Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan Perikatan dengan

Perjanjian Serta Ciri-Cirinya


Sebelum meneken kontrak, maka Anda harus tahu betul apa perbedaan perikatan
dengan perjanjian. Pasalnya, perikatan dan perjanjian ini memiliki arti makna yang
sangat mirip. Ya, kedua istilah kontrak tersebut memiliki arti yakni mengikat kedua
pihak untuk mematuhi aturan yang telah disepakati.
Akan tetapi, secara spesifikasi isi kontrak tentu saja berbeda. Selain itu, objek yang
dijadikan dalam kontrak perjanjian dengan perikatan ini berbeda. Maka dari itu,
Anda harus mempelajari dua istilah tersebut. Memang, masih banyak orang belum
paham betul tentang apa itu hukum perjanjian.

Selain itu, beberapa pihak juga belum mengetahui mengapa perjanjian memiliki
kekuatan hukum, terutama pada hukum perdata. Sebab, sesuai dengan Undang-
Undang perdata yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, ketahui betul perbedaan
perikatan dengan perjanjian.

Selain itu, Anda tidak boleh melanggar dari isi perjanjian yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap. Jika melanggar, maka salah satu pihak dapat mendaftarkan
gugatan perkara perdata ke pengadilan. Pasalnya, salah satu pihak dianggap
melakukan wanprestasi terhadap perjanjian.

Perbedaan Perikatan dengan Perjanjian Sesuai dengan Undang-


Undang Perdata
Perlu Anda ketahui dalam membuat kontrak terdapat perbedaan istilah antara
perikatan dengan perjanjian. Memang, keduanya memiliki arti yang tidak jauh
berbeda. Namun, keduanya harus dibedakan sesuai dengan Undang-Undang
perdata.

Secara persamaan, perikatan dengan perjanjian ini memiliki hak dan kewajiban
untuk saling menyelesaikan apa yang menjadi isi dalam kontrak. Jika salah satu
pihak tidak mampu menyelesaikan atau melanggar kontrak, maka hal tersebut
dianggap sebagai wanprestasi.
Sehingga, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan terhadap wanprestasi atas
perjanjian maupun perikatan yang telah disepakati bersama. Sedangkan,
perbedaannya ada pada jenis objek yang telah ditentukan bersama.

Artinya, perikatan merupakan suatu kontrak yang mengikat dua belah pihak atau
lebih yang bertujuan untuk memberikan, memberitahu, atau bahkan berbuat
sesuatu sesuai dengan ekspektasi atau harapan dari pihak terkait.

Jadi, perikatan ini tidak tergantung pada objek barang. Melainkan berpaku pada
tindakan yang saling menguntungkan. Sedangkan, perjanjian adalah suatu kontrak
yang mengikat dengan objek produk atau barang tertentu. Jadi, akan ada upaya
hukum jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian.

Mengingat, perjanjian ini memiliki kekuatan hukum tetap sesuai dengan Undang-
Undang perdata yang berlaku. Dengan begitu, Anda telah mengetahui perbedaan
perikatan dengan perjanjian.

Untuk memudahkan Anda dalam membedakan kedua istilah tersebut, maka


ketahui ciri-ciri dari perikatan dengan perjanjian. Sebab, ciri-ciri kedua istilah
tersebut sangat berbeda. Dan kemudian, pastikan bahwa isi kontrak sesuai
dengan asas-asas hukum perjanjian dan perikatan.

Setelah penandatangan berkas kontrak, maka perikatan atau perjanjian telah


memiliki kekuatan hukum tetap. Sehingga, Anda harus menjalankan perintah
sesuai dengan isi kontrak agar tidak dianggap melakukan wanprestasi.

Ciri-Ciri dari Perbedaan Perikatan dengan Perjanjian


Memang, untuk membedakan antara perikatan dengan perjanjian ini dapat dilihat
dari ciri-cirinya. Oleh karena itu, Anda harus memahami tentang ciri-cirinya terlebih
dahulu. Diantaranya adalah sebagai berikut ini :
Memiliki Kekuatan Hukum
Ciri pertama, perjanjian serta perikatan ini memang sama-sama memiliki kekuatan
hukum tetap. Hanya saja, perjanjian lebih kuat dalam memiliki kekuatan hukum
karena mengatur 1 pihak atau lebih.

Selain itu, isi kontrak juga lebih spesifik dibandingkan dengan perikatan. Hal
tersebut menjadi salah satu perbedaan perikatan dengan perjanjian menurut ciri-
cirinya.
Tanggal Berlaku Perjanjian dan Perikatan
Ciri kedua yakni tanggal berlaku perjanjian dan perikatan. Setiap perjanjian
maupun perkaitan harus terdapat penanggalan. Hal tersebut mengatur tentang
kapan perjanjian dan perikatan ini berlaku.

