Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar merupakan peristiwa atau kejadian yang biasanya tidak
terjadi terus menerus. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan karena suatu
alasan, karena kegiatan tersebut bukan merupakan proyek. Seperti kampanye
1
sebuah partai politik, bahkan sosialisasi sebuah kebijakan pemerintah.
Menurut KBBI Kegiatan adalah aktivitas, usaha, atau pekerjaan. 2 Melalui
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan adalah aktivitas yang
dilakukan secara terus menerus.

Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang agar mendapatkan


perubahan tingkah laku yang diinginkan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
3
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. proses mental dan emosional
dalam proses berpikir dan merasakan.4 Seorang dikatakan belajar apabila
pikiran dan perasaannya aktif. Menurut Hilgard dan Bower mengemukakan
definisi belajar sebagai perubahan tingkah laku seseorang terhadap satu
situasi tertentu yang disebabkan oleh kepemilikan pengalaman yang berulang-
ulang, dalam situasi itu di mana tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan dan
dasar kecenderungan timbal balik pembawaan dan kematangan. 5 Einich
mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan
pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan
informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan
pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang
sesuai dan melalui interaksi pemelajar dengan lingkungannya 6. Gredler juga
menekankan lingkungan juga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
proses belajar, studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik, namun

1
Leonardo Bloomfield, Language (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1995),h. 256
2
Kbbi, K. B. B. I. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian Pendidikan Dan Budaya.
3
Slameto,Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta:Rineka Cipta,2010).
4
Kusumawati Niniek dan Maruti Sri Endang, Strategi Belajar mengajar Di Sekolah Dasar (Magetan:AE
Media Grafika,2019).
5
Rahmat Saeful Rahmat,Strategi Belajar Mengajar (Surabaya:Scopindo Media Pustaka,2019).
6
Heinich, Robert, et al, Instructional Media and Technology for Learning,(New Jersey : Prentice
Hall,1999),h. 8.

14
aspek yang penting untuk individu dan masyarakat. Belajar juga merupakan
dasar dari kemajuan sosial di masa depan. Melalui definisi tersebut, dapat
dikatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau sikap dengan
serangkaian kegiatan, membaca, memahami, mengamati, mendengar, meniru
dan sebagainya.

Menurut Thobroni dijelaskan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan


yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran yang terdiri dari
gerakan, belajar pengetahuan, belajar memecahkan masalah, belajar
informasi, belajar konsep, belajar keterampilan, serta belajar sikap. 7 Lebih
lanjut dapat diartikan bahwa kegiatan belajar adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan peserta didik
yang aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 8

Dapat disintesiskan bahwa kegiatan belajar merupakan seperangkat


tindakan peserta didik baik berupa mental atapun sikap yang dilakukan selama
proses pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu. Lembaga PAUD yang
menyelenggarakan kegiatan belajar merupakan tempat untuk memenuhi
tujuan dari tindakan.

2. Media Digital Untuk Anak Usia Dini


2. a Pengertian Media Digital
Media digital adalah media yang tersaji secara online di internet.
Pengertian media online yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks
komunikasi massa. Media adalah singkatan dari media komunikasi massa
dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu,
seperti publisitas dan periodisitas.9 Media digital dapat digunakan sebagai
penunjang pembelajaran di masa new normal.

Menurut Marsh dalam Nurani dan Pratiwi media digital tidak hanya
memberikan pengetahuan, anak juga dapat memperoleh pengalaman,

7
Muhammad Thobrni dan Arif Mustofa,Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Ar-Ruzz Media,2011), h. 25
8
Hartono, PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(Pekanbaru:Zanafa,2008),h.1
9
M.Romli dan Asep Syamsul,Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online
(Bandung:Nuansa Cendekia,2012),h.34.

15
keterampilan, bahkan perubahan perilaku yang tentunya positif. 10 Dengan
perkembangan digital di masa sekarang, membuat anak dapat terampil bahkan
menjadi perilaku yang positif, dengan bimbingan orang tua dalam
menggunakan media digital.

Menurut Flew dalam Felecia dan Trisno media digital adalah media yang
merupakan pengelompokan antara data, teks, suara, dan bermacam gambar
yang dikumpulkan kedalam format digital dan dibagikan melalui jaringan yang
memakai kabel optic broadband, satelit serta gelombang mikro.11 Menurut
Menurut Denis McQuail dalam Oka,Hendra dan Septiana ciri utama media
digital adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak
individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya,
kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang
ada di mana-mana.12 Klaim status paling utama sebagai media digital
dan mungkin juga sebagai media massa adalah internet. Meskipun
demikian, ciri-ciri massa bukanlah karakteristik utamanya.

Dari definisi di atas dapat disintesiskan media digital adalah suatu media
elektronik yang disimpan dalam format digital (sebagai lawan format analog)
yang dapat digunakan sebagai penyimpanan, memancarkan serta menerima
informasi yang ter-digitalisasi.

2. b Dampak Media Digital Bagi Anak Usia Dini


Holmes dalam tulisannya tentang “9 Effects of Modern Gadgets on
Children Development” menuliskan ada 9 dampak gadget negatif untuk
perkembangan anak, yaitu perkembangan otak menjadi terganggu dan
menyebabkan gangguan atensi, kognitif, belajar, dan berkurangnya

10
Yuliani Nurani dan Niken Pratiwi,”Digital Media for the Stimulation of Early Childhood Self Help
Skills”,Jurnal Atlantis Press,Vol.487(2020),h.242
11
Felecia Claresta dan Trisno Rudy, “Ruang Komunitas Digital dan Budaya”,Jurnal Stupa, Vol.3 No.1
(2021),h.25. Diunduh pada 23 Juni 2021.
12
Oka Prayuda Barsan, Hendra Alfani dan Septiana Wulandari,”Perubahan Pilihan Dalam Mengakses
Tayangan Media Informasi Dari Media Streaming Ke Media Digital ( Studi Kasus Pada Masyarakat
Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu)”, Jurnal Komunikasi
Budaya, vol.1 No.2(2020),h.134

