Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Implementasi Metode Pembelajaran “Video Based Learning” Untuk


Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih siswa Kelas IV
MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus kecamatan Sangkapura kabupaten
Gresik

Oleh :
Sayyidatul Fauziyah, S. Pd. I

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2021


FAKULTAS ILMU TARNIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
A. JUDUL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berjudul : Implementasi Metode
Pembelajaran “Video Based Learning” Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Mata Pelajaran Fiqih siswa Kelas IV MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus
kecamatanSangkapura kabupatenGresik

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperluas usaha dan
membutuhkan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu
bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan bangsa
Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik, dalam perkembangan masa
depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagi generasi
penerus dibentuk.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting di dalam meningkatkan
sumber daya manusia yang handal. Rendahnya kualitas pendidikan menjadi
penyebab dari krisisnya sumber daya manusia. Mengingat saat ini zaman semakin
merambah maju, yang mana otomatis turut berpengaruh pada perkembangan
ekonomi. Sehingga, sudah sepatutnya jika lapangan pekerjaan membutuhkan
sumber daya manusia yang benar-benar kompeten untuk bersinergi bersama.
Berhasil atau tidak suatu pendidikan dalam suatu negara salah satunya adalah
karena guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
dan kemajuan anak didiknya. Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya. Untuk dapat mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan. Guru harus pandai memilih metode yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan anak didik. Supaya anak didik merasa senang dalam belajar.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya
adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru
secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan
serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara
dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar
siswa khususnya pelajaran fiqih. Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk
bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu
siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini
memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa
tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan
suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat
keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-
rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga
nilai rata-rata mata pelajaran fiqih sangat rendah yaitu hanya mencapai 50,00. Hal
ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan
metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran dipelajari
dengan satu indera saja. Menurut teori psikologi belajar, pembelajaran akan lebih
efektif ketika semua indera pada peserta didik banyak diaktifkan.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk
melihat langsung pembelajaran yang bersifat abstrak dalam menemukan konsep
fiqih didalam video pembelajaran.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan
kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting
guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur,
2001 : 3).
Menonton video bagi kebanyakan orang merupakan hal yang biasa dilakukan
dalam kesehariannya. Saat ini kemudahan memutar video membuat eksistensi
multimedia tersebut semakin banyak diminati. Kita bisa menonton sebuah video
dari televisi, komputer, dan juga handphone yang sehari-hari digunakan. Video
dibuat memiliki tujuan yaitu menyampaikan sebuah pesan yang dapat diterima dan
mudah diingat bagi setiap orang yang menontonnya. Sehingga video umumnya
digunakan untuk kepentingan umum dengan berbagai isi pesan yang disampaikan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu
metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran video based learning-
pembelajaran berbasis video untuk mengungkapkan apakah dengan media video
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran fiqih.

C. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari ulasan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut :
1. Banyak guru yang menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran
monoton dan membosankan
2. Kurangnya peran aktif siswa dalam proses pembelajaran
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih.

D. PEMBATASAN MASALAH
Dari identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah dalam ruang
lingkup penelitian yakni mengenai Implementasi Metode Pembelajaran “Video
Based Learning” untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih siswa
Kelas IV MINU 07 Balik Terus 2 di desa Balikterus kecamatan Sangkapura
kabupaten Gresik.

E. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan ruang lingkup masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah metode pembelajaran “Video based learning” dapat
meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas IV
MINU 07 Balik Terus 2 kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik ?”
F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran “Video based learning”
dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas IV
MINU 07 Balik Terus 2 kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik.

G. MANFAAT PENELITIAN
Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi
dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama,
khususnya pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Fiqih di kelas IV MINU 07
Balik Terus 2.
Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini di
antaranya adalah:
1. Bagi lembaga (Sekolah)
Implementasi metode pembelajaran “Video based learning” ini
diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan menjadi pijakan dasar
untuk lembaga/sekolah dalam kaitannya menentukan kurikulum dan
memberikan kebijakan dalam pengajaran pendidikan agama.
2. Bagi guru
Penerapan metode ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada
para guru, khususnya guru pendidikan agama, agar tidak begitu monoton
dalam mengajar, dengan menggunakan metode pembelajaran “Video
based learning” dalam proses belajar di kelas, guru pendidikan agama
bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat langsung
melalui video pembelajaran materi Fiqih agar peserta didik betul-betul
memahaminya dan benar dalam pelaksanaan di kehidupan sehari-hari.
3. Bagi peserta didik
Dengan metode pembelajaran “Video based learning” ini diharapkan
peserta didik lebih termotivasi dalam belajar. Terutama dalam pelajaran
Fiqih yang memang membutuhkan praktek dalam penerapannya.
4. Bagi guru sebagai penulis
Memberi manfaat bagi peneliti dan menambah khazanah keilmuan
sebagai guru yang profesional serta mengetahui sampai dimana
kemampuan peserta didik dalam menangkap pelajaran yang telah
disampaikan.
H. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :

- Guru belum memanfaatkan


metode pembelajaran “Video - Motivasi belajar siswa
Kondisi Awal rendah
based learning”
- Metode belajar masih - Hasil belajar siswa
konvensional belummencapai KKM

- Guru memanfaatkan metode Implementasi metode


Tindakan pembelajaran “Video based pembelajaran “Video
learning” based learning”

Kondisi Akhir Diduga Implementasi metode pembelajaran “Video based learning”


dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran fikih siswa

I. HIPOTESIS TINDAKAN
1. Implementasi Metode Pembelajaran “Video Based Learning” dapat
meningkatkan Motivasi Belajar mata Pelajaran Fiqih siswa Kelas IV MINU 07
Balik Terus 2 desa Balikterus kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik.

J. KAJIAN TEORI
1. Metode pembelajaran
Pembelajaran tidak terjadi seperti “magic” atau sulap. Namun melalui
proses dan banyak hal yang harus diperhatikan seperti penggunaan variasi
media dan beragam metode pembelajaran. Esensi metode adalah alat untuk
mencapai tujuan dengan cara atau prosedur yang terstruktur. Ada bermacam
metode yang digunakan sesuai dengan capaian tujuan belajar apakah kognitif,
afektif atau keterampilan. Dengan kata lain metode dapat dianalogikan seperti
memancing ikan dimana Anda menggunakan umpan yang berbeda sesuai
dengan ikannya. Jadi gunakan metode yang berbeda untuk tujuan pembelajaran
yang berbeda.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Metode pembelajaran “Video based Learning”
Pembelajaran video merupakan media yang menyajikan pesan audio
visual, bahasa, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman dari teori
pembelajaran (Slamet, 2012). Salah satu alat yang sering dilihat sebagai
sumber daya penting dalam menyikapi akuisisi pengetahuan pedagogis adalah
video di kelas. Memang video praktek telah menjadi sumber daya yang populer
dalam pendidikan guru (Tina, 2013). Pembelajaran berbasis video telah
menjadi fokus utama dari komunitas riset pendidikan selama dua dekade
terakhir (Meg, 2016). Pembelajaran berbasis video untuk anak berusia muda
sangat penting, karena anak-anak tersebut kesulitan dalam memahami makna
simbolik gambar dua dimensi (Gabrielle, 2018).
Saat ini, pembelajaran berbasis video semakin sering digunakan dalam
pendidikan karena lebih mudah untuk membuat dan menyimpan secara online
(Vincent, 2014). Menurut Stem (2019), jika kita menerima pentingnya mulai
bekerja pada video untuk memfasilitasi pembelajaran dari guru dengan metode
yang tepat untuk mendidik, maka para pemimpin pendidik akan mulai
menggunakan video. Video dapat membantu siswa memahami dan mengingat
informasi, meningkatkan proses kognitif mereka dan meningkatkan kinerja
belajar mereka (Pei-lan-lei, 2015). Selain itu, menurut Sara Routarinne, metode
video telah terbukti efektif untuk pelatihan guru dalam tiga hal yaitu untuk
merenungkan peristiwa pedagogis dan mengembangkan kemampuan analisis
tertentu, untuk fokus pada pemikiran murid dan teori jembatan dan praktek,
yaitu untuk menyelaraskan rekomendasi pedagogis untuk praktek kelas yang
sebenarnya. Menurut Vincent hoogerheide hasil penelitian menunjukkan bahwa
menjelaskan kepada orang lain melalui video dapat menjadi kegiatan belajar
yang efektif dibandingkan dengan mengkaji kembali.Teknologi baru seperti
video conferencing class membawa caracara baru bagi para guru untuk
bekerjasama dengan siswa dan mendorong pengembangan strategi yang lebih
konsisten dengan teknologi baru (Lydie, 2014).
Video pembelajaran telah banyak memberikan manfaat bagi manusia
terutama pada pelajar. Video pembelajaran biasanya diintegrasikan dengan
aplikasi online yang bisa diakses dengan menggunakan internet. Aplikasi-
aplikasi tersebut menyediakan layanan untuk berbagi dan belajar melalui
smartphone, sehingga keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Tentu saja
ini merupakan kabar gembira bagi pelajar-pelajar masa milenial yang tidak
dapat lepas dari smartphone.
Video based learning adalah penyampaian pengetahuan atau
ketrampilan dengan menggunakan video. Video untuk belajar harus memiliki
sedikitnya dua elemen yaitu visual dan audio. Elemen visual berguna untuk
menyediakan sumber utama informasi yang mudah dipahami dan dilaraskan
dengan elemen audio yang digunakan untuk menguraikan informasi. Berikut
Kelebihan video bila digunakan saat belajar :

