Anda di halaman 1dari 21

UJIAN MID SEMESTER

ASESMENT PEMBELAJARAN SAINS

NAMA : MOH. RAFIQ

NIM : A20223004

KELAS : A/PASCASARJANA

WAKTU : 13:00 – Selesai

DOSEN :

SOAL 1
A. Jelaskan dengan singkat pengertian Dimensi Belajar Menurut Para Ahli ?
B. Dimensi Belajar pertama kali diperkenalkan Oleh Robert J. Marzano Tahun
1992 dalam bukunya yang berjudul “A Different Kind of Class Room” Ada
5 dimensi Belajar yang dikemukakan Marzano. Tuliskan dan jelaskan
Masing-Masing Dimensi Tersebut ?
SOAL 2
A. Bagaimana Menurut anda Hubungan dari ke-5 Dimensi Belajar tersebut
(Menurut Sumber yang anda peroleh dari Jurnal atau Hasil Penelitian) ?
B. Jelaskan dengan singkat pengertian Ability Menurut Para Ahli, Minimal 3
Pengertian ?
SOAL 3
A. Jenis-jenis Ability terdiri berapa Bagian. Tuliskan Menurut Para Ahli dan
Berikan Penjelasan Pada masing-masing Jenis Ability?
B. Bloom, dkk. (2015) Berpendapat bahwa Taksonomi Bloom tujuan rana
kognitif meliputi 6 jenjang proses berpikir tuliskan dan jelaskan masing-
masing kemudian berikan contoh kata-kata operasional yang digunakan
untuk setiap jenjang tersebut ?
C. Bagaimana menurut Anda perbandingan antara Taksonomi Bloom sebelum
revisi dan setelah Revisi. Jelaskan Perbedaan yang mendasar tentang
langkah-langkah yang harus digunakan dalam Pembelajaran?
SOAL 4
A. Jelaskan perbedaan antara evaluasi, asesment, pengukuran dan testing serta
berikan contohnya ?
B. Jelaskan dengan singkat bagaimana kedudukan test, pengukuran, asesment
dan evaluasi ?
SOAL 5
A. Bagaimana menurut anda peran dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran?
Jelaskan Pendapat anda berdasarkan sumber yang anda peroleh dari jurnal
atau hasil penelitian
B. Langkah-lagkah yang diperlukan dalam penyusunan test terdiri atas berapa
langkah. Tuliskan dan jelaskan dengan singkat?
C. Soal yang akan di tes kan kepada peserta didik dapat dikatakan dengan baik
apabila memiliki persyaratan yakni validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktivitas dan ekonomis. Tuliskan dan jelaskan masing-masing serta
berikan contoh masing-masing uji tersebut berdasarkan jurnal atau hasil
penelitian?
SOAL 6
A. Kapan sebuah soal dikatakan baik. Jelaskan berdasarkan pendapat para
ahli ?
B. Taksonomi yang baru melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi
pengetahuan dengan dimensi proses kogitif jelaskan bagaimana pendapat
anda ?
C. Buatlah Hasil Resume presentasi anda berdasarkan Kelompok Masing-
Masing (Pertanyaan, Jawaban dan Tanggapan Anda) ?
JAWABAN NO.1
A. 1. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan model Dimensi Belajar
adalah pembelajaran yang menggunakan dimensi-dimensi belajar itu
sebagai premis pembelajaran (Robert J. Marzano).
2. Menurut Syverson M. A, dimensi belajar adalah suatu kerangka kerja
yang menggambarkan aspek-aspek penting dalam proses belajar.
3. Menurut Kauchak, dimensi belajar adalah suatu kerangka kerja yang
menggambarkan aspek-aspek penting dalam proses belajar.
B. 1. Sikap dan persepsi (Attitude and perceptions)
Sikap dan persepsi mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk belajar.
Jika peserta didik memandang bahwa ruangan kelas sebagai suatu tempat
yang tidak nyaman dan tidak teratur, maka mereka tidak akan termotivasi
untuk belajar dengan baik.
2. Memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan (Acquire and
integrate knowledge)
Salah satu aspek penting dalam pembelajaran adalah menolong siswa
dalam mendapatkan pengetahuan baru dan mengintegrasikannya ke dalam
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan
deklaratif meliputi fakta, konsep, dan prinsip, sedangkan pengetahuan
procedural mencakup keterampilan dan proses (skills and processes).
3. Mengembangkan dan menghaluskan pengetahuan (Extend and
refine knowledge)
Siswa belajar tidak berhenti dengan hanya memperoleh dan
mengintegrasikan pengetahuan, tetapi harus dapat mengembangkan
pemahamannya lebih dalam lagi melalui suatu proses pengembangan dan
penghalusan pengetahuan, misalnya dengan membuat perbedaan-
perbedaan, menghilangkan miskonsepsi, dan menyusun satu kesimpulan.
4. Menggunakan pengetahuan secara bermakna (Use knowledge
meaningfully)
Salah satu indikator bahwa pembelajaran di kelas dapat dikatakan
