Oleh :
Sayyidatul Fauziyah, S. Pd. I
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari ulasan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut :
1. Banyak guru yang menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran
monoton dan membosankan
2. Kurangnya peran aktif siswa dalam proses pembelajaran
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih.
D. PEMBATASAN MASALAH
Dari identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah dalam ruang
lingkup penelitian yakni mengenai Implementasi Metode Pembelajaran “Video
Based Learning” untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih siswa
Kelas IV MINU 07 Balik Terus 2 di desa Balikterus kecamatan Sangkapura
kabupaten Gresik.
E. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan ruang lingkup masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah metode pembelajaran “Video based learning” dapat
meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas IV
MINU 07 Balik Terus 2 kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik ?”
F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran “Video based learning”
dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas IV
MINU 07 Balik Terus 2 kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik.
G. MANFAAT PENELITIAN
Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi
dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama,
khususnya pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Fiqih di kelas IV MINU 07
Balik Terus 2.
Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini di
antaranya adalah:
1. Bagi lembaga (Sekolah)
Implementasi metode pembelajaran “Video based learning” ini
diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan menjadi pijakan dasar
untuk lembaga/sekolah dalam kaitannya menentukan kurikulum dan
memberikan kebijakan dalam pengajaran pendidikan agama.
2. Bagi guru
Penerapan metode ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada
para guru, khususnya guru pendidikan agama, agar tidak begitu monoton
dalam mengajar, dengan menggunakan metode pembelajaran “Video
based learning” dalam proses belajar di kelas, guru pendidikan agama
bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat langsung
melalui video pembelajaran materi Fiqih agar peserta didik betul-betul
memahaminya dan benar dalam pelaksanaan di kehidupan sehari-hari.
3. Bagi peserta didik
Dengan metode pembelajaran “Video based learning” ini diharapkan
peserta didik lebih termotivasi dalam belajar. Terutama dalam pelajaran
Fiqih yang memang membutuhkan praktek dalam penerapannya.
4. Bagi guru sebagai penulis
Memberi manfaat bagi peneliti dan menambah khazanah keilmuan
sebagai guru yang profesional serta mengetahui sampai dimana
kemampuan peserta didik dalam menangkap pelajaran yang telah
disampaikan.
H. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :
I. HIPOTESIS TINDAKAN
1. Implementasi Metode Pembelajaran “Video Based Learning” dapat
meningkatkan Motivasi Belajar mata Pelajaran Fiqih siswa Kelas IV MINU 07
Balik Terus 2 desa Balikterus kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik.
J. KAJIAN TEORI
1. Metode pembelajaran
Pembelajaran tidak terjadi seperti “magic” atau sulap. Namun melalui
proses dan banyak hal yang harus diperhatikan seperti penggunaan variasi
media dan beragam metode pembelajaran. Esensi metode adalah alat untuk
mencapai tujuan dengan cara atau prosedur yang terstruktur. Ada bermacam
metode yang digunakan sesuai dengan capaian tujuan belajar apakah kognitif,
afektif atau keterampilan. Dengan kata lain metode dapat dianalogikan seperti
memancing ikan dimana Anda menggunakan umpan yang berbeda sesuai
dengan ikannya. Jadi gunakan metode yang berbeda untuk tujuan pembelajaran
yang berbeda.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Metode pembelajaran “Video based Learning”
Pembelajaran video merupakan media yang menyajikan pesan audio
visual, bahasa, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman dari teori
pembelajaran (Slamet, 2012). Salah satu alat yang sering dilihat sebagai
sumber daya penting dalam menyikapi akuisisi pengetahuan pedagogis adalah
video di kelas. Memang video praktek telah menjadi sumber daya yang populer
dalam pendidikan guru (Tina, 2013). Pembelajaran berbasis video telah
menjadi fokus utama dari komunitas riset pendidikan selama dua dekade
terakhir (Meg, 2016). Pembelajaran berbasis video untuk anak berusia muda
sangat penting, karena anak-anak tersebut kesulitan dalam memahami makna
simbolik gambar dua dimensi (Gabrielle, 2018).
Saat ini, pembelajaran berbasis video semakin sering digunakan dalam
pendidikan karena lebih mudah untuk membuat dan menyimpan secara online
(Vincent, 2014). Menurut Stem (2019), jika kita menerima pentingnya mulai
bekerja pada video untuk memfasilitasi pembelajaran dari guru dengan metode
yang tepat untuk mendidik, maka para pemimpin pendidik akan mulai
menggunakan video. Video dapat membantu siswa memahami dan mengingat
informasi, meningkatkan proses kognitif mereka dan meningkatkan kinerja
belajar mereka (Pei-lan-lei, 2015). Selain itu, menurut Sara Routarinne, metode
video telah terbukti efektif untuk pelatihan guru dalam tiga hal yaitu untuk
merenungkan peristiwa pedagogis dan mengembangkan kemampuan analisis
tertentu, untuk fokus pada pemikiran murid dan teori jembatan dan praktek,
yaitu untuk menyelaraskan rekomendasi pedagogis untuk praktek kelas yang
sebenarnya. Menurut Vincent hoogerheide hasil penelitian menunjukkan bahwa
menjelaskan kepada orang lain melalui video dapat menjadi kegiatan belajar
yang efektif dibandingkan dengan mengkaji kembali.Teknologi baru seperti
video conferencing class membawa caracara baru bagi para guru untuk
bekerjasama dengan siswa dan mendorong pengembangan strategi yang lebih
konsisten dengan teknologi baru (Lydie, 2014).