16
kemampuan untuk mengendalikan diri.13 Anak yang lebih banyak waktunya di
depan gadget juga lebih mudah mengalami obesitas dibandingkan dengan
mereka yang lebih banyak melakukan kegiatan fisik seperti olahraga, bermain
yang memiliki kegiatan bergerak. Tetapi gadget juga memiliki dampak postif
dan negatif seperti berikut:

Dampak Positif Teknologi bagi Anak

Akibat perkembangan yang maju pada teknologi, banyak permainan-


permainan kreatif yang ternyata banyak disukai oleh anak-anak. Hal ini dapat
memberikan keuntungan kepada anak-anak karena dapat memberikan
pengaruh yang besar terhadap kreativitas anak. Beberapa hal yang menjadi
dampak positif perkembangan teknologi informasi menurut Susanto dalam
Nurani, Qomariah, dan Yetti14, antara lain: 1) Dapat menambah wawasan anak.
2) Anak dapat membangun relasi, memperbanyak teman tanpa harus dibatasi
jarak dan waktu. 3) Dapat memudahkan anak dalam mencari dan mengetahui
informasi terkini. 4) Anak dapat menggunakan sebuah teknologi perangkat
lunak pendidikan seperti program-program untuk pengetahuan dasar
membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Dengan
berkembangnya teknologi kini perangkat pendidikan dapat dibuat dengan
unsur hiburan yang berhubungan dengan materi pendidikan, membuat anak
menjadi termotivasi untuk belajar. 5) Menjadi sebuah solusi bagi orang tua yang
menghadapi seorang anak yang bosan belajar. 6) Membangun kreatifitas anak.
7) Teknologi membuat seorang anak jauh lebih fasih dengan teknologi,
terutama teknologi informasi.

Dampak Negatif Teknologi bagi Anak

Hadirnya teknologi digital yang berkembang dengan pesat memberikan


banyak manfaat bagi manusia. Semua kegiatan manusia seperti pekerjaan,

13 Dancow, Cara Gadget Menstimulasi Tumbuh Kembang Anak


https://www.dancow.co.id/dpc/artikel/3-plus/cara-gadget-menstimulasi-tumbuh-kembang-anak.
diunduh pada tanggal 16 juni 2021.
14 Yuliani Nurani, Nur Qomariah dan Elindra Yetti,”Pengaruh Media Pembelajaran Digital Animasi dan

Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Anak”, Jurnal obsesi, Vol.3 Issue 2
(2020),h.19.

17
olahraga, dan belajar dapat dilakukan dengan mudah karenanya dan
memberikan informasi menjadi lebih mudah diakses dengan internet. Namun
di balik itu semua, ada banyak ancaman yang mengawasi anak-anak. Mereka
rela menghabiskan waktunya bersama gadget dibandingkan bermain dengan
lingkungan sekitar. Berikut dampak negatif dan efek samping dari pemakaian
teknologi digital Rachman dalam Nurani, Qomariah, dan Yetti15, antara lain: 1)
Menurunnya prestasi belajar karena penggunaan yang berlebihan. 2)
Membatasi aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. 3)
Perkembangan keterampilan sosial dan bahasa anak yang terhambat karena
sudah dikenalkan dengan gadget dini. 4) Perkembangan otak tidak maksimal
karena stimulasi perkembangan tidak seimbang. 5) Masalah kesehatan mata.
6) Masalah konsentrasi, anka menjadi susah konsentrasi. 7) Masalah tidur,
jumlah waktu tidur, dan kualitas tidur yang kurang. 8) Tidak ada privacy,
memungkinkan pengambilan data pribadi, predator anak, cyber bullying, dan
lainnya. 9) Masalah pornografi, kekerasan, atau penanaman nilai negatif.

Melalui penjelasan diatas dapat disintesiskan bahwa dampak bagi anak


usia dini lebih banyak dampak negatif, namun tetap jika orang tua tetap
mengawasi dan membimbing maka dampak penggunaan media digital tidak
akan berdampak buruk. Dampak penggunaan media dalam segi positifnya juga
banyak dan sangat berguna.

3. Stimulasi Keterampilan Memakai Kaos Kaki dan Sepatu


3. a Stimulasi

Menurut Sumiyati, Suparni, Aris, dan Wanodya Stimulasi adalah


perangsang yang datang dari lingkungan luar anak yang sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak.16 Anak mendapat stimulasi yang
terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Ada beberapa aspek yang harus
disesuaikan dengan usia anak, terdapat beberapa aspek perkembangan anak
juga diperhatikan, yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif atau

15
Ibid.h. 20
16
Sumiyati,Suparmi,Santjaka Aris dan Hapsari Wanodya, “Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5
Tahun”, ejournal Poltekkes, Vol.12 No.2(2016).

18
keterampilan berpikir, perkembangan bahsa, dan perkembangan sosio-
emosional. Menurut Soetjiningsih stimulasi adalah rangsangan yang datang
dari lingkungan di luar individu anak. 17 Stimulasi kepada anak dapat diberikan
oleh orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lain di sekitar anak tersebut.
Kegiatan menstimulasi ini rutin dilakukan pada waktu yang tepat untuk
memberikan rangsangan atau dorongan.

