncul dalam berbagai bentuk dan bisa diakses kapan saja dimana saja. Penggunaan
media massa untuk menyampaikan ide, pemikiran, konsep, kebijakan dan informasi pun
semakin banyak dilakukan. Hal ini tentu saja karena mengingat jangkauan media massa
yang sangat luas dan dalam waktu yang sangat singkat.
Dalam komunikasi massa, media massa menjadi pihak yang berperan sebagai
komunikator. Pesan dirancang oleh media massa, lalu disebarkan kepada khalayak dengan
mengharapkan efek terhadap pesan yang disampaikan. Efek pesan pada khalayak bisa
berupa efek kognitif berupa pengetahuan atau tambahan informasi, efek afektif berupa
perubahan sikap, hingga efek behavioral berupa perubahan tindakan dan perilaku.
Dampak-dampak ini bahkan diharapkan melalui penggunaan media massa dalam peristiwa
besar, seperti halnya pemilihan presiden di suatu negara. Media massa digunakan untuk
berkampanye dan bekerja untuk mempengaruhi opini publik terhadap calon presiden.
Banyak teori serta model yang menggambarkan bagaimana proses komunikasi
massa berlangsung dan bagaimana dampak yang dihasilkan pada khalayak. Teori dan
model komunikasi massa pun berkembang seiring dengan waktu, termasuk juga akibat
faktor teknologi yang kini semakin melekat dalam kehidupan manusia. Bukan tidak
mungkin dalam waktu-waktu mendatang akan muncul teori serta model komunikasi massa
lainnya yang melengkapi teori dan model yang sudah ada saat ini. Salah satu model yang
diangkat dan dibahas dalam makalah ini adalah model alir banyak tahap (multi step flow
model) dalam komunikasi massa. Model ini muncul setelah sebelumnya dikenal teori
jarum suntik (hypodermic needle theory), model alir satu tahap (one step flow model) dan
model alir dua tahap (two steps flow model).
PEMBAHASAN

Dalam proses komunikasi dalam kajian komunikasi massa dikenal beberapa model
komunikasi yang berkembang seiring waktu. Model yang paling sederhana adalah model
alir satu tahap (one step flow model). Model ini menggambarkan bahwa pesan media
massa langsung sampai kepada khalayak, namun pesan tidak mencapai semua khalayak
dan akan menimbulkan efek yang berbeda pada masing-masing khalayak. Sedangkan
model yang kedua adalah model alir dua tahap (two steps flow) yang menyatakan bahwa
pesan dari media massa sampai kepada khalayak melalui pemuka pendapat (opinion
leader). Model ini didasarkan pada asumsi bahwa (1) masyarakat tidak hidup terisolasi
melainkan aktif berinteraksi dan menjadi bagian dari kelompok sosial (2) para pemuka
pendapat pada umumnya adalah orang yang aktif menggunakan media massa dan berperan
sebagai sumber rujukan informasi yang berpengaruh. Namun demikian, beberapa model
awal dianggap kurang efektif, sehingga muncul penggabungan yang disebut dengan model
alir banyak tahap atau multi step flow.

A. Model Alir Banyak Tahap (Multi Step Flow Model)


Model alir banyak tahap merupakan gabungan dari model alir satu tahap dan
model alir dua tahap. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang sosiologis
Paul Lazarsfeld pada tahun 1944 dan kemudian diperjelas oleh Elihu Katz dan
Lazarfeld pada tahun 1955. Model ini menyatakan bahwa pesan media massa sampai
kepada khalayak melalui suatu interaksi yang sangat kompleks. Media mencapai
khalayak dapat secara langsung dan dapat pula melalui macam-macam penerusan
(relaying) secara beranting, baik melalui pemuka pendapat (opinion leaders) maupun
melalui situasi saling berhubungan antara sesama anggota khalayak. Beberapa anggota
dari khalayak luas itu memperoleh pesan-pesan secara langsung dari media massa,
sementara yang lain memperolehnya dari sumber atau saluran lain, atau dari tangan
kedua, ketiga, atau yang seterusnya lagi. Dua tahap penyampaian pesan dalam model
ini adalah pesan media pada pemuka pendapat (opinion leader) dan pesan pemuka
pendapat kepada khalayak. Model ini mengatakan bahwa terjadi hubungan timbal
balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke
media, kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya (Nuruddin, 2004:134).
Model alir banyak tahap bisa digambarkan sebagai berikut :

Step 2
Step 1a
Mass Media Opinion Leaders Opinion Receivers
Step 3 / seekers
Step 1b