Video pembelajaran telah banyak memberikan manfaat bagi manusia
terutama pada pelajar. Video pembelajaran biasanya diintegrasikan dengan
aplikasi online yang bisa diakses dengan menggunakan internet. Aplikasi-
aplikasi tersebut menyediakan layanan untuk berbagi dan belajar melalui
smartphone, sehingga keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Tentu saja
ini merupakan kabar gembira bagi pelajar-pelajar masa milenial yang tidak
dapat lepas dari smartphone.
Video based learning adalah penyampaian pengetahuan atau
ketrampilan dengan menggunakan video. Video untuk belajar harus memiliki
sedikitnya dua elemen yaitu visual dan audio. Elemen visual berguna untuk
menyediakan sumber utama informasi yang mudah dipahami dan dilaraskan
dengan elemen audio yang digunakan untuk menguraikan informasi. Berikut
Kelebihan video bila digunakan saat belajar :
3. Motivasi belajar
a. Pengertian motivasi belajar dan macam-macam motivasi
Kata “Motif’ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. “Motif” dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai seuatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “Motif” maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasa
sangat mendesak.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak, sehingga ia mau
melakukan belajar. Motivasi dapat tumbuh dari dalam diri individu.
(instrinsik) dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya
(eksternal).
1. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas
kemauan sendiri. Dalam belajar terkandung tujuan menambah
pengetahuan. “Intrinsic motivations are inherent in the learning
situation and meet pupil need and purposes”.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri
individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan, paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik, guru hendaknya
berusaha dengan berbagai cara.
Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
rangka menumbuhkan motivasi intrinsik :
1. Kompetisi (persaingan, guru berusaha menciptakan persaingan diantara
peserta didiknya untuk meningkatkan prestasi belajar)
2. Pace making, pada awal KBM guru hendaknya menyampaikan trik pada
peserta didik.
3. Tujuan yang jelas untuk mencapai pembelajaran
4. Mengadakan penilaian/tes, pada umumnya peserta didik mau belajar
dengan tujuan mendapat nilai yang baik (Muh Uzer Usman: 1989, 24-25)
b. Teori Motivasi
Menurut seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yakni
motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas
yakni:
1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan akan keamanan
3) Kebutuhan akan cinta kasih
4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri
Tingkat yang di atas hanya dapat dibangkitkan apabila telah dipenuhi tingkat
motivasi yang di bawahnya.
c. Bentuk-Bentuk Motivasi
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah:
1) Memberikan angka / nilai
2) Memberikan hadiah
3) Terdapat saingan / kompetisi
4) Ego-involment
5) Memberi ulangan
6) Mengetahui hasil
7) Memberi pujian
8) Memberi hukuman
9) Hasrat untuk belajar
10) Minat
K. METODE PENELITIAN
a. Subjek dan objek penelitian
PTK ini dilaksanakan di MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus
Kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik. PTK ini terdiri dari bebera siklus.
Mata pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah mata pelajaran Fikih,
dengan materi pokok tanda-tanda Baligh. Materi ini merupakan materi untuk
siswa kelas IV. Jumlah siswa kelas IV ada 16 anak yang terdiri dari 8 siswa
laki-laki dan 8 siswa perempuan.
b. Rancangan Penelitian
1) Perencanaan
Dalam tahap ini, peneliti membuat rencana tindakan dalam rangka untuk
mempermudah pelaksanaan penelitian, yang mencakup :
1) Lokasi penelitian adalah MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus
Kecamatan Sangkapura kabupaten Gresik.
2) Subyek yang terlibat adalah observer
3) Obyek sekaligus Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah
peserta didik kelas MINU 07 Balik Terus 2 desa Balikterus Kecamatan
Sangkapura kabupaten Gresik.
4) Desain tindakan adalah model Kurt Lewin, yaitu meliputi empat
komponen: rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan
(reflecting).
2) Pelaksanaan (Tindakan)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan inilah yang
menjadi inti dari PTK, dimana tindakan pelaksaan ini dilakukan dalam
program pembelajaran apa adanya yang terjadi dalam kelas. Langkah
tindakan harus terkontrol secara seksama dan harus hati-hati dan benar-
benar terencana.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti
dibantu mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada
lembar observasi ini ada beberapa indikator yang akan diamati yaitu
perhatian siswa, keaktifan siswa, rasa ketertarikan siswa, dan semangat
siswa yang dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali dan
mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses ataupun hasil
tindakannya.
4) Refleksi
Kegiaan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan observasi tersebut guru dapat merefleksi diri
tentang upaya meningkatkan minat belajar siswa. Berdasarkan hasil refleksi
ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada
siklus berikutnya.
Dengan Kategori :
g tinggi : 0,70 ≤ g < 1,00