TINJAUAN PUSTAKA
1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
7
8
2. Morfologi
yang cukup rapat dan memiliki tinggi mencapai 2 meter atau lebih.
daun yang bersatu membentuk batang semu yang memiliki warna hijau
agak kemerahan. Seluruh batangnya ditutupi oleh pelepah daun dan tunas
baru keluar dari batangnya yang muda dari pangkal batang yang tua
(Lianah, 2019).
15 – 30 beralur dan berwarna hijau. Pelepah daun ini saling menutup dan
ujung batang.
9
cukup tebal dan besar. Bagian luar rimpang memiliki warna coklat
3. Habitat
sampai dengan 1200 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 1500 –
2400 mm (Wardana et al., 2002) dan dapat tumbuh dengan baik pada
lahan yang berupa tanah liat yang berpasir, banyak mengandung humus,
4. Kandungan Kimia
5. Manfaat
B. Trichophyton rubrum
1. Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Euascomycetes
Ordo : Onygenales
Famili : Arthodermataceae
Genus : Triehophyton
2. Morfologi
sekitar 2-3 minggu. Koloni berwarna putih seperti bludur, ditutupi aireal
miselium, dan jika dilihat pada sisi sebaliknya akan terlihat pigmen
3. Habitat
2012).
13
4. Patogenesis
dengan enzim protease, keratinase dan katalase. Selain itu, jamur patogen
dismutase, asam lemak jenuh dan lipase. Setelah menginvasi sel keratin
berada di daerah kutan, seperti pada lapisan kulit yang meliputi stratum
yang belum terinfeksi dari lokasi yang terinfeksi. Pepindahan patogen ini
yang menyebabkan bentukan lesi seperti cincin atau biasa yang biasanya
rubrum :
a. Tinea korporis
Tinea korporis ialah jamur dermatofitosis pada kulit tubuh dan tidak
dapat dilihat ialah lesi bulat atau lonjong, telihat adanya batas terdiri
14
dari atas skuama, eritema, kadang dengan lesi papu dan vesikel di
b. Tinea kapitis
2015).
c. Tinea unguinum
2015).
d. Tinea kruris
paha, daerah perineum dan sekitar anus. Terdapat lesi yang berbatas
e. Tinea pedis
sela-sela jari kaki dan telapak kaki. Sering dilihat ialah diantara jari
ini dapat meluas kebawah jari hingga kesela jari lainnya (Widaty &
Budimulja, 2015).
15
5. Pemeriksaan Penunjang
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah serta hasil negatif
terjangkau dan telah digunakan secara luas sebagai teknik skrining awal.
Teknik ini memiliki sensitivitas hingga 40% dan spesifisitas hingga 70%
yang rendah, harga lebih mahal dan biasanya digunakan hanya pada
kasus yang berat dan tidak berespon pada pengobatan sistemik. Kultur
6. Pengobatan
dengan dua cara, yaitu dengan cara alami dan dengan cara kimia.
0,5-1 gram per hari untuk orang dewasa dan 10-25 mg/kgBB/hari dalam
diri dan tidak memakai pakaian yang tidak menyerap maupun terlalu
budidaya jamur patogen & komensal dan ragi. SDA sangat baik untuk
C. Ekstraksi
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair disebut ekstraksi. Zat atau
senyawa yang terlarut tersebut merupakan zat aktif dari dalam sel. Tujuan
dari ekstraksi adalah menarik senyawa - senyawa aktif yang terdapat dalam
digunakan tertutup rapat dan diletakkan pada suhu kamar. Ketika tercapai
18
dalam pelarut saat ekstraksi. Senyawa non polar hanya akan larut pada pelarut
non polar, seperti kloroform, eter dan n-heksana. Sedangkan senyawa polar
hanya akan larut pada pelarut polar, seperti butanol, metanol, etanol, dan air.
Pelarut merupakan suatu zat yang dapat melarutkan zat terlarut (cairan,
padat atau gas yang berbeda secara kimiawi) sehingga nantinya didapatkan
hasil akhir yang berupa larutan . Biasanya pelarut berupa cairan tetapi juga
bisa menjadi gas, padat, atau fluida superkritis. Air dan bahan kimia
a. Etanol
mudah menguap dengan aroma yang khas. Etanol jika terbakar tidak
ada asap dan memiliki lidah api yang berwarna biru, kadang-kadang
tidak terlihat pada cahaya biasa. Etanol adalah pelarut yang serbaguna,
b. Kloroform
c. Heksana
d. Etil Asetat
mudah menguap, tidak higroskopis, dan tidak beracun. Etil asetat dapat
melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung
D. KLT
adsorpsi senyawa – senyawa oleh fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan dapat
dengan fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kepolaran inilah yang
E. Uji Bioautografi
1. Bioautografi langsung
2. Bioautografi overlay
klorida dan akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu
3. Bioautografi kontak
secara merata dan melakukan kontak langsung. Nutrien Agar yang telah
waktu dan suhu yang tepat sampai noda yang menghambat pertumbuhan
dalam media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Metode difusi dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu metode dilusi cair dan metode dilusi padat.
antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih ditetapkan sebagai KHM.
Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut dikultur kembali pada media
diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah
dilusi cair serupa namun pada metode dilusi padat menggunakan media padat
G. Landasan Teori
yang terdapat di Indonesia yaitu lengkuas atau biasa dikenal dengan sebutan
(Khusnul, 2017).
merah bersifat polar dan nonpolar seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan
tannin sehingga kandungan zat aktif yang larut dalam etanol tersebut akan
dengan uji biologis. Kerugian dari metode ini tidak dapat digunakan untuk
Darmono, 2008).
25
H. Kerangka Teori
Cairan Pelarut
- Heksana
Maserasi Ekstraksi - Kloroform
- Etil Asetat
- Etanol