Information
Receivers

Pada tahap pertama, para pemuka pendapat akan mengakses informasi dari
media massa, kemudian pada tahap kedua para pemuka pendapat berbagi opini
dengan anggota dalam lingkaran sosial mereka. Anggota yang tergabung dalam
lingkaran sosial itu memiliki kelompok sosial lainnya, termasuk keluarga, bawahan
dan anggota kelompok lain yang akan dipengaruhi oleh mereka. Satu orang
dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain. Misalnya, seseorang mungkin
menyaksikan televisi bahwa harga-harga kebutuhan pokok akan naik. Sahabat dari
orang tersebut mungkin memperkuat keyakinan ini, namun surat kabar justru
mengemukakan keraguan atas keyakinan tersebut atau malah barangkali memberikan
alasan-alasan yang kuat bagi orang tersebut mengubah keyakinannya. Diskusi
dengan keluarga atau orang lain mungkin akan membuat seseorang tersebut
mempertimbangkan kembali keyakinannya.
Setiap tahapan dalam proses pengaruh sosial dimodifikasi oleh norma-norma
dan kesepakatan dari setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur
dengan opini-opini lain yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan
melebihi informasi yang disampaikan oleh media massa (Ardianto, 2004:61).
Apabila variasi volume informasi dari pemuka pendapat menyebabkan efek
yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika
variasi dari pemuka pendapat bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan
terjadinya pengikisan volume informasi. Dengan kata lain para pemuka pendapat
menjadi kunci atau penjaga gawang (gatekeeper).
Model alir banyak tahap ini tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan apa
yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model ini penting
untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang dipengaruhi baik oleh media itu sendiri
atau komunikasi antarpribadi dan bahkan mempengaruhi media dan orang lain
(Nuruddin, 2004:136).
Namun demikian penggunaan model komunikasi alir banyak tahap ini ternyata
masih memiliki sejumlah kekurangan dan dianggap kurang efektif. Hal ini
dikarenakan dalam proses penyampaian pesan dari media kepada khalayak luas,
terdapat banyak hambatan. Penyampaian pesan dari sumber ke media hingga ke
khalayak, dan khalayak kepada khalayak lain merupakan suatu proses interaksi yang
kompleks. Bisa saja terjadi miskomunikasi atau kesalahpahaman dalam
penyampaian pesan. Waktu yang pesan untuk sampai kepada khalayak juga cukup
lamban karena harus melewati banyak tahapan.
Sedangkan kelebihan dari model ini adalah terdapat beberapa jaringan yang
bekerja diantara media dan khalayak yang berfungsi untuk meneruskan pesan dari
yang satu kepada yang lain dalam penyebaran pesan-pesan media khalayak. Model
ini efektif bila pesan ditujukan ke banyak khalayak, dimana pemuka pendapat cukup
satu kali menyampaikan pesan, lalu pesan akan diolah dan diteruskan oleh lebih
banyak pihak. Model ini pun bisa diterapkan ketika saluran-saluran komunikasi
mengalami masalah.

B. Penelitian Terdahulu Model Alir Banyak Tahap (Multi Step Flow Model)
Sebuah penelitian berjudul “Hubungan Antara Karakteristik Individu dan
Sikap Terhadap Iklan di Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam
Menggunakan Produk Detergen” disusun oleh Aisyah tahun 2006 dengan
mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit,
Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menjelaskan bahwa
sejumlah karakteristik individu mempengaruhi sikap ibu rumah tangga terhadap
iklan detergen di televisi dan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini juga
ditentukan berdasarkan lokasi tempat tinggal ibu rumah tangga tersebut yaitu di
dalam komplek perumahan dan non-perumahan. Menariknya, keberadaan teman
dekat ternyata tidak berpengaruh pada sikap terhadap iklan maupun perilaku
menggunakan produk, baik terhadap ibu rumah tangga perumahan maupun non-
perumahan. Hal ini dikarenakan topik mengenai detergen tidak masuk dalam topik
obrolan mereka sehari-hari, padahal menurut model alir banyak tahap (multi step
flow model) pengaruh pesan media massa tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial
individu yang akan mempengaruhi pendapatnya terhadap suatu hal.
Sedangkan sebuah penelitian lain juga menggunakan model alir banyak tahap
(multi step flow model) dalam analisanya, yaitu penelitian Yodsa Rienaldo tahun
2012 berjudul “Preferensi Terhadap Merek pada Konsumen dalam Pembelian
Smartphone (Penelitian terhadap Konsumen Pengguna Apple Iphone, RIM
Blackberry dan Smartphone Berbasis Google Android)”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam pembelian barang seperti smartphone yang memiliki
resiko tinggi dan harga yang tidak murah, tiga narasumbernya yang bertempat
tinggal di Jabodetabek ini menggunakan kelompok rujukan atau pemuka pendapat
untuk mencari preferensi sebelum mengambil keputusan membeli produk. Bagi
responden yang sudah memiliki penghasilan sendiri, mereka bisa mengambil
keputusan untuk dirinya sendiri dengan mendapatkan pengaruh dari teman-teman
terdekat yang sudah menggunakan smartphone jenis tertentu terlebih dahulu. Namun
bagi responden yang belum berpenghasilan, pengaruh keluarga sangat menentukan
keputusan yang diambilnya dalam pembelian smartphone.
Penelitian Allan Kortbæk, Chuka Herbert Nwosa, Lidiya Pavlova, Sippora
Louise Angela Pattiiha dari Roskilde University Denmark tahun 2013 mencoba
melihat bagaimana keberadaan WikiLeaks di era internet saat ini terhadap berita-
berita yang ditulis jurnalis Copenhagen Post. Dalam jurnal berjudul “News Media In
The Age of WikiLeaks : An Analysis Of International Journalist In A Globalised
Context” ini juga digunakan model alir banyak tahap untuk menganalisa proses
penyebaran informasi-informasi tertentu dalam kerangka berpikir lokal dan global
para jurnalis. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa era digital telah memperpendek
rantai informasi dari media massa kepada khalayak, dalam arti mengurangi tahapan-
tahapan yang dilalui oleh pesan. Pesan pun tak lagi menjadi hal rahasia milik
segelintir orang saja. Sekalipun informasi yang dibocorkan WikiLeaks bersifat
rahasia dan menarik untuk diungkap, namun ternyata sempitnya target khalayak
Copenhagen Post dan cakupan lokal membuat para jurnalis tak banyak terpengaruh
informasi yang ditawarkan WikiLeaks.
PENUTUP