bermakna adalah bila siswa telah dapat menggunakan pengetahuannya
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Misalnya siswa telah
dapat menentukan alat ukur dan mengukur panjang, lebar atau diameter
benda tertentu dengan tepat
5. Kebiasaan berpikir produktif (Productive habits of mind)
Siswa belajar dapat dikatakan paling efektif bila siswa tersebut telah dapat
mengembangkan kebiasaan berpikir yang mengantarkan mereka sehingga
dapat bepikir secara kritis, berpikir kreatif, dan dapat mengatur perilaku
dirinya sendiri.
JAWABAN NO.2
A. Kelima dimensi belajar yang telah dipaparkan di atas saling berhubungan
satu sama lain dan tidak dapat berjalan dalam keadaan terpisah. Dimensi
pertama dan kelima merupakan dasar untuk menjalankan dimensi kedua,
ketiga, dan keempat. Jika siswa memiliki sikap dan persepsi negatif
terhadap pembelajaran, maka proses belajar yang meliputi dimensi dua,
tiga, dan empat pada siswa tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya,
bila siswa memiliki sikap dan persepsi positif, maka siswa akan belajar
lebih banyak dan hal-hal yang terkait dengan dimensi dua, tiga, dan empat
dapat dilaksanakan dengan baik. Demikian halnya bila siswa telah terbiasa
berpikir secara produktif, maka proses belajar pada diri siswa akan
terfasilitasi. Secara ringkas bagaimana kelima dimensi belajar tersebut
saling berinterkasi dapat dilihat pada gambar berikut
Ilustrasi disamping menunjukkan
bagaimana kelima dimensi belajar
saling terhubung.
Sumber : Jurnal Multidisiplin
Dehasen, Vol. 1 No. 3 Juli 2022
page: 349–354
https://doi.org/10.37676/mude.v1i3
B. 1. Menurut Chaplin (1997), ability adalah tenaga (daya) melakukan suatu
perbuatan. Ability bisa merupakan kesadaran sejak lahir, atau merupakan
hasil latihan atau praktek.
2. Menurut Robbins dan Judge (2008), ability adalah kapasitas seorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
3. Menurut Greenberg dan Baron (2007), ability adalah kapabilitas mental
dan fisik untuk mengerjakan berbagai tugas.
JAWABAN NO.3
A. Menurut Greenberk dan Baron (2013).
1. Ability Intelektual
Ability intelektual adalah kemampuan yang berkaitan dengan pikiran,
seperti kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan belajar.
Ability intelektual dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
 Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan untuk berpikir, memahami, dan
menggunakan informasi. Kemampuan kognitif meliputi kemampuan
berpikir kritis, memecahkan masalah, berpikir kreatif, dan belajar.
 Kemampuan verbal, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa secara
efektif. Kemampuan verbal meliputi kemampuan membaca, menulis, dan
berbicara.
 Kemampuan numerik, yaitu kemampuan untuk memahami dan
menggunakan angka. Kemampuan numerik meliputi kemampuan
menghitung, mengalikan, dan membagi.
 Kemampuan spasial, yaitu kemampuan untuk memahami dan
menggunakan ruang. Kemampuan spasial meliputi kemampuan
menggambar, merancang, dan orientasi.
2. Ability Fisik
Ability fisik adalah kemampuan yang berkaitan dengan tubuh, seperti
kemampuan berlari, melompat, dan mengangkat beban. Ability fisik dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
 Kekuatan, yaitu kemampuan untuk menggerakkan atau menahan objek
yang berat.
 Daya tahan, yaitu kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas fisik dalam
jangka waktu yang lama.
 Kecepatan, yaitu kemampuan untuk bergerak dengan cepat.
 Kelincahan, yaitu kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh
dengan cepat.
 Koordinasi, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan berbagai
bagian tubuh.
B. Taksonomi Bloom tujuan rana kognitif yang dirumuskan oleh Bloom dkk.
(2015) terdiri dari 6 jenjang proses berpikir, yaitu:
1. Mengingat (Remember)
Jenjang ini merupakan jenjang paling rendah dalam taksonomi Bloom.
Pada jenjang ini, peserta didik hanya perlu mengingat kembali informasi yang
telah dipelajarinya. Kata-kata operasional yang digunakan untuk jenjang
mengingat meliputi Menyebutkan, mendefinisikan, menyebutkan kembali,
mengidentifikasi dan menguraikan. Contoh:
 Menyebutkan nama ibu kota negara Indonesia.
 Mendefinisikan pengertian rumus Pythagoras.
 Menguraikan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita.

