Anda di halaman 1dari 14

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan penilaian hasil belajar siswa. Dengan dilakukannya penilaian terhadap aspek kognitip, afektif dan psikomotorik maka dari setiap aspek itu guru akan mengetahui sejauh mana hasil dari perjuangan guru dalam mengajar siswanya. Sehingga setiap kompetensi yang ditentukan dapat dicapai melalui tes dari masing-masing aspek.

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bukti mengikuti mata kuliah evaluasi belajar


mengajar b. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar serta sebagai bekal untuk menjadi guru. c. Agar mahasiswa dapat mengimplementasikan pengetahuannya dalam hal ini.

BAB 2 PEMBAHASAN
TIPE HASIL BELAJAR.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu bidang kognitif ( penguasaan inetlektual ), bidang afektif( berkanaan sikap dan nilai ) dan bidang psikomotor (berhubungan dengan keterampilan). Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tdak terpisah, bahkan berbentuk hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiga harus nampak sebagai hasil belajar siswa disekolah dari proses pengajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran. Dengan kata lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa mencakup ketiga aspek tersebut.

Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut.

1.ASPEK KOGNITIF
Aspek kognitif merupakan hasil belajar yang dinampakkan dalam perubahan perilaku yang berhubungan dengan kemampuan intelektual yang mencakup; kemampuan ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi. keenam kemampuan kognitif tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Tipe

hasil belajar (Knowledge)

pengetahuan

Hapalan

Ingatan

Pengetahuan hapalan atau ingatan yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata Knowledge dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hapalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali, seperti : batasan, perihal pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihapal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk dapat menguasai / menghapal, misalnya dibaca berulang-ulang, menggunakan teknik mengingat ( memo teknik ) atau lazim dikenal dengan jembatan keledai . Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe hasil belajar ini penting sebagai persyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Setidak-tidaknya pengetahuan hapalan merupakan kemapuan termina (jembatan) untuk menguasai tipe belajar lainnya.

Contoh seseorang yang ingin mempelajari dan menguasai keterampilan bermain piano, maka yang bersangkutan harus menguasai keterampilan dan hapal dulu tangga-tangga nada. Tingkat laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain, menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan, memillih, mengidentifikasi, mendefenisikan.

b. Tipe hasil belajar pemahaman ( comprehentionas )

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe belajar pengetahuan hapalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertauatan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum, pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan lambang Negara, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, dan lain-lain. Kedua pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan kedua
3

konsep yng berbeda, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. Ketiga macam tipe pemahaman di atas kadang-kadang sulit dibedakan, dan bergantung pada konteks isi pelajaran. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan instruksional di bidang pemahaman, antara lain : membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, memperkirakan, memberikan contoh, mengubah, membuat rangkuman, menuliskan kembali, melukiskan dengan kata-kata sendiri.

c. Tipe hasil belajar penerapan ( aplikasi )

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabtrasikan suatu konsep, ide,rumus, hukum, dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu menerapkan suatu dalil atau hokum dalam suatu persolaan. Jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum dan rumus. Dalil hukum tertentu, diterapkan dalam pemecahan suatu masalah ( situasi tertentu ). Dengan kata lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental.

Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan instruksional biasanya menggunakan kata kata, menghitung, memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan, menggunakan, menghubungkan, mengerjakan, mengubah, menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain.

d. Tipe hasil belajar analisis.

Analisis adalah kesanggupan memecahkan, menguarai suatu integritas ( kesatuan yang utuh ) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan / hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisa sangat diperlukan bagi para siswa sekolah menegah apalagi di perguruan tinggi.
4

Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang dapat mengkreasikan sesuatu. Kata-kata operasional yang lazim untuk analisis antara lain; menguaraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih altrnatif dan lain-lain.

e. Tipe hasil belajar sintesis.