1. Efektif dan Efisien


Belajar menggunakan video lebih efektif dalam menjelaskan suatu
informasi yang bersifat abstrak dalam waktu yang singkat. Semakin
sedikit durasi dari video tersebut, maka pembelajaran dapat lebih
bermakna, karena peserta justru bisa lebih mudah memahami dengan
video yang singkat namun mencakup seluruh informasi , dibandingkan
dengan video durasi panjang yang cenderung memmbosankan. Saat ini
produksi video bisa dilakukan sendiri dengan biaya yang terjangkau , anda
dapat menggunakan kamera bahkan ponsel anda sendiri serta hasilnya pun
dapat digunakan berkali-kali
2. Pengalaman Belajar yang Baru
Belajar menggunakan video akan memberikan pengalaman belajar yang
baru bagi peserta. Hal tersebut karena video dapat menghadirkan sentuhan
hiburan saat belajar sehingga proses belajar tidak harus selalu
menegangkan dan membosankan. Pengalaman baru akan lebih dirasakan
lagi bila peserta tersebut disajikan video interaktif. Keterlibatan peserta
akan sangat dibutuhkan saat video tersebut dijalankan, sehingga akan
tertanam suatu pengalaman baru bagi peserta tersebut.
3. Mudah Dimengerti
Video untuk belajar dibuat dengan gambar yang bersifat realistis,
didukung dengan desain grafis dan minim teks sehingga memudahkan
peserta memahami informasi yang disampaikan.
4. Mendukung Pembelajaran Aktif
Video interaktif memberikan kesempatan bagi pelajar untuk berperan aktif
saat belajar. Video interaktif baru bisa berjalan apabila ada respon atau
interaksi dari peserta yang menggunakannya. Tentunya dengan aktif
memberikan pengalaman langsung yang tentunya akan diingat oleh
peserta didik.

3. Motivasi belajar
a. Pengertian motivasi belajar dan macam-macam motivasi
Kata “Motif’ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. “Motif” dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai seuatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “Motif” maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasa
sangat mendesak.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak, sehingga ia mau
melakukan belajar. Motivasi dapat tumbuh dari dalam diri individu.
(instrinsik) dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya
(eksternal).
1. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas
kemauan sendiri. Dalam belajar terkandung tujuan menambah
pengetahuan. “Intrinsic motivations are inherent in the learning
situation and meet pupil need and purposes”.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri
individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan, paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik, guru hendaknya
berusaha dengan berbagai cara.
Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
rangka menumbuhkan motivasi intrinsik :
1. Kompetisi (persaingan, guru berusaha menciptakan persaingan diantara
peserta didiknya untuk meningkatkan prestasi belajar)
2. Pace making, pada awal KBM guru hendaknya menyampaikan trik pada
peserta didik.
3. Tujuan yang jelas untuk mencapai pembelajaran
4. Mengadakan penilaian/tes, pada umumnya peserta didik mau belajar
dengan tujuan mendapat nilai yang baik (Muh Uzer Usman: 1989, 24-25)

b. Teori Motivasi
Menurut seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yakni
motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas
yakni:
1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan akan keamanan
3) Kebutuhan akan cinta kasih
4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri
Tingkat yang di atas hanya dapat dibangkitkan apabila telah dipenuhi tingkat
motivasi yang di bawahnya.

c. Bentuk-Bentuk Motivasi
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah:
1) Memberikan angka / nilai
2) Memberikan hadiah
3) Terdapat saingan / kompetisi
4) Ego-involment
5) Memberi ulangan
6) Mengetahui hasil
7) Memberi pujian
8) Memberi hukuman
9) Hasrat untuk belajar
10) Minat
K. METODE PENELITIAN
a. Subjek dan objek penelitian
PTK ini dilaksanakan di MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus
Kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik. PTK ini terdiri dari bebera siklus.
Mata pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah mata pelajaran Fikih,
dengan materi pokok tanda-tanda Baligh. Materi ini merupakan materi untuk
siswa kelas IV. Jumlah siswa kelas IV ada 16 anak yang terdiri dari 8 siswa
laki-laki dan 8 siswa perempuan.
b. Rancangan Penelitian
1) Perencanaan
Dalam tahap ini, peneliti membuat rencana tindakan dalam rangka untuk
mempermudah pelaksanaan penelitian, yang mencakup :
1) Lokasi penelitian adalah MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus
Kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik.
2) Subyek yang terlibat adalah observer
3) Obyek sekaligus Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah
peserta didik kelas MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus Kecamatan
Sangkapura kabupaten Gresik.
4) Desain tindakan adalah model Kurt Lewin, yaitu meliputi empat
komponen: rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan
(reflecting).

Alat dan tehnik pengumpulan data adalah sebagai berikut:


1) Alat yang digunakan: Program Tahunan, Program Semester,
Silabus, Rancangan/Skenario Pembelajaran, dan Instrumen.
2) Tehnik pengumpulan data: Tehnik Observasi dan dokumentasi

Tahap-tahap perencanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:


1) Membuat perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (rpp) dan lembar kerja peserta didik (LKPD);
2) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebagai media yang
akan digunakan dalam pembelajaran;
3) Membuat lembar pengamatan atau observasi siswa;
4) Mengembangkan tes hasil belajar.
5) Sedangkan perencanaan tindakan sebelum melaksanakan siklus
berikutnya berupa revisi perencanaan tindakan berdasarkan hasil
observasi, skor tes hasil belajar siswa dan hasil refleksi yang
diperoleh.

2) Pelaksanaan (Tindakan)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan inilah yang
menjadi inti dari PTK, dimana tindakan pelaksaan ini dilakukan dalam
program pembelajaran apa adanya yang terjadi dalam kelas. Langkah
tindakan harus terkontrol secara seksama dan harus hati-hati dan benar-
benar terencana.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti
dibantu mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada
lembar observasi ini ada beberapa indikator yang akan diamati yaitu
perhatian siswa, keaktifan siswa, rasa ketertarikan siswa, dan semangat
siswa yang dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali dan
mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses ataupun hasil
tindakannya.
4) Refleksi
Kegiaan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan observasi tersebut guru dapat merefleksi diri
tentang upaya meningkatkan minat belajar siswa. Berdasarkan hasil refleksi
ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada
siklus berikutnya.

c. Instrument penelitian dan teknik pengumpulan data


Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan masalah yang
dihadapi dalam penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil belajar dan lembar pengamatan proses belajar
mengajar.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa tes tulis dan observasi
a. Tes tulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis menuntut respons dari peserta
tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimiliki.
Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda dan uraian. Tes tulis
diberikan ke siswa di akhir pembelajaran.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati.
c. Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media
tertentu. Keuntungan dari wawancara adalah :
1. Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh.
2. Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih luas.
3. Wawancara memungkinkan pewawancara mendapatkan penjelasan
tentang pertanyaan yang kurang dipahami.

d. Analisi data dan kriteria keberhasilan


Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisa data, yaitu peneliti
memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisa data merupakan cara
yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat
dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada
ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses
pembelajaran serta respon siswa terhadap pelajaran Fiqih dengan
menggunakan metode pembelajaran “Video based learning”.
Dalam menganalisa data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan
konsep menggunakan analisa deskriptif dari setiap siklus menggunakan gain
skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
yang dilakukan guru.
Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan Normalized Gain:

Ng = skor postes – skor pretes


skor ideal – skor pretes

Dengan Kategori :
g tinggi : 0,70 ≤ g < 1,00

g sedang : 0,30 ≤ g < 0,70

g rendah : 0,00 ≤ g < 0,30

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan


peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki tahapan-
tahapan dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan,
pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan
perbaikan apabila setelah tindakan siklus I selesai dilakukan dan belum terjadi
peningkatan hasil belajar siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan
tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pembelajaran. Jika hasil
penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan
dianggap penelitian tindakan kelas berhasil dilaksanakan.
Daftar Pustaka

Fahrurozi, S. K. 2012. Development of Learning Videos to Provide a Basis for


Learning Algorithms: Journal Information Education. 12(6): 49-56.
Lei , P.L., Sun, C.T., SJ, Lin., & Huang , T.K. 2016. Influence of Cognitive and Oral-
Style Metacognitive Strategies on Biology-Basedd Video Search and Learning
Performance: Journal Computers and Education. 87(7): 326-339.
Stouse, G. A., Troseth, G. L., O’Doherty, K. D., & Saylor, M. M. 2018. Co-viewing
Support Toddlers Word Learning from Contingent and Noncontingent Video: Journal
of Experimental Child Psychology. 166(9): 310-326.
Stem. 2019. Facilitate The Use of Videos With Math Teachers: Learn Living in Detail:
Journal of STEM Pendidikan. 6(5): 23-30.
https://binus.ac.id/knowledge/2019/09/manfaat-video-based-learning-dan-tips-untuk-
membuatnya/

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada, 2010), Cet. V, h. 282.
Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), h. 40.

Anda mungkin juga menyukai