2. Memahami (Understand)
Jenjang ini lebih tinggi dari jenjang mengingat. Pada jenjang ini, peserta
didik tidak hanya mengingat kembali informasi, tetapi juga memahami arti dan
makna dari informasi tersebut. Kata-kata operasional yang digunakan untuk
jenjang memahami yaitu menjelaskan, menafsirkan, menyimpulkan,
membandingkan dan membedakan. Contoh:
 Menjelaskan arti kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
 Menafsirkan makna puisi.
 Menyimpulkan hasil percobaan.

3. Mengaplikasikan (Apply)
Jenjang ini menuntut peserta didik untuk menggunakan pengetahuannya
untuk menyelesaikan masalah atau tugas tertentu. Kata-kata operasional yang
digunakan untuk jenjang menerapkan yaitu menggunakan, menerapkan,
menyelesaikan, memecahkan dan memanipulasi. Contoh:
 Menggunakan rumus luas persegi untuk menghitung luas suatu ruangan.
 Menerapkan teori gravitasi untuk menjelaskan peristiwa jatuhnya benda.
 Memecahkan soal cerita matematika.

4. Menganalisis (Analyze)
Jenjang ini menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu informasi
atau objek menjadi bagian-bagiannya, kemudian memahami hubungan
antarbagian tersebut. Kata-kata operasional yang digunakan untuk jenjang
menganalisis yaitu menguraikan, mengkategorikan, membandingkan, menguji dan
mensintesis. Contoh:
 Menguraikan struktur teks eksposisi.
 Mengkategorikan jenis-jenis hewan berdasarkan habitatnya.
 Membandingkan dua buah novel.

5. Mengevaluasi (Evaluate)
Jenjang ini menuntut peserta didik untuk menilai kualitas atau nilai suatu
informasi atau objek. Kata-kata operasional yang digunakan untuk jenjang
mengevaluasi yaitu menilai, mengkritik, menjustifikasi, membandingkan dan
memutuskan. Contoh:
 Menilai kualitas suatu karya seni.
 Mengkritik kebijakan pemerintah.
 Menjustifikasi kebenaran suatu pernyataan.