Sintesis merupakan kemampuan berpikir intelektual lebih tinggi dari kemampuan analisis, aspek ini mengacu kemampuan memadukan berbagai bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga membentuk pola strktur atau bentuk baru. Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan hapalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin katakata; mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang. Mengikontruksi, mengorganisasi kembali, mrevisi, menyimpulkan, menghubungkan, mensistematis dan lainlain.

f. Tipe hasil belajar evaluasi.

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah di jelaskan sebelumnya. Dari tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.
5

Membandingkan kriteria dengan sesuatu yang nampak/actual terjadi mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai sesuatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan, menyarankan, menyimpulkan, mendukung, memberikan pendapat dan lain-lain.

2.Tipe Hasil Belajar Afektif.


Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian guru. Para guru lebih banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe belajar afektif tampak pada siswa dalam tingkah laku seperti atensi / perhatian terhadap pelajaran disiplin, motivasi ,belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain. Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar siswa. Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
6

pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar / sederhana sampai tingkatan yang kompleks.
a. Receiving

/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa baik dalam bentuk masalah situasi gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b. Responding

atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam memjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Valuing

(penilaian) yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau simulasi tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai organisasi dari sistem nilai.

e. Penjati Diri, dalam hal ini nilai sudah menjadi milik seseorang.

Jadi nilai dan sikap bukan hanya diterima, disenangi, dihargai, digunakan dalam kehidupan, tetapi mendarah daging pada dirinya. Nilai dan sikap sudah mengatur cara bertindak dan cara berpikir. Individu itu pun sudah siap untuk mempertahankan nilai dan sikap yang dimilikinya dari berbagai serangan. Dengan kata lain dan sikap telah mempribadi, terintegrasi pada dirinya.

3.Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor.


Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkat keterampilan yakni: a. b. c. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. Kemampuan perceptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. Kemampuan dibidang fisik, keharmonisan, ketepatan. misalnya kekuatan,

d.

e.

Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana samapai pada keterampilan kompleks. Kemampuan yang berkenaan dengan non decurasive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretative.

f.

Tipe hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Cari Rogers berpendapat bahwa seseorang yang telah mengusai tingkat kognitif maka perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotor. Maka seyogianya ketiga ranah tersebut harus sudah menjadi objek cakupan dalam
8

pelaksanaan evaluasi hasil belajar, terutama bila dikaitkan dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah saat ini.

4.Faktor-Faktor Belajar Siswa.

Yang

Mempengaruhi

Hasil

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa ( lingkungan ). Faktor yang datang diri siswa terutama kemampuan siswa sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Clark ( 1981 ), mengemukakan hasil belajar siswa di sekolah, 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain yang mempengaruhi siswa seperti: Motivasi belajar. Minat dan perhatian. Sikap dan kebiasaan belajar. Ketekunan.
Sosial ekonomi.

Faktor fisik dan psiki. Adanya pengaruh dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, sebab belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang di minati dan disadari. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi Sungguhpun demikian, hasil belajar yang dapat diraih masih juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah efektif tidaknya proses belajar. Sebab hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukaan Bloom ( 1979 ) yang mengatakan bahwa ada tiga variable utama dalam teori belajar sekolah yakni : Karakteristik individu.
9

Kualitas Belajar. Hasil belajar siswa.

Caroll juga mengatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 faktor : Bakat belajar.

Waktu yang tersedia untuk belajar. diperlukan siswa untuk menjelaskan

Waktu yang pengajaran.

Kualitas pengajaran Kemampuan siswa. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan dengan hasil belajar. Artinya, makin tinggi kualiatas pengajaran , makin tinggi hasil belajar siswa. Yang menjadi persoalan adalah Variabel manakah yang mempengaruhi kualitas pengajaran? . Pengajaran adalah suatu `ptoses terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Jadi salah satu yang mempengaruhi kualitas pengajaran adalah variabel guru. Cukup beralasan bahwa mengapa guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pengajaran. Hal ini tidak menyampingkan variabel yang lain seperti : buku pengajaran, alat bantu pengajaran dan lain-lain. Dari variabel guru, yang paling dominan mempengaruhi kualitas pengajaran adalah komptensi profesioanal yang dimilikiknya. Artinya kemampuan dasar harus dimiliki guru, seperti bidang kognitif (intelektual) , penguasaan bahan, bidang sikap seperti : mencintai profesinya, bidang perilaku seperti : keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa dan sebagainya. Hasil penelitian (Nana Sudjana 1987) mewujudkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru dan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,58% dan sikap guru memberikan terhadap mata pelajaran sumbangan 8,60%. Di samping faktor guru kualitas pengajaran dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas anatara lain :