Merangsang gerak kasar dan gerak halus kaki, tangan dan jari-jari,
mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan
perasaan bayi.18 Memberikan stimulasi sangat dibutuhkan untuk
memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak tersebut sejak di dalam
kandungan. Menurut Fidya dan Maya dalam Helmy, Amatus, dan Abram ketika
anak lahir memberikan rangsangan harus dilakukan secara terus-menerus,
bervariatif, serta dengan suasana bermain dan kasih sayang, karena
rangsangan yang diberikan oleh orang tua memiliki banyak cara agar dapat
menstimulasi seluruh potensi yang dimiliki oleh anak.19 Stimulasi dalam
berbagai literatur merujuk pada pengertian sebagai usaha memberikan sesuatu
yang dapat mempengaruhi indra atau memberikan sesuatu yang dapat
membangkitkan keinginan atau perasaan tertentu yang datangnya dari
lingkungan luar individu anak dengan berbagai macam rangsangan. 20 Menurut
Moersitowati dalam Lida dan Veryuydha stimulasi adalah perangsangan dan
latihan-latihan terhadap kepribadian anak yang datangnya dari lingkungan di
21
luar anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Stimulasi adalah
dorongan, rangsangan. 22 Stimulasi yang diberikan secara berulang dan terus
menerus terhadap setiap aspek perkembangan pada anak berarti dapat
memberikan kesempatan kepada anak tumbuh dan berkembang secara

17
Soetjiningsih,Tumbuh Kembang Anak,(Jakarta:EGC,1995),h. 105.
18
Depkes RI,Pedoman PelaksanaanStimulasi, Deteksi dan Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak Di
TingkatPelayanan Kesehatan Dasar,(Jakarta,2005).
19
Kosegeran B Helmy,Ismanto Yudi Amatus dan Babakal Abram, “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua Tentang Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Di Desa Ranoketang
Atas”, e-journal keperawatan, Vol.1 No.1 (Agutus 2013).
20
Martin H.Manser, Fergus MC.Gauran,Oxford Learner’s Pocket Dictinary, New Edition, (Oxford:Oxforf
University Press,1995),h.408
21
Sa’diyah khalimatus Lida dan Eka Veryudha,Tumbuh Kembang dan toilet Traning pada Masa Golden
Age,(Mojokerto:Karya Bina Sehat,2017),h.64
22
Kbbi, K. B. B. I. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian Pendidikan Dan
Budaya.

19
optimal. Salah satu kebutuhan dasar anak yaitu memberikan stimulasi dengan
asah, mengasah kemampuan anak secara rutin membuat kemampuan anak
akan menjadi semakin meningkat.

Orang tua merupakan stimulator penting bagi anak dalam memberikan


rangsangan. Pengetahuan anak akan bertambah jika orang tua memberikan
rangsang tersebut agar anak dapat berkembang. Selain orang tua, lingkungan
sekitar merupakan salah satu stimulator yang dapat memberikan rangsangan.
Tetapi dengan keadaan seperti ini orang tualah yang sangat penting untuk
memberikan stimulasi kepada anak khususnya dalam menstimulasi menolong
diri sendiri. Dalam menolong diri sendiri haruslah orang tua memberikan
stimulasi tersebut agar anak dapat mandiri dan memahami bahwa menolong
diri sendiri merupakan hal yang terpenting.

Melalui penjelasan di atas dapat disintesiskan bahwa stimulasi adalah


rangsangan yang berasal dari luar individu anak yang sengaja diberikan oleh
ibu atau pihak keluarga sebagai rutinitas sehari-hari untuk meningkatkan
kecakapan dasar pada anak agar mendapatkan tumbuh dan berkembang
secara optimal. Pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orang tua sangatlah
penting, dimasa pandemi seperti ini anak lebih banyak belajar di rumah maka
sering bertemu dengan orang tua. Untuk menstimulasi keterampilan hidup agar
anak mampu menjadi mandiri meski berada di luar dan di dalam rumah.

3. b Keterampilan Hidup
Anak usia dini mengembangkan dan memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperoleh dari orang di sekitarnya selama
berkembang. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan diartikan
sebagai kecakapan dalam melaksanakan tugas 23. Kata lain keterampilan ialah
sebuah tempat yang mewadahi seseorang untuk melakukan segala kegiatan
dengan proses untuk menjadi lebih sempurna.

Keterampilan hidup pada anak usia dini adalah proses pengubahan


sikap yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan

23
Lektur.Id, Arti Kata Ketermapilan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://lektur.id/arti-
keterampilan/ ,diakses pada tanggal 16 Juni 2021.

20
intelektual dan kecakapan vokasional untuk berusaha untuk hidup mandiri. 24
Dari keempat komponen keterampilan hidup itu sangat penting untuk
diterapkan sejak dini. Dengan mempunyai kesanggupan dalam menguasai
keterampilan hidup harapan kepada anak yaitu dapat bertahan hidup dan
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dengan harapan anak dapat
memiliki kecakapan hidup, anak mampu mengurus dirinya sendiri (self help),
membangun citra diri (self image), menambah pengetahuan diri (self
knowledge) dan terakhir diharapkan mampu menolong orang lain (social skill),
dalam bentuk kepedulian dan tanggung jawab yang baik sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.

Melalui berbagai keterampilan hidup yang dikuasainya diharapkan anak


dapat mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Menurut Catron
dan Allen dalam Nurani pada dasarnya pembelajaran keterampilan hidup
bertujuan agar anak mampu mengurus diri sendiri (self Help) dan untuk
kemudian mampu menolong orang lain (social skill) merupakan sebuah bentuk
kepedulian dan tanggug jawab sosialnya sebagai salah satu anggota keluarga
dan masyarakat. 25 menurut WHO dapat didefinisikan ‘Life skills can be defined
as “abilities for adaptive and positive behaviour that enable individuals to deal
effectively with the demands and challenges of everyday life. 26 Sesuai dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa keterampilan hidup merupakan
kemampuan untuk adaptif dan perilaku positif yang memungkinkan individu
untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari secara efektif.
Dengan proses tumbuh kembang anak yang berlangsung, anka akan terus
mendapatkan keterampilan baru, yang akan berlangsung secara terus
menerus dan membuat anak menjadi individu yang mandiri. Menurut Catron
dan Allen dalam Yuliani menjelaskan bahwa children’s abilities become
increasingly complex as their motor skills develop and they are able to care