6. Mencipta (Create)
Jenjang ini merupakan jenjang tertinggi dalam taksonomi Bloom. Pada
jenjang ini, peserta didik dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang baru, seperti
ide, produk, atau karya seni. Kata-kata operasional yang digunakan untuk jenjang
menciptakan yaitu menghasilkan, menciptakan, merancang, menulis dan
mendemonstrasikan. Contoh:
 Menghasilkan ide bisnis baru.
 Menciptakan karya seni rupa.
 Menulis cerita pendek.
C. 1. Taksonomi Bloom sebelum revisi: Dimensi pengetahuan merupakan
salah satu dimensi dalam taksonomi ini. Dimensi ini terdiri dari dua
kategori, yaitu:
o Pengetahuan faktual: Pengetahuan tentang fakta-fakta atau konsep-
konsep tertentu.
o Pengetahuan prosedural: Pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
1. Taksonomi Bloom setelah revisi: Dimensi pengetahuan tidak lagi
menjadi salah satu dimensi dalam taksonomi ini. Dimensi pengetahuan
diintegrasikan ke dalam setiap kategori proses kognitif.
Taksonomi Bloom setelah revisi lebih menekankan pada proses berpikir
tingkat tinggi (higher-order thinking skills), yaitu kategori mencipta. Kategori ini
menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan
informasi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan perkembangan dunia yang
semakin menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi, seperti kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan kreatif.
Berikut adalah beberapa contoh langkah-langkah pembelajaran yang dapat
digunakan berdasarkan Taksonomi Bloom setelah revisi:
1) Untuk kategori mengingat, peserta didik dapat diminta untuk:
 Menjawab pertanyaan dengan benar.
 Menuliskan ulang informasi.
 Menjelaskan informasi dengan kata-kata sendiri.
2) Untuk kategori memahami, peserta didik dapat diminta untuk:
 Menjelaskan hubungan antarinformasi.
 Membuat ringkasan informasi.
 Menerapkan informasi untuk menyelesaikan masalah sederhana.
3) Untuk kategori menerapkan, peserta didik dapat diminta untuk:
 Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah kompleks.
 Menerapkan informasi dalam situasi yang baru.
4) Untuk kategori menganalisis, peserta didik dapat diminta untuk:
 Memecahkan informasi menjadi bagian-bagiannya.
 Mencari hubungan antarbagian informasi.
 Mengidentifikasi masalah atau kesalahan dalam informasi.
5) Untuk kategori mengevaluasi, peserta didik dapat diminta untuk:
 Menilai informasi berdasarkan kriteria tertentu.
 Membandingkan informasi dengan informasi lain.
 Membuat keputusan berdasarkan informasi.
6) Untuk kategori mencipta, peserta didik dapat diminta untuk:
 Membuat produk baru, seperti karya tulis, karya seni, atau karya teknologi.
 Menemukan solusi baru untuk masalah.
 Menceritakan cerita baru.
JAWABAN NO.4
A. Perbedaan Evaluasi, Asesment, Pengukuran dan Testing.
Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi dan menilainya untuk
membuat keputusan. Evaluasi dapat dilakukan terhadap berbagai hal, termasuk
program, proses, produk, atau individu. Contohnya :
 Evaluasi terhadap program pendidikan di suatu sekolah
 Evaluasi terhadap proses pembelajaran di suatu kelas
 Evaluasi terhadap produk pendidikan, seperti buku pelajaran atau modul
pembelajaran
 Evaluasi terhadap individu, seperti siswa, guru, atau tenaga kependidikan
lainnya
Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang seseorang atau
sesuatu untuk membuat keputusan. Asesmen dapat dilakukan dengan berbagai
cara, termasuk tes, observasi, wawancara, atau portofolio. Contohnya :
 Asesmen terhadap pengetahuan siswa tentang materi pelajaran matematika
 Asesmen terhadap keterampilan siswa dalam bermain sepak bola
 Asesmen terhadap sikap siswa terhadap lingkungan
 Asesmen terhadap kemampuan siswa dalam berpikir kritis
Pengukuran adalah proses menentukan kuantitas suatu atribut. Pengukuran
dapat dilakukan dengan berbagai alat, termasuk tes, skala, atau alat ukur lainnya.
Contohnya :
 Pengukuran tinggi badan siswa
 Pengukuran berat badan siswa
 Pengukuran suhu tubuh siswa
 Pengukuran kemampuan membaca siswa
Testing adalah salah satu bentuk pengukuran yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan atau tugas kepada seseorang atau kelompok orang. Tes
dapat digunakan untuk mengukur berbagai hal, termasuk pengetahuan,
keterampilan, sikap, atau karakteristik lainnya. Contohnya :
 Tes matematika untuk siswa kelas 5 SD
 Tes bahasa Inggris untuk siswa kelas 10 SMA
 Tes psikologi untuk calon karyawan
 Tes kesehatan untuk calon penumpang pesawat
B. Kedudukan test, pengukuran, asesmen, dan evaluasi dalam bidang
pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut:
Test merupakan salah satu bentuk pengukuran yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan atau tugas kepada seseorang atau kelompok orang.
Pengukuran merupakan proses yang lebih luas daripada test, karena dapat
dilakukan dengan berbagai cara, termasuk test, skala, atau alat ukur lainnya.
Asesmen mencakup kegiatan pengukuran, tetapi juga melibatkan proses
penilaian dan pengambilan keputusan.
Evaluasi merupakan proses yang lebih luas daripada asesmen, karena dapat
mencakup kegiatan asesmen, pengukuran, dan test, serta melibatkan proses
penilaian dan pengambilan keputusan.
JAWABAN NO. 5
A. Fungsi Evaluasi dalam Pembelajaran
Menurut saya evaluasi merupakan upaya untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar berfungsi diagnostik, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan untuk
penempatan. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah memberikan informasi yang
berkenaan dengan kemajuan siswa, pembinaan kegiatan belajar, menetapkan
kemampuan dan kesulitan, untuk mendorong motivasi belajar, membantu
perkembangan tingkah laku dan membimbing siswa untuk memilih sekolah,
jabatan/ pekerjaan. Hal ini berdasarkan Jurnal Bintang : Jurnal Pendidikan dan
Sains Volume 2, Nomor 2, Agustus 2020; 244-257.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang
B. Langkah-langkah yang diperlukan dalam penyusunan tes secara umum
terdiri atas 8 langkah, yaitu:
1. Menentukan tujuan tes:
 Jelas apa yang ingin Anda ukur dengan tes tersebut (misalnya,
pengetahuan, keterampilan, sikap, bakat, dll).
 Siapa yang akan mengikuti tes (misalnya, siswa, guru, karyawan, dll).
 Bagaimana hasil tes akan digunakan (misalnya, untuk seleksi, penempatan,
diagnosis, dll).
2. Menganalisis kurikulum atau materi:
 Pastikan materi yang akan diujikan sesuai dengan kurikulum atau materi
yang telah dipelajari.
 Identifikasi topik-topik penting yang perlu diujikan.
3. Membuat kisi-kisi tes:
 Kerangka yang merinci topik-topik yang akan diujikan dan jumlah soal
untuk setiap topik.
 Memastikan tes mencakup semua materi yang penting dan proporsional.
4. Menulis soal tes:
 Pastikan soal jelas, mudah dipahami, dan sesuai dengan tujuan tes.
 Gunakan berbagai jenis soal (misalnya, pilihan ganda, isian, uraian) untuk
mengukur berbagai tingkat kemampuan.
5. Menelaah soal tes:
 Pastikan soal-soal yang disusun sudah benar, jelas, dan sesuai dengan
tujuan tes.
 Pastikan tidak ada kesalahan ketik atau bahasa.
 Pastikan soal-soal tidak bias atau diskriminatif.
6. Melakukan uji coba tes:
 Dilakukan pada kelompok kecil untuk mengetahui kualitas soal dan waktu
pengerjaan.
 Menganalisis hasil uji coba untuk mengidentifikasi soal-soal yang perlu
diperbaiki atau dibuang.
7. Merevisi tes:
 Perbaikan soal berdasarkan hasil uji coba.
 Memastikan tes sudah siap untuk digunakan.
8. Menstandarisasikan tes (jika diperlukan):
 Penetapan norma atau acuan penilaian untuk tes.
 Memungkinkan perbandingan hasil tes dari waktu ke waktu atau antar
individu.
C. Penjelasan dan contoh Uji validitas, reliabilitas, objektivitas, praktivitas dan
ekonomis
Validitas
Validitas adalah kemampuan tes atau alat ukur untuk mengukur apa yang ingin
diukur. Tes yang valid adalah tes yang dapat menghasilkan data yang akurat dan
dapat dipercaya. Contoh:
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan membaca harus mengukur
kemampuan membaca yang sebenarnya, bukan kemampuan lain seperti
kemampuan menghafal atau kemampuan menjawab pertanyaan.
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan berhitung harus mengukur
kemampuan berhitung yang sebenarnya, bukan kemampuan lain seperti
kemampuan berpikir cepat atau kemampuan memahami konsep matematika.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu atau dari
satu situasi ke situasi lain. Tes yang reliabel adalah tes yang memberikan hasil
yang konsisten, terlepas dari siapa yang mengukurnya, kapan dilakukan, atau di
mana dilakukan. Contoh:

 Seorang siswa yang mengikuti tes matematika dua kali dengan interval satu
minggu, seharusnya mendapatkan hasil yang hampir sama.
 Seorang pasien yang menjalani tes darah dua kali dengan interval satu bulan,
seharusnya mendapatkan hasil yang hampir sama.
Objektivitas
Objektivitas adalah tidak adanya bias dalam hasil pengukuran. Tes yang objektif
adalah tes yang hasil pengukurannya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
subjektif seperti pendapat, perasaan, atau keyakinan dari orang yang mengukur
atau orang yang diukur. Contoh:
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan kognitif harus menggunakan
instrumen yang tidak bias terhadap latar belakang budaya atau sosial ekonomi
peserta tes.
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan fisik harus menggunakan instrumen
yang tidak bias terhadap jenis kelamin atau kondisi fisik peserta tes.
Praktivitas
Praktivitas adalah kemudahan penggunaan tes atau alat ukur. Tes yang praktis
adalah tes yang mudah diterapkan, mudah dipahami, dan tidak memakan banyak
waktu dan biaya. Contoh:
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan berbahasa Indonesia harus
menggunakan instrumen yang mudah dibaca dan dipahami oleh peserta tes.
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis harus menggunakan
instrumen yang tidak memakan banyak waktu untuk dikerjakan.
Ekonomis
Ekonomis adalah tidak memerlukan biaya yang mahal. Tes yang ekonomis adalah
tes yang tidak memerlukan biaya yang mahal untuk pengembangan, pelaksanaan,
dan pengolahan hasilnya. Contoh:
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan literasi informasi dapat
menggunakan instrumen yang tersedia secara gratis di internet.
 Sebuah tes untuk mengukur kemampuan berhitung dapat menggunakan
instrumen yang dapat dibuat sendiri oleh guru atau dosen.