10

a. Besarnya kelas. Artinya banyak sedikitnya jumlah siswa yang

belajar. Pada umumnya ratio yang di pergunakan adalah 1 : 40 artinya satu orang guru melayani 40 siswa. Belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberikan peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibanding dengan suasana belajar yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas ada pada guru. bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar di kelas. Suasana ini kurang menunjang kualitas siswa, sehingga hasil belajar siswa kurang optimal. Artinya kelas juga menyediakan berbagai sumber belajar, seperti buku pelajaran, alat peraga dan lain.

b. Suasana

c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering ditemukan

d. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah

adalah karakteristik sekolah. Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah, letak geografi sekolah, lingkungan sekolah.

5.

Laporan Hasil Belajar

Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar berupa kompetensi dasar yang sudah dipahami dan yang belum dipahami oleh sebagian besar siswa. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa dan guru agar melakukan perbaikkan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Perbaikkan dan peningkatan kualitas pembelajaran dilakukan dalam bentuk program remedial dan pengayaan berdasarkan hasil evaluasi hasil penilaian. Apabila dalam satu satuan waktu tertentu sebagian besar siswa belum mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar, maka guru melaksanakan program remedial, sedang bagi siswa yang telah menguasai diberi program pengayaan. Jadi prinsip dasar kegiatan mengelola hasil penilaian adalah pemanfaatan hasil penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Laporan hasil belajar siswa mencakup aspek kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif. Informasi aspek afektif dan psikomotor diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan untuk mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Tidak semua mata pelajaran memiliki aspek psikomotor, hanya mata pelajaran tertentu saja yang dinilai aspek psikomotornya, yaitu yang
11

melakukan kegiatan praktek di laboratorium atau bengkel. Informasi aspek afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik. Hasil belajar aspek kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang penting. Ada orang yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukupan. Namun ada orang lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua orang itu dijumlahkan, bisa jadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang itu tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampaun mereka berbeda. Apabila skor kemampuan kognitif dan psikomotor dijumlahkan maka akan berakibat ada informasi yang hilang. Yaitu karakteristik spesifik kemampuan masing-masing individu. Di dunia ini ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi, tetapi kemampuan psikomotornya rendah. Agar sukses, orang ini harus bekerja pada bidang pekerjaaan yang membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak dituntut harus melakukan kegiatan yang membutuhkan kemampuan psikomotor yang tinggi. Oleh karena itu, laporan hasil belajar, selain muncul skor juga muncul keterangan tentang penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan demikian pada laporan itu selain ada ketentuan lulus atau tidak lulusnya seseorang siswa juga ada keterangan materi apa saja yang sudah dikuasai dan materi apa saja yang belum dikuasai siswa.

12

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar serta dapat menganalisis hasil belajar itu Penilaian hasil belajar dapat dilakukan melalui aspek kognitip, afektif dan psikomotorik.

Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terjadi dalam makalah kami kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar kedepan kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi

13

Daftar Pustaka
1.Arikunto, Prof. Dr. Suharismi, 2003,Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara 2. Hutagalung, Drs. Taher, 2009, Evaluasi pengajaran, Medan 2. Sudijono, Prof. Dr. Anas, 1995, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, Rajawali Pers 3. www. Evaluasi pengajaran. Com 4. www. Tipe hasil belajar. Com

14

Anda mungkin juga menyukai