24
Utami Dwi Rahayu,”Pendidikan Kecakpaan Hidup (life skill) untuk anak usia dini”, INA-Rxiv,April
2018.
25
Nurani Yuliani,“Pengembangan Media Daur Ulang Berbasis Kecerdasan Jamak Dalam Peningkatan
Keterampilan Hidup Anak Usia Dini”,Cakrawala Pendidikan,no.1(Feb.2012),h. 68.
26
World Health Organization,Preventing violence by developing life skills in children and
adolescents,(Swizerland:WHO Press,2009),h.3

21
their physical needs more independently.27 Dari penjelasan tersebut
kemampuan anak dapat meningkat ke arah yang lebih baik dan membuat anak
menjadi mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Sebagai individu, anak memiliki kebutuhannya masing-masing dari


kebutuhan tersebut membuat anak akan bergantung pada orang tua terutama
ibunya dan orang-orang yang berada di lingkuangan sekitarnya. Proses
alamiah setiap orang karena sewaktu dilahirkan tidak mampu melakukan
apapun tanpa bantuan orang lain. Anak memiliki kebutuhan dasar yang dapat
dipenuhi secara mandiri meliputi makanan, pakaian, hingga perawatan dan
kebersihan diri. Dalam membantu untuk menyelesaikan rutinitas pemenuhan
kebutuhan dasar, anak usia dini membutuhkan keterampilan membantu diri
sendiri. Keterampilan membantu diri sendiri ini wajib didapatkan oleh setiap
individu untuk membantu diri mereka menjadi individu mandiri tidak dibedakan
untuk anak usia dini. Keterampilan membantu diri sendiri sangat penting untuk
membuat pengembangan keterampilan tersebut untuk anak sejak dini.

Jenis – jenis Keterampilan hidup untuk anak usia dini :


28
1. Menurut Broling dalam Hadi dan Suryono
a. kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), antara lain meliputi:
pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi,
pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran
keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian,
kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang,
rekreasi, dan kesadaran lingkungan;
b. kecakapan hidup sosial/pribadi (personal/social skill), antara lain
meliputi : kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya
diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian
pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan
masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif,
kemandirian dan kepemimpinan.;

27
Nurani Yuliani, Pratiwi Niken, “Tematik Integratif Berbasis Karakter Dalam Menstimulasi
Keterampilan Vokasional Anak Usia 5-6 Tahun”, Seminar Nasional dan Call for Paper “Membangun
Sinegritas Kelaurga dan Sekolah Menuju PAUD Berkualitas”, 2018,h.169.
28
Hadi Sofyan dan Suryono Yoyon,” Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Kecakapan Hidup
pada Pendidikan Luar Sekolah”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,Vol.18 No.12(2014),h.262.

22
c. kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi: kecakapan
memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja,
latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu
profesi, kesadaran untuk menguasai berbagai keterampilan,
kemampuan menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan
melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang
dan jasa.
2. Menurut WHO dalam Farudin 29:
a. kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi
(personal skill),
b. kecakapan sosial (social skill),
c. kecakapan berpikir (thinking skill),
d. kecakapan akademik (academic skill), dan
e. kecakapan kejuruan (vocational skill).

Dari definisi diatas dapat disintesiskan bahwa keterampilan hidup adalah


kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problematika kehidupan,
kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari serta menemukan solusi untuk
mengatasi permasalahan. Harapan dari keterampilan hidup, anak dapat
mandiri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan mengajarkan arti dari
tanggung jawab.

3. c Keterampilan Memakai Kaos Kaki dan Sepatu


3. c. 1) Pengertian Keterampilan Memakai Kaos Kaki dan Sepatu
Menurut Sudrajat dan Rosida dalam Feby Sepatu merupakan suatu jenis
alas kaki yang terdiri dari sol, kap, tali, hak. Biasanya juga terbuat dari kanvas
atau kulit yang menutupi semua bagian mulai dari jari jemari, punggung kaki
hingga bagian tumit.30 Menurut Astati dalam Feby sepatu adalah alas kaki atau
kasut adalah produk seperti sepatu dan sandal yang dipakai untuk melindungi
kaki terutama bagian telapak kaki. Untuk melindungi kaki agar tidak cedera dari
kondisi lingkungan yang berbeda-beda seperti tanah yang berbatu-batu, berair,

29
Hadi Sofyan dan Suryono Yoyon,” Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Kecakapan Hidup
pada Pendidikan Luar Sekolah”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,Vol.18 No.12(2014),h.262.
30
Falah Nurul Feby, Skripsi :“Penerapan Metode Drill Terhadap Peningkatan Keterampilan Memakai
Sepatu Bertali Pada Anak Tunagrahita Sedang Kelas V Di SLB Negeri 1 Gowa”
(Makassar:UNM,2020),h.14.

23
udara panas, dan dingin. Alas kaki membuat kaki tetap bersih, melindungi dari
cedera sewaktu bekerja, dan sebagai gaya busana. Sebelum mengenakan alas
kaki, orang sering mengenakan kaos kaki atau stoking agar kaki lebih nyaman
dan tidak lecet.31 Kaos Kaki adalah sarung yang digunakan untuk menutupi
kaki.32
Dari definisi diatas dapat disintesiskan bahwa pengertian kaos kaki dan
sepatu adalah sebuah benda yang terbuat dari benang dan kanva yang
dikhususkan untuk melindungi kaki dari cuaca dan untuk melengkapi dalam
berpakaian.

Menurut Maria J Wantah memakai kaos kaki dan bersepatu fungsinya


adalah untuk menjaga kesehatan, dan kesopanan.33 Bagi anak perempuan
kaos kaki ada dua jenis yaitu panjang dan pendek. Kaos kaki panjang biasanya
digunakan untuk acara tertentu seperti kalau pergi ke pesta, dan acara resmi
lainnya, warna kaos kaki juga disesuaikan dengan warna pakai yang dipakai
sehingga akan terlihat serasi. Kaos kaki pendek biasanya digunakan oleh anak
lelaki maupun perempuan terutama kalau ke sekolah. Pada umumnya kaos
kaki yang digunakan berwarna dan bergambar bagi anak usia dini yang
membedakan terletak pada ukurannya tergantung dari besar atau kecilnya kaki
seseorang.

Dari definisi diatas dapat disintesiskan bahwa keterampilan memakai


koas kaki dan sepatu adalah keterampilan dasar yang dimiliki anak untuk
melengkapi dalam berpakaian. Memakai kaos kaki dan sepatu juga melindungi
kaki dari berbagai penyakit. Mengajarkan anak memakai kaos kaki dan sepatu
membuat anak menjadi bertanggung jawab dan sopan.

3. c. 2) Tujuan Keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu


Memakai pakaian bukan hanya menutupi tubuh saja tetap
memerlukan kecocokan antara busana yang dipakai dengan si pemakai.
Berbusana dapat diuraikan meliputi (a) berpakaian luar, (b) berpakain dalam,

31
Ibid.h.14
32
Lektur.Id, Arti Kata Kaus di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://lektur.id/arti-Kaus/ .
Diunduh pada 24 Juni 2021.
33
Maria J Wanta,”Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita
Mampu Latih”, (Jakarta : Depdiknas,2007).

24
(c) berkaos kaki dan bersepatu. Selain itu, dengan menggunakan kaos kaki,
kaki bisa terlindung dari gesekan sepatu, dan juga dapat menjadikan
penampilan lebih menarik.
Tujuan dari keterampilan menggunakan kaus kaki dan sepatu adalah
membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri, meliputi : (1) Memiliki
kemampuan mengurus diri sendiri, (2) mampu menyusun rencana kegiatan
sehari - hari tanpa bantuan orang lain, dan (3) Mampu melaksanakan rencana
kegiatan konsekuen.34 Dalam mewujudkan tujuan tersebut diperlukan stimulasi
dan peran orang tua, pendidik, maupun pengasuh untuk mendapatkan hasil
yang optimal.

3. c. 3) Stimulasi Keterampilan Memakai Kaos Kaki dan Sepatu


Memberikan stimulasi keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu
dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mengajarkan secara
langsung atau menggunakan media digital dalam kegiatan pembelajaran. Anak
usia dini mendapatkan stimulasi melalui guru dan orang tua, pembelajaran
yang diberikan oleh guru melalui orang tua untuk menyampaikan kepada anak
usia dini. Memakai dan melepas kaos kaki dan sepatu memiliki keterampilan
khusus sehingga diperlukan langkah - langkah untuk mempermudah
mengajarkan kepada anak. To teach wearing socks, the last step can be taught
first. For example pullingthe socks just above the heel is easier than to keep
the socks in correct positionand to insert the toes in. Use the steps explained
below so that the child canmeet with success at every step of training.
Untuk mengajarkan memakai kaos kaki, langkah terakhir bisa
diajarkan terlebih dahulu. Misalnya menarik kaus kaki tepat di atas tumit lebih
mudah daripada menjaga kaus kaki pada posisi yang benar dan memasukkan
jari-jari kaki ke dalamnya. Gunakan langkah - langkah yang dijelaskan di bawah
ini agar anak dapat meraih kesuksesan di setiap langkah pelatihan. Berikut
langkah - langkah memakai kaos kaki : 1) Menarik kaus kaki saat berada tepat
di atas tumit. 2) Tarik kaus kaki saat tepat di bawah tumit. 3) Menarik kaus kaki
saat jari kaki dimasukkan. 4) Kenakan kaus kaki saat diserahkan kepadanya
dengan tumit dalam posisi yang benar. 5) Pilih kaus kaki untuk kaki yang tepat

34
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI,”Ilmu dan aplikasi pendidikan bagian 2”,(Bandung:
Imperial Bhakti Utama,2007),h.88.

25
dan kenakan tumit pada posisi yang benar. 35 Tidak hanya mengenakan namun
ada juga melepas kaos kaki yang dapat distimulasi kepada anak usia dini.
Berikut langkah-langkah melepas kaos kaki. Pertama, saat anak belajar
melepas sepatu, latih dia untuk melepas kaus kaki. Buat dia duduk di tempat
yang nyaman. Kedua, buat dia memegang ujung atas kaus kaki. Dengan
memasukkan ibu jari ke dalam kaus kaki dan menahannya sampai ke tumit.
Ketiga, biarkan dia mendorongnya melalui tarikan heeland dari ujung jari kaki.
Keempat, hargai usahanya untuk melepas kaus kaki sendiri. Bantulah secara
36Memberikan
bertahap. stimulasi membuat anak senang dengan pemberian
stimualsi tersebut, dengan mengharagi usaha anak dalam menjalankan
stimulasi tersebut anak akan nyaman dan senang dalma menjalankannya.

Setelah mengenakan kaos kaki anak usia dini menggunakan sepatu.