Model alir banyak tahap menggabungkan proses komunikasi massa dan


komunikasi interpersonal dalam diri khalayak, dengan kata lain dua proses komunikasi ini
saling mempengaruhi dalam menentukan dampak pesan oleh media massa. Model ini
menyatakan bahwa pesan media massa sampai ke pada khalayak melalui suatu interaksi
yang sangat kompleks. Media mencapai khalayak dapat secara langsung dan dapat pula
melalui macam-macam penerusan (relaying) secara beranting, baik melalui pemuka
pendapat (opinion leaders) maupun melalui situasi saling berhubungan antara sesama
anggota khalayak.
Kemajuan teknologi saat ini tentu saja membuat informasi media massa bisa
dijangkau oleh masyarakat, bahkan hingga ke daerah pelosok. Masyarakat pun tak lagi
hanya tergantung pada keberadaan pemuka pendapat (opinion leader) dan kelompok
rujukan dalam menentukan hadirnya informasi dan opini yang muncul terhadap pesan.
Khalayak pun kini lebih aktif mencari informasi melalui media massa. Selanjutnya
interaksi sosial dengan orang terdekat atau orang yang cukup berpengaruh akan
memperkuat atau bahkan melemahkan efek pesan media massa yang telah dimiliki oleh
seseorang. Dengan kata lain, keberadaan komunikasi interpersonal seseorang tidak bisa
dilepaskan dari prosesnya memaknai pesan yang disampaikan media massa. Walaupun
demikian, model ini pun berpotensi menimbulkan kesalahpahaman berupa penambahan
ataupun pengurangan informasi akibat banyaknya tahapan yang dilewati dan tergantung
pada kemampuan penyampai pesan.
Namun berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, topik pesan media massa juga
menjadi penentu apakah interaksi sosial memberikan pengaruh pada sikap dan perilaku
individu. Kelompok rujukan atau pemuka pendapat lebih dibutuhkan saat khalayak
membutuhkan informasi mengenai produk beresiko tinggi, seperti halnya pembelian
smartphone, obat dan kendaraan. Sedangkan topik-topik tertentu terkadang tidak masuk
dalam perbincangan di interaksi sosial, sehingga tidak memberikan pengaruh apa-apa pada
sikap dan perilaku individu.
DAFTAR REFERENSI

Aisyah. 2006. Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Sikap Terhadap Iklan di
Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen.
Skripsi pada Institut Pertanian Bogor. Bogor : tidak diterbitkan

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu.
Pengantar. PT Remaja Rosdakarya : Bandung

Kortbæk, Allan, et al. 2013. News Media In The Age of WikiLeaks : An Analysis Of
International Journalist In A Globalised Context. Tulisan Ilmiah pada
Communication Studies Department of Communication, Business and Information
Technologies Roskilde University. Roskilde : tidak diterbitkan

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang : Cespur

Rienaldo, Yodsa. 2012. Preferensi Terhadap Merek pada Konsumen dalam Pembelian
Smartphone (Penelitian terhadap Konsumen Pengguna Apple Iphone, RIM
Blackberry dan Smartphone Berbasis Google Android). Skripsi pada FISIP
Universitas Indonesia. Jakarta : tidak diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai