Anda di halaman 1dari 12

MODIFIKASI DINDING SEL pada kayu

KARAKTERISTIK STRUKTUR
ANATOMI DINDING SEL ,
Presented by
kelompok 1

ANDINI MARLIYA UMAR (M021211025)


WIDYA AWALIYAH SAHWAH (M021211026)

Ultrastruktur Dinding Sel| 2024


Oleh karena itu, kajian karakteristik struktur
Karakteristik Struktur Anatomi anatomi dinding sel yang akan dibahas
menyangkut berbagai macam tumbuhan
Kayu memiliki tingkat variasi yang cukup yang telah kami rangkum dari berbagai
tinggi baik pada level spesies, antar spesies jurnal, dimana perlu diketahui sebagai
hingga antar genus dalam satu divisi indikator dalam pengembangan dan
tumbuhan, dan bahkan dalam satu batang peningkatan kualitas kayu.
pohon (Zobel &Talbert, 1984).

Karakteristik struktur anatomi dinding sel erat


hubungannya dengan kualitas kayu khususnya
sifat fisik kayu. Karakteristik struktur anatomi
dinding sel merupakan ciri alamiah struktur
dinding sel yang meliputi pernoktahan dinding sel,
bidang perforasi dinding sel dan tilosis (Panshin &
de Zeeuw, 1980). Karakteristik struktur anatomi
dinding sel dapat memengaruhi produk akhir.
Kayu Jabon Merah
Pernoktahan
Noktah merupakan celah dalam dinding sel. Celah ini berupa saluran
terbuka menuju rongga sel (lumen) dan memiliki selaput yang menutup
ujung saluran pada bagian luar dinding sel (Panshin & de Zeeuw, 1980).

Hasil
. pengukuran diameter noktah menunjukkan ukuran noktah kayu
jabon merah provenansi Wajo yaitu rata-rata 5,31 µm. Berdasarkan
standar IAWA noktah jabon merah provenansi Wajo tergolong noktah
Gambar 1. Bentuk noktah antar berukuran kevil, (Sulistyobudi et al., 2008). Noktah berfungsi untuk
pembuluh selang-seling bentuk
poligonal jabon merah provenansi menghubungkan sel-sel dalam kayu yang berorientasi pada arah
Wajo (perbesaran 40x).
longitudinal batang dan juga kondisi mulut noktah akan sangat
menentukan laju pergerakan air arah longitudinal (Panshin & de Zeeuw,
1980; Wahyudi, 2013).
Bidang Perforasi Dinding penyekat dua sel pembuluh yang berhubungan ke arah
longitudinal biasanya miringterhadap arah bentangan sel pembuluh.
Pada waktupembuluh baru dibentuk, dinding ini tidak berlubang, tetapi
saat dewasa sebagian dinding penyekat tersebut larut hingga berlubang,
sehingga antar pembuluh dapat berhubungan langsung. Dinding
penyekat yang berlubangini dinamakan bidang perforasi (Mandang et al.,
2008).

Gambar
. 2 menunjukkan bidang perforasi kayu jabon merah provenans
Wajo yaitu berbentuk tangga. Bidang perforasi berbentuk tangga oleh IAWA
Gambar 2. Bidang perforasi
bentuk tangga jabon merah dijelaskan seperti bentuk lubang memanjang kesamping dan tersusun
bertingkat ke bawah seperti tangga (Sulistyobudi et al., 2008).
provenans Wajo (perbesaran 10x).

Pada kayu daun lebar, umumnya pergerakan zat cair dilakukan melalui
pembuluh. Peranan pembuluh sebagaisaluran utama zat cair dimungkinkan
karena ujung sel pembuluh mengalami perforasi (Panshin & de
Zeeuw,1980).
Tilosis Tilosis merupakan struktur seperti gelembung atau seperti kantong,
berasal dari protoplasma sel parenkim yang masuk ke dalam pembuluh
yang berdekatan melalui noktah berpasangan. Gambar 5. menunjukkan
bahwa tilosis terdapat pada rongga sel pembuluh kayu jabon merah
provenansi Wajo.

Tilosis
. baru akan terbentuk saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras,
dan diendapkan ke dalam rongga sel pembuluh melalui pasangan noktah.
Mekanisme pembentukan tilosis mungkin disebabkan oleh rendahnya
Gambar 2. Tilosis pada rongga kadar air dalam pembuluh, atau kerusakan pembuluh baik secara
pembuluh jabon merah
provenans Wajo (perbesaran 40x).
mekanismaupun oleh serangan jamur atau virus (Panshin & de Zeeuw,
1980).