Berikut langkah - langkah mengenakan sepatu bertali :
a. Mulailah latihan memakai sepatu slip on yang tidak memiliki tali sepatu.
Biarkan anak duduk di lantai/di bangku dan pilih sepatu untuk kaki kiri.
bantu dia untuk memasukkan jari kaki terlebih dahulu ke dalam sepatu.
Buat tanda di bagian dalam tumit yang dengannya dia dapat
mengidentifikasi sepatu kiri dan kanan.
b. Setelah memasukkan jari kaki, bantu dia untuk memasukkan tumit dan
tekan untuk masuk ke dalam sepatu. Ulangi dengan kaki yang lain. Minta
dia berjalan dan lihat apakah itu nyaman.
c. Saat dia belajar, latih dia untuk memakai sepatu dengan usia sepatu.
Tunjukkan padanya cara memasukkan tali sepatu secara melintang.
Juga tunjukkan padanya cara melonggarkan renda sebelum
memasukkan kaki.
d. Saat berlatih mengikat tali sepatu, jika dia bisa mengencangkan tali, itu
adalah awal yang baik. Nanti dia bisa belajar mengikat simpul, dan
lambat laun dia akan belajar menali sendiri. 37

35
National Institute for the Mentally Handicapped (Ministry of Welfare, Govt. of
India),”Dressing”,(India:Sree Ramana Process 2001),h.24.
36
Ibid. H.17
37
Ibid. H. 23

26
Setelah mengenakan sepatu anak juga di stimulasi melepaskan
sepatu. Berikut langkah - langkah melepas sepatu :
a. Jika anak memakai sandal dengan gesper, lepaskan gesper.
b. Pegang kaki kanannya, pegang tangannya, buat dia memegang
tumitnya dan bantu dia untuk melepaskannya. Ulangi dengan kaki
kirinya.
c. Latih dia untuk menyimpan sepatu / sandalnya di tempat yang tepat
38
setelah melepasnya. Pujilah usahanya dan keberhasilannya.
Orang tua berperan penting dalam menstimulasi anak untuk
memakai kaos kaki dan sepatu. Stimulator yang digunakan untuk merangsang
anak melalui orang tua. Ada berbagai macam cara untuk menstimulasi
keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu. Di sekolah anak akan distimulasi
dengan diberikannya kegiatan dengan menggunakan langsung kaos kaki dan
sepatu. Dengan begitu anak akan terstimulasi dalam memakai kaos kaki dan
sepatu. Dimasa pandemic ini maka orang tua dengan extra menstimulasi anak
dengan buku panduan yang diberikan oleh sekolah. Tujuan dari buku panduan
ini adalah agar orang tua mudah dan cepat untuk menstimulasi anak dalam
memakai kaos kaki dan sepatu.

4. Buku Panduan
Buku panduan merupakan salah satu media pegangan untuk orang
tua untuk menstimulasi keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu untuk
anak usia dini. Menurut Katz, book the manual contains instructions how to do
or carry out a process or activities, while guidebooks are books which contain
various kinds of information regarding a problem or a subject. 39 Buku pedoman
berisi petunjuk bagaimana melakukan atau melaksanakan sebuah proses atau
kegiatan, sementara buku panduan adalah buku yang berisi berbagai macam
informasi mengenai suatu masalah atau subjek. Zaman sekarang buku
panduan tak hanya dibuat untuk menjelaskan sebuah produk, tapi juga berisi
panduan perjalanan atau cara membuat sesuatu. Dalam buku panduan untuk

38
Ibid.h. 16
39Katz, W. A., & Katz, B. (1969). Introduction to reference work: basic information
sources (Vol. 1). New York: McGraw-Hill.

27
orang tua akan diberitahu apa saja yang dilakukan untuk menstimulasi anak
memakai kaos kaki dan sepatu.
Buku panduan/pedoman bukan merupakan buku yang dibuat tanpa
International Standard Book Number (ISBN) dan tidak dicetak oleh penerbit,
dan ada pula yang diterbitkan oleh penerbit disertai dengan ISBN. Menurut Trim
buku panduan berisikan sekumpulan informasi yang menjadi rujukan atau
berupa instruksi-instruksi untuk melakukan sesuatu. 40 Buku-buku
panduan/pedoman yang sifatnya spesifik, seperti buku panduan bidang teknik,
tentunya akan lebih mudah dipahami oleh pelajar, mahasiswa, atau orang-
orang yang bekerja pada bidang teknik. Namun tidak hanya dipergunakan
dibidang teknik, buku panduan dipergunakan juga untuk dibidang parenting
kepada orang tua.
Manfaat dari buku panduan ini adalah memudahkan orang tua dalam
menstimulasi anak. Di dalam buku panduan ketermapilan memakai kaos kaki
dan sepatu juga akan berisi link poster yang dapat diakses oleh orang tua agar
dapat mendemostrasikan kepada anak, dan ada link buku digital yang dapat
diakses oleh orang tua agar dapat membacakan cerita singkat tentang
memakai kaos kaki dan sepatu, dan ada link video pembelajaran atau games
yang dapat orang tua akses secara bebas untuk menstimulasi anak dalam
keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu.

5. Karakteristik Keterampilan Memakai Kaos Kaki dan Sepatu Anak Usia 4-5
Tahun
Keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu pada anak usia dini harus
mulai diajarkan sedini mungkin agar kelak memiliki kebiasaan dalam memakai
kaos kaki dan sepatu untuk keluar rumah. Menurut Klein mengatakan bahwa,
1-years-olds can take off socks, can put on and take off loose hats and help get
dressed by pushing arms through arms and legs through trouser opening. 41
Anak usia 1 tahun dapat melepas kaos kaki, dapat memakai dan melepas topi

40
Idris Apandi. 2020.Mengenal Buku Panduan/Pedoman,
https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5f930415d541df356c63f602/mengenal-buku-panduan-
pedoman?page=all , Diunduh pada 21 Juni 2021.
41
Klein, M. D. (1983). Pre-dressing skills: skill starters for self-help development. Communication Skill
Builders.

28
yang longgar, dan membantu berpakaian dengan mendorong lengan melalui
lengan dan kaki melalui bukaan celana.

Memakai dan melepaskan kaos kaki ditemukan pada anak usia 1 tahun
dengan bantuan orang tua. Karena anak-anak pada usia tersebut memerlukan
perlindungan pada kaki dan rentan terhadap penyakit, maka diperlukan
kesadaran dari orang tua bahwa pentingnya memakai dan melepas kaos kaki
pada anak usia 1 tahun. Daya tahan tubuh anak usia dini masih rendah dan
dapat menyebabkan adanya bakteri dan virus yang menempel di kaki.