JAWABAN NO.6
A. Pendapat Ahli tentang sebuah soal dikatakan baik
 Azwar (1996) menjelaskan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dikenakannya tes tersebut.
 Fernandes (1984) menjelaskan bahwa butir soal yang menghasilkan rerata
skor sekitar 50 % dari skor maksimum dapat dikatakan bahwa butir soal itu
mempunyai tingkat kesukaran yang tepat.
 Thomas dan Dawson (1972) menjelaskan bahwa butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran 0,25 - 0,75 sudah dikatakan baik.
 Asmawi Zainul, dkk (1997) menjelaskan bahwa makin tinggi daya beda suatu
butir soal, maka makin baik butir soal tersebut, dan sebaliknya makin rendah
daya bedanya, maka butir soal itu dianggap tidak baik.
 Arifin (2017) menjelaskan bahwa suatu soal dikatakan baik, apabila memilki
tingkat kesukaran soal yang seimbang (proporsional) dalam artian soal
tersebut tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.
Sumber : Jurnal Pendidikan Vokasi Otomotif, Vol 3, Nomor 1, November 2020
https://doi.10.21831/jpvo.v3i1.34917
B. Menurut Saya dengan pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan
dengan dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru. Pemisahan ini
didasarkan pada pemikiran bahwa pengetahuan dan proses kognitif adalah
dua hal yang berbeda. Pengetahuan adalah hal yang diketahui, sedangkan
proses kognitif adalah cara bagaimana pengetahuan itu digunakan.
Pemisahan ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
 Lebih jelas dan mudah dipahami. Pemisahan ini membuat taksonomi lebih
jelas dan mudah dipahami, karena masing-masing dimensi dapat
didefinisikan secara independen.
 Lebih sesuai dengan perkembangan pendidikan. Pendidikan modern tidak
hanya berfokus pada penguasaan pengetahuan, tetapi juga pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Pemisahan ini lebih sesuai dengan perkembangan pendidikan modern,
karena dimensi proses kognitif menekankan pada kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah.
C. Resume Materi Tentang Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
Asesmen merupakan pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja,
sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa
atau metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik
tentang seberapa baik siswa belajar. Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah)
maupun saat pembelajaran sedang berlangsung.
Asesmen dapat berupa tes atau non tes. Asesmen berupa nontes misalnya
penggunaan metode, observasi, wawancara, monitoring tingkah laku. Hasilnya
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Proses yang mencakup yaitu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kompetensinya,
mengumpulkan dan mencatat bukti-bukti demonstrasi kompetensi-kompetensi
siswa dan menggunakan bukti-bukti untuk membuat penilaian secara menyeluruh
demonstrasi atau kinerja dalam kompetensi-kompetensi tersebut
Terdapat beberapa jenis Asesmen yang Terkait dengan Taksonomi Bloom,
sebagai berikut :
 Tes objektif adalah jenis asesmen yang mengukur pemahaman siswa
terhadap fakta dan konsep. Contoh dari tes objektif adalah pilihan ganda,
benar-salah, dan isian singkat. Tes ini cocok untuk mengukur kemampuan
siswa pada level pengetahuan dan pemahaman dalam taksonomi Bloom.
 Tes subjektif adalah jenis asesmen yang mengukur kemampuan siswa dalam
menganalisis, mengevaluasi, dan membuat kesimpulan berdasarkan
informasi yang diberikan. Contoh dari tes subjektif adalah esai dan tugas
terstruktur. Tes ini cocok untuk mengukur kemampuan siswa pada level
aplikasi, analisis, dan evaluasi dalam taksonomi Bloom.
Penilaian kinerja adalah jenis asesmen yang mengukur kemampuan siswa
dalam melakukan tindakan nyata atau simulasi situasi dalam konteks tertentu.
Contoh dari penilaian kinerja adalah presentasi, proyek, dan praktikum. Penilaian
kinerja cocok untuk mengukur kemampuan siswa pada level sintesis dan evaluasi
dalam taksonomi Bloom.
Menurut Bloom's Taxonomy, dimensi pengetahuan terdiri dari enam
tingkat: ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ingatan
melibatkan kemampuan untuk mengingat informasi, seperti fakta atau konsep.
Kemudian Dimensi proses kognitif menurut Bloom's Taxonomy terdiri dari enam
level, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks
Diskusi.
Moderator.
1. MOH. RISQA
Pemateri.
1. KAIPAL AKMAL
2. RINI OKTAVIA
3. MOH. RAFIQ
Penanya :
1. SAIFUL
2. MUSDALIFA
3. WALDY BONAK
Pertanyaan :
1) Bagaimana guru dapat merencanakan pembelajaran berdasarkan Dimensi
Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom? (SAIFUL)
2) Apakah guru kurang penjelasan atau siswa yang kurang memahami ?
Bagaimana respon kita untuk menanggapi hal itu? (WALDY)
3) Hubungan Asesment dan Dimensi Proses kognitif dalam kasus Pembuatan
soal ? MUSDHALIFA
Jawaban :
No 1
Untuk merencanakan pembelajaran berdasarkan Dimensi Proses Kognitif
dalam Taksonomi Bloom, guru dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Tentukan tujuan pembelajaran. Langkah pertama adalah menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran harus spesifik,
terukur, dapat dicapai, relevan, dan berorientasi pada hasil belajar.
2. Pilih kategori proses kognitif yang sesuai.Setelah tujuan pembelajaran
ditentukan, guru dapat memilih kategori proses kognitif yang sesuai.
Kategori proses kognitif yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kesulitan
dan kompleksitas materi pembelajaran.
3. Rencanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus dirancang
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan
pembelajaran harus memuat aktivitas-aktivitas yang dapat mendorong siswa
untuk berpikir pada tingkat proses kognitif yang telah dipilih.
No. 2
Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa digeneralisasi, karena bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari guru maupun siswa.
Faktor dari guru :
 Kurang persiapan dan penguasaan materi
 Metode pembelajaran yang kurang tepat
 Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi
 Kurang memberikan umpan balik terhadap hasil belajar siswa
Faktor dari siswa :
 Kurang motivasi belajar
 Kurang minat pada materi pelajaran
 Kurang kemampuan dasar yang dibutuhkan
 Kurang perhatian dan konsentrasi
Respon kita untuk menanggapi hal itu adalah jika kita melihat bahwa ada
siswa yang tidak memahami materi pelajaran, kita perlu melakukan analisis untuk
mengetahui penyebabnya. Jika penyebabnya dari guru, kita perlu melakukan
perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Jika penyebabnya
dari siswa, kita perlu memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa tersebut.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menanggapi hal
tersebut:

 Berdialog dengan siswa. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah berdialog
dengan siswa untuk mengetahui kesulitan yang mereka alami. Kita dapat
bertanya kepada siswa tentang apa yang mereka tidak pahami, dan mengapa
mereka tidak paham.
 Memberikan penjelasan tambahan. Jika kesulitan siswa berasal dari penjelasan
guru yang kurang jelas, kita perlu memberikan penjelasan tambahan. Kita
dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti diskusi, tanya
jawab, atau demonstrasi.
 Memberikan tugas dan latihan. Tugas dan latihan dapat membantu siswa
untuk memahami materi pelajaran. Kita dapat memberikan tugas dan latihan
yang bervariasi, sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang berbeda-beda.
 Memberikan bimbingan dan motivasi. Bimbingan dan motivasi dapat
membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar mereka. Kita dapat
memberikan bimbingan kepada siswa dalam mengerjakan tugas dan latihan,
serta memberikan motivasi agar mereka tidak menyerah dalam belajar.
No. 3
Asesmen adalah proses pengumpulan dan interpretasi informasi tentang
suatu objek atau individu untuk membuat keputusan. Asesmen dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, seperti untuk mengukur hasil belajar, untuk memberikan
umpan balik kepada siswa, atau untuk menentukan kualifikasi seseorang.
Dimensi proses kognitif dalam Taksonomi Bloom merupakan kerangka
yang dapat digunakan untuk mengkategorikan tujuan pembelajaran dan hasil
belajar. Kerangka ini terdiri dari enam kategori, yaitu:
 Mengingat (Remember): kemampuan untuk mengingat kembali informasi
yang telah dipelajari.
 Memahami (Understand): kemampuan untuk memahami arti dan makna
dari informasi yang telah dipelajari.
 Mengaplikasikan (Apply): kemampuan untuk menggunakan informasi
yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah atau tugas.
 Menganalisis (Analyze): kemampuan untuk mengurai informasi menjadi
bagian-bagiannya dan memahami hubungan antar bagian tersebut.
 Mengevaluasi (Evaluate): kemampuan untuk menilai kualitas informasi
atau hasil kerja.
 Mencipta (Create): kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru
dari informasi yang telah dipelajari.
Dalam kasus pembuatan soal, hubungan antara asesmen dan dimensi proses
kognitif adalah sebagai berikut:
 Asesmen dapat digunakan untuk mengukur tingkat proses kognitif yang
telah dicapai oleh siswa.
 Pembuatan soal harus disesuaikan dengan tingkat proses kognitif yang
ingin diukur.
Misalnya, jika kita ingin mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap suatu
materi, maka kita dapat membuat soal yang menuntut siswa untuk menjelaskan
arti atau makna dari informasi yang telah dipelajari. Soal tersebut dapat berupa
soal uraian atau esai.
Atau, jika kita ingin mengukur tingkat kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah, maka kita dapat membuat soal yang menuntut siswa untuk menerapkan
informasi yang telah dipelajari dalam situasi baru. Soal tersebut dapat berupa soal
cerita atau kasus.
Dengan menyesuaikan pembuatan soal dengan tingkat proses kognitif yang
ingin diukur, maka kita dapat memperoleh hasil asesmen yang lebih akurat dan
valid.
Berikut adalah beberapa tips dalam membuat soal yang sesuai dengan dimensi
proses kognitif:
 Perhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
 Tentukan tingkat proses kognitif yang ingin diukur.
 Buat soal yang jelas dan tidak ambigu.
 Buat soal yang sesuai dengan materi pelajaran.
 Buat soal yang memiliki tingkat kesulitan yang sesuai dengan kemampuan
siswa.
Tanggapan/Respon Saya :

Dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif adalah dua dimensi


yang penting dalam pembelajaran dan asesmen. Dimensi pengetahuan berkaitan
dengan jenis pengetahuan yang ingin dipelajari atau diukur, sedangkan dimensi
proses kognitif berkaitan dengan tingkat berpikir yang ingin dicapai.
Hubungan antara Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
adalah dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif saling berhubungan.
Dimensi pengetahuan menentukan jenis pengetahuan yang ingin dipelajari atau
diukur, sedangkan dimensi proses kognitif menentukan tingkat berpikir yang ingin
dicapai. Misalnya, jika kita ingin mengajarkan siswa tentang konsep lingkaran,
maka kita dapat memilih dimensi pengetahuan konseptual. Jika kita ingin
mengukur apakah siswa telah memahami konsep lingkaran, maka kita dapat
memilih dimensi proses kognitif memahami Atau, jika kita ingin mengajarkan
siswa cara menggambar lingkaran, maka kita dapat memilih dimensi pengetahuan
prosedural. Jika kita ingin mengukur apakah siswa telah mampu menggambar
lingkaran dengan benar, maka kita dapat memilih dimensi proses kognitif
mengaplikasikan.
Penerapan dalam Pembelajaran dan Asesmen Dalam pembelajaran,
dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dapat digunakan untuk:
 Menentukan tujuan pembelajaran
 Memilih materi pembelajaran
 Menentukan metode pembelajaran
 Merancang kegiatan pembelajaran
Dalam asesmen, dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dapat
digunakan untuk:
 Menentukan tujuan asesmen
 Memilih jenis asesmen
 Merancang instrumen asesmen
 Menilai hasil asesmen

Anda mungkin juga menyukai