Tingginya kandungan tilosis atau endapan-endapan lainnya pada rongga sel


akan mengakibatkan laju pergerakan air menjadi terhambat sehingga kayu
menjadi sulit untuk dikeringkan dan akan menghalangi pergerakan
masuknya bahan pengawet ke dalam kayu (Wahyudi, 2013).
PENGARUH SIFAT FISIK DAN ANATOMI TERHADAP
SIFAT PENGERINGAN ENAM JENIS KAYU
Tabel 1 Nilai rata-rata berat jenis dan penyusutan kayu yang diteliti
Tabel 2 Nilai rata-rata berat jenis dan penyusutan kayu yang diteliti
Grafik 1. Hubungan antara berat jenis (BJ) dengan penyusutan arah
tangensial (%)
Kayu Mahang
Air terikat yang dikeluarkan dari dalam kayu yang mempunyai BJ tinggi lebih banyak dibandingkan pada kayu
dengan BJ yang lebih rendah. Dimensi kayu dapat berkurang atau menyusut dengan menurunnya kadar air
kayu yang terjadi selama proses pengeringan. Penyusutan dimensi kayu mulai diperhitungkan setelah kayu
mencapai kadar air 30% (kadar air. titik jenuh serat) karena di atas nilai tersebut biasanya penyusutan sangat
kecil sehingga diabaikan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya retak/pecah baik di permukaan maupun di bagian dalam pada kayu
.
mahang saat pengeringan dikarenakan ukuran diameter pembuluh kayunya kecil)sehingga air sulit
keluar dan parenkim bentuk jala memudahkan kayu tersebut untuk retak/pecah

Menurut Panshin dan de Zeuw (1969), salah satu faktor anatomi yang berperan dalam proses
pengeluaran air dari dalam kayu adalah jari-jari kayu. Jari-jari yang lebar pada kayu sangat membantu
pengeluaran air dari dalam kayu secara transversal, namun harus didukung oleh sifat anatomi lainnya
seperti banyaknya ceruk atau noktah pada dinding sel,dinding serat tipis, arah serat lurus, diameter
pembuluh cukup besar dan tidak ada endapan atau tilosis pada pembuluh ataupun isi sel lainnya pada
jari-jari. Upaya untuk menghindari atau mengurangi terjadinya pecah di bagianpermukaan kayu yang
dianjurkan yaitu dengan menggunakan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi di awal
pengeringan sampai kayu mencapai kondisi titik jenuh serat.
Grafik 2. Hubungan antara lebar jari-jari dengan sifat pengeringan(%)
Kayu Gading
kayu gading memiliki pecah dalam tertinggi yaitu kelas 4 (Tabel 4). Kayu tersebut juga memiliki nilai T/R di
atas 2, yang mengindikasikan dimensi kayu gading tidak stabil sehingga perlu kehati-hatian dalam
pengeringan. Faktor yang menyebabkan terjadinya pecah dalam pada kayu gading, di antaranya adalah BJ
yang tinggi (0,82), diameter pembuluh kecil, hanya 90±6 mikron dan beerisi tilosis (Tabel 4), serta dinding
serat yang tebal yaitu 4,1 mikron. Komponen lignin kayu gading juga termasuk tinggi yaitu lebih dari 33%
(Pari, dkk., 2001). Menurut Siau (1971), permeabilitas sel akan berkurang dengan semakin banyaknya lignin
pada dinding sel. Ketika proses pengeringan kayu gading dipercepat, dinding sel kayu tersebut akan tertarik
oleh daya kapiler air. Jika tegangan penyusutan melebihi kekuatan kayu tegak lurus pada arah seratnya
maka terjadilah pecah permukaan yang berlanjut sampai ke bagian dalam kayu (Bramhall dan Wellwood
1976; Wang et al., 1994 ; Reeb 2007).

Oengurangan zat-zat kayu seperti lignin dan silika akan berdampak lebih baik terhadap kualitas
pengeringan dan perekatan kayu. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya pecah di bagian dalam
pada kayu gading, dianjurkan menggunakan suhu yang rendah sebelum kayu mencapai kondisi titik
jenuh serat (Terazawa, 1961).
Kayu Telisai
Kayu telisai juga tergolong kayu yang sulit dikeringkan, kayu telisai memiliki tingkat penyusutan tangensial
tertinggi (7,73%) dan tingkat kestabilan dimensinya paling rendah yang ditunjukkan dari nilai T/Rnya (2,88)
mendekati 3. Faktor yang menyebabkan kayu telisai sulit dikeringkan dengan tingkat penyusutan arah radial
dan tangensial yang tidak sebanding, kemungkinan besar dari BJ dan struktur kayunya. Meskipun diameter
pembuluh kayu tersebut termasuk cukup besar (175±20 mikron) dibandingkan dengan lima jenis kayu
lainnya, namun banyak ditemukan tilosis (Tabel 4). Juga pada kayu telisai meskipun memiliki jari-jari yang
lebar, namun terdapat kristal dalam sel tegak jari-jarinya dan mempunyai dinding serat yang sangat tebal
yaitu 7,3 mikron serat berat yang sangat berpadu, sehingga menyulitkan keluarnya air dari dalam kayu.

Menurut Panshin dan de Zeuw (1969) juga Siau (1971), kayu yang memiliki sel pembuluh besar namun
tersumbat oleh tilosis atau endapan-endapan amorf akan mengalami hambatan dalam proses
pengeluaran air dari dalam kayu. Dinding serat kayu telisai yang tebal berakibat terhadap banyaknya air
terikat yang harus dikeluarkan dari dinding sel kayu, sehingga penyusutannya menjadi tinggi. Upaya
untuk meningkatkan permeabilitas kayu telisai dapat dilakukan dengan pemberian uap (steaming)
sebelum proses pengeringan (Basri et al., 1999).

Anda mungkin juga menyukai