Selain itu Klein berpendapat bahwa 2-year-olds can take off their shoes,
take off simple clothes like pulling down their pants or pulling on their socks and
once the shirt is over their head they can find and push their arm through the
shirt opening.42 Anak usia 2 tahun dapat melepas sepatu mereka, melepas
pakaian sederhana seperti menurunkan celana atau menarik kaos kaki mereka
dan setelah kemeja melewati kepala mereka dapat menemukan dan
mendorong lengan mereka melalui bukaan kemeja.

Memakai dan melepas kaos kaki dengan sendiri ditemukan pada anak
usia 2 tahun setengah. Klein menegaskan bahwa Two‐and‐a‐half years can
attempt to put on socks, unbutton a large button and can put on easy clothing
such as jackets or open‐front shirts without zipping or buttoning them.43 Dua
setengah tahun dapat mencoba untuk mengenakan kaus kaki, membuka
kancing kancing besar dan dapat mengenakan pakaian yang mudah seperti
jaket atau kemeja depan terbuka tanpa ritsleting atau kancingnya. Anak usia 2
tahun setengah dapat distimulasi tentang memakai dan melepas dan memakai
koas kaki dengan bantuan orang dewasa, orang tua atau pengasuh (caregiver).
Oleh karena itu, tidak ada kata terlambat atau terlalu cepat dalam
membelajarkan anak akan memakai kaos kaki.

Keterampilan memkai kaos kaki dan sepatu dapat menstimulasi


kemampuan fisik motorik anak usia dini menjadi lebih kompleks. Selanjutnya
Klein menjelaskan bahwa Three Years able to put on a t‐shirt with a little help,
able to put on shoes, although the right and left orientation may be incorrect,

42
Ibid.
43
Ibid.

29
able to put on socks with a little help for the correct orientation of the heel, able
to pull down simple clothing (i.e. pants with elastic waist band) independently,
can button large front buttons, able to zip and unzip a jacket if the shank is
already connected..44 Selanjutnya Klein menjelaskan bahwa Tiga Tahun dapat
memakai baju dengan sedikit bantuan, dapat memakai sepatu, meskipun
orientasi kanan dan kiri mungkin salah, dapat memakai kaus kaki dengan
sedikit bantuan untuk orientasi tumit yang benar. , dapat menurunkan pakaian
sederhana (yaitu celana dengan karet pinggang elastis) secara mandiri, dapat
mengancingkan kancing depan yang besar, dapat membuka ritsleting dan
membuka resleting jaket jika betis sudah terhubung.

Berikutnya Klein berpendapat bahwa Three‐and‐a‐half years, able to


unzip a jacket and separate the shank, is able to button three or four buttons,
can unbuckle a belt with practice, able to find the front side of clothing and dress
themselves with supervision.45 Tiga setengah tahun, dapat membuka ritsleting
jaket dan memisahkan betis, Dapat mengancingkan tiga atau empat kancing,
dapat membuka ikat pinggang dengan latihan, dapat menemukan bagian
depan pakaian dan berpakaian sendiri. dengan pengawasan.Orang dewasa
seperti pengasuh (caregiver) dapat membantu anak untuk memulai memakai
dan melepas kaos kaki dan sepatu. Anak di umur 3 tahun setengah mampu
untuk memakai kaos kaki dan sepatu dengan pengawasan orang tua.

Anak berusia 4 tahun sudah dapat mengenakan dan melepas kaos kaki
dan sepatu dengan pengawasan ornag tua. Menurut Klein Four Years, Able to
insert the shank together to zip up a jacket with practice, Lace shoes, Able to
place socks on with appropriate orientation.46 Empat tahun, Mampu
memasukkan betis bersama-sama untuk menutup jaket dengan latihan, sepatu
renda, mampu memasang kaus kaki dengan orientasi yang sesuai. Oleh
karena itu, anak berusia 4 tahun sudah dapat mengenakan kaos kaki dan
sepatu sesuai dan tepat. Karakteristik perkembangan motorik halus pada area
keterampilan bantu diri berpakaian menurut Allen bahwa anak usia 4-5 tahun,
yaitu dapat berpakaian sendiri dengan melakukankegiatan mengikat tali

44
Ibid.
45
Ibid.
46
Ibid.

30
sepatu, mengancingkan pakaian, mengaitkan mata gesper/ikat pinggang.47
Keterampilan bantu diri berpakaian memiliki ciri perkembangan yaitu dapat
berpakaian dengan mengenakan dan melepas pakaian dengan menggunakan
material penguat seperti kancing, mata gesper dan tali sepatu.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disintesiskan bahwa


keterampilan memakai koas kaki dan sepatu pada anak dimulai dari usia 1
tahun dnegan bantuan orang tua. Pemahaman akan memakai dan melepas
kaos kaki dan sepatu dapat distimulasi sedini mungkin, dan tidak ada kata
terlambat untuk membelajarkan anak untuk memakai koas kaki dan sepatu.
Anak usia dini dapat belajar mulai dengan memahami keterampilan memakai
kaos kaki dan sepatu dengan berjalanya waktu. Semakin sering anak belajar
mengenakan dan melepas kaos kaki dan sepatu pada waktu penting (crucial
time), maka pemahaman anak akan terbentuk dan menghasilkan sebuah
kebiasaan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Berhubung dengan penelitian ini, terdapat beberapa hasil penelitian
yang sesuai dengan fokus penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Widianti, Purwadi, Ismatul Khasanah