Banyak orang yang bertanya bagaimana jika perjanjian tidak mencantumkan


tanggal. Artinya, akan ada konflik yang berakhir pada persidangan perdata jika
tidak ada tanggal dalam perjanjian maupun perikatan. Sebab, hal tersebut
membuat kerancuan dalam isi kontrak.
Objek dalam Isi kontrak
Ciri ketiga, isi dalam kontrak perjanjian dengan perikatan ini berbeda. Perjanjian
memuat tentang objek atau benda yang ternilai. Sedangkan, perikatan ini lebih
kepada hal-hal atau jasa yang menguntungkan kedua belah pihak.
Dengan begitu, Anda dapat mengetahui perbedaan perikatan dengan perjanjian
dari isi kontrak yang telah disepakati bersama.

Sebelum meneken kontrak, Anda harus tahu betul isi dari perjanjian atau perikatan
tersebut. Pasalnya, perjanjian dan perikatan ini memiliki makna arti yang sangat
mirip. Namun, ada perbedaan yang harus Anda ketahui. Untuk mengetahui
perbedaan perikatan dengan perjanjian, maka pelajari ciri-cirinya terlebih dahulu.

Hukum Perikatan: Pengertian, Unsur, Asas dan Jenis-Jenis


Perjanjian
- Maret 05, 2021

Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara dua belah pihak, dimana
pihak yang satu berhak untuk menuntut sesuatu dan pihak yang lainnya wajib
memberikan sesuatu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu disebut dengan
kreditur, sedangkan pihak yang dibebani kewajiban untuk memberi sesuatu
disebut dengan debitur.

Pada dasarnya kedua belah pihak yang membuat suatu perikatan yang timbul
karena perjanjian masing-masing memiliki hak dan kewajiban.
Dalam pasal 1233 KUH Perdata mengatur bahwa sebuah perikatan bisa timbul
karena dua hal, yakni karena persetujuan atau perjanjian dan karena ketentuan
yang diatur oleh undang-undang.

Pada artikel kali ini kita akan bahas materi tentang perikatan yang timbul karena
adanya suatu persetujuan atau perjanjian.

Pengertian Perjanjian

Definisi perjanjian dapat dilihat dalam pasal 1313 KUH Perdata, dijelaskan
bahwa "Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya".

Menurut beberapa ahli, pengertian perjanjian dalam KUH Perdata ini kurang
begitu memuaskan dan dirasa hanya bersifat abstrak karena dianggap kurang
jelas.

Berikut ada beberapa ahli yang memberikan pandangannya terkait dengan


definisi perjanjian.

Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji


kepada yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan
suatu hal.

Menurut Wiryono Projodikoro, perjanjian adalah suatu perhubungan hukum


mengenai harta benda antara kedua pihak, dimana satu pihak berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lainnya
menuntut pelaksanaan janji itu.

Berdasarkan penjabaran definisi perjanjian tersebut, kita bisa membuat


kesimpulan bahwa suatu perjanjian akan melahirkan perikatan antara kedua
belah pihak yang membuatnya. Bentuk perjanjian bisa berupa lisan ataupun
tulisan yang mengandung janji atau kesanggupan. Di dalam suatu perjanjian
terdapat adanya pihak, tujuan tertentu dan adanya kesepakatan.

Unsur-Unsur Perjanjian
Dalam perjanjian dikenal ada tiga unsur, yaitu unsur essensalia, unsur naturalia
dan unsur aksidentalia.

Unsur Essensalia merupakan unsur yang secara mutlak menentukan eksisitensi


suatu perjanjian. Tanpa unsur ini suatu perjanjian dianggap tidak pernah ada.
Bisa dikatakan unsur essensalia ini merupakan unsur dasar terjadinya suatu
kesepakatan.

Unsur Naturalia merupakan unsur yang diatur dalam undang-undang, akan


tetapi para pihak bisa menggantinya dengan alternatif lain.

Unsur Aksidentalia merupakan unsur perjanjian tambahah dari para pihak


karena undang-undang tidak mengatur tentang hal yang dipersyaratkan.

Asas-Asas Perjanjian

Ada tujuh asas yang dikenal dalam perjanjian, antara lain:

- Asas kebebasan berkontrak


- Asas konsensualisme
- Asas kepribadian
- Asas keseimbangan
- Asas kepastian hukum
- Asas moral
- Asas kepatutan.

Jenis- Jenis Perjanjian

Adapun jenis-jenis perjanjian antara lain sebagai berikut:


- Perjanjian sepihak dan timbal balik
- Perjanjian cuma-cuma atas beban
- Perjanjian bernama/tidak bernama
- Perjanjian konsensual dan riil
- Perjanjian obligatur dan kebendaan
- Perjanjian formal
- Perjanjian liberatoir
- Perjanjian pembuktian
- Perjanjian untung-untungan
- Perjanjian campuran
- Perjanjian garansi.

Syarat Sahnya Suatu Perjanjian

Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, suatu
perjanjian dianggap sah apabila setidaknya memenuhi empat syarat, yakni:

- Kesepakatan para pihak


- Kecakapan para pihak
- Adanya objek perjanjian
- Suatu sebab yang halal.

Anda mungkin juga menyukai