(2019) berjudul Nilai - Nilai Kemandirian Anak Melalui Scaffolding Pada
Usia 3 - 4 Tahun di Kelompok Bermain PAUD Taman Belia Candi
Semarang.48 Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa anak sudah dapat
mandiri saat memakai dan melepas kaos kaki dan sepatu sampai anak
tersebut dapat meletakkan rak sepatu secara mandiri yang disebabkan
oleh faktor ekstrenal dan internal. Nilai-nilai kemandirian anak melalui
scaffolding pada usia 3 - 4 tahun di PAUD Taman Belia Candi Semarang:
Anak mampu menunjukkan perilakunya dalam kegiatan rutinitas harian
sesuai tingkat perkembangan usianya, Anak - anak sudah terllihat
kematangan emosionalnya. Munculnya kepercayaan diri saat anak

47
Allen, K. Eillen dan Marotz Lynn R.(2010) Profil Perkembangan Anak, Prakelahiran Hingga Usia 12
Tahun.Jakarta: PT.Indeks. hal. 144 & 153 .
48 Dian Windianti,Purwadi dan Ismatul Khasanah,”Nilai-Nilai Kemandirian Anak Melalui Scaffolding

Pada Usia 3-4 Tahun Di Kelompok Bermain PAUD”, Jurnal PAUDIA vol.8.no.1(2019).

31
diberikan peluang untuk melakukan aktifitas sendiri dan anak mampu
melakukannya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Syifa Lisrayanti dan Fidesrinur (2020) yang
berjudul Penanaman Kemandirian Pada Anak di Sekolah First Rabbit
Preschool and Daycare.49 Penelitina tersebut menyimpulkan pertama,
hendaknya guru memberikan pemahaman yang positif, mendidik anak
terbiasa rapih. Selanjutnya dibuat pembiasaan pada anak, bisa berupa
aturan - aturan yang biasanya telah di terapkan, maka anak akan terbiasa
karena dilakukan prosesnya itu setiap hari. Membiasakan anak berperilaku
sesuai tata krama dan memotivasi anak untuk tidak malas - malasan.
Kedua, hendaknya guru memberikan motivasi pada anak untuk dapat
melakukan kegiatan sederhana sendiri, serta mengatakan bahwa anak
bisa melakukannya seperti teman - teman yang lainnya. Guru memberitahu
bahwa tidak selamanya dapat berada di dekat anak membantu kesulitan
anak.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurani Yuliani (2012) yang berjudul
Pengembangan Media Daur Ulang Berbasis Kecerdasan Jamak dalam
Peningkatan Keterampilan Hidup Anak Usia Dini.50 Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa desain pembelajaran erbasis kecerdasan jamak
berorintasi pada tujuan yang mengarah pada pengembangan keterampilan
hidup, metode yang bervariasi sesuai tujuan dan dapat melibatkan anak
secara aktif, kreatif dan menyenagkan, media dan lingkungan bermain
yang aman, nyaman dan menimbulkan keterkaitan bagi anak untuk
bereksplorasi serta evaluasi dlakukan melalui observasi partisipatif
terhadap apa yang dilihat, didengar dan di perbuat anak.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fajriani Kartika (2019) yang berjudul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalaui Kegiatan
Keterampilan Hidup Montessori Pada Anak Kelompok A di PAUD Islam
Silmi Samarinda.51 Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa upaya

49
Syifa Lisrayanti dan Fidesrinur,”Penanaman Kemandirian Pada Anak di Sekolah First Rabbit
Preschool and Daycare” Jurnal AUDHI vol.2 No.2. Januari 2020.:Jakarta
50
Nurani Yuliani,“Pengembangan Media Daur Ulang Berbasis Kecerdasan Jamak Dalam Peningkatan
Keterampilan Hidup Anak Usia Dini”,Cakrawala Pendidikan,no.1(Feb.2012).
51
Fajriani Kartika,” Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalaui Kegiatan
Keterampilan Hidup Montessori Pada Anak Kelompok A di PAUD Islam Silmi Samarinda”, Southeast
Asian Journal of Islamic Education, Vol.02 No.01(2019).

32
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan
kegiatan keterampilan hidup Montessori yang dilakukan melalui
pembiasaan hidup sehari - hari, yang akhirnya dapat membantu
meningkatkan perkembangan kemampuan motorik halus anak usia dini
secara optimal.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ekawati Yeni (2016) yang berjudul
Pelaksanan Pembelajaran Pengembangan Diri Memakai Kaos Kaki dan
Sepatu Pada Anak Autis Kelas 1 SDLB di SLB Khusus Autis Bina Anggota
Yogyakarta.52 Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tahapan
pelaksaan pembelajaran pengembangan diri memakai kaos kai dan speatu
dilaksakan berdasarkan perencaan yang telah ditentuan di kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup berlangsung dengan tepat sesuai
dengan racangan kegiatan belajar. Dilangkah memakai kaos kaki dan
sepatu masih terdapat langkah - langkah yang terlewat tetapi tidak menjadi
hambatan untuk peneliti.

Berbeda dari penelitian yang sudah ada sebelumnya, penelitian yang


sedang dilakukan oleh peneliti ini lebih menekankan pada pengembangan
kegiatan belajar yang sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini.
Keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu dalam bentuk dokumen media
digital yang akan dihasilkan tersebut menjadi bukti bahwa ada upaya untuk
menanamkan cara menstimulasi anak di rumah yang dilaksanakan oleh orang
tua di rumah. Materi keterampilan memakai kaos kaki dan sepatu tersebut akan
diintegrasikan dalam kurikulum yang kemudian dilaksanakan oleh para orang
tua dalam bentuk media digital yang dapat diakses kapan saja.

52
Ekawati Yeni,”Pelaksaan Pembelajran Pengembangan Diri Memakai Kaos Kaki dan Sepatu pada
Anak Autis kelas 1 SDLB di SLB Khusus Autis Anggita”,Widia Ortodidaktika 5.12(2016).

33

Anda mungkin juga menyukai